Disusun Oleh :
Rahmatul Amaliya : 24.15.0733
Mutia Fajrianti : 24.15.0734
Reni Agustin : 24.15.0735
I Wayan Edo Saputra : 24.15.0736
Hikmah Safrida : 24.15.0737
Iin Isnaini : 24.15.0738
Kelompok III B
Mahasiswa
Kelompok III B
Mengetahui
(Suiib.,S.Kep,Ns.,CWCS) (Suwarno.,S.Kep,Ns.,M.Kes)
LAPORAN TUTORIAL
A. KASUS
Tn. S datang di IGD RSJD dengan kondisi bingung, bicara sendiri, senyum-senyum
sendiri, afek datar, rambut kotor, kulit dan kuku kotor, mata sayu. Hasil anamnese
dengan keluarga klien sudah 8 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Di rumah banyak
di kamar, tidak mau interaksi dengan orang lain, beberapa hari ini tidak mau
merawat dirinya sendiri dan sulit tidur. Data penunjang : injeksi Diazepam 1mg / 1
ampul, Haloperidol 3 x 5 mg dan Trihesinpenidil 3x 2 mg.
B. SEVEN JUMP
3. PertanyaanSementara
a. Manfaat diazepam, haloperidol, trihensinpenedil
b. Berapa diagnosa yang muncul pada kasus tersebut ?
c. Pengertian dari diagnosa yang muncul
d. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk semua diagnosa yang
muncul
e. Pohon masalah
f. Faktor yang mempengaruhi tanda dan gejala dari halusinasi
g. Apakah regimen terapeutik inefektif dan koping keluarga inefektif
termasuk dalam riwayat penyakit dahulu ?
h. Tindakan pertolongan pertama di IGD pada kasus tersebut
i. Diagnosa gadar apa yang muncul ?
4. Jawaban Sementara
a. Diazepam adalah obat penenang, haloperidol adalah obat penenang untuk
halusinasi, trihensinpenidil adalah anti parkinson atau obat penenang.
b. Halusinasi, defisit perawatan diri, koping keluarga inefektif, isolasi sosial,
dan regimen terapeutik inefektif.
c. - Halusinasi : gangguan persepsi namun tidak ada faktor eksternal
- Defisit perawatan diri : penuruna kemampuan seseorang dalam
menjaga dan memelihara kebersihan dirinya.
- Koping keluarga inefektif : ketidakmampuan keluarga dalam merawat
keluarga yanag sakit
- Isolasi sosial : ketidakmampuan seseorang dalam berinteraksi dengan
orang lain, lingkungan dan masyarakat (menarik diri)
- Regimen terapeutik inefektif : ketidakefektifan keluarga dalam
membantu keluarga yang sakit untuk minum obat.
d. - Halusinasi : mengajarkan cara menghardik , mengajak klien
untuk sering berkomunikasi, minum obat, meningkatkan spiritual, dan
memasukkan kegiatan yang diberikan pada jadwal harian.
- Defisit perawatan diri : identifikasi kebersihan, menjelaskan
keuntungan dari kebersihan diri, evaluasi dari apa yang diajarkan,
memasukkannya dalam jadwal kegaitan harian
- Koping keluarga inefektif : pendidikan kesehatan, kolaborasi dengan
keluarga dalam perawatan pasien dirumah.
- Isolasi sosial : identifikasi penyebab isolasisosial, mengajarkan cara
berkenalan 2-3, 4-5, menjadwalkan kegiatan untuk latihan kegiatan
harian, mengevaluasi kegiatan yang telah di jadwalkan dalam kegiatan
harian.
- Regimen terapeutik inefektif : mengidentifikasi telat obat, lebih banyak
berkomunikasi dengan pasien.
e. Pohon masalah
f. Koping keluarga yang tidak efektif, telat minum obat, karea faktor genetik
atau bawaan, dan terjadi abnormalitas pada sistem syaraf.
g. Termasuk pada penyebab dan masalah dari riwayat penyakit pasien
sebelumnya.
h. TTV, anamnesa pasien dan keluarga, injeksi diazepam.
i. Halusinasi, tidak gawat tidak darurat, hanya saja membutuhkan
penanganan yang benar dan nyata.
5. LO (Learning Objektif )
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti pengertian halusinasi
2. Mahasiswa mampu meengetahui dan memahami macam-macam halusinasi
3. Mahasiswa mampu meengetahui dan memahami fase halusinasi
4. Mahasiswa mampu meengetahui dan memahami tanda dan gejala
halusinasi
5. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penyebab halusinasi
6. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami pohon masalah pada
halusinasi
7. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui pemeriksaan penunjang pada
halusinasi
8. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan mengerti Intervensi
keperawatan pada halusinasi
9. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti terapi yang tepat diberikan
pada penderita halusinasi
10. Mahasiswa mampu mengerti, memahami dan mengetahui rencana tindak
lanjut yang akan diberikan pada penderita halusinasi.
a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart &
Sundenn, 2006).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca
indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun.
(Maramis, 2005).
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
Menurut Yosef (2010) halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa
dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang
“khayal”. halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental
penderita yang “terepsi”. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar
organik fungsional, psikotik maupun histerik.
Kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola
dari stimuli yang dating dikaitkan dengan penurunan, berlebihan, distorsi
atau kerusakan respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2004).
b. Macam-macam Halusinasi
a) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap
stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi. Halusinasi
dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu
tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 2006).
Tanda dan gejala rilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut:
Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang berbicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak
sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll.
Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang
tidak tampak.
Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b) Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran- gambaran yang mengerikan.
c) Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan
sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kondisi
moral
d) Halusinasi pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu
e) Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau atau seperti ada ulat yang bergerak
di bawah kulit
f) Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia denagn
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ
g) Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam sutau ruangan atau
anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya ”phantom
phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak
h) Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
c. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya. Stuart & Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam
empat fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirnya. Semakin erat fase halusinasi, klien semakin berat
mengalami ansietas dan semakin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Fase I: Comforting
Ansietas sedang, halusinasi menyenangkan
Karakteristik: klien mengalami persaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah, dantakut, serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berbeda dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani. Merupakan non psikosis.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang
lambat, jika sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan asyik sendiri.
b) Fase II: Condeming
Ansietas berat, halusinasi menjadi menjijikkan. Karakteristik:
pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan.Klien mungkin mengalami
dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
Merupakan halusinasi dan psikosis ringan. Perilaku klien: meningkatkan
tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian klien
menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c) Fase III: Controlling
Ansietas berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa. Karakteristik:
klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis. Perilaku klien kemauan
yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti. Klien mengalami
kesukaran berhubungan dengan orang lain dan rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit. Klien menunjukkan adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat yaitu berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.
d) Fase IV: Conquering
Panik, umumnya menjadi melebar dalam halusinasinya. Karakteristik:
pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah
halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intrevensi
terapeutik. Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis berat.
Perilakuklien: perilaku terror akibatpanik. Klien berpotensi kuat untuk
melakukan suicide atau homicide. Aktivitas fisik klien merefleksikan isi
halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia,
klien tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
d. Manifestasi Klinis
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan :
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap 1
a. Memberi rasa a. Mengalami ansietas, a. Tersenyum,
nyaman tingkat kesepian,rasa bersalah, dan tertawa sendiri.
ansietas sedang ketakutan. b. Menggerakkan
secara umum b. Mencoba berfokus pada bibir tanpa suara.
halusinasi pikiran yang dapat c. Pergerakan mata
merupakan suatu menghilangkan ansietas. yang cepat.
kesenangan c. Pikiran dan pengalaman d. Respon verbal yang
sensori masih ada dalam lambat.
kontol kesadaran NON e. Diam dan
PSIKOTIK berkonsentrasi.
Tahap 2
a. Menyalahkan a. Pengalaman sensori a. Terjadi peningkatan
b. Tingkat kecemasan menakutkan. denyut jantung,
berat secara umum b. Merasa dilecehkan oleh pernafasan dan
halusinasi pengalaman sensori tersebut. tekanan darah.
menyebabkan rasa c. Mulai merasa kehilangan b. Perhatian dengan
antipati kontrol. lingkungan
d. Menarik diri dari orang lain. berkurang.
e. Non Psikotik c. Konsentrasi
terhadap
pengalaman
sensorinya.
d. Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas
Tahap 3
a. Mengontrol. a. Klien menyerah dan a. Perintah halusinasi
b. Tingkat menerima pengalaman ditaati.
kecemasan berat. sensorinya (halusinasi) b. Sulit berhubungan
c. Pengalaman b. Isi halusinasi menjadi dengan orang lain.
halusinasi tidak atraktif. c. Perhatian terhadap
dapat ditolak lagi. c. Kesepian bila lingkungan
pengalaman sensori berkurang, hanya
berakhir. beberapa detik.
d. PSIKOTIK d. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat,
tampak tremor dan
berkeringat.
Tahap 4
a. Klien sudah a. Perilaku panik.
dikuasai oleh b. Resiko tinggi
halusinasi. mencederai.
b. Klien panik. c. Agitasi atau
kataton
d. Tidak mampu
berespon terhadap
lingkungan.
f. Pohon Masalah
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)
2. Berat badan
3. Tinggi badan
4. Keluhan fisik yang dirasakan pasien
b) Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah
sakit
2. Pemberian obat-obatan seperti
halkoperidol, cpz, diazepam, amitriptylin, dan lain-lain.
3. Terapi ECT, merupakan kejang
listrik dan pengobatan fisik dengan mengunakan arus listrik antara
70-150 volt
4. Psikotrapi (menurut Dadang
Hawari,2001)
4) Intervensi Keperawatan
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Keluarga klien mengatakan - Klien terlihat bingung
- Klien terlihat bicara sendiri dan
klien sudah 8 kali di rawat di
senyum-senyum sendiri.
rumah
- Afek datar
sakit jiwa. - Rambut terlihat kotor, kulit dan
- Keluarga klien mengatakan
kuku terlihat kotor.
klien beberapa hari ini tidak mau - Mata terlihat sayu
merawat dirinya sendiri.
- Klien mengtakan sulut tidur
- Keluarga klien mengtakan
klien dirumah banyak di kamar,
tidak mau berinteraksi dengan
orang
lain.
Analisa Data
DO:
- Rambut terlihat kotor,
kulit dan kuku terlihat
kotor.
4. DS: Ketidakefektifan koping Ketidakefe
- Keluarga klien mengatakan keluarga ktifan
klien sudah 8 kali di rawat di pemelihar
rumah sakit jiwa. aan
kesehatan
DO:
-
2. sensitive
3. kemampuan untuk
berhubungan dengan
orang lain
4. kemampuan untuk
menjalin hubungan
dengan orang lain
5. kehangatan
6. kemampuan untuk
bersikap relaks
Skala penilaian:
1 : tidak pernah
ditunjukkan
2 : jarang ditunjukkan
3 : kadang ditunjukkan
4 : sering ditunjukkan
5 : selalu ditunjukkan
2. Confuse akut Setelah dilakukan intervensi Halusinasi Management
berhbungan dengan keperawatan selama 2 x 2. Bangun hubungan
pertemuan diharapkan klien saling percaya dengan
demensia klien
mampu menetapkan dan
mengerti realita/kenyataan serta 3. Monitor dan atur tingkat
menyingkirkan kesalahan aktivitas dan stimulasi
persepsi sensori dengan kriteria dari lingkungan
hasil : 4. Pelihara lingkungan yang
Distorted Thought Control aman
(1403): 5. Sediakan tingkat
1. Klien mampu mengenal pengawasan pasien
halusinasi 6. Catat tingkah laku klient
yang mengindikasikan
2. Klien mampu
halusinasi
mengendalikan halusinasi
7. Pelihara rutinitas
3. Klien mampu konsisten
menyebutkan frekuensi 8. Atur konsistensi
dari halusinasi pemberian perawatan
sehari-hari
4. Klien mampu 9. Dukung komunikasi
menggambarkan isi dari yang jelas dan terbuka
halusinasi 10. Sediakan kesempatan
5. Klien melaporkan pada klien untuk
penurunan halusinasi mendiskusikan
halusinasinya
6. Klien mampu bertanya 11. Dukung pasien
mengenai validitas dari mengekspresikan
realita perasaanya dengan cara
yang tepat
7. Klien mampu menjalin
hubungan dengan orang
lain
Skala penilaian:
1: Tidak
pernah ditunjukkan
2: Jarang
ditunjukkan
3: Kadang
ditunjukkan
4: Sering
ditunjukkan
5: Selalu
ditunjukkan
Cognitive ability
1. Komunikasi yang jelas
sewajarnya untuk umur
dan kemampuan
2. Mendemonstrasikan
control terhadap kejadian
dan situasi
3. Memperhatikan
4. Konsentrasi
5. Mendemonstrasikan
ingatan pendek atau
segera
6. Mendemonstrasikan
ingatan terbaru
7. Memproses informasi
8. Membuat keputusan
penting
Skala :
1 : Sangat
berkompromi
2 : Pada intinya
berkompromi
3 : Sedang
berkompromi
4 : Sedikit
berkompromi
5 : Tidak
berkompromi
Bathing (3610)
1. Mandi
dengan air sesuai
keperluan
2. Ajarkan
perawatan personal
3. Ajarkan
untuk sering cuci tangan
4. Monitor
kondisi kulit setelah
mandi.
5. Monitor
kemampuan klien dalam
mandi sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Keliat, budi A. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing
Intervention
Bandung