Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY.

Y USIA 29 TAHUN
G2P1A0 HAMIL 43 MINGGU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

DISUSUN OLEH:
YOULANDA ELSA LEO
NIM : P17324215034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. Y USIA 29 TAHUN
G2P1A0 HAMIL 43 MINGGU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH:
YOULANDA ELSA LEO
NIM : P17324215034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
RIWAYAT HIDUP

Identitas
Nama : Youlanda elsa leo
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 12 November 1996
Agama : Islam
Nama Ayah : Sutjipto
Nama Ibu : Ani Ardyanti
Alamat Rumah : Komplek Harapan Baru Taman Bunga (HBTB) Jl.
Bunga 1 Blok B1 No. 19 RT 007/017 Tapos -
Depok
Pendidikan
1. TK : Cupu Wirada Depok
2. SD : SDN Curug V Depok
3. SMP : SMP Islam Al-Ma’ruf Jakarta
4. SMA : SMAN 105 Jakarta
5. Akademik : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Program Studi
Kebidanan Bogor, tahun
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR, Februari 2018
Youlanda Elsa Leo, NIM : P17324215034
Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43
minggu dengan Kehamilan Lewat Waktu di RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi

ABSTRAK
Kehamilan postterm atau disebut juga serotinus, kehamilan lewat waktu,
prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamaturitas merupakan kehamilan dengan umur kehamilan selama 294 hari
(42 minggu)3. Kehamilan lewat waktu mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan janin sampai kematian janin, ada janin yang dalam masa
kehamilan 42 minggu atau lebih lebih, berat badannya meningkat terus, ada yang
lahir dengan berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam
kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen. Sementara itu resiko
bagi ibu dengan kehamilan serotinus dapat berupa partus lama, inersia uteri, dan
perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric yang meningkat3. Menurut
SDKI pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu naik menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup, di Indonesia 10% AKI disebabkan oleh kehamilan lewat waktu
dan Angka Kematian Bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup5. Berdasarkan data
terakhir bulan januari tahun 2018 angka kejadian postterm di RSUD Sekarwangi
masuk peringkat ke 4 dari 10 besar dan menjadi penyumbang angka kejadian
secio cesaria di RSUD Sekarwangi.
Tujuan dari Laporan Tugas Akhir ini adalah agar penulis mampu
memahami, dan melaksanakan asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y 29 tahun
dengan postterm di RSUD Sekarwangi. Metode yang digunakan dalam pembuatan
laporan adalah dalam bentuk SOAP.
Dari data subjektif diketahui Ny. Y 29 tahun, hamil anak kedua dan tidak
pernah keguguran, hari pertama haid terakhir pada tanggal 14-04-2017. Ibu
mengeluh kehamilannya sudah lewat bulan. Dari data penunjang USG didapatkan
kehamilan sudah berusia lebih dari 42 minggu, plasenta dalam keadaan baik, dan
air ketuban cukup. Dari hasil pengkajian tersebut ditegakkan diagnosa Ny. Y, 29
tahun, G2P1A0 hamil 43 minggu dengan kehamilan lewat waktu. Janin tunggal
hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik. Pentalaksanaan yang
dilakukan ialah melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk melakukan
induksi persalinan dengan metode infus oksitosin.
Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan rencana sesuai
kebutuhan, serta pembahasan kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang telah diuraikan maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y dengan kehamilan lewat waktu melalui
pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif dan secara umum telah
dapat dilakukan, serta terdapat faktor penghambat dalam melakukan asuhan
kepada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu.
Kepustakaan : 23 (2006-2017)
Kata kunci : kebidanan intranatal, kehamilan lewat waktu, postterm.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. Y 29 Tahun
G2P1A0 43 minggu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi”. Shalawat dan
salam juga semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat,
keluarga serta umat yang senantiasa meneladani beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung ,
Penulis menyadari selama melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun atas segala bantuan dan
bimbingan serta arahan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam
dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. R. Osman syarief, MKM selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung
2. Ibu Hj. Enung Harni Susilawati, MKM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Poltiknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3. Ibu Yohana Wulan Rosaria, SST, M.Kes selaku Dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan pengarahan dan masukan dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir.
4. Ibu Sinta Nuryati selaku Wali Tingkat III B yang telah banyak
memberikan nasehat dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir
5. Ibu Devi SST, Keb selaku Kepala Ruangan di Ruang PONEK.
6. Ibu Hesti Amd.Keb selaku Pembimbing lahan Praktik.
7. Ibu Ni Nyoman Sasnitiari, M.Keb selaku Pembimbing Akademik.
8. Seluruh dosen dan Staf Program Studi Kebidanan Bogor Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung

i
9. Ibu dan keluarga yang selalu memberikan motivasi, semangat, dukungan
dan doa yang mengiringi langkah menempuh pendidikan di Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
10. Serta teman-teman mahasiswi Program Studi Kebidanan Bogor Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung Khususnya Tingkat III Angkatan 17 yang
memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna sehingga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
Laporan Tugas Akhir ini.

Bogor, 29 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 5
BAB III MOTODOLOGI ........................................................................... 29
BAB IV TINJAUAN KASUS .................................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 47
BAB VI PENUTUP ................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar konsultasi


Lampiran 2 Asuhan kebidanan postpartum
Lampiran 3 Asuhan kebidanan bayi baru lahir
Lampiran 4 Satuan acara penyuluhan tanda bahaya nifas
Lampiran 5 Satuan acara penyuluhan tanda bahaya bayi baru lahir

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas


Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yag lalu Ny. Y
Tabel 4.2 Data penunjang Ny. Y
Tabel 2.1 Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 pathway kehamilan lewat waktu

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi atau abnormal 1.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal, jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Hampir sebagian besar persalinan merupakan persalinan normal, hanya
sebagian saja (12-15%) merupakan persalinan patologik 2.
Kehamilan postterm atau disebut juga serotinus, kehamilan lewat waktu,
prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamaturitas merupakan kehamilan dengan umur kehamilan selama 294 hari
(42 minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini dapat dihitung dari hari pertama
haid terakhir menggunakan rumus neagle dengan siklus rata-rata 28 hari 3.
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu (294 hari) belum terjadi persalinan4. Kehamilan postterm mempunyai
hubungan erat dengan mortalitas dan morbiditas perinatal ataupun
makrosomia.
Kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin
sampai kematian janin, ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau
lebih lebih, berat badannya meningkat terus, ada yang lahir dengan berat
badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena
kekurangan zat makanan dan oksigen. Sementara itu resiko bagi ibu dengan
kehamilan serotinus dapat berupa partus lama, inersia uteri, dan perdarahan
pasca persalinan ataupun tindakan obstetric yang meningkat3.
Pertolongan kehamilan lewat waktu (postterm) adalah induksi persalinan
atau persalinan anjuran. Dalam pertolongan persalinan lewat waktu,
pengawasan saat persalinan induksi sangat penting karena setiap saat dapat
terancam gawat janin.
Kematian janin pada kehamilan lewat waktu dapat terjadi sekitar 25%
sampai 35% dalam rahim dan makin meningkat pertolongan persalinan

1
2

dengan tindakan. Dengan demikian bila bidan menghadapi kehamilan lewat


waktu maka merujuk pasien merupakan sikap yang paling tepat 4.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012
Angka Kematian Ibu naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup, di
Indonesia 10% AKI disebabkan oleh kehamilan lewat waktu dan Angka
Kematian Bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup5.
Di Jawa Barat berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu tercatat sebanyak 804 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi sebanyak 4.803 per 1000 kelahiran
hidup.5 Di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 tercatat sebanyak 25 kasus
kematian ibu dan 90 kasus kematian bayi 6.
Berdasarkan data terakhir bulan januari 2018 di RSUD Sekarwangi jumlah
ibu bersalin dengan postterm sejumlah 23 orang. Dari jumlah tersebut kejadian
kehamilan lewat waktu di RSUD Sekarwangi masuk dalam peringkat ke 4 dari
10 besar dan menjadi penyumbang angka kejadian secio caesaria di RSUD
Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil Laporan
Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. Y 29 Tahun
G2P1A0 Hamil 43 Minggu Di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup


Rumusan masalah dalam laporan tugas akhir ini adalah bagaimana
penerapan Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 Hamil 43
Minggu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
Ruang lingkup laporan tugas akhir adalah penatalaksanaan Asuhan
Kebidanan Intranatal pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 Hamil 43 Minggu di RSUD
Sekarwangi kabupaten Sukabumi. Asuhan dilakukan sejak tanggal 16-2-2018
sampai dengan 17-2-2018 dan tanggal 22-2-2018.
3

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0
Hamil 43 Minggu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi, agar dapat
memahami dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan, melalui
pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif dan
melaksanakan asuhan kebidanan dengan tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh data subjektif pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu
di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
b. Diperoleh data objektif pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu
di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
c. Ditegakkan analisa pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu di
RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
d. Dibuat penatalaksanaan asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y 29
tahun G2P1A0 hamil 43 minggu di RSUD Sekarwangi sesuai kebutuhan
klien serta mengevaluasi hasil dari penatalaksanaan tersebut di RSUD
Sekarwangi kabupaten Sukabumi.
e. Diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat selama melakukan
asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43
minggu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi.

D. Manfaat
1. Bagi RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi
Pihak rumah sakit dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam memberikan pelayanan kebidanan intranatal khususnya pada Ny. Y
29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu dan dapat memperbaiki faktor
penghambat yang ditemukan dalam memberikan pelayanan tersebut.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengetahui tanda bahaya dalam kehamilan, nifas, dan
pada bayi baru lahir yang berkaitan dengan kehamilan lewat waktu
sehingga mendapatkan penanganan yang tepat.
4

3. Bagi Profesi Bidan


Menambah wawasan dalam memberikan pelayanan dan pengetahuan saat
melakukan asuhan kebidanan intranatal sesuai dengan standar asuhan
kebidanan yang berlaku, khusus pada kasus kehamilan lewat waktu.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori yang akan dibahas dalam kasus ini yaitu konsep dasar
persalinan, kehamilan lewat waktu, induksi persalinan, protap penanganan
kehamilan lewat waktu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi, kewenangan
bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu dan aplikasi manajemen
kebidanan pada kehamilan lewat waktu.

A. Konsep dasar persalinan


1. Pengertian persalinan
Menurut Saifuddin persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. 7 Hampir sebagian besar
persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%)
merupakan persalinan patologik.3
Menurut Wiknjosastro persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta,
dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu )
tanpa disertai adanya penyulit.7
Menurut Manuaba persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).4
2. Tahapan dalam persalinan
Dalam prosesnya, persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala
III, dan kala IV
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his berlangsung tidak begitu kuat,
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk

5
6

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam.


Berdasarkan kurva fierdman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam, dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan. 4
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat, dan
lebih lama. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar penggul yang melalui
lengkung reflex yang menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rectum, ibu merasakan seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai tampak, vulva membuka, dan
perineum meregang.
Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala,
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsun
selama satu setengah jam sampai dua jam dan pada multigravida
berlangsung setengah jam hingga satu jam.8
Tanda gejala kala II adalah :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau
vagiananya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva vagina dan anus membuka.
5) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi
objektif ) yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
2) Terlihatnya bagian kepala bayi di lalui introitus vagina.
7

Bila dasar panggul sudah berrelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati perineum.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran urin. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah antara 100-200 cc.8
d. Kala IV
Pimpin kala IV terutama observasi ketat, karena bahaya perdarahan
primer post partum terjadi pada dua jam pertama.4 Setelah plasenta lahir
lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tinggi
fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan
evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan
temuan selama persalinan kala IV.9
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Ada beberapa faktor yang mempengarui proses persalinan dan akan
menentukan berlangsungnya suatu persalinan, faktor tersebut ialah power,
passage, dan passenger.
a. Power ( Tenaga/Kekuatan )
Kekuatan mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diagfragma, dan aksi dari ligament. Kekuatan
power yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai
8

kekuatan sekundernya adalah tenaga.11 His yang normal memiliki


karakteristik yaitu kontraksi otot Rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim, fundal abdomen dan menjalar ke seluruh otot rahim. Kekuatannya
seperti memeras isi rahim. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak
kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan
segmen bawah rahim.4
His atau kontraksi uterus adalah kekuatan kontraksi uterus karena
otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna, sifat his yang
baik adalah kontraksi simetris, fundus dominan, dan relaksasi.
Pembagian his dan sifat-sifatnya adalah :
1) His pendahuluan. Merupakan his yang sifatnya tidak kuat, datangnya
tidak teratur, menyebabkan keluarnya lendir darah.
2) His pembukaan (kala I). Adalah his yang menyebabkan pembukaan
serviks, kontraksi bersifat simetris, bagian fundus uteri sebagai pusat
dan mempunyai kekuatan yang paling besar, involunter artinya tidak
dapat diatur oleh ibu, intervalnya semakin lama semakin pendek,
kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan reflek
mengejan, kontaksi ini diikuti retraksi artinya panjang otot rahim
yang telah berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
Kontaksi rahimini menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah
perut, dan dapat menjalar ke paha.
3) His pengeluaran (kala II) adalah his untuk mengeluarkan janin,
sifatnya sangat kuat, teratur, simetris dan terkoordinasi. Kekuatan his
ini menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian
terendah janin, menekan serviks dimana terdapat saraf fleksus
frankenhauser sehingga terjadi reflex mengejan.
4) His pengiring ( kala IV adalah his yang sifat kontraksinya tetep kuat,
kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval, pembuluh darah
tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk thrombus. Melalui
kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian
pengeluaran darah post partum.4
9

Beberapa kasus pada proses persalinan sering dijumpai his yang tidak
normal atau terjadi kelainan kontraksi otot rahim. Diantaranya inersia
uteri, yaitu his yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang baik itu
terjadi di awal persalinan ataupun terjadi di tengah proses
persalinan.Kelainan his yang kedua yaitu tetania uteri, his ini terjadi
dengan terlalu kuat, sifat hisnya normal, kelainannya terletak pada
kekuatan his.Kelainan his yang terakhir yaitu his yang tidak
terkoordinasi merupakan his yang frekuensinya dan kekuatannya
berubah-ubah.7
b. Passage ( Jalan lahir )
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, yaitu relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. 4 Komponen yang
sangat penting saat persalinan terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir
lunak. Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep
obstetric modern tidak diolah untuk melancarkan proses persalinan
kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. 4
Jalan tulang mempunyai kriteria sebagai berikut :
1) Pintu atas panggul dengan distansia ( jarak ) tranversalis kanan kiri
lebih panjang dari muka belakang.
2) Mempunyai bidang tersempit dari spina ischiadika.
3) Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul
4) Panjang jalan lahir depan sepanjang 4,5cm sedangkan panjang
jalan lahir belakang 12,5cm.
5) Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung
ke dapan, mempunyai bidang sempit pada spina ischiadika, terjadi
perubahan pintu atas panggul lebar kanan dan kiri menjadi pintu
bawah panggul lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua
segitiga.
c. Passenger ( Janin dan plasenta )
Passenger adalah janin dan plasenta.Cara penumpang (passenger)
atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir, merupakan akibat interaksi
10

beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. 4

4. Tanda-tanda dalam persalinan


Tanda terjadinya persalinan meliputi pengeluaran cairan, pinggang
terasa sakit menjalar ke depan, terjadi perubahan pada serviks, sifat his
teratur, interval makin pendek, dan kekuatan his makin besar, dengan
diiringi pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan).
Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan yang menyebabkan selaput lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah. Sebagian pasien mengeluarkan air
ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan berlangsung dalam 24 jam, namun jika ternyata tidak
tercapai, maka akhirnya diakhiri dengan tindakan-tindakan tertentu,
misalnya vakum atau section caesaria.10
5. Komplikasi persalinan menurut Marryunani Anik (2013):
a. Komplikasi yang berhubungan dengan kemajuan persalinan
1) Ketuban Pecah Dini (KPD)
2) Distosia
3) Tidan ada kemajuan dalam persalinan (partus macet)
4) Emboli cairan ketubab
b. Komplikasi yang berhubungan dengan status ibu dan janin
1) Gawat janin
2) Janin >1 (kehamilan ganda)
3) Kematian janin (IUFD)

B. Kehamilan lewat waktu


1. Pengertian kehamilan lewat waktu
Kehamilan postterm atau disebut juga serotinus, kehamilan lewat
waktu, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme
atau pascamaturitas merupakan kehamilan dengan umur kehamilan selama
11

294 hari (42 minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini dapat dihitung dari
hari pertama haid terakhir menggunakan rumus neagle dengan siklus rata-
rata 28 hari.3
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu
42 minggu (294 hari) belum terjadi persalinan.4
Istilah lebih bulan, memanjang, lewat waktu (postdates) dan
postmatur sering dipakai bergantian secara bebas untuk mendeskripsikan
kehamilan yang telah melebihi durasi yang dianggap diatas batas normal.13
2. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2010) penyebab pasti kehamilan lewat
waktu sampai saat ini belum diketahui. Beberapa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan kehamilan lewat waktu
sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Beberapa teori yang diajukan yaitu sebagai berikut :
Penyebab dari kehamilan post matur ini masih belum diketahui secara jelas.
Menurut Prawirohardjo (2010) beberapa teori yang diajukan antara lain :
a. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan
perubahan endokrin yang dapat memacu proses biomolekur pada saat
persalinan dan meningkatkan sensitivitas unterus terhadap oksitosin,
sehingga terjadi kehamilan post matur karena masih dipengaruhi
progesteron.
b. Teori oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan,
secara fisiologis memiliki peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu peyebab
kehamilan post matur.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
12

sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi


estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anasefalus, hipoplasia
adrenal janin dan tidak adanya kalenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
meningkatkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuannya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan post matur.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan post matur mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa jika
ada seorang ibu mengalami kehamilan postmatur saat melahirkan anak
perempuan, makan kemungkinan besar anak perempuan tersebut akan
mengalami kehamilan post matur.
3. Patofisiologi
Serviks yang akan mengalami persalinan normal secara bertahap
akan melunak, menipis, mudah berdilatasi, dan bergerak ke arah anterior
mendekati waktu persalinan. Serviks pada wanita multipara lebih cepat
matang dibandingkan nulipara, dan pemahaman mengenai paritas penting
dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemeriksaan serviks
pada kehamilan lanjut.11
Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena faktor hormonal,
kurangnya produksi oksitosin akan menghambat kontraksi otot uterus secara
alami dan adekuat, sehingga mengurangi respons serviks untuk menipis dan
membuka. Akibatnya kehamilan bertahan lebih lama dan tidak ada
kecenderungan untuk persalinan pervaginam.11
13

4. Tanda dan gejala


a. Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat
3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:
1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan doppler.
3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop leannec.3
b. Tanda post matur dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo)
1) Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3) Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
c. Tanda bayi Postmatur menurut Manuaba :
1) Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
2) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4) Verniks kaseosa di badan kurang
5) Kuku-kuku panjang
6) Rambut kepala agak tebal
7) Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
5. Faktor risiko
Faktor risiko yang diketahui untuk kehamilan postterm adalah ibu
dengan kehamilan postterm sebelumnya, dan apabila ibu melahirkan anak
perempuan maka anak perempuannya tersebut memiliki risiko dua hingga
tiga kali lipat untuk mengalami kehamilan postterm. Nulliparitas dan ibu
dengan indeks masa tubuh ≥25 sebelum kehamilan juga mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap kehamilan postterm.12
14

6. Diagnosis
Sering seorang tenaga medis kesulitan untuk menentukan diagnosis
kehamilan postterm karena diagnosis ditegakkan bukan berdasarkan kondisi
kehamilan, melainkan umur kehamilan. Diperkirakan sebesar 22% kasus
kehamilan postterm tidak dapat ditegakkan secara pasti.3
Prognosis kehamilan postterm tidak seberapa sulit apabila siklus haid
teratur dan haid pertama haid terakhir diketahui pasti. Untuk menilai apakah
kehamilan matur atau tidak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan menurut
Nugroho (2012), antara lain :
a. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil air ketuban berkurang.
b. Pemeriksaan rontgenologik
Pemeriksaan ini pada janin matur dapat ditemukan pusat osifikosi pada os
cuboid, bagian distal femur dan bagian proksimal tibia, diameter biparental
kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini mungkin adalah pengaruh
tidak baik sinar rontgen terhadap janin.
c. Pemeriksaan dengan USG
Pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat diukur dengan teliti
tanpa bahaya.
d. Pemeriksaan sitologik liquoramnion amnioskopi dan periksa pHnya
dibawah 7.20 dianggap sebagai tanda gawat janin.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang apabila dana dan sarana memenuhi menurut
Nugroho (2012) antara lain :
1) Sitologi vagina yaitu dengan indeks kariopiknotik meningkat (>20 %).
2) Foto rontgen untuk melihat inti penulangan terutama pada os cubiod,
proximal tibia dan bagian distal femur
3) USG yaitu menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajat maturitas
plasenta, besarnya janin, keadaan janin.
4) Kardiotokografi yaitu menilai kesejahteraan janin dengan Non Stress test
(NTS) relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test (CTS)
negatif atau positif.
5) Amniostropi yaitu warna air ketuban.
15

7. Prognosis dan komplikasi


Mortalitas perinatal meningkat setelah usia 42 minggu. Kehamilan
postterm berkaitan dengan kondisi yang disebut dengan pascamaturitas,
namun tidak pada semua kasus. Makrosomia yaitu berat lahir bayi >4000
gram juga terjadi pada 10% kehamilan lebih bulan, dengan 1% bayi
memiliki berat 4500 gram atau lebih sehingga mempengaruhi prognosis
kehamilan dengan menyebabkan disproposi sefalopelvik atau distosia bahu.
Distress janin dan sindrom aspirasi mekonium cenderung mempersulit
prognosis kehamilan postterm.13
Menurut Prawirohardjo (2010) ada ibu bersalin dengan kehamilan
postterm dapat mengalami komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi pada ibu
1) Morbilitas dan mortalitas pada ibu :
Dapat meningkatkan sebagian akibat dari makrosomia janin dan tulang
tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan distosia persalinan,
partus lama, meningkatkan tindakan obstertrik dan persalinan
traumatis/perdarahan post partum akibat bayi besar.
2) Aspek emosi :
Ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung
melewati taksiran persalinan.
3) Perdarahan post partum yaitu atonia uteri (karena janin besar atau
penggunaan oksitoksin).
b. Komplikasi pada janin
1) Kelainan pertumbuhan janin
a) Berat janin
Jika terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka
akan terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr tampak
bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata
pertumbuhan janin mendatar dan nampak adanya penurunan setelah
42 minggu.
16

b) Sindrom post maturitas


Dapat dikendalikan pada neonatus dengan ditemukan beberapa tanda
seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput
seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki
panjang, tulang tengkorak paha dan genetalia luar, warna coklat
kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak
menderita dan rambut kepala banyak atau tebal.
2) Komplikasi perinatal
Kematian perinatal menunjukan angka peningkatan setelah kehamilan
42 minggu atau lebih sebagian besar terjadi intrapartum, umumnya
disebabkan oleh :
a) Insufisiensi plasenta akibatnya pertumbuhan janin terhambat
b) Oligohidramnion; terjadi kompresi tali pusat
c) Keluar mekonium yang kental, berakibat terjadinya aspirasi
mekonium pada janin.
8. Penanganan persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu
Menurut Manuaba (2010), kehamilan postterm dapat membahayakan
janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi yang menimbulkan
asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil
dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan:
a. Anamnesa.
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali.
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
b. Hasil pemeriksaan klinik
1) Berat badan ibu mendatar atau menurun
2) Gerak janin menurun (normal janin bergerak dalam 24 jam 10 kali).
c. Hasil pemeriksaan diagnostic
Pada pemeriksaan diagnostik menurut Manuaba (2010), terdapat dua
pemeriksaan, yaitu :
1) Pemeriksaan USG
17

Hasil USG pada kehamilan postterm dapat dilihat :


a) Gerakan janin berkurang
b) Air ketuban berkurang < 500 cc (oligohidramnion)
c) terjadi insufisiensi plasenta
2) Amnioskopi
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung
mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.
d. Tatalaksana persalinan
Penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan kehamilan lewat bulan menurut
Nugroho (2012) yaitu:
1) Setelah usia kehamilan melebihi 40 minggu yang perlu diperhatikan
adalah monitoring janin sebaik-baiknya meliputi detak jantung janin
serta gerakan janin.
2) Apabila tidak terdapat tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,
apabila sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau
tanpa amniotomi.
4) Ibu harus dirawat di rumah sakit apabila:
a) Terdapat hipertensi, preeklamsia
b) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
c) Kehamilan lebih dari 40-42 minggu
5) Tindakan operasi sectio caesaria dapat dipertimbangkan pada kasus
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama, gawat janin,
primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklamsia,
hipertensi menahun, infertilitas, kesalahan letak janin.
Menurut Saifuddin (2010) penatalaksanaan kehamilan postterm
diawali dari umur kehamilan 41 minggu. Bila dipastikan umur
kehamilan mencapai 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat
kematangan serviks.
18

a) Bila serviks sudah matang (skor bishop >5) dilakukan induksi


persalinan. Namun apabila terdapat janin besar lakukan tindakan
sectio caesaria.
b) Pada serviks yang belum matang (skor bishop <5) maka diperlukan
pengkajian janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
c) Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri dengan
persalinan anjuran.

Gambar 2.1 pathway kehamilan lewat waktu


9. Pengelolaan selama Persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu
Menurut Kurniawati (2009) yaitu pengolalaan selama persalinan tentang
serotinus sebagai berikut :
a. Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan
janin.
b. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
c. Awasi jalannya persalinan.
d. Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu – waktu terjadi
kegawatan janin.
19

e. Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap neonatus


dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan
cairan ketuban bercampur mekonium.
f. Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap kemungkinan
hipoglikimia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
g. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda – tanda serotinus.
h. Hati – hati kemungkinan terjadinya distosia bahu
i. Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin serotinus sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus
dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit.

C. Konsep Dasar Induksi Persalinan


1. Pengertian Induksi Persalinan
Menurut Norwitz & Schorge (2008) Induksi merupakan intervensi yang
dirancang untuk menginisiasi persalinan sebelum onset spontan agar proses
kelahiran pervaginam dapat dilakukan. Induksi harus dibedakan dengan
augmentasi yang merupakan upaya untuk menambah kemampuan kontraksi
uterus pada wanita yang telah memulai proses persalinan. Induksi persalinan
adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, belum inpartu,
dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan (umur diatas 28
minggu).
2. Penilaian Pasien
Menurut Norwitz & Schorge (2008) Penilaian pasien sebelum induksi
persalinan :
a. Konfirmasi indikasi untuk induksi.
b. Tinjau kembali kontraindikasi untuk proses melahirkan pervaginam.
c. Konfirmasi usia gestasi
d. TBJ
e. Tentukan presentasi janin.
f. Lakukan penilaian bentuk dan kecukupan ruang rongga tulang panggul.
g. Lakukan penilaian pemeriksaan serviks (Skor Bishop).
h. Lakukan penilaian kebutuhan kematangan paru janin.
20

i. Tinjau kembali resiko dan keuntungan induksi persalinan.


Waktu yang tepat untuk melakukan induksi adalah ketika manfaat
bagi ibu atau janin lebih besar jika kehamilan dihentikan dari pada bila
dilanjutkan. Waktu tersebut juga bergantung pada usia gestasi.
3. Kontraindikasi
Menurut Cunningham (2006) sejumlah kondisi di uterus, janin, atau ibu
merupakan kontraindikasi induksi persalinan
a. Kontraindikasi pada uterus riwayat cedera uterus misal insisi SC atau
bedah uterus, plasenta previa, prolap tali pusat, perdarahan yang tidak
dapat dijelaskan.
b. Kontraindikasi pada janin makrosomia, hidrosephalus, malpresentasi atau
status janin yang kurang menyenangkan.
c. Kontraindikasi pada ibu usia ibu, anatomi panggul, dan penyakit medis
seperti herpes genetalis, karsinoma serviks.
4. Indikasi
Menurut Norwitz & Schorge (2008) indikasi induksi persalinan cukup bulan
adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Absolut
1) Indikasi ibu
a) Preeklamsi/eklamsi
b) Masalah pada ibu seperti : diabetes melitus, penyakit ginjal kronik,
penyakit paru kronik, penyakit jantung.
2) Indikasi janin
a. Korioamnionitis.
b. Pemeriksaan antepartum abnormal.
c. Pertumbuhan janin terhambat.
d. Kehamilan post term (>42 minggu).
e. Isoimunisasi.
3) Indikasi uteroplasenta
Abruptio plasenta
21

b. Indikasi Relatif
1) Indikasi ibu
a) Hipertensi kronik.
b) Hipertensi dalam kehamilan.
c) Diabetes gestasional.
d) Faktor logistik seperti risiko persalinan yang cepat, jarak dari
rumah sakit, indikasi psikokosial.
2) Indikasi janin
a) Ketuban pecah dini.
b) Kematian janin.
c) Riwayat lahir mati sebelumnya.
d) Janin dengan suatu kelainan bawaan yang besar.
3) Indikasi Uteroplasenta
Oligohidramnion yang tidak dapat dijelaskan.
5. Skor Bishop
Keberhasilan induksi sebagian besar bergantung pada keadaan serviks.
Pada tahun 1964, bishop merancang suatu sistem penilaian serviks untuk
memperkirakan tingkat keberhasilan induksi. Jika skor bishop baik (>5),
maka kemungkinan keberhasilan induksi dan kelahiran per vaginam adalah
tinggi. Jika skor tidak baik (<5) kemungkinan keberhasilan tidak baik.
Tabel 2.1 Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas
FAKTOR
Skor Pembukaan Pendataran Sation Konsistensi Posisi
cm (%) servik
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1 0 Anterior
3 ≥5 ≥80 +1 +2 - -
Sumber : Cunningham, dkk. (2006)
Kondisi atau kelayakan serviks sangat penting bagi induksi persalinan.
Segmen bawah uterus merupakan faktor yang sangat penting. Ketinggian
bagian terbawah janin atau station juga penting.
22

6. Bentuk
Menurut Manuaba (2010) terdapat bentuk induksi persalinan per vaginam
yaitu secara medis (metode Steinche, metode 36 drip/infus oksitosin,
oksitosin sublingual, induksi persalinan dengan prostlagandin) dan secara
mekanis (pemecahan ketuban, pemasangan laminaria stiff/busi) :
a. Metode Steinsche Diberikan pil kinine sebesar 0,2 g setiap jam sampai
mencapai dosis 1,2 g. 1 jam setelah pemberian kinine pertama, disuntikan
oksitosin 0,2 unit/jam sampai his yang adekuat.
b. Metode Infus Oksitosin Merupakan metode yang paling umum
dilakukan. Tindakan dengan metode drip oksitosin :
1) Dipasang infus dekstrosa 5% dengan 5 unit oksitosin.
2) Tetesan pertama antara 8-12 tetes per menit.
3) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak terdapat his yang
adekuat jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai
40 tetes per menit.
4) Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc
dekstrose 5%.
5) Bila sebelum tetesan ke-40 sudah timbul kontraksi otot rahim yang
adekuat, maka tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan
berlangsung.
6) Pemberian oksitosin maksimal sebanyak 40 tetes per menit dengan
oksitosin sebanyak 10 unit.
Komplikasi pada induksi persalinan dengan oksitosin adalah :
1) Ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil yang disertai pecahnya
vasa previa dengan tanda perdarahan dan diikuti gawat janin, darah
merah segar.
2) Prolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat
3) Gawat janin karena gangguan sirkulasi retroplasenta pada tetani uteri
atau solusio plasenta.
Observasi pada induksi persalinan sangat penting, sehingga
kemungkinan komplikasi dapat ditentukan melalui evaluasi C (cortonen/
denyut jantung janin), H (his yang kuat menuju tetani uteri), P (penurunan
23

bagian terendah), B (bandle yang mengikat sebagai tanda terjadinya


ruptura uteri yang membakat).
c. Metode oksitosin sublingual
Oksitosin dalam bentuk tablet isap dibawah lidah dengan isi 50 IU
oksitosin. Tingginya kemampuan penyerapan oleh mukosa lidah, dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot rahim yang kuat, yang dapat
membahayakan. Pemberiannya 0,5-1 jam.
d. Induksi Persalinan dengan Prostlagandin
Dapat dilakukan dengan supositoria transvaginal atau infus dengan
nalador. Yang paling efektif untuk mencapai tujuan 38 ini adalah PDE2
dan PGF2. Harganya cukup mahal sehingga tidak terjangkau untuk
pelayanan masyarakat secara rutin.
e. Pemecahan Ketuban
1) Indikasi :
a) Perpanjangan fase laten.
b) Perpanjangan fase aktif.
c) Hidramnion.
d) Pembukaan hampir lengkap.
2) Syarat :
a) Pembukaan minimal 3 cm.
b) Tidak terdapat kedudukan ganda.
c) Bagian terendah sudah masuk PAP.
d) Proses pelunakan sudah dimulai.
e) Perkiraan lahir per vaginam dalam waktu 6 jam.
3) Komplikasi :
a) Meningkatkan bahaya infeksi.
b) Perdarahan.
c) Terjadi kontraksi yang sangat besar dapat menimbulkan Gawat
janin.
d) Kesempitan panggul dapat terjadi edema serviks, partus tak maju.
e) Prolapsus bagian kecil janin.
24

D. Protap penanganan kehamilan lewat waktu di RSUD Sekarwangi


1. Pengertian
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung selama
294 hari (42 minggu) atau lebih dihitung dari hari pertama haid yang
terahir pada siklus 28 hari atau 280 hari (40 minggu) dari terjadinya
konsepsi.
Saat ini dipercaya bahwa hasl persalinan yang buruk sudah meningkat
pada usia 41 minggu. Penentuan usia kehamilan yang akurat sangat
penting.
Keadaan ini akan menghindarkan intervensi yang tidai diperlukan atau
bahkan berbahaya apabila kehamilan ini tidak pada kehamilan yang benar
lewat waktu. Anamnesis ulang evaluasi status dan pemeriksaan pada 16-20
minggu dapat membantu akurasi diagnosa.
2. Pemeriksaan dan diagnosis
a. Penentuan dan usia kehamilan
b. Penilaian janin
1) Pemeriksaan USG
a) Pemeriksaan bimetri
b) Diagnosa PJT (pertmbuhan janin terhambat)
2) Pemeriksaan KTG dimulai dari umur kehamilan 41 minggu
a) Uji tanpa kontraksi (NST)
Bila hasil uji NST tidak reaktif pemeriksaan lebih lanjut,
seepertu uji dengan kontraksi (OCT) atau profil biofisik
b) Uji dengan kontraksi (CST)
(1) Dilakukan apabila hasil NST non-reaktif
(2) Hasil uji positif merupakan indikasi untuk melahirkan
janin
(3) Apabila hasil tidak memuaskan atau mencurigakan uji
ulang 24 jam kemudian
c) Menilai kematangan serviks
Menilai derajat kematangan serviks dengan menggunakan
skor bishop. Serviks belum matang apabila skor bishop <6
25

3. Penatalaksanaan
Pengelolaan kehamilan lewat waktu atau postterm dimulai dari umur 41
minggu.
a. Pengelolaan anterpartum
Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengeloaan
tergantung dari derajat kematangan serviks.
a) Bila serviks matang (bishop skor > 6)
(1) dilakukan induksi persalinan (bila tidak ada kontra indikasi)
(2) Seksio saesarea hendaknya diputuskan bila berat janin ditaksir
> 4000 gram
b) Pada serviks belum matang (bishop skor < 6), kita perlu menilai
keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak akan diakhiri
(1) Pemeriksaan profil biofisi
Bila profil biofisik 0-2 atau ditemukan oligohidramion (< 2 cm
pada kantong terbesar dan indeks cariran < 5) atau dijumpai
deselerasi variable pada NST, maka dilakukan induksi
persalinan dengan pemantauan KTG kontinyu
(2) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, uji
dengan kontraksi CST harus dilakukan. Bila hasil CST positif,
janin perlu dilahirkan. Sedangkan bila CST negatif kehamilan
dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari
kemudian
(3) Keadaan serviks (skor bishop) harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasien dan kehamilan harus diakhiri serviks matang
(4) Semua pasien harus diakhiri kehamilannya bila telah mencapao
308 hari (44 minggu) tanpa melihat keadaan serviks
c) Pasien kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti diabetes
meliutus, preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa
memandang kedaan serviks
b. Pengelolaan inpartu
a) Pasien tidur miring kesebalah kiri
b) Pemantauan dengan KTG kontinyu
26

c) Bila perlu lakukan resisutasi intrauterine


d) Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan
kehadiran dokter spesialis anak mutlak diperlukan
e) Segera setelah lahir, anak harus diperiksa akan kemungkinan
hipoglikemia, hiporolemi, hipotermi, dan polisitemi
c. Mencegah aspirasi mekonium
Apabila ditemukan cairan ketuban yang berwarna mekonium harus
segera dilakukan resusitasi

E. Kewenangan dan peran bidan pada kehamilan lewat waktu


Kewenangan bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu masuk ke
dalam UUD No 28 tahun 2017 pasal 19 ayat 3 (d), yaitu penanganan kegawat-
daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. Deteksi dini bidan pada kehamilan
lewat waktu salah satunya yaitu dengan mengkaji kembali taksiran persalinan
dan HPTH pasien dan saat usia kehamilan sudah memasuki 40-41 minggu
namun belum ada tanda persalinan, bidan dapat menjelaskan tentang kerugian
kehamilan lewat waktu kepada pasien, serta merujuk pasien untuk melakukan
konsultasi denga dokter spesialis kandungan.

F. Aplikasi manajemen kebidanan pada kehamilan lewat waktu


1. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari
hasil anamnesa (wawancara). Data yang diperoleh pada kasus ini berupa
identitas pasien, keluhan utama ibu, riwayat kehamilan, riwayat kesehatan,
riwayat psikologi, sosial dan ekonomi ibu dan lain-lain.
Menurut Manuaba (2010), dalam melakukan pengawasan hamil dapat
diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan:
a. Anamnesa.
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali.
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
27

2. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostic yang menjadi data
fokus untuk mendukung pemberian asuhan, pendokumentasian, dan
tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan analisa.
Pada pemeriksaan diagnostik menurut Manuaba (2010), terdapat dua
pemeriksaan, yaitu :
a. Pemeriksaan USG
1) Hasil USG pada kehamilan postterm dapat dilihat :
2) Gerakan janin berkurang
3) Air ketuban berkurang < 500 cc (oligohidramnion)
4) terjadi insufisiensi plasenta
b. Amnioskopi
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung
mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.
3. Analisa
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data objektif
yang didapat. Setelah mengidentifikasi data maka diperoleh analisa pada
kasus ini yaitu Ny. Y, 29 tahun G2P1A0, hamil 43 minggu dengan kehamilan
lewat waktu. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, Keadaan
ibu dan janin baik.
4. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan analisa.
Menurut Saifuddin (2010) penatalaksanaan kehamilan postterm diawali
dari umur kehamilan 41 minggu. Bila dipastikan umur kehamilan
mencapai 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan
serviks.
a) Bila serviks sudah matang (skor bishop >5) dilakukan induksi
persalinan. Namun apabila terdapat janin besar lakukan tindakan
sectio caesaria.
28

b) Pada serviks yang belum matang (skor bishop <5) maka diperlukan
pengkajian janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
c) Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri dengan
persalinan anjuran.
BAB III
METODOLOGI

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah
metode studi kasus, yaitu meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses
yang terdiri dari unit tunggal. Dengan memusatkan diri secara intensif terhadap
suatu objek tertentu, dan mempelajarinya sebagai suatu kasus.
Menurut Nawawi (2003), Studi kasus adalah metode dengan memusatan
diri secara intensif terhadap satu objek tertentu, dengan sebagai suatu kasus.
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk
SOAP. Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian
berdasarkan teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Pendokumentasian SOAP terdiri dari:
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari
hasil anamnesa (wawancara). Data yang diperoleh pada kasus ini berupa
identitas pasien, keluhan utama ibu, riwayat kehamilan ibu dan lain-lain.
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostic yang menjadi data
fokus untuk mendukung pemberian asuhan, pendokumentasian, dan
tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan analisa.
3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data objektif
yang didapat. Setelah mengidentifikasi data maka diperoleh analisa pada
kasus ini yaitu Ny. Y, 29 tahun G2P1A0, hamil 43 minggu dengan
kehamilan lewat waktu. Janin tunggal hidup presentasi kepala, Keadaan ibu
dan janin baik.
4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pndokumentasian tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan analisa.

29
30

B. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer dan sekunder:
1. Data Primer
Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau
hasil pengujian (benda). Adapun data primer yaitu :
a. Anamnesis/Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan orang tua dan keluarga klien
guna mendapatkan data yang diperlukan memberi asuhan kebidanan
pada klien tersebut.
b. Observasi
Metode ini meupakan metode pengumpulan data tentang perilaku
manusia. Perilaku yang diobservasi mungkin pasien atau orang-orang.
Observasi dilakukan terhadap semua tindakan dan terapi oleh bidan
dan dokter dalam memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ny. Y, 29 tahun G2P1A0, hamil 43 minggu dengan kehamilan lewat
waktu. Janin tunggal hidup presentasi kepala, Keadaan ibu dan janin
baik.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk memperoleh data objektif klien yang sebenarnya, yang
dilakukan secara sistematis dan teliti sehingga didapatkan hasil yang
akurat. Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis kepada klien
meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan
pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai kebutuhan dan indikasi.
2. Sumber data Sekunder
Penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik
31

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.


Adapun data sekunder yaitu :

a. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dai catatan
penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.
Membaca dan mempelajarai status kesehatan klien yang bersumber
dari catatan dokter/ bidan maupun hasil pemeriksaan penunjang
lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam menyelesaikan asuhan
kebidanan komprehensif ini.
b. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku atau literatur, mengambil data-data internet yang
terpercaya, membaca buku yang berkaitan dengan kasus asuhan
komprehensif ini.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Intranatal


Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 16 Februari 2018
Waktu Pengkajian : 09.35 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi
Pengkaji : Youlanda Elsa Leo

A. Data Subjektif
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : Ny. Y Tn. W
Usia : 29 tahun 32 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SD
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Parakanlima
Golongan Darah :A
b. Keluhan utama
Ibu mengaku kehamilannya sudah lewat bulan dan saat ini sudah mulai
merasa mulas namun belum teratur dan keluar lendir darah tetapi belum
keluar air-air dari jalan lahir.
c. Riwayat Kehamilan
1) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua.
HPHT : 14-04-2017 (TP : 21-01-2018). Ibu pertama kali
melakukan tes kehamilan saat usia kandungan memasuki 5 minggu.
Gerakan Janin dirasakan aktif, kurang lebih 8x sehari dan gerakan
terakhir dirasa sekitar 10 menit yang lalu. Ibu mengatakan pertama
kali mendengar detak jantung janin pada usia kehamilan 12 minggu
saat diperiksa oleh bidan dan gerakan janin pertama kali dirasakan

32
33

saat usia kandungan memasuki 12 minggu. Selama hamil ibu


mengatakan berat badannya tidak mengalami kenaikan berat badan
dan tinggi badan 154 cm, sebelum hamil berat badan ibu 75 kg dan
saat hamil berat badan ibu tetap 75 kg (IMT 31,6). Ibu mengatakan
mengalami kenaikan tensi seminggu yang lalu, tensi ibu 150/90
mmHg. Ibu kadang tidak mengkonsumsi tablet penambah darah,
karna mual setelah meminum obat tersebut tetapi ibu rutin
meminum vitamin yang lainnya diberikan oleh bidan. Ibu sudah
imunisasi TT 2 kali saat usia kehamilan 12 minggu dan 27 minggu.
ibu merasa khawatir dengan kehamilannya sejak memasuki usia
kehamilan 40 minggu dan klien belum merasakan ada tanda-tanda
persalinan. Saat ibu melakukan pemeriksaan di bidan, ibu diminta
untuk konsultasi ke dokter kandung dan hasilnya ibu harus kembali
seminggu kemudian jika belum ada tanda persalinan, namun karena
rasa takut akhirnya ibu baru kembali ke bidan saat dirasakan ada
tanda persalinan.
2) Ibu datang ke PONEK RSUD Sekarwangi atas rujukan Bidan N
pada tanggal 16 Januari 2018 pukul 00.30 karena usia kehamilan
ibu yang sudah lewat bulan.
3) Riwayat pemeriksaan di BPM
Ibu datang ke BPM bidan N pukul 21.30 WIB, mengeluh merasa
mulas namun belum teratur, belum keluar air-air dan sudah keluar
lendir sejak kemarin malam (15 Januari 2018) jam 20.30 WIB,
Gerakan janin dirasa aktif. Di bidan dilakukan pemeriksaan
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 86x/menit, suhu 36,6°C dan
dilakukan pemeriksaan dalam, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm,
ketuban utuh, presentasi kepala, Hodge 1, DJJ 142x/menit, TFU 28
cm.
34

d. Riwayat Kehamilan yang lalu


Kehamilan
Persalinan Nifas Keadaan anak
Anak
Tahun
ke Jenis BB
UK Penyulit Penolong Penyulit Penyulit JK
persalinan Lahir
Tidak Tidak Tidak Laki-
1 2009 Aterm Normal Bidan 3200g
ada ada ada laki

e. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti jantung
berdebar-debar dan terasa sakit di dada sebelah kiri, ibu tidak pernah
merasa sesak di dada, tekanan darah tinggi, ibu tidak pernah
merasakan nyeri pada pinggang yang berlebihan, batuk berbulan-
bulan, sakit kuning, kencing manis, terasa sakit saat BAK dan keluar
nanah.
f. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan KB IUD selama 3 tahun dan dilepas
karena ingin memiliki anak.
g. Riwayat Psikososial Ekonomi
Ibu menikah secara sah pada usia 20 tahun dan suami usia 23 tahun.
Ini merupakan pernikahan pertama untuk ibu dan suaminya. Ibu cemas
dengan kehamilannya karna jarak kehamilan pertama dengan yang
sekarang cukup jauh, serta ibu takut persalinan mengalami penyulit,
suami dan keluarga juga mendukung atas kehamilan ini. Suami dan ibu
sebagai pengambil keputusan dirumah. Ibu mengatakan tidak ada
pantangan selama kehamilan. Ibu dan suami menggunakan dana
persalinan dengan BPJS KIS.
h. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Sebelum hamil
Ibu makan 2 kali sehari dengan menu nasi, sayur, tempe dan
tahu.
35

b) Selama hamil
Ibu makan 2 kali sehari dengan nasi, sayur, tempe dan tahu,
tidak ada pantangan.
c) Makan terakhir
Ibu makan pukul 07.30 dengan makanan rumah sakit, sayur,
buah, nasi, dan ayam.
2) Hidrasi
a) Sebelum hamil
Ibu minum air putih kurang lebih 6-7 gelas sehari.
b) Selama hamil
Ibu minum air putih kurang lebih 8 gelas sehari.
c) Minum terakhir
Ibu minum terakhir air putih setengah botol air mineral 350cc
dan teh hangat 1 gelas
3) Eliminasi
a) Sebelum hamil
Ibu BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5 kali sehari
b) Selama hamil
Ibu BAB masih lancar 1 kali sehari, sesudah hamil ibu BAK
kurang lebih 6 kali sehari, tidak ada keluhan.
c) Eliminasi terakhir
Ibu terakhir BAB kemarin sore dan BAK 1 jam yang lalu
4) Kebiasaan Hidup
a) Sebelum hamil
Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, atau
menggunakan obat-obatan terlarang dan jamu.
b) Selama hamil
Ibu juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, atau
menggunakan obat-obatan terlarang dan jamu.
36

5) Kegiatan Sehari-hari
a) Sebelum hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, kadang di bantu oleh
suami dan menjaga warung di rumahnya.
b) Selama hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah di bantu oleh keluarga dan
tetap menjaga warung dirumahnya.
6) Istirahat
a) Sebelum hamil
Ibu tiap malam tidur 6 jam sehari, ibu tidak rutin tidur siang
karna ibu memiliki warung.
b) Selama hamil
Ibu tidur 7 jam sehari setiap malam dan kadang ibu tidur siang.
7) Personal Hygiene
a) Sebelum hamil
Ibu mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan mengganti
pakaian 2 kali sehari.
b) Selama hamil
Ibu juga mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan
mengganti pakaian 2 kali sehari.
8) Hubungan Sex
a) Sebelum hamil
Ibu dan suami melakukan hubungan seksual, kira-kira 2 kali
seminggu.
b) Selama hamil
Ibu jarang melakukan hubungan seksual selama hamil. Tidak
ada keluhan saat berhubungan. Terakhir melakukan seminggu
yang lalu.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
37

c. Keadaan emosi : Stabil


2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 86x/menit, teratur
c. Respirasi : 19x/menit, teratur
d. Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata
Sclera putih dan konjungtiva merah muda.
c. Payudara
Bentuk normal, posisi simetris, puting menonjol, tidak ada
benjolan/massa, tidak ada pembesaran pembuluh limfe, tidak ada nyeri
tekan, belum ada pengeluaran kolostrum dan tidak ada hiperpigmentasi
d. Abdomen :
1) Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, terdapat linea nigra di bawah pusatdan
sekitarnya, kandung kemih kosong. His tiga kali dalam sepuluh
menit, lamanya dua puluh detik
a) Leopold I : Fundus teraba bokong. TFU pertengahan
pusat dan Prosesus Xifoideus
b) Mc Donald : 28 cm
c) TBJ : TFU-11x155
28- 11 x 155 = 2.635 gram
d) Leopod II : Punggung teraba sebelah kiri.
e) Leopod III : Bagian terendah teraba kepala.
f) Leopod IV : Sudah masuk PAP. Convergen.
g) Penurunan kepala : 4/5
3) Auskultas : DJJ 138x/menit, reguler.
38

e. Ekstremitas :
1) Atas
Kuku tangan kanan dan kiri tidak pucat, dan tidak ada edema.
2) Bawah
Kuku kaki kanan dan kiri tidak pucat, tidak ada edema, dan tidak ada
varises. Reflex Patella positif.
f. Genetalia :
1) Inspeksi
Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak berbau.
2) Palpasi
Vulva tidak varises, tidak ada benjolan dan tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan bartoline.
3) Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak, Ø 2 cm, ketuban (+), presentasi kepala,
penurunan kepala Hodge I.
g. Anus :
Tidak ada hemorroid
h. Data penunjang :

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin (Hb) 12,3 Gr% 12-14

Golongan Darah A Rhesus (+)


Hasil USG 16-02-2018 → Postterm (42 minggu, 5 hari), plasenta
baik, ketuban cukup

C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, G2P1A0 hamil 43 minggu, inpartu kala I fase laten. Janin
tunggal hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.

D. Penatalaksanaan
10.00 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik.
39

10.05WIB Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk


penanganan kehamilan lewat bulan pada ibu.
Mendapatkan advice dari dokter Sp.OG :
1. NST selama 10 menit
2. jika hasil NST baik lanjutkan dengan pemeriksaan
bishop dan pemberian drip oxytosin 5 iu dengan
dextrose 5%, 20 tetes per menit
3. jika hasil NST buruk pertimbangkan operasi sesar.
10.20 WIB Melakukan pemeriksaan bishop dan NST selama 10
menit → hasil NST baik, bishop score 5
10.40 WIB Memberikan drip oxytosin 5 iu dengan dextrose 5%,
20 tetes per menit
10.48 WIB Membantu ibu mencari posisi yang nyaman. Ibu
memilih berbaring miring menghadap kiri.
10.49 WIB Mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat
dirasa mulas. Ibu melakukan teknik pernapasan
relaksasi dengan cara mengambil nafas dari hidung
lalu mengeluaran lewat mulut.
10.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan
BAK. Ibu sudah BAK, namun belum BAB
10.51 WIB Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat
diantara his.
10.53 WIB Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin 30 menit.

Catatan perkembangan INC


Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 16 Febuari 2018
Waktu Pengkajian : 14.15 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulasnya semakin kuat dan sering. Ibu baru saja minum teh
hangat setengah gelas.
40

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan emosi : Stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 83x/menit, teratur
c. Respirasi : 22x/menit, teratur
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1) Palpasi
Penurunan Kepala 4/5. Kandung kemih kosong. His 3x10 menit
selama 35 detik. Intensitas kuat. Kandung kemih kosong
2) Auskultasi
DJJ 137x/menit, reguler.
b. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan terpasang Infus dextrose 5% 360cc drip oxytosin 5iu
20 tetes per menit. Tidak ada edema pada kedua tangan, kuku tidak
pucat.
2) Bawah
Kaki kanan dan kiri tidak ada edema, kuku tidak pucat.
c. Genetalia :
1) Inspeksi
Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak berbau.
2) Palpasi
Vulva tidak varises, tidak ada benjolan dan tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan bartoline.
41

3) Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak, Ø 2 cm, ketuban (+), presentasi kepala,
penurunan kepala Hodge I.

C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, G2P1A0 hamil 43 minggu , inpartu kala I fase laten. Janin
tunggal hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.

D. Penatalaksanaan
14.20 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik.
14.23 WIB Mengajurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk
mempelancar oksigen ke janin. Ibu memilih berbaring
miring menghadap kiri.
14.25 WIB Mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat dirasa
mulas. Ibu melakukan teknik pernapasan relaksasi dengan
cara mengambil nafas dari hidung lalu mengeluaran lewat
mulut.
14.27 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.
Ibu sudah BAK dan BAB.
14.32 WIB Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat diantara
his.
14.40 WIB Mengobservasi kesejahteraan ibu, janin, dan kemajuan
persalinan per 30 menit.
42

Catatan perkembangan INC


Tanggal : Jumat, 16 Febuari 2018
Waktu : 17.12 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulasnya terasa semakin sering dan kuat, menjalar dari perut
hingga ke pinggang. Terasa seperti ibu ingin BAB, keluar lendir darah semakin
banyak dan merasa keluar air-air dari kemaluan ibu.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan emosi : Stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 23x/menit, teratur
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1) Palpasi
Penurunan kepala 1/5, divergen. Kandung kemih kosong. His 4x10
menit selama 47 detik. Intensitas kuat. Kandung kemih kosong
2) Auskultasi
DJJ 143x/menit, reguler.
b. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan terpasang Infus dextrose 5% 250cc drip oxytosin 5iu
20 tetes per menit. Tidak ada edema pada kedua tangan, kuku tidak
pucat.
43

c. Genetalia :
1) Inspeksi
Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah dan air-air,. Terlihat
perineum menonjol, kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva
2) Pemeriksaan dalam
Portio tidak teraba, Ø 10 cm, ketuban (-), ketuban pecah spontan
berwarna putih keruh pukul 17.12 WIB. Penurunan kepala Hodge
IV, ubun-ubun kecil (UUK) depan, moulage 0.
d. Anus :
Tidak ada hemorroid, terdapat tekanan pada anus

C. Analisa
Inpartu kala II.

D. Penatalaksanaan
17.15 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa sudah boleh
meneran.
17.17 WIB Menjelaskan pada ibu untuk tenang dan bersabar dalam
menghadapi proses persalinan
17.18 WIB Memberikan minum kepada ibu.
17.19 WIB Mendekatkan alat-alat, memakai APD
17.22 WIB Membantu ibu memilihkan posisi yang nyaman untuk
meneran. Posisi dorsal recumbent
17.23 WIB Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar serta
mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat dirasa
mulas. Ibu melakukan teknik pernapasan relaksasi.
17.25 WIB Memimpin persalinan dengan APN. Bayi lahir spontan
pukul 17.55 WIB, menangis kuat, tonus otot baik, jenis
kelamin perempuan.
17.55 WIB Memeriksa janin kedua → tidak ada
44

Catatan Perkembangan INC


Tanggal : Jumat, 16 Febuari 2018
Waktu : 17.55 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan perut ibu masih terasa mulas.

B. Data Objektif
1. Abdomen
TFU sepusat, uterus globuler dan keras, tidak ada janin kedua. Kandung
kemih kosong.
2. Genetalia
Terdapat semburan darah, tali pusat menjulur didepan vulva.
3. Ekstremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang Infus dextrose 5% 160cc drip oxytosin 5iu 20
tetes per menit. Tidak ada edema pada kedua tangan, kuku tidak pucat.
C. Analisa
Inpartu kala III

D. Penatalaksanaan
17.55 WIB Memberitahu ibu bahwa ari-ari belum keluar dan akan segera
dikeluarkan.
17.56 WIB Memberitahu ibu bahwa akan disuntikan Oksitosin 10 IU.
Oksitosin disuntikkan di 1/3 paha luar secara IM
17.57 WIB Menjepit dan memotong tali pusat
17.58 WIB Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
17.58 WIB Melakukan PTT dan memperhatikan tanda-tanda pelepasan
plasenta.
Melahirkan plasenta  terdapat tanda pelepasan plasenta.
Semburan darah, uterus terapa globuler dan keras, tali pusat
45

memanjang di depan vulva. Plasenta lahir pukul 18.01 WIB


18.02 WIB Melakukan massase uterus selama 15 detik. Uterus
berkontraksi dengan baik dan mengajarkan keluarga cara
melalukan massase, serta memberitahu tanya jika uterus
teraba keras, berarti kontraksi ibu baik.
18.03 WIB Memeriksa kelengkapan plasenta → Plasenta lengkap.
18.04 WIB Memeriksa robekan jalan lahir → terdapat robekan
menganti cairan infus dengan RL 500 cc drip oxytosin 20iu
20 tetes per menit.

Catatan Perkembangan INC


Tanggal : Jumat, 16 Febuari 2018
Waktu : 18.04 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya. Ibu merasa masih mulas.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan emosi : Stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 20x/menit, teratur
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras dan globuler, kontraksi baik.
Kandung kemih kosong.
46

b. Genetalia
Terdapat pengeluaran darah ± 70 cc, tampak robekan jalan lahir pada
mukosa dan kulit perineum.
a. Ekstremitas:
1) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL 500cc dengan drip oxytosin 20 iu
20 tetes per menit, kuku tidak pucat dan tidak ada edema pada tangan.
C. Analisa
Inpartu kala IV dengan laserasi derajat 1.

D. Penatalaksanaan
18.04 WIB Memberitahu ibu bahwa ada robekan dijalan lahir.
18.05 WIB Melakukan penjahitan tanpa anastesi. Dua jahitan di
mukosa vagina dan dua jahitan di kulit perineum
18.17 WIB Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan,
kontraksi, kandung kemih selama 2 jam. 1 jam pertama
setiap 15 menit, 1 jam kedua setiap 30 menit.
18.20 WIB Menilai keberhasilan IMD dan kondisi bayi. IMD berhasil
dilakukan di menit ke 70 dan kondisi bayi tampak baik.
18.21 WIB Memberitahu ibu bahwa mulas yang dirasakan adalah
normal, karena rahim yang sedang berkontraksi untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan.
18.22 WIB Membereskan alat-alat. Membereskan ibu dan alas, serta
membantu ibu memakai pembalut.
18.30 WIB Melakukan pemberian terapi oral sesuai dengan protap
dokter Sp.OG di RSUD Sekarwangi dalam pemberian
obat yaitu, Amoxilin 3x500g, Asam mefenamat 3x500g,
SF 1x1
18.31 WIB Memberikan ibu terapi oral Amoxilin 3x500g, Asam
mefenamat 3x500g, SF 1x1
18.32 WIB Mendekontaminasi alat.
18.35 WIB Melakukan pendokumentasian.
47
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang kegiatan selama melaksanakan


asuhan pada Ny. Y 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu dengan kehamilan lewat
waktu di RSUD Sekarwangi kabupaten Sukabumi di mulai dari tanggal 16
februari 2018 sampai 17 februari 2018 dan kunjungan rumah 1 kali pada tanggal
24 februari 2018. Secara umum, asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan
lewat waktu melalui pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif dan
tepat sudah dapat dilaksanakan walaupun ada juga kesenjangan yang ditemukan
antara teori dengan keadaan yang sebenarnya pada kasus tersebut.
A. Data subjektif
Pada kasus tersebut pengkaji mampu memperoleh data subjektif pada Ny.
Y dengan kehamilan lewat waktu di RSUD Sekarwangi. Dari hasil pengkajian
tanggal 16 februari 2018 didapatkan informasi bahwa HPHT : 14-04-2017
dan klien mengatakan bahwa kehamilan sudah lewat bulan. Keluhan klien ini
sesuai seperti pernayataan Prawirohardjo (2010), Kehamilan postterm atau
disebut juga serotinus, kehamilan lewat waktu, merupakan kehamilan dengan
umur kehamilan selama 294 hari (42 minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini
dapat dihitung dari hari pertama haid terakhir menggunakan rumus neagle
dengan siklus rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2010).
Rata-rata ovulasi terjadi pada hari ke 14 sebelum periode menstruasi
berikutnya. Satu hari perlu ditambahkan pada umur kehamilan untuk setiap
kelebihan dari siklus 28 hari dan satu minggu ditambahkan pada siklus 35
hari.
Pada pengkajian riwayat kehamilan diperoleh bahwa klien merasakan
gerakan janin yang dirasakan kurang lebih 8x sehari dan selama hamil ibu
mengatakan berat badannya tidak mengalami kenaikan berat badan, sebelum
hamil berat badan ibu 75 kg dan saat hamil berat badan ibu tetap 75 kg. Hal
ini juga sesuai dengan pernyataan, Manuba (2010) bahwa pada kehamilan
postterm gerak janin menurun, normal janin bergerak dalam 24 jam 10 kali
dan berat badan ibu mendatar atau menurun.

47
48

Ibu mengatakan bahwa berat badan sebelum hamil dan sesudah hamil
tidak memilki kenaikan atau tetap stabil 75 kg, ini tidak sesuai dengan teori
Sukarni (2013), dimana ibu hamil seharusnya mengalami kenaikan berat
badan sekitar 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat ibu tidak mencapai 1
kg. Pada trimester II, 3 kg dan pada trimester III, 6 kg.
Kenaikan berat badan yang ideal untuk ibu yang gemuk yaitu 7 kg dan
12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada waktu terjadi
kehamilan akan terjadi banyak perubahan baik fisik, sosial dan mental ibu.
Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan janin
yang akan dilahirkan.16,18
Pada kasus ini dapat dilihat adanya hubungan dari berat badan ibu yang
tidak pernah mengalami kenaikan atau penurunan selama kehamilan, TFU 28
cm, dan berat badan bayi 2800 gram yang sesuia dengan teori Murkoff Heidi
(2013), berat badan bayi ditentukan oleh beberapa faktor misalnya faktor
genetik, berat badan ibu sebelum mengandung dan jenis makanan yang
membuat berat badan ibu bertambah.
Ibu pertama kali melakukan tes kehamilan saat usia kandungan memasuki
5 minggu, serta ibu pertama kali mendengar detak jantung janin pada usia
kehamilan 12 minggu dan gerakan janin pertama kali dirasakan saat usia
kandungan memasuki 12 minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Prawirohardjo (2010), Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan
postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai
berikut:
1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan doppler.
3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop leannec.
Ibu mengatakan bahwa telah mendengar bunyi detak jantung janin, ini
sesuai dengan teori Manuaba (2007), detak jantung janin baru terdengar
dengan stetoskop laeneac saat usia kandungan 5 bulan dan dengan fetal doppler
49

saat usia kandungan 3 bulan. ibu merasakan gerakan pertama janin saat usia
kandungan 12 minggu, ini tidak sesuai dengan pernyataan Manuaba (2007),
gerakan janin pertama atau quickening, dapat dirasakan saat usia kehamilan 16
minggu, namun ibu bisa saja merasakan gerak janin jika kulit rahim ibu tipis
atau ibu dengan oligohidramnion.
Klien juga mengatakan merasa khawatir dengan kehamilannya sejak
memasuki usia kehamilan 40 minggu dan klien belum merasakan ada tanda-
tanda persalinan. Saat ibu melakukan pemeriksaan di bidan, ibu diminta untuk
konsultasi ke dokter kandung dan hasilnya ibu harus kembali seminggu
kemudian jika belum ada tanda persalinan, namun karena rasa takut akhirnya
ibu baru kembali ke bidan saat dirasakan ada tanda persalinan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirohardjo (2010), bahwa Ibu
dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati
taksiran persalinan. Kewenangan bidan dalam penanganan kehamilan lewat
waktu masuk ke dalam UUD No 28 tahun 2017 pasal 19 ayat 3 (d), yaitu
penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
Deteksi dini bidan pada kehamilan lewat waktu salah satunya yaitu
dengan mengkaji kembali taksiran persalinan dan HPTH pasien dan saat usia
kehamilan sudah memasuki 40-41 minggu namun belum ada tanda persalinan,
bidan dapat menjelaskan tentang kerugian kehamilan lewat waktu kepada
pasien, serta merujuk pasien untuk melakukan konsultasi dengan dokter
spesialis kandungan.
Pada tanda persalinan kala II, Ibu mengeluh mulasnya terasa semakin
sering dan kuat, menjalar dari perut hingga ke pinggang. Terasa seperti ibu
ingin BAB dan keluar lendir darah semakin banyak bercampur air-air dari
kemaluan ibu. Ini sesuai dengan pernyataan Sulityawati (2010), tanda
terjadinya persalinan meliputi pengeluaran cairan, pinggang terasa sakit
menjalar ke depan, terjadi perubahan pada serviks, sifat his teratur, interval
makin pendek, dan kekuatan his makin besar, dengan diiringi pengeluaran
lendir dan darah (penandaan persalinan).
Pada kasus ini diduga penyebab kehamilan lewat waktu Ny. Y adalah
obesitas dimana menurut penilitian M. Galal (2012), mungkin diantara semua
50

faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Postterm adalah obesitas. Ini bukan
bagaimana indeks massa tubuh dapat memperngarui kehamilan dan waktu
persalinan, tetapi wanita dengan obesitas memilki insiden kehamilan
komplikasi yang lebih tinggi, karena wanita gemuk mungkin memilki status
metabolik yang berubah, ada kemungkinan bahwa faktor endokrin terlibat.
Fakor risiko lainnya dalah faktor hormonal dan genetik.

B. Data objektif
Pada kasus tersebut pengkaji berhasil memperoleh data objektif
melalui pemeriksaan fisik pada Ny. Y dengan Kehamilan lewat waktu di
RSUD Sekarwangi.
Pada Ny Y, tanda persalinan kala 1 terjadi selama 7-8 jam, ibu
mengatakan mulas belum terlalu kuat, hal ini sesuai dengan pernyataan
Manuaba (2010), pada permulaan his kala pembuaan berlangsung tidak begitu
kuat, sehingga parturine masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. Sejak pukul
09.35 WIB sampai dengan pukul 14.15 WIB pembukaan tetap 2 cm dan tidak
bertambah, hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010) yaitu, berdasarkan
kurva fierdman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam, dengan perhitungan waktu pembukaan
tersebut, maka kita dapat memperkirakan kapan pembukaan lengkap akan
terjadi.
Pada tanda persalinan kala II terlihat pengeluaran lendir bercampur
darah dan air-air, terlihat perineum menonjol, terdapat tekanan pada anus,
kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva, portio tidak teraba, Ø 10 cm,
ketuban (-), ketuban pecah spontan, penurunan kepala Hodge IV, ubun-ubun
kecil (UUK) kiri depan, moulage 0. Ini sesuai dengan pernyataan Mochtar
(2011) yaitu, tanda gejala kala II
adalah :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk pintu atas
51

panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vagiananya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva vagina dan anus membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi objektif )
yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
2) Terlihatnya bagian kepala bayi dilalui introitus vagina
Pada tanda persalinan kala III terlihat, TFU sepusat, uterus globuler
dan keras, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong, terdapat semburan
darah, tali pusat menjulur didepan vulva. Proses kala III ini berlangsung selama
6 menit. Hal ini sesuai dengan Mochtar (2010), Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua
kali lebih tebal dari sebelumnya. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah antara 100-200 cc.
Pada tanda persalinan kala IV TFU 2 jari di bawah pusat dan
dilakukan massase fundus uteri selama 15 detik saat plasenta telah lahir, tidak
terlihat adanya perdarahan dan terjadi robekan jalan lahir pada mukosa vagina
dan kulit perineum atau derajat 1, serta dilakukan heacting tanpa diberikan
anastesi. Ini sesuai dengan pernyataan Wiknjosastro (2008), Setelah plasenta
lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tinggi fundus
dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan.
Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan dan
periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Saat dilakukan
heacting ditemukan kesenjangan dimana tidak diberikannya anatesi lokal yang
dapat mengurangi rasa sakit dan hal ini juga tidak sesuai dengan asuhan sayang
ibu.
52

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil USG klien, kehamilan


klien lebih dari 42 minggu, keadaan plasenta baik dan ketuban cukup. Sesuai
dengan pernyataan Manuaba (2010), Bila ditemukan air ketuban yang banyak
dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit
dan mengandung mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia. Serta
penyataan Nugroho (2012), Apabila tidak terdapat tanda-tanda insufisiensi
plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
Dilakukan pemeriksaan penunjang selanjutnya yaitu pemeriksaan
menggunakan Non Stress test (NTS) dan di dapatkan hasil Non Stress test
(NTS) dalam keadaan baik. Sesuai dengan pernyataan Nugroho (2012) untuk
menegakkan diagnosa dapat dilakukan, Kardiotokografi yaitu menilai
kesejahteraan janin dengan Non Stress test (NTS) relaktif atau tidak, maupun
Contraction Stress Test (CTS) negatif atau positif.
Pada pemeriksaan fisik bayi ditemukan, rambut bayi hitam, tampak
kulit di telapak tangan dan kaki kering serta sedikit mengelupas, dan kuku yang
sedikit lebih panjang. Data tersebut sesui dengan pernyataan Prawirohardjo
(2010) tentang tanda postmaturisasi pada bayi, Dapat dikendalikan pada
neonatus dengan ditemukan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan,
dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku
tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak paha dan genetalia luar, warna
coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak
menderita dan rambut kepala banyak atau tebal.
Hasil ini juga sesuai dengan Tanda post matur dapat di bagi dalam 3
stadium menurut Sarwono Prawirohardjo (2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
53

Pada kasus ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik bayi bahwa
dari hasil tersebut merujuk pada tanda post matur stadium I, yaitu kulit kering
dan mengelupas.

C. Assesment
Berdasarkan analisis data yang didapat pada saat pengkajian,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka dapat ditegakkan
assessment yaitu Ny. Y usia 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu dengan
Kehamilan lewat waktu. Janin tunggal hidup presentasi kepala. Keadaan ibu
dan janin baik.
Penegakan kehamilan lewat waktu pada kasus ini berdasarkan
pernyataan Sarwono Prawirohardjo (2010) Kehamilan postterm atau disebut
juga serotinus, kehamilan lewat waktu, merupakan kehamilan dengan umur
kehamilan selama 294 hari (42 minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini dapat
dihitung dari hari pertama haid terakhir menggunakan rumus neagle dengan
siklus rata-rata 28 hari.

D. Planning
Berdasarkan assesment yang telah ditegakkan, pengkaji dapat
membuat rencana asuhan sesuai manajemen kebidanan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan metalaksanakan tindakan-tindakan kebidanan sesuai
dengan rencana asuhan yang diberikan serta mengevaluasi hasil dari asuhan
tersebut.
Pada kasus tersebut dilakukan penangan dengan induksi persalinan
dengan metode infus oksitosin, ini sesuai dengan pernyataan Manuaba (2010),
tatalaksana pada ibu bersalin dengan kehamilan postterm memerlukan
pertolongan induksi persalinan atau persalinan anjuran. Persalinan anjuran
bertujuan untuk dapat merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan
berlangsung dan membuktikan keseimbangan antara kepala janin dan jalan
lahir.
54

Menurut Manuaba (2010) terdapat bentuk induksi persalinan per


vaginam yaitu secara medis. Metode Infus Oksitosin merupakan metode yang
paling umum dilakukan. Tindakan dengan metode drip oksitosin :
1. Dipasang infus dekstrosa 5% dengan 5 unit oksitosin.
2. Tetesan pertama antara 8-12 tetes per menit.
3. Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak terdapat his yang adekuat
jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai 40 tetes per
menit.
4. Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc dekstrose
5%.
5. Bila sebelum tetesan ke-40 sudah timbul kontraksi otot rahim yang
adekuat, maka tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan
berlangsung.
6. Pemberian oksitosin maksimal sebanyak 40 tetes per menit dengan
oksitosin sebanyak 10 unit.
Pada hal ini terdapat kesenjangan pada kasus tersebut, karena pada
kasus tersebut pemberian tetesan pertama drip oksitosin adalah 20 tetes per
menit. Seharusnya pemberian tetesan pertama saat dilakukan induksi dengan
infus oksitosin adalah 8-12 tetes per menit yang kemudian setia 15 menit
dilakukan penilaian, bila his tidak adekuat jumlah tetesan ditambah 4 tetes
sampai maksimal tercapai 40 tetes per menit.
Perbedaan pemberian awal tetesan infus ini dikhawatirkan akan
berpengaruh kepada janin, seperti yang diketahui bahwa induksi persalinan
dapat menyebabkan hiperstimulasi yang dapat mengakibatkan gawat janin.
Sebelum dilakukan induksi persalinan dilakukan penilaian
kematangan serviks dengan cara bishop dan didapatkan hasil skor bishop pada
Ny. Y adalah 6, sesuai dengan protap rumah sakit Sekarwangi, yaitu Menilai
derajat kematangan serviks dengan menggunakan skor bishop.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Cunningham (2006),
Keberhasilan induksi sebagian besar bergantung pada keadaan serviks. Pada
tahun 1964, bishop merancang suatu sistem penilaian serviks untuk
memperkirakan tingkat keberhasilan induksi. Jika skor bishop baik (>5), maka
55

kemungkinan keberhasilan induksi dan kelahiran per vaginam adalah tinggi.


Jika skor tidak baik (<5) kemungkinan keberhasilan tidak baik.

Tabel 5.1 Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas


FAKTOR
Skor Pembukaan Pendataran Sation Konsistensi Posisi
cm (%) servik
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1 0 Anterior
3 ≥5 ≥80 +1 +2 - -
Sumber : Cunningham, dkk. (2006)
Segmen bawah uterus merupakan faktor yang sangat penting.
Ketinggian bagian terbawah janin atau station juga penting. Jika skor bishop
baik (>5), maka kemungkinan keberhasilan induksi dan kelahiran per vaginam
adalah tinggi.
Selama dilakukan induksi persalinan pemantauan kesejahteraan ibu
dan janin terus dilakukan, namun tidak tersediannya doppler membuat
terhambatnya dalam melakukan pemantauan kesejahteraan janin, serta ibu juga
dianjurkan untuk tidur miring kiri walaupun terasa tidak nyama karena akan
semakin terasa mulas, namun sesuai dengan pernyataan Manuaba (2010),
kehamilan postterm dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap
rangsangan kontraksi yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam
rahim.
Observasi pada induksi persalinan sangat penting, sehingga
kemungkinan komplikasi dapat ditentukan melalui evaluasi C (cortonen/
denyut jantung janin), H (his yang kuat menuju tetani uteri), P (penurunan
bagian terendah), B (bandle yang mengikat sebagai tanda terjadinya ruptura
uteri yang membakat).
Serta sesuai dengan protap rumah sakit Sekarwangi dalam pengelolaan inpartu
pada ibu dengan kehamilan postterm, yaitu pengelolaan inpartu :
a) Pasien tidur miring kesebalah kiri.
b) Pemantauan dengan KTG berkelanjutan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemerikaan penunjang, diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan rencana
sesuai kebutuhan, serta pembahasan kesesuain serta kesenjangan antara teori
dan kenyataan yang ada telah diuraikan maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y dengan kehamilan
lewat waktu, melalui pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif
dan secara umum telah dapat dilakukan.
1. Data subjektif
Pada kasus tersebut telah dapat diperoleh data subjektif pada Ny. Y
dengan kehamilan lewat waktu. Dari anamnesa didapatkan pada tanggal 16
Februari 2018, HPHT : 14-04-2017 dan Ny. Y datang dengan keluhan Ibu
kehamilannya sudah lewat bulan dan saat ini sudah mulai merasa mulas
namun belum teratur dan keluar lendir darah tetapi belum keluar air-air dari
jalan lahir.
Pada pengkajian riwayat kehamilan diperoleh bahwa klien
merasakan gerakan janin yang dirasakan kurang lebih 8x sehari. Klien juga
mengatakan merasa khawatir dengan kehamilannya sejak memasuki usia
kehamilan 40 minggu dan klien belum merasakan ada tanda-tanda
persalinan.
2. Data objektif
Melalui pemeriksaan pada Ny. Y dengan postterm telah diperoleh data
objektif. Pada pemeriksaan fisik terutama daerah abdomen, didapatkan hasil
fundus uteri teraba bokong dan bagian terendah teraba kepala. Kemudian
pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio lunak, pembukaan 2 cm,
ketuban utuh, presentasi kepala, hodge 1.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil USG klien, kehamilan
klien lebih dari 42 minggu, keadaan plasenta baik dan ketuban cukup. Di
lakukan pemeriksaan penunjang selanjutnya yaitu pemeriksaan

56
57

menggunakan Non Stress test (NTS) dan di dapatkan hasil Non Stress test
(NTS) dalam keadaan baik.
Pada pemeriksaan fisik bayi ditemukan, rambut bayi hitam, tampak
kulit di telapak tangan dan kaki kering serta sedikit mengelupas, dan kuku
yang sedikit lebih panjang.
3. Assesment
Melalui pengjakian dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. Y
dapat ditegakkan assesment yaitu : Ny. Y, usia 29 tahun G 2P1A0 hamil 43
minggu dengan kehamilan lewat waktu. Janin tunggal hidup presentasi
kepala. Keadaan ibu dan janin baik.
4. Planning
Rencana asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan menatalaksanakan tindakan-tindakan
kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan serta mengevaluasi
hasil dari asuhan tersebut pada kasus ini telah dapat dilakukan walaupun
terdapat kesenjangan perencanaan asuhan pada kasus tersebut dengan teori
yang ada.
Rencana asuhan yang dilakukakn pada kasus tersebut yaitu :
a. Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang kehamilan
lewat waktu dalam kehamilan, persalianan dan penanganannya.
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan lain
untuk tindakan pemberian terapi dan tindakan.
c. Konseling mengenai persiapan persalinan dan persalinan.
d. Melakukan asuhan intranatal pada Ny. Y
Pada kasus tersebut dilakukan penanganan perencanaan induksi
persalinan dengan metode infus oksitosin untuk mengurangi resiko
mortalitas serta morbiditas pada Ny Y dan bayinya, namun saat penanganan
ditemukan kesenjangan, yaitu pemberian tetesan infus yang tidak sesuia
dengan teori dan protap rumah sakit dan tidak dilakukannya pemeriksaan
bishop sebelum diberikan induksi persalinan.
58

5. Faktor pendukung
a. Klien sangat kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis
menggali permasalahan serta memberikan asuhan.
b. Adanya kerjasama yang baik dengan dokter Sp.OG dan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y, usia 29 tahun
G2P1A0 hamil 43 minggu dengan kehamilan lewat waktu.
c. Tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional dalam memberiakn
asuhan yang tepat kepada Ny. Y, usia 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu
dengan kehamilan lewat waktu.
d. Adanya protap rumah sakit dalam penanganan kehamilan lewat waktu. di
RSUD Sekarwangi.
6. Faktor penghambat
a. Keterbatasan alat seperti doppler untuk pemantauan kesejahteraan janin
sedikit terhambat, karena harus menunggu penggunaan NST yang
digunakan sebagai doppler penganti.
b. Ketidaksesuaian pemberian tetesan infus oksitosin pada induksi
persalinan dengan teori induksi persalinan dan protap rumah sakit
Sekarwangi.

B. Saran
1. Bagi RSUD Sekarwangi
a. Pihak rumah sakit diharapkan dapat terus meningkatan kualitas sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan bagi seluruh pengguna jasa
pelayanan khususnya pada kasus postterm di RSUD Sekarwangi.
b. Perlu adanya pengkayaan penanganan kasus postterm di rumah sakit
khususnya protap induksi persalinan.
c. Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan mengerti akan tanda bahaya kehamilan lewat
waktu serta mengetahui tanda bahaya ibu nifas yang mungkin terjadi.
59

d. Bagi penulis
Bidan dapat mengetahui tindakan dan penanganan yang tepat pada ibu
bersalin dengan kehamilan lewat waktu, serta dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khusunya pada
kasus kehamilan, persalinan, dan nifas yang beresiko tinggi, seperti
kehamilan lewat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jannah, Nurul. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika. 2011
2. Saifudin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010
3. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo. 2010
4. Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 2010
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan. Bandung. 2016
6. Dinas Kesehatan Sukabumi. Profil Kesehatan. 2016
7. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2013
8. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstectri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC.
2011
9. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009
10. Sulityawati A, Nugraheny E. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Salemba Medika. 2010
11. Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2007
12. Cunningham F.G. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2012
13. Fraser M. D. Myles. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC. 2009
14. Protap penanganan kehamilan lewat waktu atau postterm di RSUD
Sekarwangi
15. Cunningham F.G. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2006
16. Proverawati, Asfuah. Buku Ajar Gizi Untuk Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika. 2009
17. Sukarni, I DKK. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha
Medika. 2013
18. Proverawati, Ibrahim SM. Nutri Janin dan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha
Medika. 2010
19. Murkoff, H. Kitab Hamil Terlengkap Sebelum, Selama Dan Setelah
Melahirkan. Bandung : Qanita. 2013
20. Saifudin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009
21. Galal M, Symonds I, urray H, Petraglia F, Smith R. Postterm Pregnancy.
FVV in Obgyn. 2012. [Di akses tanggal 18 Mei 2018]. Didapat dari :
www.fvvo.be/assets/294/04-Galal_et_al.pdf.
22. Manuaba, Ida Bagus Gede. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. 2007
23. Kementerian Kesehatan. UUD No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta. 2017
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
LEMBAR OBSERVASI

Nama : Ny. Y
Usia : 29 tahun
Alamat : Kp. Leuwiliang RT 02/11 parakanlima, cikembar, Sukabumi

Jam TD N R S DJJ Ø His Ketuban Ket

09.35 WIB 120/80 mmHg 86 x/mnt 19 x/mnt 36.6⁰ 138 x/mnt 2 cm 3x10’ 20’’ Utuh

14.15 WIB 110/80 mmHg 83x/mnt 22 x/mnt 36.7⁰ 137x/mnt 2 cm 3x10’ 35’’ Utuh Drip oxytosin 5iu 20 tpm, sisa
360cc
17.12 WIB 110/80 mmHg 84x/mnt 23x/mnt 36.7⁰ 143x/mnt 10 cm 4x10’ 47’’ Utuh Drip oxytosin 5iu 20 tpm, sisa
250cc
17.55 WIB Inpartu kala III. Drip oxytosin 5iu
- - - - - - - -
20 tpm sisa 160cc
18.04 WIB 110/70 mmHg 84x/mnt 20x/mnt 36.7⁰ Inpartu kala IV. Menganti cairan
- - - - infus dengan RL 500cc+drip
oxytosin 20 iu 20 tpm.

POSTPARTUM

Jam TD N R S TFU Lochea Kontraksi Ket.

20.10 WIB 110/70 mmHg 84x/mnt 18x/mnt 36.7⁰ 2 jari di 1 pembalut Baik Drip oxytosin 20iu 20 tpm, sisa
bawah pusat penuh 440cc
01.0 WIB 120/70 mmHg 84x/mnt 18x/mnt 36.6⁰ 3 jari di 1 pembalut Baik Drip oxytosin 20iu 20 tpm, sisa
17/2 bawah pusat 300cc
14.30 WIB 120/70 mmHg 84x/mnt 18x/mnt 36.6⁰ 3 jari di Setengah Baik Drip oxytosin 20iu 20 tpm, sisa
17/2 bawah pusat pembalut 30cc
Lampiran 1
Asuhan kebidanan postpartum
Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Febuari 2018
Waktu pengkajian : 20.10 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi
Nama pengkaji : Youlanda Elsa Leo

A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan darah yang keluar sebanyak satu pembalu dan ASI ibu
belum keluar.
2. Nutrisi dan hidrasi
Ibu sudah makan bubur ayam pukul 18.45 dan minum terakhir teh hangat ½
gelas air mineral gelas pukul 20.00 WIB. Ibu sudah mengonsumi obat
amoxilin, asam mefenamat SF yang diberikan oleh bidan pukul 19.00 WIB.
3. Eliminasi
Ibu sudah BAK 1 kali tetapi belum BAB.
4. Istirahat
Ibu belum tidur setelah melahirkan.
5. Mobilisasi
Ibu sudah bisa miring kekiri, miring kekanan dan duduk, serta sudah ke
kamar mandi untuk BAK.
6. Laktasi
Ibu sudah menyusui bayinya ± 1 kali, namun ASI belum keluar.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosi : stabil
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 18x/menit, teratur
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda
c. Payudara
Bentuk dan ukuran simetris, kolostrum belum keluar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkan getah bening.
d. Abdomen
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, Kandung kemih kosong.
e. Ekstremitas:
1) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL dengan drip oxytosin 20 iu 20
tetes per menit tersisa 440cc, kuku tidak pucat dan tidak ada
edema pada tangan.
2) Bawah
Kuku kaki kanan dan kiri tidak pucat, tidak ada edema, dan tidak
ada varises.
f. Genetalia
Tampak ada pengeluaran loche rubra, sebanyak 1 pembalut penuh (±
50 cc), berbau khas darah.

C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, P1A0 postpartum 2 jam keadaan baik.
D. Penatalaksanaan
20.12 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga bahwa ibu dalam keadaan baik.
20.13 WIB Mengajarkan ibu cara mengecek kontraksi uterus
yang baik dan benar. Ibu merasakan uterusnya bulat
dan keras, kontraksi baik.
20.15 WIB Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan, mulai
turun dari tempat tidur dan berjalan secara bertahap.
20.21 WIB Membimbing ibu melakukan teknik menyusui yang
benar
20.25 WIB Menganjurkan ibu makan, minum dan istirahat yang
cukup.
20.27 WIB Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa
nifas
21.10 WIB Membantu ibu menganti pakaian dan pembalut ke
kamar mandi.
21.30 WIB Mengantarkan ibu ke ruang Cut Nyak Dien

Catatan perkembangan PNC


Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 17 Febuari 2018
Waktu Pengkajian : 01.00 WIB
Tempat : Ruang CND RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan ASI sudah keluar sedikit
2. Nutrisi dan hidrasi
Ibu sudah makan nasi terakhir pukul 21.00 WIB dan minum terakhir air
mineral 1 gelas (±250 cc).
3. Eliminasi
Ibu sudah BAK 2 kali tetapi belum BAB.
4. Istirahat
Ibu sudah ada tidur ±3 jam
5. Mobilisasi
Ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa dibantu oleh keluarga.
6. Laktasi
Ibu sudah menyusui bayinya ± 3 kali, ASI ibu sudah keluar, walau belum
banyak.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosi : stabil
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 18x/menit, teratur
d. Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda
b. Payudara
Bentuk dan ukuran simetris, kolostrum sudah keluar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkan getah bening.
c. Abdomen
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik., Kandung kemih kosong.
d. Ekstremitas:
1) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL drip oxytosin 20 iu 20 tetes per
menit tersisa 300cc, kuku tidak puvat dan tidak ada edema pada
tangan
2) Bawah
Kuku kaki kanan dan kiri tidak pucat, tidak ada edema, dan tidak
ada varises.
e. Genetalia
Tampak ada pengeluaran loche rubra, sebanyak 1 pembalut
(± 40 cc), berbau khas darah.

C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, P1A0 postpartum 6 jam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
01.05 WIB Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
01.08 WIB Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa
mengonsumsi buah, baik untuk memperlancar buang
air besar dan memakan telur ayam rebus agar
penyembuhan luka jahitan lebih cepat karena banyak
kandungan albumin dan protein di dalam telur ayam
yang dapat membantu penyembuhan luka
01.10 WIB Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa istirahat
yang cukup minimal 6 jam dan tidur siang 1 jam baik
untuk kesehatan ibu.
01.12 WIB Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan
genitalia
01.15 WIB Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas. Ibu
masih mengingat tanda bahaya masa nifas.
Catatan perkembangan PNC
Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 17 Febuari 2018
Waktu Pengkajian : 14.30 WIB
Tempat : Ruang CND RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan ASI sudah keluar sedikit
2. Nutrisi dan hidrasi
Ibu sudah makan nasi terakhir pukul 21.00 WIB dan minum terakhir air
mineral 1 gelas (±250 cc).
3. Eliminasi
Ibu sudah BAK 2 kali tetapi belum BAB.
4. Istirahat
Ibu sudah ada tidur ±3 jam
5. Mobilisasi
Ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa dibantu oleh keluarga.
6. Laktasi
Ibu sudah menyusui bayinya ± 7 kali, bayinya kuat menyusui.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosi : stabil
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 18x/menit, teratur
d. Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda
b. Abdomen
TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi baik., Kandung kemih kosong.
c. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL drip oxytosin 20 iu 20 tetes per
menit tersisa ±30cc, kuku tidak pucat dan tidak ada edema pada
tangan
2) Bawah
Kaki kanan dan kiri kuku kemerahan, tidak ada edema, dan tidak
ada varises.
d. Genetalia
Bersih. tidak ada tanda-tanda infeksi. Tampak ada pengeluaran Loche
Rubra, sebanyak setengah pembalut (± 30 cc), berbau khas.

C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, P1A0 postpartum 1 hari keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
14.35 WIB Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu
sudah diperbolehkan pulang di setelah administrasi
telah selesai diurus dan di lengkapi
14.38 WIB Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa
mengonsumsi buah baik untuk memperlancar buang
air besar.
14.40 WIB Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa istirahat
yang cukup minimal 6 jam dan tidur siang 1 jam baik
untuk kesehatan ibu.
14.42 WIB Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan
genitalia
14.45 WIB Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas. Ibu
masih mengingat tanda bahaya masa nifas.
14.48 WIB Melepaskan infus set dan ibu dperbolehkan pulang.
Ibu pulang pukul 15.00 WIB

Catatan perkembangan PNC


Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 3 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 13.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. Y

A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan kondisi ibu saat ini sangat sehat. Setiap malam ibu
terbangun karena bayinya terbangun dan ingin menyusui. Ibu mengatakan
tidak ada tanda bahaya masa nifas seperti yang sudah dijelaskan.
2. Nutrisi dan hidrasi
Ibu makan 3x sehari dengan nasi, ikan, ayam, tempe, tahu dan sayur, sudah
mengonsumsi buah-buahan seperti pisang, papaya, menteng, dan manggis.
Minum air putih 8-9 gelas sehari
3. Eliminasi
Ibu BAB 1x sehari, BAK 4-5x sehari.
4. Istirahat
Pada siang hari saat bayi tidur, ibu juga tidur, ± 3 jam dan malam hari ± 7
jam.
5. Aktivitas
Selama seminggu ini ibu sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti
menyapu dan mencuci baju bayi, ibu dibantu orang tua dan suami dalam
mengerjakan perkerjaan rumah.
6. Laktasi
Sehari ibu menyusui bayinya lebih dari 10x sehari, 2-3 jam sekali
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosi : stabil
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 84x/menit, teratur
c. Respirasi : 19x/menit, teratur
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda
b. Payudara
Bentuk dan ukuran simetris, ASI sudah keluar banyak, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkan getah bening dan tidak ada massa atau
benjolan.
c. Abdomen
TFU pertengahan pusat dan symfisis, kontraksi baik, distasi rekti 2/5,
Kandung kemih kosong.
d. Ekstremitas:
1) Atas
Tangan kanan dan tangan kiri kuku tidak pucat, dan tidak ada
edema.
2) Bawah
Kuku kaki kanan dan kiri tidak pucat, tidak ada edema, dan tidak
ada varises. Tanda Homan negative
e. Genetalia
Bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi. Tampak ada pengeluaran Loche
sanguinolenta, tidak terlalu banyak di pembalut (± 15 cc), berbau
khas.
C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, P1A0 postpartum 7 hari keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
13.10 WIB Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dalam keadaan
baik.
13.17WIB Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga pola tidurnya.
Bahwa istirahat yang cukup minimal 6 jam dan tidur
siang 1 jam baik untuk kesehatan ibu, tidur yang
kurang menyebabkan ibu pusing dan ASI yang kurang
lancar.
13.18 WIB Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan
genitalia dan luka jahitannya
13.19 WIB Memberitahu ibu untuk mengutamakan pemberian
ASI pada bayi ibu.
13.20 WIB Memberitahu ibu cara perawatan payudara agar
puting tidak lecet.
13.25 WIB Mengingatkan kembali ibu tanda bahaya nifas. Ibu
masih mengingat tanda bahaya nifas.
13.45 WIB Mengingatkan kembali ibu tentang menjaga
kebersihan genetalianya.
14.15 WIB Mengingatan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu
tanggal 02-03-2018 atau saat ada keluhan ke Bidan N
atau ke rumah sakit.
Lampiran 2
Asuhan kebidanan neonatal
Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Febuari 2018
Waktu pengkajian : 18.45 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Rasuna Said (VK) RSUD Sekarwangi
Nama pengkaji : Youlanda Elsa Leo

A. Data Subjektif
Bayi Ny. Y lahir spontan, menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin perempuan lahir tanggal 16 Februari 2018 pukul
17.55 WIB ditolong bidan di RSUD Sekarwangi. Bayi sudah BAB beberapa
saat setelah lahir. Bayi sudah dilakukan IMD, berhasil IMD pada menit ke 70.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus Otot : Aktif
2. Tanda-tanda Vital
a. Laju Nafas : 47x/menit, teratur
b. Laju Jantung : 145x/menit, teratur
c. Suhu : 36,7oC
3. Antopometri
a. Berat Badan : 2800 gr
b. Panjang Badan : 52 cm
c. Lingkar Kepala : 31 cm
d. Lingkar Dada : 30 cm
e. Lingkar Peut : 29 cm
f. Lingkar Lengan Kiri Atas : 10 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut hitam, fontanel mendatar, tidak ada moulage, tidak ada caput
sucsaedenum dan tidak ada cepal hematom.
b. Mata
Simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada pus pada mata. Tidak ada
tanda-tanda infeksi. Tidak ikterus
c. Telinga
Simetris, daun telinga elastis, terdapat lubang pada kedua telinga, tidak
ada pengeluaran cairan abnormal.
d. Hidung
Simetris, terdapat 2 lubang pada hidung, terdapat septum ditengah, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
e. Mulut
Simetris, bibir kemerahan, tidak ada kelainan labioskizis dan
labiopalataoskizis. Lidah bersih, gusi kemerahan.
f. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada massa abnormal.
g. Dada
Puting simetris, areola berwarna gelap, tidak ada retraksi dinding dada,
bunyi nafas dan jantung normal.
h. Abdomen
Sedikit buncit, tali pusat bersih, tidak ada tanda infeksi, terdapat bunyi
bising usus, tidak ada penonjolan tali pusat bayi menangis.
i. Ekstremitas
1) Atas
Simetris, pergerakan aktif, jari-jari lengkap, tidak ada polidaktili dan
sindaktili. Kulit di telapak tangan sedikit mengelupas dan kuku
panjang
2) Bawah
Simetris, pergerakan aktif, jari lengkap, tidak ada polidaktili dan
sindaktili. Terdapat kulit yang mengelupas di bagian tungkai bawah
j. Genetalia
Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat lubang vagina dan
lubang uretra.
k. Anus
Terdapat lubang pada anus
l. Punggung
Tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada cekungan.
m. Kulit
Tampak kemerahan, terdapat verniks sedikit, terdapat sedikit lanugo,
tidak ada bercak mongol, kulit sedikit mengelus di bagian tangan dan
tungkai bawah.
5. Sistem Saraf
a. Refleks Glabella : Positif
b. Refleks Rooting : Positif
c. Refleks Sucking : Positif
d. Refleks Swallowing : Positif
e. Refleks Palmar : Positif
f. Refleks Plantar : Postif
g. Refleks Babinski : Positif
h. Reflek Moror : Postif

C. Analisa
Bayi Ny. Y, Neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan usia 1 jam keadaan
bayi baik.

D. Penatalaksanaan
18.45 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan bayinya baik
18.48 WIB Memberiahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep
mata. Memberikan salep mata kepada bayi.
18.50 WIB Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikkan
Vitamin K untuk pencegahan perdarahan pada bayi
baru lahir. Menyuntikan Vit.K Phytomenadione dosis
1 mg pada paha kiri seara IM.
18.52 WIB Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan
tali pusat, Menyusui bayi 2-3 jam sekali
18.57 WIB Memberitahu suami ibu untuk mengambil vaksin HB0
di Bidan Desa
18.58 WIB Memantau TTV bayi
19.00 WIB Menjaga kehangatan bayi

Catatan perkembangan neonatal


Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 17 Febuari 2018
Waktu Pengkajian : 01.30 WIB
Tempat : Ruang CND RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Bayi Ny. Y menyusui ± 3x sehari. BAK 4x sehari, BAB 1x sehari warna hijau,
konsistensi lunak. Tidur ± 7 jam. Tidak rewel.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus Otot : Aktif
2. Tanda-tanda Vital
a. Laju Nafas : 45x/menit, teratur
b. Laju Jantung : 146x/menit, teratur
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada tanda infeksi.
b. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung.
c. Dada
Tidak ada retrakasi dinding dada. Bunyi nafas dan jantung normal
d. Abdomen
Sedikit membuncit, teraba lembut, tali pusat belum puput, tidak ada
tanda-tanda infeksi,.
e. Genetalia
Bersih, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.

C. Analisa
Neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan usia 6 jam, keadaan bayi baik.

D. Penatalaksanaan
01.30 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi
dalam keadaan baik.
01.35 WIB Mengingatkan kembali untuk memberikan ASI Ekslusif
kepada bayi sampai usia 6 bulan.
01.38 WIB Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
selama 30 menit, saat di rumah nanti.
01.43 WIB Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan dan
kebersihan bayinya.
01.50 WIB Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi. Ibu masih
mengingat tanda bahaya pada bayi.

Catatan perkembangan neonatal


Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 17 Febuari 2018
Waktu Pengkajian : 14.30 WIB
Tempat : Ruang CND RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Bayi Ny. Y menyusu lebih dari 7x sehari. BAK 5-6x sehari, BAB 2x sehari
warna coklat kekuningan, konsistensi lunak. Tidur ± 12 jam. Tidak rewel.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus Otot : Aktif
d. Berat Badan : 2800 gr
2. Tanda-tanda Vital
a. Laju Nafas : 47x/menit. teratur
b. Laju Jantung : 144x/menit, teratur
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada tanda infeksi.
b. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung.
c. Dada
Tidak ada retrakasi dinding dada. Bunyi nafas dan jantung normal
d. Abdomen
Sedikit membuncit, teraba lembut, tali pusat belum puput, tidak ada
tanda-tanda infeksi,.
e. Genetalia
Bersih, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.

C. Analisa
Neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan usia 1 hari, keadaan bayi baik.

D. Penatalaksanaan
14.30 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi
dalam keadaan baik dan bayi diperbolehkan pulang
bersama ibu.
14.33 WIB Memberitahu ibu bayi akan disuntikkan imunisasi HB0.
Menyuntikan imunisasi HB0 pada 1/3 luar paha kanan.
14.35 WIB Mengingatkan kembali untuk memberikan ASI Ekslusif
kepada bayi sampai usia 6 bulan.
14.38 WIB Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
selama 30 menit, saat di rumah nanti.
14.43 WIB Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan dan
kebersihan bayinya.
14.50 WIB Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi. Ibu masih
mengingat tanda bahaya pada bayi.
14.53 WIB Bayi dan ibu diperbolehkan pulang oleh dokter

Catatan perkembangan neonatal


Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 24 Februaru 2018
Waktu Pengkajian : 14.30 WIB
Tempat : Rumah Ny. Y

A. Data Subjektif
Bayi Ny. Y menyusu lebih dari 10x sehari. BAB 2x sehari berwarna coklat
kekuningan konsistensi lunak, BAK lebih dari 10x sehari. Bayi tidur ± 12 jam
sehari, tali pusat puput saat usia dua hari, tanggal 18-02-2018. Ibu tinggal
bersama suami dan anaknya, ibu sering dibantu oleh orang tuanya untuk
mengurus rumah dan menjaga bayinya karena dekat dengan rumah orangtua.
Pencahayaan, ventilasi, sanitasi cukup baik. Sumber air berasal dari sumur,
sampah dibuang ditempat pembuangan sampah dan di kubur. Ibu tidak
memiliki binatang peliharaan.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus Otot : Aktif
d. Berat Badan : 3000 gr
2. Tanda-tanda Vital
a. Laju Nafas : 43x/menit, teratur
b. Laju Jantung : 144x/menit, teratur
c. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Sclera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada tanda infeksi.
b. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung.
c. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada. Bunyi nafas dan jantung normal
d. Abdomen
Sedikit membuncit, teraba lembut, tali pusat sudah puput, tidak ada
tanda-tanda infeksi,.
e. Genetalia
Bersih, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.
C. Analisa
Neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan usia 7 hari keadaan bayi baik.

D. Penatalaksanaan
14.30 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan baik.
14.40 WIB Mengingatkan ibu untuk memberi ASI Ekslusif
kepada bayi sampai usia 6 bulan.
14.50 WIB Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya setiap
pagi. Ibu rutin menjemur bayinya di pagi hari.
15.00 WIB Mengingatkan ibu menjaga kehangatan dan
kebersihan bayi. Ibu menjaga kehangatan dan
kebersihan bayi.
15.10 WIB Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya pada bayi.
Ibu masih mengingat tanda bahaya pada bayi.
15.15 WIB Menjelaskan ibu tentang imunisasi dasar lengkap.
15.35 WIB Mengingatkan kunjungan ulang untuk melakukan
imunisasi BCG dan Polio 1 pada usia bayi 1 bulan
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda bahaya Nifas


Penyuluh : Youlanda Elsa Leo
Hari, Tanggal : Sabtu, 17 Februari 2018
Sasaran/ jumlah : Ny. Y
Tempat : RSUD Sekarwangi

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu
mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanda bahaya pada masa nifas
Dan ibu nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya
pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga mereka dapat
mengetahui dan mengenali apa yang termasuk dalam tanda-tanda bahaya nifas
dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam masa nifas dapat
dideteksi secara dini.

C. Materi
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa
nifas
D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

E. Media
Lembar BALIK

F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu
Pembukaan 1. Salam Pembuka - Menjawab salam
(4 menit) 2. Memperkenalkan diri - Mendengarkan
3. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan jalannya penyuluhan
5. Membagi leaflet
Isi 1. Menjelaskan pengertian masa nifas - Melihat
(20 menit) 2. Menjelaskan tanda bahaya pada - Mendengarkan
masa nifas - Memperhatikan
3. Menjelaskan macam-macam tanda
bahaya pada masa nifas
4. Menjelaskan penanganan yang harus
dilakukan jika mengalami tanda bahaya
pada masa nifas
Penutup 1. Tanya jawab - Mengajukan
(6 menit) 2. Mengakhiri penyuluhan pertanyaan
3. Salam penutup. - Menjawab
- Menjawab salam
G. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan :
1. Apa pengertian dari masa nifas?
2. Sebutkan tanda bahaya pada masa nifas dan cara penanganannya?
Hasil :
1. Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.

Materi Penyuluhan

TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai
dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi
(Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6
minggu berikutnya. (APN, 2008)
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan sebelum hamil yang
lamanya 6 minggu atau 42 hari.

B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas


Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Pendarahan Post Partum
a. Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta
(Prawirohardjo, 2010)
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di Negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
a. Grandemultipara
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
d. Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba
merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas
kesehatan.

2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender waktu
menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya
plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
a. Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua
hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.

Tanda dan gejala


a. Keluarnya cairan dari vagina
b. Adanya bau yang menyengat dari vagina
c. Disertai dengan demam > 38oC
Penanganan
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.

3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)


Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-
involusi (Rustam Muchtar, 2008).
Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
a. Tanda dan gejala
1) Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya
2) Fundus masih tinggi
3) Lochea banyak dan berbau
4) Pendarahan
b. Penanganan
Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.

4. Nyeri pada Perut dan Panggul


a. Tanda dan gejala
Peritonitis: Peradangan pada peritoneum
1) Demam
2) Nyeri perut bagian bawah
3) Suhu meningkat
4) Nadi cepat dan kecil
5) Nyeri tekan
6) Pucat muka cekung, kulit dingin
7) Anoreksia terkadang muntah
b. Penanganan
Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke
fasilitas kesehatan.

5. Pusing dan Lemas yang Berlebihan


Menurut Manuaba (2008), pusing dan lemas pada masa nifas dapat
disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan
kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a. Tanda dan gejala
1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian
kepala
2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah
3) Lemas
b. Penanganan
1) Lakukan istirahat baring
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Meminum tablet fe selama 40 har
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)

6. Suhu Tubuh Ibu >38oC


Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi
nifas.
a. Tanda dan gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38 oC
b. Penanganan
1) Istirahat baring
2) Kompres dengan air hangat
3) Perbanyak minum
4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

7. Penyulit dalam Menyusui


Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal kehamilan
dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu
sehingga duktusnya tidak tersumbat.
Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu dapat
menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu
sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan teknik
menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui. Putting lecet
dapat disebabkan karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak
benar, bila lecetnya luat menyusui 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan
tangan atau pompa (Manuaba, 2008)
Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:
a. Bendungan ASI
1) Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting susu.
2) Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang,
panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.

1) Penanganan
a) Susukan payudara sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui,
sanggah payudara.
e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.
b. Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3 minggu
setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman yang menyebar
melalui luka pada putting susu/peredaran darah (Manuaba, 2008)
1) Tanda dan gejala
a) Payudara membesar dan keras
b) Payudara nyeri, memerah dan membisul
c) Suhu tubuh meningkat dan menggigil
2) Penanganan
a) Sanggah payudara
b) Kompres dingin
c) Susukan bayi sesering mungkin
d) Banyak minum dan istirahat yang cukup
c. Abses payudara
Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang kemerahan
terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala sama dengan
mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus (nanah)
(Manuaba, 2008).
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda bahaya bayi baru lahir


Penyuluh : Youlanda Elsa Leo
Hari, Tanggal : Sabtu, 17 Februari 2018
Sasaran/ jumlah : Ny. Y
Tempat : RSUD Sekarwangi

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta diharapkan dapat mengetahui tanda -
tanda bahaya pada bayi baru lahir

B. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat :
1. Memahami tentang tanda - tanda bahaya bayi baru lahir
2. Membawa bayi segera ketenaga kesehatan bila terjadi dari tanda - tanda
bahaya bayi baru lahir

C. Media
Leaflet / Poster

D. Materi
Terlampir

E. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
Pembukaan - Mengucapkan - Menjawab salam
(2 menit) salam - Mendengarkan
- Menyampaikan
tujuan
Inti Isi materi
(30 menit) penyuluhan
Menjelaskan tentang - Mendengarkan
pengertian bayi baru
lahir
Menjelaskan - Mendengarkan
pengertian tanda -
tanda bahaya bayi baru
lahir - Memperhatikan
Menjelaskan tanda -
tanda bahaya pada bayi
baru lahir
Penutup - Tanya jawab - Mengajukan pertanyaan
(3 menit) - Mengakhiri - Menjawab
penyuluhan - Menjawab salam
- Salam

G. Evaluasi
Jenis Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian bayi baru lahir ?
2. Sebutkan 3 tanda bahaya pada bayi?
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah mampu
hidup di luar kandungan (Ibrahim Kristina S. 1984. Perawatan Kebidanan
jilid II,Bandung).

B. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada
bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.

C. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan
pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang
kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak
mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini akan berefek
pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah
dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan
adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi
demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi
anda kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah
lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan
biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah
yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu
sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat
dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi
kita merintih terus meneruswalau sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-
hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi.
Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat
bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan
kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk
dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda
tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih
perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat bayi
anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian
yang basah
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang
berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air
hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika
kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari
setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja
bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut
pada dokter.
Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya :
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut
perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di kamar
bersalin) :
a. Tidak bernafas
b. Sesak nafas
c. Sianosis sentral ( kulit biru)
d. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
e. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
f. Kejang
Kondisi perlu tindakan awal
a. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
b. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera
(oleh tenaga di kamarbersalin):
a. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
b. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai