DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa
di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada
satu dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami
gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa
memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2007).
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras
dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses
Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu
dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan
dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil
pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi
mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk
menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan
rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat,
sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh
(Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)
1
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang
tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut
Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-
suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak
klien berbicara atau melakukan sesuatu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis
merumuskan bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
di ruang Bangau Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang.
2
D. Manfaat Laporan Kasus
Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang telah dilakukannya.
2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat
mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan
jiwanya.
3. Rumah Sakit Jiwa hasil hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan
kebijakan operasional Rumah Sakit Jiwa agar mutu pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan masukan dalam mengembangkan ilmu
keperawatan di masa yang akan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
3) Sosial budaya : kemiskinan konflik sosial budaya, kehidupan
terisolasi disertai stress
b. Faktor presipitasi
1) Biologis : gangguan komunikasi dan putaran balik otak stress
lingkungan
2) Stress lingkungan : ambang toleransi terhadap stress yang
berinterasi terhadap stressor lingungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku
3) Sumber koping : respon individu dalam menanggapi stressor
Ketidakmampuan keluarga
untuk merawat anggota Isolasi sosial : Menarik diri
keluarga yang sakit
5
e. Disorientasi tempat
f. Disorientasi waktu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
(Axis 7) (Axis 6)
Dewasa (Axis 5)
2. Batasan karakteristik
a. Konsentrasi buruk
b. Distorsi pendengaran
c. Perubahan, respon terhadap stimulus
d. Gelisah
e. Disorientasi waktu, orang dan tempat
f. Distorsi visual
g. Peruabahan pola komunikasi
h. Perubahan pola perilaku
i. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
3. Tanda Mayor (Linda Jual Carpenito)
a. Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus lingkaran atau
perubahan negatif dalam jumlah atau pola dari stimulis yang masuk
4. Tanda Minor (LJP)
a. Disorientasi waktu, tempat, orang
b. Perubahan kemampuan dalam pemcahan masalah
c. Perubahan pola komunikasi dan perilaku
d. Gelisah
e. Halusinasi dengar dan lihat
6
f. Ansietas
g. Peka rangsang dan apatis
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. S
Umur : 28 Tahun
Alamat : Ngenep Karangploso Malang
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Driver / Supir
Jenis.kel : Laki-Laki
No.CM : 105916
8
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU ( FAKTOR PRESDIPOSISI )
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
□ Ya. Kurang lebih 1 tahun yang lalu dengan gangguan yang sama seperti
saat ini yaitu halusinasi pendengaran kemudian memukuli orang.
2. Factor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma : Klien tidak memiliki riwayat trauma baik aniaya fisik,
aniaya eksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga maupun criminal
b. Pernah melakukan upaya / percobaan/bunuh diri : Klien tidak pernah
melakukan percobaan bunuh diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan) : Klien mengatakan pengalaman
yang paling tidak menyenangkan yang pernah dialami adalah ketika
kedua orang tuanya bercerai.
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang) : Klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah
penyakit fisik
e. Riwayat penggunaan NAPZA : Klien mengatakatan sebelumnya
pernah mengkonsumi alcohol
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya : Klien
mengatakan apabila tidak meminum alcohol klen beralih meminum kopi
hitam
4. Riwayat penyakit keluarga, Anggota keluarga yang gangguan jiwa : Klien
mengatakan pamannya pernah mengalami riwayat gangguan jiwa dan
sekarang sudah sembuh
= Perempuan
= Keturunan
= Serumah
= Klien
= Meninggal
9
2. Konsep Diri
a. Citra diri
Klien mengatakan tidak bermasalah dan merasa puas dengan postur
atau bentuk badannya dirinya sendiri.
b. Identitas
Klien mengatakan saat ini klien merasa masih belum bias menjadi laki –
laki yang dapat membanggakan keluarga.
c. Peran
Klien mengatakan tidak puas dengan dirinya sendiri, merasa gagal
menjadi seorang anak. klien juga mengatakan ingin segera pulang dan
cepat sembuh karena merindukan ibunya
d. Ideal diri
Klien mengatakan jika sudah pulang dari rumah sakit ingin bekerja
kembali sebagai driver/supir. Klien mengatakan berkeinginan menjadi
seorang laki - laki yang pemberani dan bertanggung jawab dalam
keluarga.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu apabila teman dan tetangganya
mengetahui ia masih belum sembuh dan masih dirawat di Rumah Sakit
Jiwa.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah ibu .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Klien mengatakan didalam lingkungan atau masyarakat klien memiliki
hubungan sosial yang kurang baik dan lebih memilih berdiam diri
dirumah karena malas untuk keluar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sebenarnya tidak memiliki hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, karena mudah mengenal teman
sekitarnya.
10
4. Spiritual
a. Agama
Pasien berniat untuk melakukan ibadah tetapi karena ada ganggan
halusinasi pendengaran bahwa ada bisikan untuk tidak boleh sholat
sehingga pasien tidak pernah sholat.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien merasa bahwa dirinya itu sakit atau gangguan jiwa. Pasien
mengatakan pasrah terhadap keadaanya.
11
3. Aktifitas motorik/ psikomotor
Hipoaktifitas : klien berbicara lambat dan menurun serta jarang beraktifitas.
Klien lebih banyak duduk atau melamun sendiri.
4. Mood dan Afek
a. Mood
Depresi. Klien tampak bersedih, sering menyendiri, dan senantiasa
bersedih atau sering menundukkan wajah.
b. Afek
Labil. Emosi yang secara cepat berubah - ubah tanpa suatu
pengendalian yang baik.
5. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif , bicara terarah, tenang , mampu menjawab setiap
pertayaan perawat
6. Persepsi sensorik
Persepsi sensorik halusinasi pendengaran. Ketika sendirian atau ingin
sholat klien sering mendengar bisikan - bisikan aneh, yang selalu
melarangnya untuk melaksanakan sholat. Saat wawancara klien banyak
menunduk dan suka menyendiri
7. Proses fikir
a. Arus Pikir
Blocking : pembicaran yang berhenti secara tiba-tiba, kemudian
dilanjutkan kembali pada pembicaraan selanjutnya. Klien tiba – tiba
akan berhenti bicara atau merespon pertanyaan ketika ditanyakan
mengenai hal yang berhubungan dengan hubungan sosialnya dirumah.
b. Isi Pikir
Pesimisme. Klien merasa belum mampu membanggakan keluarga
terutama orang tuanya.
c. Bentuk
Realistis. Klien dapat dan mampu menceritakan awal masuk ke rumah
sakit dan mampu menjelaskan hal yang dipikirkan atau dirasakan sesuai
dengan kenyataan.
8. Kesadaran
Orientasi ( waktu, tempat, orang )
Waktu : Klien dapat mengetahui kapan pasien masuk RSJ
Tempat : Klien mengatakan saat ini pasien berada di RSJ
12
Orang : Klien dapat menyebutkan dan mengenali orang yang dikenali
9. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah berlalu dan kejadian saat ini.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
Klien tidak mudah beralih saat diajak berinteraksi maupun saat
berhitung
b. Berhitung
Klien dapat berhitung penjumlahan pengurangan perkalian dan
pembagian dengan benar.
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan : klien dapat menilai mana yang baik
mana yang buruk juga mengetahui bahwa dirinya mengalami sakit jiwa dan
dirawat di rumah sakit jiwa
12. Daya Tilik Diri
Klien menyadari tentang penyakit yang dialaminya saat ini dan berupaya
untuk melakukan pengobatan.
13
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur : Klien mengatakan jarang tidur siang dan hanya
melamun ketika di RSJ. Tidur malam jam 20.00 dan bangun jam
05.00 dan tidak ada aktifitas sebelum tidur.
2) Gangguan tidur : Klien mengatakan sulit untuk tidur (Terjadi
gangguan tidur / kekurangan jumlah jam tidur)
3. Kemampuan lain-lain
Klien mampu mengatasi kebutuhan hidupnya secara mandiri apabila sudah
sembuh. Klien tidak mampu membuat keputusan berdasarkan
keinginannya. Penggunaan obat masih membutuhkan bantuan dari perawat
atau orang lain.
4. Sistem pendukung
Klien mengatakan system pendukung klien adalah keluarga terutama ibu.
14
Masalah dengan ekonomi
Pasien mengatakan tidak ada masalah ekonomi , kebutuhannya cukup
memenuhi kebutuhannya dengan ibunya
Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan
Masalah lainnya
Tidak ada masalah lainnya yang terjadi
15
XIII. ANALISA DATA
16
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
17
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi,
Tanyakan apakah ada suara yang didengar
Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa apa yang
dikatakan
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
b. Jika Klien tidak sedang berhalusinasi klari fikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi.
2.4. Diskusikan dengan klien :
Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
( jika sendiri, jengkel / sedih)
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang
sore, dan malam atau sering dan kadang-kadang)
2.5 Diskusikan dengan klien bagaimana perasaannya jika terjadi
halusinasi (marah/takut, sedih, senang) dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan
Klien dapat yang biasanya dilakukan untuk jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
18
mengontrol mengendali-kan halusinasinya 3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
halusinasinya 2. Klien dapat menyebutkan cara bermanfaat beri pujian
baru 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya
3. Klien dapat memilih cara halusinasi :
mengatasi halusinasi seperti yang Katakan : “saya tidak mau dengar/lihat kamu” (pada saat
telah didiskusikan dengan klien halusinasi terjadi)
4. Klien dapat melaksanakan cara Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
yang telah dipilih untuk untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang
mengendalikan halusinasinya didengar / dilihat
5. Klien dapat mengikuti terapi Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi
aktivitas kelompok tidak sempat muncul
Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika tampak
bicara sendiri
3.4 Bantu Klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih.
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Keluarga dapat membina 4.1 Anjurkan Klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
Kilen dapat hubungan saling percaya dengan halusinasi
dukungan dari perawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga )pada saat keluarga
19
keluarga dalam 2. Keluarga dapat menyebutkan berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
mengontrol pengertian, tanda dan tindakan Gejala halusinasi yang di alami klien
halusinasinya untuk mengendali kan halusinasi Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, berpergian bersama
Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
TUK 5 : 1. Klien dan keluarga dapat 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,efek
Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan samping dan manfaat obat
memanfaatkan obat efek samping obat 5.2 Anjurkan Klien minta sendiri obat pada perawat dan
dengan baik 2. Klien dapat mendemontrasi kan merasakan manfaatnya
penggunaan obat dgn benar 5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
3. Klien dapat informasi tentang efek samping obat yang dirasakan
manfaat dan efek samping obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
4. Klien memahami akibat berhenti 5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima)
minum obat tanpa konsultasi benar
5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat
20
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESEMPULAN
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi
muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian
seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis
seseorang (Baihaqi, 2007). Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran,
pasien merasa ada suara, padahal tidak ada stimulus suara(Yosep, 2009).
22
6. Evaluasi yang dilakukan tercapai dan berhasil bila pasien mampu
melakukan serta menerapkan implementasi yang telah dilatih oleh
penulis.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu auhan keperawatan adalah:
1. Bagi institusi
a. Menambah referensi karya tulis ilmiah tentang masalah
keperawatan jiwa khususnya pada masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi
b. Memberi informasi keada mahasiswa bahwa Aplikasi Terapi
menghardik : menutup telinga Terhadap Penurunan tingkat
halusinasi dengar pada pasien skizofrenia dpaat menurunkan
frekuensi kemunculan halusinasi yang dialami klien.
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure)
yang ditetapkan.
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart
Operasional prosedure dan dilanjutkan dengan SOAP pada klien
khususnya dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
4. Bagi klien dan keluarga
a. Klien diharapkan mengikuti program yang telah direncanakan oleh
dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
b. Kleuarga diharakan mampu memberi dukungan pada klien dalam
mengontrol halusinasi baik di rumah sakit maupun di rumah
23
DAFTAR PUSTAKA
24