Ny. N, 26 tahun GIP000 datang ke kamar bersalin dengan keluhan lemas, rujukan dari
bidan karena postdate. HPHT: 25 Februari 2020. Dari hasil pemeriksaan VT belum ada
pembukaan , ketuban masih utuh, blood show -. Pemeriksaan leopold didapatkan: Letak
Kepala, belum masuk PAP, TFU 36cm, Punggung Kanan, DJJ: 144x/menit. his belum ada.
Tugas:
1) Tuliskan asuhan keperawatan pada klien dg inpartu Kala I, II, III, dan IV sekaligus
penatalaksanaan neonatus (persalinan berjalan dengan normal)
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Klien belum pernah menderita penyakit menular, namun klien pernah menderita gastritis.
Prenatal : Pada trimester I, klien mengalami hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan).
Saat ini, klien belum merasakan his (kontraksi rahim)
Penyakit/operasi yang pernah diderita: klien belum pernah mendapatkan tindakan pembedahan,
pernah menderita gastritis sebelum kehamilan pertama.
Penyakit yang pernah diderita keluarga: Ayah Ny.N menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2.
Ny. N mengatakan bahwa ibunya pernah mengalami kehamilan yang lama hingga 43 minggu
saat melahirkan adiknya.
Lain-lain:
Usia
Hamil Usia Jenis anak KB/ Jenis/
Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat Lama
ini
1 43 Rencana Bidan Hiperemesis 4000 2 hari Belum
minggu persalinan gravidarum gram direncanakan
normal Klien
Genogram
P : nyeri disebabkan karena kontraksi uterus yang dipicu oleh induksi dengan amniotomi.
Q : nyeri terasa mulas seperti ingin BAB dan rasa nyeri sama seperti nyeri pada menstruasi
namun lebih nyeri.
R : di area abdomen, menyebar ke panggul dan tulang belakang
S:9
T : nyeri timbul berturutan selama 5 menit dan tidak hilang dalam 1 jam.
Kala I : ibu merasakan nyeri persalinan selama 7-8 jam, klien sering melakukan nafas dalam
dan relaksasi secara mandiri dibantu dengan suami selama kontraksi pada kala I
Kala II : ibu mengejan secara aktif.
Postpartum:
Fundus uteri: 2 cm di bawah pusat (pada hari ke 3 post partum),; kontraksi uterus: fundus uteri
teraba lunak (tidak ada kontraksi uterus)
Luka: episiotomi (keadaan luka jahitan episiotomi : bersih, tidak ada edema, ekimosis /
perdarahan, tidak ada pus), terasa nyeri pada luka episiotomi, ; Lain-lain: Tidak ada
Keadaan payudara setelah melahirkan : payudara bengkak
Klien tampak meringis menahan nyeri pada episiotomi
Masalah keperawatan:
Risiki Infeksi (D. 0142)
Nyeri Melahirkan (D. 0079)
Risiko perdarahan (D.0012)
Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075)
Keputihan : Tidak ada ; Perdarahan: ada (450 cc), lochea rubra
Laserasi : episiotomi, derajat II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
Ibu merasakan nyeri pada luka episiotomi
P : nyeri disebabkan karena luka jahitan episiotomi
Q : nyeri seperti panas dan ditusuk tusuk
R : area perineum yang dilakukan insisi.
S:5
Genitalia
5 5
Kontrasepsi: klien belum pernah mendapatkan kontrasepsi karena merupakan kehamilan pertama
Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan
kali.
Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): klien merasakan lega setelah bayinya lahir, Ny.N
bekerja sama dengan suami dalam perawatan bayi, klien merasakan kepuasan dalam merawat bayi,
Ny. N dapat memberikan ASI dengan baik, bayi dapat menyusu dengan baik, tidak ada gangguan
dalam proses menyusui, suami turut serta mendukung istri dalam proses menyusui. Selain itu, Ny.
N sering mengikuti kelas kelas online yang berkaitan dengan dunia parenting dan persiapan
persalinan.
Merokok: suami tidak merokok
Obat-obatan/Jamu: klien jarang mengkonsumsi obat obatan tertentu atau jamu jamuan selama
hamil.
Lain-lain:
12,10 g/dl
dari taksiran
Hematokrit
persalinan
(HCT) : H
36,26 % Pada usia kehamilan
MCV : 83,77 16 – 26 minggu,
mm3 pemeriksaan
MCH : 28,10 diameter biparietal
pg (biparietal
RDW : 13,66 % diameter/BD) dan
PLT : 180.103 / panjang femur
mL (femur length / FL),
MPV : 10,98 fL memberikan
ketepatan ± 7 hari
dari taksiran
persalinan
1) Data Dasar
1) Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. N
Usia : 2 hari
Jenis kelamin : laki laki
Lahir tanggal : 15 Desember 2020
2) Riwayat kelahiran
BB lahir : 4000 gram
Keadaan bayi : normal
Jenis persalinan : Normal (pervaginam)
Apgar Score : 9 / 10
Refleks rooting, sucking, dan swallowing positif
Bayi menangis kuat.
Berat plasenta : 500 gram, tidak ada kelainan.
Panjang tali pusat : 52 cm.
3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum baik
b. Suhu 36,6 C
c. Nadi : 140 x / menit
d. RR : 42 x / menit
e. Berat badan lahir : 4000 gram
f. PB : 52 cm
g. Lingkar kepala : 36 cm
h. Lingkar dada : 35 cm
i. Lingkar perut : 34 cm
j. Lingkar lengan : 13 cm
k. Menangis kuat
4) Sistem Integumen
Warna kulit pink, verniks kaseosa di badan kurang, rambut lanugo kurang pada seluruh
tubuh. Hidrasi baik, tidak terdapat nevi, terdapat eritema toksikum di daerah leher dan
wajah, terdapat milia di sekitar hidung.
5) Kepala dan Leher
Bentuk kepala bulat, lingkar kepala 36 cm, tidak terdapat molding, tidak terdapat
kaput suksedaneum, tidak terdapat sefalhematoma, sutura teraba dan menyatu,
terdapat ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil, terdapat rambut, terdapat pergerakan
leher.
6) Mata
Mata simetris, refleks mata baik, konjungtiva ananemis, sklera anikterik.
7) Hidung dan mulut
Lubang hidung terbuka, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada pengeluaran cairan
pada hidung. Mulut simetris, refleks menghisap baik, tidak ada kelainan pada
palatum, membran mulut lembab.
8) Telinga
Posisi telinga kanan dan kiri simetris, bentuk telinga normal, terdapat lubang telinga
pada kedua telinga, tidak ada keluaran pada telinga, merespon terhadap suara.
9) Dada
Simetris, tidak ada retraksi pernapasan, bunyi napas vesikuler, RR 42 x/mnt, lingkar
dada 35 cm.
10) Abdomen
Tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada perdarahan, tali pusat
belum mengering, auskultasi bising usus 4 x/mnt dan lingkar perut 34 cm.
11) Punggung
Fleksibilitas tulang punggung baik, simetris, terdapat lanugo, tidak ada kelainan
tulang punggung.
12) Genitalia dan Anus
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada genetalia. Terdapat anus, tidak ada
kelainan pada anus.
13) Ekstremitas
Jari tangan dan kaki lengkap tidak ada kelainan bentuk, nadi brachial teraba, nadi
femoral teraba, terdapat garis telapak kaki dan tangan, posisi kaki dan tangan
simetris, pergerakan aktif dan tidak ada tremor.
14) Sistem neurologi
Refleks morro positif, refleks rooting positif, refleks sucking positif, refleks
swallowing positif, refleks babinski positif, refleks menggenggam baik, refleks tonus
leher baik, refleks tendon baik dengan cara lutut bayi diketukan dengan jari telunjuk
atau jari tegah, menangis kuat.
15) Nutrisi
Bayi diberikan ASI pertama kali pada tanggal 15 Desember 2020 15:15 WIB, air
susu yang keluar cukup banyak.
16) Neonatus
Bayi Ny. N BAB pertama pada tanggal 16 Desember 2020 pukul 06.00 WIB,
terdapat meconium hijau kehitaman, dan BAK pertama pada tanggal 15 Desember
2020 pukul 20.00 WIB kuning jernih.
17) Data lain yang menunjang
Hasil pemeriksaan golongan darah pada bayi Ny. N adalah O dengan rhesus positif,
hasil pemeriksaan GDS 53 mg/dl, hasil pemeriksaan bilirubin 7,3 mg/dl.
18) Penatalaksanaan neonatus
salep mata (fenicol) : dioleskan masing masing pada mata kanan dan kiri
Vitamin K (phytonadione) 1 mg yang diberikan melalui injeksi IM pada paha kiri
atas
Hepatitis B 0,5 ml diberikan melalui injeksi intramuscular pada paha kanan atas.
19) Masalah Keperawatan : Risiko Hipotermia (D. 0140)
FORMAT ANALISA DATA
DO:
Ekspresi wajah ibu meringis
Ibu sering mencari posisi untuk
meringankan nyeri
Uterus teraba membulat
TD : 130 / 80 mmHg
N : 100 x / menit
Klien mengalami gangguan
tidur saat kala I persalinan (7 –
8 jam sebelum persalinan)
Diaforesis +
DS: klien mengeluh tidak Proses persalinan normal Ketidaknyamanan pasca
nyaman setelah persalinan, partum (D.0075)
terasa nyeri pada luka Perubahan fisik setelah
episiotomi. persalinan
P : nyeri disebabkan karena
luka jahitan episiotomi
Q : nyeri seperti panas dan Peningkatan produksi hormon
ditusuk tusuk prolaktin
R : area perineum yang
dilakukan insisi. Alveoli mulai terisi ASI
S:5
T : nyeri hilang timbul Pembengkakan payudara
KALA I – II :
1. Nyeri Melahirkan (D. 0079) berhubungan dengan dilatasi serviks dan pengeluaran janin
ditandai dengan mengeluh nyeri (skala nyeri 9), perineum terasa tertekan, menunjukkan ekspresi
wajah meringis, klien mencari posisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat, TD meningkat
(130 / 80 mmHg), nadi meningkat (100 x / menit), gangguan tidur (7-8 jam sebelum persalinan),
diaforesis +.
KALA III-IV
2. Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan komplikasi pasca partum (atonia uteri) ditandai
dengan tidak merasakan kontraksi uterus yang aktif pasca persalinan, fundus uteri 2 cm dibawah
umbilikus, teraba lunak (tidak ada kontraksi uterus), lochea rubra (perdarahan sebanyak 450 cc).
3. Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075) berhubungan dengan trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran dan pembengkakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, ditandai
dengan mengeluh tidak nyaman setelah persalinan, tampak meringis, terdapat luka episiotomi dan
terasa nyeri, payudara bengkak, diaforesis +, TD 130 / 80 mmHg, N : 100 x / menit.
POST PARTUM
4. Risiko Infeksi (D. 0142) dibuktikan dengan efek prosedur invasif (episiotomi yang menimbulkan
luka dan jahitan)
NEONATUS
5. Risiko Hipotermia (pada neonatus ) (D. 0140) dibuktikan dengan bayi baru lahir dan
kurangnya lapisan lemak subkutan
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Keperawatan (P-E- Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
S)
15/11/2020 Nyeri Melahirkan (D. 0079) Setelah melakukan asuhan Terapi Relaksasi (I. 009326) Observasi :
(saat berhubungan dengan dilatasi keperawatan selama 1 x 24 jam, a. Membantu klien meningkatkan
persalinan) serviks dan pengeluaran janin tingkat nyeri melahirkan Observasi : kemampuan relaksasi secara mandiri
ditandai dengan mengeluh nyeri menurun, dengan kriteria hasil : a. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah b. Klien mampu melakukan teknik
(skala nyeri 9), perineum terasa Tingkat Nyeri (L.08066) efektif digunakan. relaksasi nafas dalam
tertekan, menunjukkan ekspresi b. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan c. Relaksasi dapat membantu frekuensi
wajah meringis, klien mencari Keluhan nyeri menurun (skala 0- penggunaan teknik sebelumnya. nadi, tekanan darah, dan suhu menjadi
posisi meringankan nyeri, 4) c. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, teratur
uterus teraba membulat, TD Meringis menurun tekanan darah, dan suhu sebelum dan d. Klien merasa lebih rileks
meningkat (130 / 80 mmHg), Kesulitan tidur menurun sesudah latihan Terapeutik
nadi meningkat (100 x / menit), Diaforesis menurun d. Monitor respons terhadap terapi relaksasi. a. Lingkungan yang tenang dan suhu
gangguan tidur (7-8 jam Perineum terasa tertekan menurun Terapeutik yang tidak terlalu dingin / panas dapat
sebelum persalinan), diaforesis Uterus teraba membulat menurun a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa menurunkan ketegangan
+. Pola tidur membaik gangguan dengan pencahayaan dan suhu b. Membuat klien memahami terapi
ruang nyaman, jika memungkinkan. relaksasi
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan c. Pakaian yang ketat akan menciptakan
dan prosedur teknik relaksasi. ketidaknyamanan pada klien
c. Gunakan pakaian yang longgar d. Suara yang lembut dan berirama dapat
d. Gunakan nada suara lembut dengan irama meningkatkan fokus klien
lambat dan berirama. Edukasi
Edukasi a. Meningkatkan pemahaman klien
a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis tentang teknik relaksasi nafas dalam
relaksasi yang tersedia (misalnya dengan b. Klien membutuhkan untuk posisikan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam diri sebelum terapi dimulai
untuk mengurangi nyeri persalinan, c. Latihan relaksasi nafas dalam jika
dilakukan setiap kontraksi uterus muncul/5 terus diulangi dapat membantu
menit sekali). menurunkan nyeri persalinan
b. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
c. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
d. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
e. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(teknik relaksasi nafas dalam)
15/12/2020 Risiko perdarahan (D.0012) Setelah melakukan tindakan Perawatan Pasca Persalinan (I.07225) Observasi :
dibuktikan dengan komplikasi keperawatan selama 3x24 jam, a. Mengantisipasi adanya peningkatan
pasca partum (atonia uteri) maka tidak ada risiko perdarahan,
Observasi : tekanan darah setelah persalinan
ditandai dengan tidak merasakan dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda tanda vital b. Indikasi perdarahan dapat dilihat dari
kontraksi uterus yang aktif pasca Tingkat perdarahan (L.02017) b. Monitor keadaan lokea (misal, warna, keadaan lokea (darah nifas yang
persalinan, fundus uteri 2 cm jumlah, bau dan bekuan darah), dilakukan pertama kali muncul)
dibawah umbilikus, teraba lunak Perdarahan vagina menurun setiap 2 jam sekali. c. Perineum dapat timbul robekan karena
(tidak ada kontraksi uterus), (100 – 300 cc) c. Periksa perineum atau robekan (kemerahan, terputusnya kontinuitas jaringan akibat
lochea rubra (perdarahan Tekanan darah membaik edema, ekimosis, pengeluaran, penyatuan insisi.
sebanyak 450 cc). (90 / 60 mmHg – 120 / 80 mmHg) jahitan), dilakukan setiap 2 jam sekali. d. Tanda hooman positif artinya terdapat
d. Monitor tanda Hooman (setiap 2 jam). nyeri pada betis kaki ketika posisi dorso
Terapeutik : fleksi.
a. Kosongkan kandung kemih sebelum Terapeutik :
pemeriksaan a. Agar miksi tidak muncul saat
b. Masase fundus uteri sampai kontraksi pemeriksaan
kuat, jika perlu b. Masase fundus uteri dapat merangsang
c. Berikan kenyamanan pada ibu kontraksi uterus dan mencegah
d. Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini perdarahan.
e. Fasilitasi ibu berkemih secara normal c. Mencegah kekakuan otot setelah
Edukasi : persalinan
a. Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan d. Mendukung fungsi otot berkemih
keluarga Edukasi
b. Jelaskan pemeriksaan ibu dan bayi secara a. Tanda bahaya nifas adalah muncul nya
optimal perdarahan > 500 cc
c. Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat b. Pemeriksaan ibu dan bayi perlu
dilakukan secara rutin untuk
menghindari perdarahan dan gangguan
pada bayi.
c. Perawatan perineum yang benar dapat
mencegah infeksi
15/12/2020 Ketidaknyamanan pasca Setelah melakukan asuhan Terapi Relaksasi (I. 009326) Observasi :
partum (D.0075) berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, Perawatan Pasca Persalinan (I.07225) a. Gejala yang tidak menyenangkan
dengan trauma perineum selama maka ketidaknyamanan pasca Perawatan Kenyamanan (I.08245) adalah rasa nyeri pada luka episiotomi
persalinan dan kelahiran dan partum berkurang, dengan kriteria dan bengkak pada payudara
pembengkakan payudara dimana hasil : Observasi : b. Menganalisa apakah klien memahami
alveoli mulai terisi ASI, ditandai Status Kenyamanan Pasca a. Identifikasi gejala yang tidak kondisinya saat ini
dengan mengeluh tidak nyaman Partum (L.07061) menyenangkan (rasa nyeri pada luka Edukasi :
setelah persalinan, tampak episiotomi dan bengkak pada payudara) a. Posisi yang nyaman dapat membantu
meringis, terdapat luka keluhan tidak nyaman menurun b. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, mengurangi nyeri
episiotomi dan terasa nyeri, meringis menurun situasi, dan perasaannya b. Kompresi dingin / hangat dapat
payudara bengkak, diaforesis +, luka episiotomi menurun Terapeutik : membantu menurunkan nyeri pada
TD 130 / 80 mmHg, N : 100 x / (tidak ada robekan, edema, a. Berikan posisi yang nyaman area yang nyeri
menit. ekimosis, dan pus) b. Berikan kompres dingin atau hangat c. Kenyamanan lingkungan dimulai dari
Berkeringat menurun (dilakukan pada area yang nyeri, misal mengatur suhu, pencahayaan ruangan,
Payudara bengkak menurun payudara dan perineum) kebisingan, dan kunjungan.
Tekanan darah menurun (90/60 c. Ciptakan lingkungan yang nyaman d. Melibatkan klien untuk menentukan
mmHg – 120/80 mmHg) d. Dukung keluarga dan pengasuh terlibat pengobatan yang sesuai dengan
Frekuensi nadi menurun (60 – 100 dalam terapi / pengobatan keinginan klien
x /menit) e. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan Edukasi :
terapi / pengobatan yang diinginkan. a. Terapi relaksasi dengan teknik nafas
Edukasi : dalam atau latihan pernafasan dapat
a. Ajarkan terapi relaksasi membantu menurunkan tingkat nyeri
b. Ajarkan latihan pernapasan (teknik nafas b. Teknik distraksi dapat membantu klien
dalam) mengurangi nyeri dan mengalihkan
c. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi perhatian klien dari nyeri.
terbimbing Kolaborasi :
Kolaborasi : Membantu mengurangi nyeri dan mencegah
Kolaborasi pemberian analgesik dan anti infeksi
histamin, jika perlu.
Injeksi Cefuroxime 2x250 mg berfungsi sebagai
antibiotik
Injeksi Ketorolac 3 x 10 mg berfungsi sebagai
mengatasi nyeri sedang hingga berat
15/12/2020 Risiko Infeksi (D. 0142) Setelah melakukan asuhan Perawatan Perineum (I.07226) Observasi :
berhubungan dengan efek keperawatan selama 3 x 24 jam, Episiotomi menimbulkan robekan pada
prosedur invasif (episiotomi maka tidak ada risiko infeksi, Observasi : perineum
yang menimbulkan luka dan dengan kriteria hasil : a. Inspeksi insisi atau robekan perineum Terapeutik :
jahitan). Tingkat Infeksi (L. 14137) (episiotomi : adanya robekan, edema, a. Untuk mencegah infeksi pada
kemerahan, pus, dan bau) perineum dan mempercepat
Nyeri menurun (skala 0-3) Terapeutik : penyembuhan luka perineum
Kadar sel darah putih membaik b. Fasilitasi dalam membersihkan perineum b. Perineum yang kering dapat
(5000 – 10.000 mcL) (2-3 x sehari) menghindari dari kontak terhadap
Kemerahan menurun c. Pertahankan perineum tetap kering mikroorganisme
d. Berikan posisi yang nyaman c. Posisi yang nyaman dapat mendukung
e. Berikan kompres es, jika perlu proses perawatan
f. Bersihkan area perineum secara teratur d. Perineum perlu dibersihkan secara
g. Bersihkan pembalut yang menyerap cairan. teratur (2 – 3 kali sehari)
Edukasi : e. Menjaga perineum agar tidak basah
a. Ajarkan pasien dan keluarga Edukasi :
mengobservasi tanda abnormal pada Melibatkan klien dan keluarga untuk
perineum (mis. Infeksi, kemerahan, melapor ke perawat bila menemukan tanda
pengeluaran cairan yang abnormal) tanda infeksi pada perineum
Kolaborasi : Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika a. Dapat mencegah infeksi pada area
perlu perineum
c. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu b. Membantu mengurangi nyeri pada
Injeksi Cefuroxime 2x250 mg berfungsi luka episiotomi di perineum.
sebagai antibiotik
Injeksi Ketorolac 3 x 10 mg berfungsi
sebagai mengatasi nyeri sedang hingga
berat
15 / 12 / Risiko Hipotermia (pada Setelah melakukan asuhan Inisiasi Menyusui Dini (I.07213) Observasi :
2020 neonatus ) (D. 0140) dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 jam, Dilakukan segera setelah bayi lahir a. Menilai kesiapan bayi untuk menyusu
dengan bayi baru lahir dan maka tidak ada risiko hipotermia, Observasi : pada ibu
kurangnya lapisan lemak dengan kriteria hasil : a. Identifikasi tanda tanda kesiapan menyusui b. Tanda tanda vital pada bayi dan ibu
subkutan Termoregulasi Neonatus (L. (misal, keluar air liur, memasukkan tangan dimonitor sebelum dan sesudah
14135) ke dalam mulut, bayi terjaga) menyusui
Suhu tubuh meningkat (36,5 – 37 b. Monitor tanda vital bayi dan ibu c. Mencegah terjadinya aspirasi
C) c. Monitor jalan napas bayi. Terapeutik
Suhu kulit meningkat Terapeutik : a. Untuk meletakkan bayi di atas dada
Frekuensi nadi meningkat (90 – a. Buka pakaian bagian atas ibu ibu
165 x / menit) b. Keringkan tubuh bayi, kecuali bagian b. Mencegah hipotermia
Kadar glukosa darah (N : 50 – 60 tangan yang akan menuntun bayi untuk c. Mencegah hipotermia dan
mg/dl) mencari puting meningkatkan konduksi atau
menggigil menurun c. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap perpindahan panas dari tubuh ibu ke
untuk kontak kulit ke kulit, diantara dua bayi, serta meningkatkan bounding
payudara dan kepala bayi dimiringkan ke attachment.
salah satu sisi. d. Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak
d. Berikan selimut pada punggung dan turun.
penutup kepala bayi Edukasi :
Edukasi : a. Bayi akan berusaha untuk mencari
a. Anjurkan ibu membiarkan bayi mencari puting susu ibu karena rangsangan bau
puting ibu dari cairan amnion
b. Anjurkan ibu membiarkan bayi di perut ibu b. Meningkatkan bounding attachment
sampai 1 jam atau menyusu sampai selesai. dan menghindari risiko hipotermia.