Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN Tn.S DENGAN


HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG BANGAU
RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

SYAHDAN HI YUSUF, S.Kep 1704.14901.144


ROBBY MAYKA SURYA PUTRA, S.Kep 1704.14901.142
ANASTASHIA KENDHI, S.Kep 1704.14901.111
MERLIN URU HIDA, S.Kep 1704.14901.129
ZAIDA, S.Kep 1704.14901.152

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa
di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada
satu dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami
gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa
memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2007).
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras
dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses
Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu
dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan
dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil
pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi
mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk
menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan
rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat,
sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh
(Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)

1
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang
tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut
Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-
suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak
klien berbicara atau melakukan sesuatu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis
merumuskan bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
di ruang Bangau Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang.

C. Tujuan Laporan Kasus


Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum:
Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien
dengan halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Widiodiningrat Lawang, yang meliputi pengkajian, penegakkan diagnosa,
merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan, dan
mengevaluasi.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis mampu:
a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
b. Menganalisa data pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran

2
D. Manfaat Laporan Kasus
Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang telah dilakukannya.
2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat
mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan
jiwanya.
3. Rumah Sakit Jiwa hasil hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan
kebijakan operasional Rumah Sakit Jiwa agar mutu pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan masukan dalam mengembangkan ilmu
keperawatan di masa yang akan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Diagnosis keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


B. Tinjauan teori
1. Pengertian
Halusinasi adalah satu gejala gangguan kejiwaan pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, pengliahatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. (Dr. Budi Anna
Keliat, 2007)
2. Rentang Respon
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul, perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan
akan tindakan pasien saat halusinasi terjadi. Perawat dapat juga
menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien atau
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi muncul. (Dr. Budi
Anna Keliat, 2007)
3. Perilaku yahg berhubungan dengan diagnosis
a. Berbicara, tersenyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecapa, dan
merasa tidak nyata
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat melakukan asuhan keperawatan mandiri
f. Sikap curiga, bermusushan, menarik diri, sulit membuat keputusan,
ketakutan, mudah tersinggung, jengkel, mudah marah dan wajah
tegang
4. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor presdiposisi
1) Biologis : abnormalitas sistem perkembangan saraf yang
berhubungan dengan respon bioogis mala daptif
2) Psikologis : keluarg, pengasuh dan lingkungan klien sangat
berpengaruh

4
3) Sosial budaya : kemiskinan konflik sosial budaya, kehidupan
terisolasi disertai stress
b. Faktor presipitasi
1) Biologis : gangguan komunikasi dan putaran balik otak stress
lingkungan
2) Stress lingkungan : ambang toleransi terhadap stress yang
berinterasi terhadap stressor lingungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku
3) Sumber koping : respon individu dalam menanggapi stressor

C. Patofisiologi (Clinical Pathway) :


\
Tidak efektif koping individu Gangguan konsep diri

Ketidakmampuan keluarga
untuk merawat anggota Isolasi sosial : Menarik diri
keluarga yang sakit

Tidak efektif penatalaksanaan Perubahan Persepsi sensori :


segmen terapeutin Halusinasi

D. Data yang perlu dikaji


1. Keluhan Utama :
2. Persepsi :
a. Pendengaran
b. Penglihatan
c. Perabaan
d. Pengecapan
e. Penghidu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
3. Tingkat Kesadaran :
a. Bingung
b. Sedasi
c. Stupor
d. Disorientasi orang

5
e. Disorientasi tempat
f. Disorientasi waktu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :

E. Penentuan diagnosis keperawatan


1. Perumusan diagnosis keperawatan

Persepsi sensori perubahan : Situasional


Halusinasi
(Axis 3)
(Axis 1)
Aktual Aktif

(Axis 7) (Axis 6)

Cerebral ( Axis 4) Individual (Axis 2)

Dewasa (Axis 5)

2. Batasan karakteristik
a. Konsentrasi buruk
b. Distorsi pendengaran
c. Perubahan, respon terhadap stimulus
d. Gelisah
e. Disorientasi waktu, orang dan tempat
f. Distorsi visual
g. Peruabahan pola komunikasi
h. Perubahan pola perilaku
i. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
3. Tanda Mayor (Linda Jual Carpenito)
a. Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus lingkaran atau
perubahan negatif dalam jumlah atau pola dari stimulis yang masuk
4. Tanda Minor (LJP)
a. Disorientasi waktu, tempat, orang
b. Perubahan kemampuan dalam pemcahan masalah
c. Perubahan pola komunikasi dan perilaku
d. Gelisah
e. Halusinasi dengar dan lihat

6
f. Ansietas
g. Peka rangsang dan apatis

F. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan Keperawatan pada pasien
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengotrol halusinasinya
2. Tindakan Keperawatan pada pasien
a. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
b. Diskusi dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
situasi (halusinasi)
c. Diskusikan dengan klien tindakan apa yang dapat dilakukan jika
halusinasi muncul
d. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusiansinya
3. Tujuan Keperawatan pada keluarga
a. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung klien dalam mengontrol
halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan pada keluarga
a. Kaji kemampuan keluarga tindakan yang dapat dilakukan dalam
merawat klien jika halusianasi timbul
b. Diskusiakn bersama keluarga tentang cara merawat klien dengan tidak
klien sendiri dalam berinterasi, anjurkan klien untuk minum obat secara
teratur dan kontrol setelah pulang satu kali dalam satu bulan

5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


a. Sesi 1: Mengenal halusiansi
b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Tanggal MRS : 21 April 2018


Tanggal Dirawat di Ruangan : 23 Apil 2018
Tanggal Pengkajian : 24 April 2018
Ruang Rawat : Bangau

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. S
Umur : 28 Tahun
Alamat : Ngenep Karangploso Malang
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Driver / Supir
Jenis.kel : Laki-Laki
No.CM : 105916

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer: pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit
jiwa pernah mendengarkan bisikan bisikan ditelinganya.
b. Data Sekunder: memukul orang
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian : Pasien mengatakan saat ini sudah tidak
lagi ada bisikan untuk melakukan kekrasan atau marah-marah tetapi saat
pasien sholat ada bisikan untuk tidak boleh sholat

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG ( FAKTOR PRESIPITASI )


Klien rawat ulang asal malang, KRS 2 bulan yang lalu, minum obat tidak rutin ,
3 hari yang lalu kambuh, parah kemarin dengan gejala : marah-marah,
memukul orang, bicara sendiri, merasa dengar bisik-bisikan, klien kambuh
karena klien saat bekerja diejek oleh temannya. Riwayat herediter (-) NAPZA
(sebelum sakit pertama, suice (+) verbal mengatakan ingin mati saja. Kejang (-)

8
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU ( FAKTOR PRESDIPOSISI )
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
□ Ya. Kurang lebih 1 tahun yang lalu dengan gangguan yang sama seperti
saat ini yaitu halusinasi pendengaran kemudian memukuli orang.
2. Factor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma : Klien tidak memiliki riwayat trauma baik aniaya fisik,
aniaya eksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga maupun criminal
b. Pernah melakukan upaya / percobaan/bunuh diri : Klien tidak pernah
melakukan percobaan bunuh diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan) : Klien mengatakan pengalaman
yang paling tidak menyenangkan yang pernah dialami adalah ketika
kedua orang tuanya bercerai.
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang) : Klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah
penyakit fisik
e. Riwayat penggunaan NAPZA : Klien mengatakatan sebelumnya
pernah mengkonsumi alcohol
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya : Klien
mengatakan apabila tidak meminum alcohol klen beralih meminum kopi
hitam
4. Riwayat penyakit keluarga, Anggota keluarga yang gangguan jiwa : Klien
mengatakan pamannya pernah mengalami riwayat gangguan jiwa dan
sekarang sudah sembuh

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL ( Sebelum dan Sesudah Sakit )


1. Genogram

Ket. = Laki – Laki

= Perempuan

= Keturunan

= Serumah

= Klien

= Meninggal
9
2. Konsep Diri
a. Citra diri
Klien mengatakan tidak bermasalah dan merasa puas dengan postur
atau bentuk badannya dirinya sendiri.
b. Identitas
Klien mengatakan saat ini klien merasa masih belum bias menjadi laki –
laki yang dapat membanggakan keluarga.
c. Peran
Klien mengatakan tidak puas dengan dirinya sendiri, merasa gagal
menjadi seorang anak. klien juga mengatakan ingin segera pulang dan
cepat sembuh karena merindukan ibunya
d. Ideal diri
Klien mengatakan jika sudah pulang dari rumah sakit ingin bekerja
kembali sebagai driver/supir. Klien mengatakan berkeinginan menjadi
seorang laki - laki yang pemberani dan bertanggung jawab dalam
keluarga.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu apabila teman dan tetangganya
mengetahui ia masih belum sembuh dan masih dirawat di Rumah Sakit
Jiwa.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah ibu .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Klien mengatakan didalam lingkungan atau masyarakat klien memiliki
hubungan sosial yang kurang baik dan lebih memilih berdiam diri
dirumah karena malas untuk keluar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sebenarnya tidak memiliki hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, karena mudah mengenal teman
sekitarnya.

10
4. Spiritual
a. Agama
Pasien berniat untuk melakukan ibadah tetapi karena ada ganggan
halusinasi pendengaran bahwa ada bisikan untuk tidak boleh sholat
sehingga pasien tidak pernah sholat.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien merasa bahwa dirinya itu sakit atau gangguan jiwa. Pasien
mengatakan pasrah terhadap keadaanya.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadan umum : composmetis
2. Kesadaran ( Kuantitas ) :
3. Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36,2 derajat celcius
RR : 18x / menit
4. Ukur
BB : 79 kg
TB : 166 cm
5. Keluhan Fisik :
Klen mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dialami

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan ( Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan )
Cara berpenampilan sesuai usia, cara berpakaian cukup rapi antara baju
dan celana sesuai, kebersihan cukup bersih, kuku pendek dan bersih.
2. Pembicaraan ( Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter )
Frekuensi pembicaraan lambat
Volume pembicaraan lembut
Jumlah pembicaraan banyak
Karakter pembicaran kata-kata bersambung tetapi koopeatif saat ada
pertanyaan pasien menjawab dengan tegas.

11
3. Aktifitas motorik/ psikomotor
Hipoaktifitas : klien berbicara lambat dan menurun serta jarang beraktifitas.
Klien lebih banyak duduk atau melamun sendiri.
4. Mood dan Afek
a. Mood
Depresi. Klien tampak bersedih, sering menyendiri, dan senantiasa
bersedih atau sering menundukkan wajah.
b. Afek
Labil. Emosi yang secara cepat berubah - ubah tanpa suatu
pengendalian yang baik.
5. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif , bicara terarah, tenang , mampu menjawab setiap
pertayaan perawat
6. Persepsi sensorik
Persepsi sensorik halusinasi pendengaran. Ketika sendirian atau ingin
sholat klien sering mendengar bisikan - bisikan aneh, yang selalu
melarangnya untuk melaksanakan sholat. Saat wawancara klien banyak
menunduk dan suka menyendiri
7. Proses fikir
a. Arus Pikir
Blocking : pembicaran yang berhenti secara tiba-tiba, kemudian
dilanjutkan kembali pada pembicaraan selanjutnya. Klien tiba – tiba
akan berhenti bicara atau merespon pertanyaan ketika ditanyakan
mengenai hal yang berhubungan dengan hubungan sosialnya dirumah.
b. Isi Pikir
Pesimisme. Klien merasa belum mampu membanggakan keluarga
terutama orang tuanya.
c. Bentuk
Realistis. Klien dapat dan mampu menceritakan awal masuk ke rumah
sakit dan mampu menjelaskan hal yang dipikirkan atau dirasakan sesuai
dengan kenyataan.
8. Kesadaran
Orientasi ( waktu, tempat, orang )
Waktu : Klien dapat mengetahui kapan pasien masuk RSJ
Tempat : Klien mengatakan saat ini pasien berada di RSJ

12
Orang : Klien dapat menyebutkan dan mengenali orang yang dikenali
9. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah berlalu dan kejadian saat ini.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
Klien tidak mudah beralih saat diajak berinteraksi maupun saat
berhitung
b. Berhitung
Klien dapat berhitung penjumlahan pengurangan perkalian dan
pembagian dengan benar.
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan : klien dapat menilai mana yang baik
mana yang buruk juga mengetahui bahwa dirinya mengalami sakit jiwa dan
dirawat di rumah sakit jiwa
12. Daya Tilik Diri
Klien menyadari tentang penyakit yang dialaminya saat ini dan berupaya
untuk melakukan pengobatan.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi : Klien mengatakan mandi 2 kali sehari selama di rumah dan
rumah sakit.
2) Berpakaian, berhias, dan berdandan : Klien dapat berpakaian rapi
dan bersih secara mandiri.
3) Makan : Klien mengatakan makan 3 kali sehari selama di Rumah
dan di Rumah Sakit
4) Toileting (BAK, BAB) : Klie mengatakan mampu toileting secara
mandiri.
b. Nutrisi : Klien mengatakan nafsu makannya baik, nutrisinya terpenuhi
dengan makan 3 kali sehari dan snack 1 kali sehari

13
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur : Klien mengatakan jarang tidur siang dan hanya
melamun ketika di RSJ. Tidur malam jam 20.00 dan bangun jam
05.00 dan tidak ada aktifitas sebelum tidur.
2) Gangguan tidur : Klien mengatakan sulit untuk tidur (Terjadi
gangguan tidur / kekurangan jumlah jam tidur)
3. Kemampuan lain-lain
Klien mampu mengatasi kebutuhan hidupnya secara mandiri apabila sudah
sembuh. Klien tidak mampu membuat keputusan berdasarkan
keinginannya. Penggunaan obat masih membutuhkan bantuan dari perawat
atau orang lain.
4. Sistem pendukung
Klien mengatakan system pendukung klien adalah keluarga terutama ibu.

IX. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan jika mengalami masalah klien akan berdiam diri dan
menyimpan masalah yang dialami, karena klien belum memiliki teman yang
dapat diajak untuk diskusi atau menceritakan masalahnya.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan lingkungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan jarang bergaul dilingkungan sektar.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifiknya
Klien mengatakan lebih sering dirumah saja.
 Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tidak ada masalah saat disekolah.
 Masalah dengan pekerjaan
Klien mengalami masalah dalam pekerjaan, pasien mengatakan mencari
pekerjaan itu sulit dan klien juga mengatakan bahwa ibunya selalu
menuntutnya untuk mencari pekerjaan yang lebih bagus dari pekerjaannya
sebelumnya.
 Masalah dengan perumahan
Tidak ada masalah dalam perumahan

14
 Masalah dengan ekonomi
Pasien mengatakan tidak ada masalah ekonomi , kebutuhannya cukup
memenuhi kebutuhannya dengan ibunya
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan
 Masalah lainnya
Tidak ada masalah lainnya yang terjadi

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Klien tidak mempunyai masalah terkait pengetahuan terhadap suatu hal. Klien
mengatakan mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan
mengetahui saat ini berada dirumah sakit jiwa dan upaya yang dillakukan saat
ini dalah dengan melakukan pengobatan dan terapi dirumah sakit jiwa.

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F.20.1 (Skizofrenia Hebrefenik – Alam Perasaan)
Axis II :-
Axis III :-
Axis IV : Keluarga
Axis V : 30 – 21 (Disabilitas Berat dalam komunikasi dan daya nilai tidak
mampu berfungsi disemua bidang)
2. Terapi Medis
 Clozapine 25 mg 0-0-1
 Riseperidon 2 mg 1-0-1

15
XIII. ANALISA DATA

No DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 DS : Klien mengatakan ketika ingin sholat Gangguan persepsi halusinasi


mendengar adanya bisikan – bisikan yang sensori : pendengaran
melarangnya sholat
DO: Klien jarang beraktifitas dan sering melamun,
sering menyendiri, reaksi terhadap lingkungan
sangar kurang dan kontak mata tidak focus

2 DS : Klien mengatakan jarang bergaul dengan Gangguan Interaksi Sosial : Isolasi


lingkungan sekitar social
DO: klien sering diam dan menyendiri, kontak
mata tidak fokus, dan jarang beraktivitas
dilingkungannya
3 DS : Klien mengatakan merasa tidak puas Gangguan Konsep Diri : Harga diri
terhadap dirinya dan gagal menjadi seorang anak rendah
DO : kontak mata tidak fokus, sering menunduk
ketika diwawancara, malas untuk aktifitas, sering
melamun dan suka menyendiri

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Gangguan Interaksi Sosial : Isolasi sosial
3. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah.

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

XVI. POHON MASALAH

Gangguan Persepsi Sensori : halusianasi Pendengaran

Menarik diri : Isolasi sosial

Gangguan konsep diri : Harga Diri rendah

Koping individu Tidak efektif Koping keluarga Tidak Efektif

16
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien : Sdr. S DX. Medis : F 20.1


No. CM : 105916 Ruangan : Bangau
Perencanaan
No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan TUM : 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
persepsi sensori Klien tidak menunjukan rasa senang ada prinsip komunikasi terapentik.
halusinasi mencederai orang kontak mata. Mau berjabat tangan,  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
pendengaran lain mau menyebutkan nama, mau  Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 : menjawab salam, klien mau duduk  Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
Klien dapat membina berdampingan dengan perawat, disukai klien
hubungan saling mau mengungkapkan masalah  Jelaskan tujuan pertemuan
percaya yang dihadapi.  Jujur dan menepati janji
 Tunjukan sikap simpati dan menerima apa adanya
 Beri perhatian pada kebutuhan dasar klien
TUK 2 : 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, 2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Klien dapat frekunsi dan situasi yang 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinsinya;
mengenal menimbulkan halusinasi bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang kekiri/ke
halusinasinya 2. Klien dapat mengungkapkan kanan/ ke depan seolah-olah ada teman bicara
perasaan terhadap halusinasi nya 2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya :

17
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi,
 Tanyakan apakah ada suara yang didengar
 Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa apa yang
dikatakan
 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
b. Jika Klien tidak sedang berhalusinasi klari fikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi.
2.4. Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
( jika sendiri, jengkel / sedih)
 Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang
sore, dan malam atau sering dan kadang-kadang)
2.5 Diskusikan dengan klien bagaimana perasaannya jika terjadi
halusinasi (marah/takut, sedih, senang) dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan
Klien dapat yang biasanya dilakukan untuk jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)

18
mengontrol mengendali-kan halusinasinya 3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
halusinasinya 2. Klien dapat menyebutkan cara bermanfaat beri pujian
baru 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya
3. Klien dapat memilih cara halusinasi :
mengatasi halusinasi seperti yang  Katakan : “saya tidak mau dengar/lihat kamu” (pada saat
telah didiskusikan dengan klien halusinasi terjadi)
4. Klien dapat melaksanakan cara  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
yang telah dipilih untuk untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang
mengendalikan halusinasinya didengar / dilihat
5. Klien dapat mengikuti terapi  Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi
aktivitas kelompok tidak sempat muncul
 Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika tampak
bicara sendiri
3.4 Bantu Klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih.
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Keluarga dapat membina 4.1 Anjurkan Klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
Kilen dapat hubungan saling percaya dengan halusinasi
dukungan dari perawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga )pada saat keluarga

19
keluarga dalam 2. Keluarga dapat menyebutkan berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
mengontrol pengertian, tanda dan tindakan  Gejala halusinasi yang di alami klien
halusinasinya untuk mengendali kan halusinasi  Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, berpergian bersama
 Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
TUK 5 : 1. Klien dan keluarga dapat 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,efek
Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan samping dan manfaat obat
memanfaatkan obat efek samping obat 5.2 Anjurkan Klien minta sendiri obat pada perawat dan
dengan baik 2. Klien dapat mendemontrasi kan merasakan manfaatnya
penggunaan obat dgn benar 5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
3. Klien dapat informasi tentang efek samping obat yang dirasakan
manfaat dan efek samping obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
4. Klien memahami akibat berhenti 5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima)
minum obat tanpa konsultasi benar
5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat

20
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI

Data : S : klien mengatakan sudah melakukan cara


 Keluhan dan kemampuan klien : mengontrol halusinasi 3x sehari, minum obat sesuai
Klien mengatakan masih mendengar suara-suara petunjuk dan mengajak orang lain untuk bercakap-
tetapi sudah jarang dan tidak setiap hari datangnya cakap apabila klien sendirian dan apabila suara-
Pasien mengatakan sudah melakukan cara suara itu muncul kembali.
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi dan minum obat dengan benar. O : - Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
 Kemampuan klien menghardik halusinasi 3 kali menghardik , becakap- cakap dengan ornag lain
sehari mandiri (minum obat 2x sehari mandiri ) dan minum obat.
- Klien tenang
Dx keperawatan : - Kooperatif
Gangguan sensori persepsi halusinasi
A : K : Klien mampu menjelaskan cara menghardik
Intervensi : dengan benar
Tindakan ke klien : A : Klien merasa menghardik dapat mengurangi
1. Evaluasi kegiatan klien dalam mengontrol frekuensi halusinasinya
halusinasi dengan menghardik dan minum obat P : Klien dapat memperagakan cara
beri pujian . menghardik yang benar
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap P : Klien :
3. Memasukan jadwal kegiatan untuk latihan Berlatih mengontrol halusinasi dengan menghardik
bercakap-cakap dengan orang lain/keluarga 3x sehari, bercakap-cakap dengan orang lain, dan
minum obat sesuai aturan 2x sehari.
RTL :
Klien : melakukan latihan mengontrol halusinasi P : Perawat :
yang telah di ajarkan sesuai jadwal Melatih klien untuk mengontrol halusinasi dengan
Perawat : melatih klien untuk mengontrol halusinasi aktivitas / kegiatan .
dengan aktivitas/kegiatan

21
BAB IV

PENUTUP

A. KESEMPULAN
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi
muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian
seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis
seseorang (Baihaqi, 2007). Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran,
pasien merasa ada suara, padahal tidak ada stimulus suara(Yosep, 2009).

Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa kesimpulan


mengenai Asuhan keperawatan Tn. S dengan halusinasi pendengaran di
ruang Bangau RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, kesimpulan tersebut
diantaranya adalah :

1. Pengkajian pada pasien dengan halusinasi pendengaran didapatkan


data Klien mengatakan ketika ingin sholat mendengar adanya bisikan –
bisikan yang melarangnya sholat, namun pasien kooperatif dengan
petugas kesehatan, sering berdiam diri di ruangan, terlihat sedih jika
ditanya tentang keluarga dan pekerjaannya.
2. Masalah keperawatan lain yang muncul pada Tn.S dengan halusinasi
pendengaran adalah Harga Diri Rendah dan Menarik Diri.
3. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada Tn. S dengan
halusinasi pendengaran adalah halusinasi pendengaran, menarik diri dan
harga diri rendah.
4. Penyusunan rencana keperawatan diprioritaskan pada masalah utama
yaitu halusinasi pendengaran. Prinsip intervensi yang dilakukan adalah
dengan melibatkan pasien sesuai dengan strategi pelaksanaan
halusinasi pendengaran.
5. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat, pasien sangat dibutuhkan dalam pelaksaan implementasi
keperawatan baik saat di rumah sakit maupun setelah pasien pulang.

22
6. Evaluasi yang dilakukan tercapai dan berhasil bila pasien mampu
melakukan serta menerapkan implementasi yang telah dilatih oleh
penulis.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu auhan keperawatan adalah:
1. Bagi institusi
a. Menambah referensi karya tulis ilmiah tentang masalah
keperawatan jiwa khususnya pada masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi
b. Memberi informasi keada mahasiswa bahwa Aplikasi Terapi
menghardik : menutup telinga Terhadap Penurunan tingkat
halusinasi dengar pada pasien skizofrenia dpaat menurunkan
frekuensi kemunculan halusinasi yang dialami klien.
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure)
yang ditetapkan.
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart
Operasional prosedure dan dilanjutkan dengan SOAP pada klien
khususnya dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
4. Bagi klien dan keluarga
a. Klien diharapkan mengikuti program yang telah direncanakan oleh
dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
b. Kleuarga diharakan mampu memberi dukungan pada klien dalam
mengontrol halusinasi baik di rumah sakit maupun di rumah

23
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan


Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Nasution, Siti Saidah. 2003. Asuahan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. Sumatera Utara: PSIK USU

Carpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:


EGC

Santosos, Budi, Ed. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-


2006. Yogyakarta: Prima Medika

Isiqomah, Fatilah, Ed.2010. NANDA Diagnosa Keperawatan Difusi dan


Klasisikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka

24

Anda mungkin juga menyukai