Anda di halaman 1dari 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN GEJALA


HALUSINASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

1. Definisi

Halusinasi adalah terjadinya persepsi yang salah yang dialami pasien dengan
gangguan jiwa, yang terjadi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsangan yang nyata
terhadap panca indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan penderita sangat jelas dan berasal
dari luar ruang nyatanya (Achir Yani, 2008). Halusinasi adalah suatu keadaan seseorang
melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Halusinasi dapat
dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi muncul, yaitu (Achir Yani, 2008):

a Halusinasi penglihatan
b Halusinasi pendengaran
c Halusinasi penghidu
d Halusinasi pengecapan
e Halusinasi perabaan
2. Pencetus Halusinasi
Menurut (Abdul Muhith, 2005), pencetus kekambuhan gejala halusinasi pada pasien
dengan gangguan jiwa yaitu :
a Kondisi kesehatan, meliputi kurangnya nutrisi, kurang tidur, ketidakseimbangan pola
tidur, kelelahan, infeksi, obat obatan, hambatan untuk menjangkau tenaga kesehatan
b Lingkungan, meliputi lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari hari,
dan tekanan kerja.
c Sikap atau perilaku, meliputi merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, serta
ketidakpatuhan pengobatan dan penanganan gejala.
d Riwayat mengalami gangguan jiwa (seperti skizofrenia).
e Mengkonsumi alkohol berkadar di atas 35% melebihi batas kewajaran.
f Mengalami trauma yang berlebihan dan pengalaman yang tidak menyenangkan pada
masa lalu
3. Tanda dan gejala halusinasi

Menurut (Direja, 2011), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
a Berbicara, senyum, dan tertawa sendiri
b Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu atau mencium bau
sesuatu, merasa sesuatu yang tidak nyata.
c Merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
d Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e Tidak bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi
f Pembicaran kacau, kadang tidak masuk akal
g Sikap curiga dan bermusuhan
h Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
i Ketakutan
j Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, sikat gigi,
ganti pakaian, berhias diri.
k Mudah tersinggung, jengkel, marah
l Menyalahkan diri sendiri, orang lain
m Muka merah kadang pucat
n Tekanan darah meningkat
o Nafas terengah engah, nadi cepat, dan banyak keringat.
4. Tipe Tipe Halusinasi
Menurut (Ah Yusuf, 2015), halusinasi terdiri dari :
a Halusinasi penglihatan
Halusinasi penglihatan adalah perasaan melihat sesuatu yang tidak nyata.
b Halusinasi pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah perasaan mendengar suara suara, berupa suara
manusia, hewan, atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
c Halusinasi penciuman
Halusinasi penciuman adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma yang tidak
nyata.
d Halusinasi pengecapan
Halusinasi pengecapan adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam
mulutnya, seperti rasa logam.
e Halusinasi perabaan
Halusinasi perabaan adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau
seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
f Halusinasi kinestetik
Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang
atau anggota badannya bergerak.
5. Peran serta keluarga

Menurut (Keliat, 2011), peran keluarga pada gangguan jiwa meliputi :

1 Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang serta penghargaan sosial pada pasien.
2 Mengawasi kebutuhan pasien dalam minum obat , dimulai dari ketepatan minum obat,
menjelaskan manfaat minum obat serta akibat jika lupa minum obat, dan beri pujian
setelah minum obat.
3 Bantu pasien untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4 Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu pasien di rumah
5 Jangan biarkan pasien menyendiri, libatkan pasien dalam kegiatan sehari hari.
6 Memberi pujian jika pasien melakukan hal yang positif.
7 Jangan mengkritik pasien jika pasien melakukan kesalahan
8 Menjauhkan pasien dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan penderita
merazsa tidak berdaya dan tidak berarti.
9 Membawa pasien kontrol rutin ke pelayanan kesehatan.

Cara mencegah kekambuhan (Wuryaningsih, 2018) :

1 Aktivitas teratur dan terjadwal


2 Perhatikan kegiatan sehari hari pasien
3 Jadwalkan kegiatan sehari hari (menyapu, mengepel, mencuci baju)
4 Beri pujian jika berhasil
5 Minum obat teratur sesuai aturan
 Perhatikan dosis, waktu dan cara minum obat
 Dorong pasien untuk minum obat secara mandiri
 Beri pujian jika pasien minum obat secara mandiri
6 Melakukan kontrol teratur sebelum obat habis
7 Dukungan keluarga
 Dukung pasien dalam segala aktivitas positif
 Beri semangat pada pasien
 Dukung pasien untuk melakukan kontrol teratur

Alasan pentingnya peran serta keluarga dalam mencegah kekambuhan (Wuryaningsih, 2018):

 Keluarga adalah tempat individu membina hubungan belajar, mengembangkan


keyakinan, sikap, dan perilaku
 Perawatan kesehatan jiwa bukanlah tempat klien untuk seumur hidup
 Faktor penyebab kekambuhan utama adalah keluarga yang tidak mengetahui cara
menangani kekambuhan pada pasien saat di rumah

Aktivitas yang sesuai dilakukan di rumah :

 Terapi kerja dengan memberikan pekerjaan yang tidak membebani pasien


 Olahraga, membantu meningkatkan pasien untuk bergaul dan berinteraksi
 Pergaulan, kegiatan sosial, keagamaan, kuliah, kursus, dan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani.2008.Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Muhith, Abdul. 2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. CV Andi Offset

Keliat, Budi Anna, dkk.2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic


Course). Jakarta : EGC

Direja, Ade Herman Suryo.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Wuryaningsih, Emi, et.al.2018.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa I. UPT Percetakan


dan Penerbitan Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai