Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA : DEFISIT

PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA


KALAWA ATEI BUKIT RAWI

Disusun Oleh :
LISNAWATIE
NIM : 20231490104040

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2024
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1.1.1 Definisi
Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016). Defisit perawatan diri
meliputi ketidakmampuan dalam melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan
dan minum, eliminasi, dan lingkungan.
Defisit perawatan diri: kebersihan diri adalah ketidak mampuan melakukan
pembersihan diri secara saksama dan mandiri. Defisit perawatan diri: berpakaian
adalah ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri
(NANDA-I, 2018).

1.1.2 Etiologi
Defisit perawatan diri disebabkan oleh karena dua faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor pretisipasi.
a. Faktor predisposisi (Nurhalimah, 2016)
1) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang menyebabkan defisit perawatan diri yaitu penurunan
motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
1.1.3 Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
toileting (buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) secara mandiri
(Yusuf, 2015).

1.1.4 Rentang Respon Kognitif


Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada
saat stres
Gambar 1.1 Rentang Respon
Keterangan:
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang
– kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

1.1.5 Manifestasi Klinis


Kurang perawatan diri mandi atau hygiene : Klien mengalami
ketidakmampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri secara
mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.
Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias : Ketidakmampuan klien
dalam mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan
kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,
mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
Kurang perawatan diri makan : Ketidakmampuan klien dalam
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
Kurang perawatan diri toileting : Ketidakmampuan klien dalam pergi ke
toilet atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

1.1.6 Mekanisme Koping


Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk,
2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri,
tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan,
2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Defisit


Perawatan Diri
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
2. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
3. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang
diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang
mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
4. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tandatanda vital
(TTV)
5. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas diri
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Harga diri
f) Hubungan sosial
g) Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu
karna tidak menghirauan lagi dirinya.
2. Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
1. Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
2. Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.

4. Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5. Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6. Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap
atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
7. Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
8. Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial,
kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat
dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan berhenti
tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1. Makan
2. Berpakaian
3. Mandi
4. BAB/BAK
5. Istirahat
6. Penggunaan obat
7. Aktivitas dalam rumah
j) Mekanisme koping
1. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak
bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
2. Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang
lain.
3. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan
yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
4. Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Melaksanakan SP Defisit Perawatan diri

1.2.4 Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP 1 :
1) Identifikasi masalah perawatan diri, berdandan, makan dan minum serta
BAB/BAK
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, dan potong kuku
5) Masukan dalam jadwal kegiatan untuk Latihan mandi, sikat gigi, (2 kali
perhari), cuci rambut (2 kali perminggu) potong kuku (satu kali
perminggu)
SP 2 :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
2) Jelaskan cara dan alat berdandan
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
wanita, cukuran untuk pria
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan
SP 3 :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan, beru pujian
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum
3) Latih cara makan dan minum yang baik
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk Latihan kebersihan diri, berdandan
dan minum yang baik
SP 4 :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, beri
pujian
2) Jelaskan cara eliminasi/toileting yang baik
3) Latih eliminasi/toileting yang baik
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk Latihan kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum serta BAK dan BAB
SP 5 sd 12 :
1) Evaluasi kegiatan Latihan perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum, BAB dan BAK. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah keperawatan diri telah baik
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Keliat dalam Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam


KeperawatanJiwa . Yogyakarta : Gosyen Publising

Keliat B, Dkk. (2017). Proses Keperawatan Jiwa Edisi Ii. Jakarta :Egc.

Keliat, B. A., & Akemat. (2019).Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Nurhalimah. (2016). Modul Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM


Kemenkes

Ovari, I., & Ikhwan, M. (2018). Faktor predisposisi dan pretisipitasiberhubungan


dengan kekambuhan pasien Gangguan Jiwa di puskesmasPegang panti
pasaman tahun 2017. 5.

Pardede, J. A. (2013). Defisit perawatan diri. Universitas Indonesia,Depok.

Anda mungkin juga menyukai