Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KEMATANGAN EMOSI PADA SISWA KELAS
VIII DI SMP NEGERI 9 PALANGKA RAYA

(PENELITIAN KOLERASIONAL)

OLEH:
ANJUWITA
(NIM: 2019.C.11a.0999)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
PROPOSAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KEMATANGAN EMOSI PADA SISWA KELAS
VIII DI SMP NEGERI 9 PALANGKA RAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal dan


Melanjutkan Penelitian Pada STIKES Eka Harap Palangka Raya

(PENELITIAN KOLERASIONAL)

Oleh:
ANJUWITA
(NIM: 2019.C.11a.0999)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023

i
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Anjuwita
NIM : 2019.C.11a.0999
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul Proposal : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan
Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal tersebut secara


keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuat oleh orang lain,
baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi atau keseluruhan dari
karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber
pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari didapat bukti bahwa proposal saya tersebut
merupakan hasil karya orang lain, dibuat oleh orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan dan/atau plagiasi karya orang lain, saya sanggup menerima sanksi
peninjauan kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan
penarikan ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 01 Mei 2023


Yang menyatakan,

Anjuwita
NIM. 2019.C.11a.0999

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan


Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya
Nama : Anjuwita
Nim : 2019.C.11a.0999

Proposal ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal,

Pembimbing I Pembimbing II,

Karmitasari Yanra Katimenta, Ns.,M. Kep Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ns.,M. Kep

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan


Emosi Pada Siswa di SMP Negeri 9 Palangka Raya
Nama : Anjuwita
Nim : 2019.C.11a.0999

Proposal ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji


Pada Tanggal,

PANITIA PENGUJI

Ketua : Putria Carolina, Ners.,M. Kep

Anggota I :
Karmitasari Yanra Katimenta, Ners.,M. Kep

Anggota II : Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners.,M. Kep

Mengetahui,
KPS Sarjana Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ns., M.Kep

iv
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan


Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya
Nama : Anjuwita
Nim : 2019.C.11a.0999

Proposal Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji


Pada Tanggal,

TIM PENGUJI

Ketua : Putria Carolina, Ners.,M. Kep

Karmitasari Yanra Katimenta, Ners.,M. Kep


Anggota I :

Anggota II : Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners.,M. Kep

Mengetahui,

Ketua Ketua Program Studi


STIKES Eka Harap Sarjana Keperawatan

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Meilitha Carolina, Ns., M.Kep.

v
MOTTO

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Dengan Kematangan Emosi pada
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya”. Proposal ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Palangka Raya.
Penulisan Proposal ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2) Bapak Irawan, S.Pd.,M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Palangka
Raya yang telah memberikan izin dan membantu selama proses penelitian di
SMP Negeri 9 Palangka Raya.
3) Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan.
4) Ibu Karmitasari Yanra Katimenta, Ners., M.Kep., selaku Pembimbing I
yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan
bimbingan dan saran-sarannya.
5) Bapak Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners., M.Kep., selaku Pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan
bimbingan dan saran-sarannya.
6) Seluruh Staf Pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan yang telah
memberikan bimbingan ilmu pengetahuan selama belajar di STIKES Eka
Harap Palangka Raya
7) Kedua Orangtua, yang telah banyak mendukung dan memotivasi dalam
penyelesaian proposal ini dan selalu memberikan semangat.
8) Seluruh teman-teman dan Sahabat yang selalu saling membantu dan
memberi semangat selama belajar di STIKES Eka Harap dan selama proses
pembuatan proposal ini.
9) Seluruh member BTS terutama Min Yoongi yang sudah menemani dan
menjadi penyemangat dalam pembuatan proposal ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Proposal


ini banyak terdapat kekurangan, tetapi penulis sudah berusaha dengan segala

vii
kemampuan yang ada untuk dapat menyajikan yang terbaik, maka kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
Proposal ini.

Palangka Raya, Mei 2023

Penulis

DAFTAR ISI

viii
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN JUDUL (DALAM) ................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL/ SKRIPSI .................... iv
PENGESAHAN PROPOSAL........................................................................ v
MOTTO........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua.................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua...................................................... 6
2.1.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua....................................................... 7
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua.......................... 8
2.1.4 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua....................................................... 10
2.2 Konsep Kematangan Emosi ....................................................................... 11
2.2.1 Definisi Kematangan Emosi Remaja................................................. 11
2.2.2 Aspek-aspek Kematangan Emosi...................................................... 13
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi.................. 14
2.2.4 Skala Kematangan Emosi.................................................................. 18
2.4 Kerangka Konsep........................................................................................ 21
2.5 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 22
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 23
3.2 Kerangka Kerja........................................................................................... 23
3.3 Definisi Variabel......................................................................................... 25
3.3.1 Variabel Independen.......................................................................... 25
3.3.2 Variabel Dependen........................................................................... 25
3.4 Definisi Operasional................................................................................... 25
3.5 Populasi,Sampel, Dan Sampling................................................................. 29
3.5.1 Populasi.............................................................................................. 29
3.5.2 Sampel............................................................................................... 29
3.5.3 Sampling............................................................................................ 30
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................... 30
3.6.1 Waktu Penelitian............................................................................... 30
3.6.2 Tempat Penelitian............................................................................. 30
3.7 Data Uji Validitas dan Realibitas............................................................... 30
3.8 Pengumpulan Data dan Analisa.................................................................. 33
3.8.1 Pengumpulan Data............................................................................ 33

ix
3.8.2 Intrumen Pengumpulan Data............................................................ 34
3.8.3 Analisis Data..................................................................................... 34
3.8.4 Uji Statistik....................................................................................... 36
3.9 Etika Penulisan........................................................................................... 37
3.9.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)........................................... 37
3.9.2 Tanpa Nama (Anonimity)................................................................... 37
3.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian yang Terkait tentang Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dan Kematangan Emosi dengan Kesiapan Belajar Anak
TK Tunas Harapan Krandegan Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo 2020...............................................................................

Tabel 2.2 Penelitian yang Terkait Tentang Hubungan Pola Asuh


Orangtua Terhadap Perubahan Emosional Remaja Di Smp It
Al-Kindi Pekanbaru Tahun 2019....................................................

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya 2023........................................................................

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Skala Pola Asuh Orang Tua.............................

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Skala Kematangan Emosi.................................

Tabel 3.5 Tabel Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Cronbach atau α.....

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Hubungan Pola Asuh Orang Dengan Kematangan Emosi


Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya 2023.....

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya 2023......................................................................

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Survei Pendahuluan Di SMP Negeri 9


Palangka Raya
Lampiran 2 : Surat Ijin survei Pendahuluan Di Dinas
Pendidikan Kota Palangka Raya
Lampiran 3 : Surat Ijin Survei Pendahuluan Di Dinas
Penanaman Modal Dal Pelayanan Satu Pintu
Kota Palangka Raya
Lampiran 4 : Balasan Ijin Surat Survei Pendahuluan Di SMP
Negeri 9 Palangka Raya
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola pengasuhan merupakan serangkaian sikap yang ditunjukan oleh orang tua
kepada anaknya untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi orang
tua dan anak (Mansur, 2012). Orang tua harus selalu tahu apa yang dilakukan dan
dibutuhkan anak-anak mereka agar nantinya anak tidak berpaling pada hal-hal
yang tidak di inginkan. Adakalanya orang tua berperan sebagai teman untuk
medengarkan keluh kesah anaknya, orang tua juga harus mampu berperan sebagai
guru yang bias memberikan nasehat, nasehat yang baik, ketika orang tua mampu
berperan seperti itu dan menerapkan pola asuh yang tepat maka anak tidak akan
terjerumus pada hal-hal yang tidak benar (Mansur, 2012). Masa remaja
merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Perubahan fisik dan lingkungan mempengaruhi perkembangan emosi pada remaja
terutama disaat menghadapi tekanan social dan kondisi baru. Remaja dituntut
mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan dan mulai berperilaku secara
matang. Dengan kata lain, matangnya emosi pada remaja ditandai ketika dimana
individu mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi dasar yang kuat untuk
kemudian diarahkan penyalurannya untuk hal-hal yang dapat di terima oleh diri
sendiri maupun orang lain (Susanto, 2018). Kematangan emosi menurut Piaget
sebagaimana dijelaskan Dariyo mendefinisikan kematangan emosi adalah
kemampuan seorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosi secara baik,
dalam hal ini orang yang telah matang emosinya tidak akan cepat terpengaruh
oleh rangsangan atau stimulus yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya.
Terbentuknya kematangan emosi sangat erat kaitannya dengan peran pola asuh,
karena orang tua merupakan orang pertama dalam mendidik dan mengatur siswa
agar mencapai kematangan emosi yang baik (Hurlock dalam Lumenta et al, 2019).
Berdasarkan fenomena yang terjadi, yang belum memiliki kematangan emosi
yang baik banyak di jumpai pada kalangan siswa, di SMP Negeri 9 Palangka
Raya penulis mengumpulkan data sebagai survei, sebagian besar siswa kelas
2

VIII terkadang bertengkar dan masih menggunakan Bahasa yang kasar saat
menyelesaikan masalah yang terjadi.

Word Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa 1 dari 5


anak kurang dari 16 tahun mengalami masalah mental emosional.
Sebanyak 104 dari 1000 anak yang berusia 4-15 tahun mengalami masalah
mental emosional. Berdasarkan data epidemiologi global, 12-13% anak
dan remaja menderita gangguan mental (Devita, 2019). Hasil Riskesdas
2018 menunjukkan gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia
remaja (15-24 tahun) dengan prevalensi 6,2%. Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2022) Hasto Wardoyo menyebutkan
gangguan mental emosional atau mental emotional disorder remaja-remaja di
Indonesia naik dari 6,2 persen menjadi 9,8 persen. Hal ini disampaikan Kepala
BKKBN Hasto Wardoyo dalam sambutanya di acara Hari Keluarga Nasional
tahun 2022. Berdasarkan hasil survey yang di lakukan peneliti secara acak kepada
9 orang siswa kelas VIIIC dan VIIID di SMP Negeri 9 Palangka Raya pada
tanggal 16 Mei 2023 di temukan bahwa siswa menampilkan ciri-ciri dari
kematangan emosi yg kurang baik Seperti masih ada yang menyelesaikan masalah
dengan bertengkar 4 orang siswa, berbicara dengan bahasa yang kasar dan tidak
baik 3 orang siswa dan membully 2 orang siswa.

Siswa yang belum matang secara emosi dan mengalami kesulitan untuk
mengendalikan emosi negatifnya sehingga berujung melakukan tindakan
kekerasan. Tindakan kekerasan yang terjadi berupa kekerasan secara verbal
seperti berkata kasar dan mencaci maki, maupun kekerasan fisik seperti
memukul, menampar, mininju. Dalam hal ini, teman sebaya atau adik kelas
adalah sasaran utamanya. Menurut Fernandez (2019). Akibat dari masalah
kematangan emosi adalah siswa akan bertindak agresif sehingga akan melukai
bahkan menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu,
sangat penting bagi siswa untuk memiliki kematangan emosi agar emosi dalam
diri mereka dapat dikeluarkan dengan cara yang tepat. Beberapa faktor yang
memengaruhi yaitu usia, pola asuh orang tua, interaksi sosial baik dengan
keluarga, teman sebaya maupun lingkungan masyarakat (Fellasari dan Lestari,
2017). Pada dasarnya kematangan emosi tidak lepas dari peran pola asuh orang
3

tua karena anak mendapatkan pengasuhan pertama kali dari keluarga (Fellasari
dan Lestari, 2017).
Semua remaja memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada yang
berasal dari keluarga pegawai negeri, pegawai swasta, petani, buruh tani, buruh
pabrik dan dari keluarga dari latar belakang pekerjaan musiman. Fenomena atau
peristiwa yang melibatkan emosi semata tanpa adanya kematangan emosi pada
remaja dapat ditunjukkan pada contoh, misalnya tawuran atau berkelahi yang
terjadi antar siswa yang terkadang disebabkan oleh masalah kecil atau sepele,
kasus percobaan bunuh diri dan kasus bunuh diri yang marak terjadi di kalangan
siswa karena masalah yang mereka hadapi seperti masalah dengan pasangan,
keadaan ekonomi dan sebagainya yang membuat mereka mengambil jalan pintas
untuk menyelesaikan masalah tanpa memikirkan akibat dari tindakan tersebut
(dalam Putro, 2017). Dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda tersebut
berbeda pula pola asuh kedua orangtua di dalam keluarga. Menurut Ayun (2017)
mengatakan bahwa terdapat tiga macam pola asuh yang dapat diterapkan orang
tua yaitu pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif. Pola asuh demokratis yaitu
memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, sedangkan pola asuh otoriter
adalah mendidik dengan menggunakan sistem kepemimpinan. Pola asuh otoriter,
dimana orang tua yang menentukan tugas dan tanggung jawab. Pola asuh tersebut
memperlihatkan orang tua yang cenderung diskriminatif. Kemudian pola asuh
permisif yaitu orang tua memberikan kebebasan penuh untuk melakukan apa saja,
sehingga kebebasan dalam pola asuh ini sering salah diartikan. Pada pola asuh
permisif ini, sering dilakukan tindakan yang berlawanan dengan aturan. Faktanya,
Novi (2015) mengungkapkan masih banyak orang tua yang tanpa sadar
memberikan pola asuh dengan menuntut anaknya agar menjadi seperti yang
diharapkannya . Perubahan remaja dihadapinya mulai dari perubahan-perubahan
fisik dan psikisnya, merasa cemas terhadap perubahan yang dialaminya, belum
mampu mencapai tahap pemikiran operasional kongkrit, tidak mempertimbangkan
apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya,
rendahnya minat sekolah remaja, terjadinya kenakalan remaja, meminum
minuman keras, dan perkelahian antar remaja, bolos sekolah, dan perilaku negatif
lainnya. Latar belakang terjadinya hal tersebut dimungkinkan oleh beberapa
4

sebab, antara lain pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa, lingkungan
masyarakat dan lingkungan keluarga. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dari
latar belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orangtua yang
berbeda-beda pula dan diprediksikan dari pola asuh orangtua yang berbeda-beda
itu mempengaruhi kematangan emosi remaja. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Hubungan antara pola asuh orangtua
dalam pengambilan keputusan dengan tingkat kematangan emosi pada siswa di
SMP Negeri 9 Palangka Raya”.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda akan membentuk pola asuh
orang tua yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kematangan emosi remaja
itu sendiri, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dalam pengambilan
keputusan dengan tingkat kematangan emosi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri
9 Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penyusunan proposal ini yaitu untuk


mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dalam pengambilan keputusan
dengan tingkat kematangan emosi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mengidentifikasi pola asuh orang tua siswa kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya.
2) Mengidentifikasi kematangan emosi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri
9 Palangka Raya.
3) Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dalam pengambilan
keputusan dengan tingkat kematangan emosi pada siswa kelas VIII di SMP
Negeri 9 Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
5

Adanya penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan


dapat menjadi bahan masukan dan informasi serta sebagai bahan pembelajaran
dan untuk memperkuat teori serta meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam
melaksanakan penelitian tentang pola asuh orang tua dalam mengambil keputusan
dengan tingkat kematangan emosi pada usia remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Imu Pengetahuan dan Teknologi

Memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama di


mata kuliah psikologi agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.

1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Dapat dijadikan acuan sekolah terutama untuk Guru mata pelajaran


bimbingan konseling dalam meningkatkan mutu kesehatan psikologi khususnya
pada remaja agar lebih bijak dan bisa mengendalikan emosi dengan baik.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian dilaksanakan sebagai bagian dalam pelaksanaan institusi


pendidikan yaitu, melakukan berbagai pengembangan dan penelitian guna
pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan dan sebagai referensi
untuk penelitian berikutnya.
BAB 2
PENDAHULUAN

2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua


2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ( dalam Agustiawati, 2014) “pola adalah corak, model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata “Asuh adalah
menjaga, merawat dan mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan
sebagainya”.
Orang tua memiliki caranya masing-masing dalam mengasuh anak.
Karena perbedaan latar belakang, pengalaman, tingkat pendidikan, dan minat
orang tua, setiap keluarga akan memiliki pendekatan yang berbeda dalam
memberi pengasuhan (Lestari, 2012).
Pola asuh orang tua adalah kemampuan orang tua dalam menyediakan
waktu untuk mengasuh, membimbing, serta mengarahkan anaknya menjadi
lebih baik (Santoso dan Adijanti, 2013). Pola asuh orang tua dalam keluarga
berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu dalam memimpin, mengasuh, dan
membimbing anak dalam keluarga. Pola asuh orang tua adalah upaya orang
tua yang konsisten dalam menjaga dan membimbing anak-anak dari sejak dini.
Selain itu pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku
orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan
kegiatan pengasuhan.
Menurut Baumrind pola asuh pada prinsipnya adalah parental control.
Baumrind (dalam Yusuf, 2012) mengartikan pola asuh sebagai pola sikap orang
tua terhadap remaja. Setiap sikap atau perilaku berdampak pada perilaku
remaja, terutama pada kemampuan emosional, sosial, dan intelektualnya. Kohn
(dalam Palupi dan Wrastari, 2013) mengemukakan bahwa pola asuh adalah cara
orang tua dalam berinteraksi dengan remaja, meliputi pemberian aturan, bakat,
hukuman, perhatian dan respon terhadap perilaku remaja.
Tujuan pengasuhan anak adalah untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan remaja berdasarkan cinta tanpa syarat. Dalam hal
7

dalam membesarkan anak, tanggung jawab pengasuhan remaja murni memang


menjadi tanggung jawab orang tua. Tidak tepat bila tanggung jawab untuk
mengasuh dialihkan kepada pihak lain, seperti kakek nenek, pengasuh dan
keluarga lainnya (Lestari, 2012).
Memberikan aturan untuk menarik perhatian, membimbing, mendidik dan
melindungi generasi muda itu merupakan pola asuh (Gunarsa, 1991). Menurut
pandangan Casmini (dalam Palupi dan Wrastari, 2013), parenting mengacu pada
bagaimana orang tua memberi perlakuan pada usia remaja, membimbing,
mendidik, melindungi dan mendisiplinkan remaja agar mencapai kedewasaan dan
berjuang membentuk norma yang bias diterima masyarakat secara umum.
Maka dapat dikatakan bahwa pola asuh adalah interaksi antara orang tua dan
remaja, yang bertujuan untuk membimbing perilaku remaja ke arah yang benar
dan merangsang orang tua untuk memperhatikan nilai-nilai yang baik, sehingga
remaja tumbuh dan berkembang secara optimal. Orang tua akan menggunakan
metode tertentu yang dinilai paling sesuai untuk berinteraksi dengan remaja.
2.1.2 Jenis-Jenis Pola Asuh Orang tua
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Ada beberapa macam
pengelempokan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, yang satu
dengan yang lain hampir mempunyai persamaan, diantaranya sebagai
berikut;
Pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind (dalam Desmita 2013)
merekomendasikan tiga tipe pola asuh yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang
berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu:
1) Pola asuh otoriter
Pola asuh tipe ini biasanya cenderung membatasi dan menghukum.
Mereka secara otoriter mendesak anak untuk mengikuti perintah dan
menghormati mereka. Orang tua dengan pola asuh ini sangat ketat dalam
memberikan batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak.
2) Pola asuh otoritatif
8

Pola pengasuhan dengan gaya otoritatif bersifat positif dan mendorong


anak-anak untuk mandiri, namun orang tua tetap menempatkan batas-
batas dan kendali atas tindakan mereka
3) Pola asuh permisif
Orang tua dengan gaya pengasuhan ini tidak pernah berperan dalam
kehidupan anak. Anak dibeikan kebebasan melakukan apapun tanpa
pengawasan dari orang tua
Pendapat lain yang juga dikemukakan Baumrind (dalam Dariyo,
2014) membagi pola asuh orang tua menjadi 3 jenis,yaitu:
1) Pola asuh otoriter
Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua yang harus ditaati
oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena tanpa dapat dikontrol oleh
anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang
diperintahkan oleh orang tua
2) Pola asuh permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan
keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan
orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
3) Pola asuh demokratis
Kedudukan antara anak dengan orang tua sejajar. Suatu keputusan
diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak anak
diberikan kebebasan yang bertanggungjawab, artinya apa yang dilakukan
oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang tua
Menurut Mindel, (dalam Isni (2014:7) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orang tua dalam keluarga,
diantaranya:
1. Budaya setempat
Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat dan budaya yang
berkembang di dalamnya.
2. Ideologi yang berkembang dalam diri orang tua
9

Orang tua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu cenderung


untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan bahwa nantinya
nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan dikembangkan oleh anak
dikemudian hari.
3. Letak geografis dan norma etis
Penduduk pada dataran tinggi memiliki perbedaan karakteristik dengan
penduduk dataran rendah sesuai tuntutan dan tradisi yang dikembangkan
pada tiap-tiap daerah.
4. Orientasi religius
Orang tua yang menganut agama dan keyakinan religius tertentu
senantiasa berusaha agar anak pada akhirnya nanti juga dapat
mengikutinya.
5. Status ekonomi
Dengan perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang
diberikan serta lingkungan material yang mendukung cenderung
mengarahkan pola asuh orang tua menuju perlakuan tertentu yang
dianggap orang tua sesuai.
6. Bakat dan kemampuan orang tua
Orang tua yang memiliki kemampuan komunikasi dan berhubungan
dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan
mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
7. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki
ragam dan cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orang tua dan
anak
Menurut Hasanah, (2012) faktor yang mempengaruhi pola asuh orang
tua diantaranya:
1. Faktor sosial ekonomi
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa orang tua yang berasal dari
kelas ekonomi menengah cenderung lebih bersifat hangat dibanding orang
tua yang berasal dari kelas sosial ekonomi bawah. Orang tua dari
golongan ini cenderung menggunakan hukuman fisik dan menunjukkan
10

kekuasaan mereka. Orang tua dari kelas ekonomi menengah lebih


menekankan pada perkembangan keingintahuan anak, kontrol dalam diri
anak, kemampuan untuk menunda keinginan, bekerja untuk tujuan
jangka panjang dan kepekaan anak dalam berhubungan dengan orang lain.
Orang tua dari golongan ini lebih bersikap terbuka terhadap hal-hal yang
baru.
2. Faktor tingkat Pendidikan
Dari berbagai hal penelitian bahwa orang tua yang bersikap demokratis
dan memiliki pandangan mengenai persamaan hak antara orang tua dan
anak cenderung berkepribadian tinggi. Orang tua dengan latar belakang
pendidikan yang tinggi dalam praktek pola asuhnya terlihat sering
membaca artikel ataupun mengikuti kemajuan pengetahuan mengenai
perkembangan anak.
3. Jumlah anak
Jumlah anak juga mempengaruhi pola asuh tersebut. Orang tua yang
hanya memiliki 2-3 orang anak akan menggunakan pola asuh otoriter.
Dengan digunakannya pola asuh ini orang tua menganggap dapat tercipta
ketertiban di rumah.
4. Nilai-nilai yang dianut orang tua
Paham equalitarium menempatkan kedudukan anak sama dengan orang
tua, dianut oleh banyak orang tua dengan latar belakang budaya barat.
Sedangkan pada budaya timur orang tua masih menghargai kepatuhan
anak.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar
dipengruhi oleh beberapa faktor diantaranya budaya, letak geografis, gaya hidup,
faktor sosial ekonomi, tingkat pendidika, jumlah anak.
2.1.4 Indikator Pengukuran Pola Asuh Orang Tua

Indikator Pengukuran Pola Asuh Orangtua Pengukuran pola asuh orangtua


akan dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada responden penelitian. Untuk
menentukan besaran data menggunakan skoring Skala Likert dengan beberapa
indikator pertanyaan yang bersifat positif (favorable) dan negatif (unfavorable).
Skoring dengan metode skala Likert sebagai berikut:
11

1) Pertanyaan yang bersifat positif (favorable)


Selalu :4
Sering :3
Kadang-kadang :2
Tidak Pernah :1

2) Pertanyaan yang bersifat negatif (unfavorable)


Selalu :1
Sering :2
Kadang-kadang :3
Tidak Pernah :4

Untuk mengetahui gaya pola asuh orangtua responden, akan disusun


pertanyaan menggunakan dua dimensi pengasuhan oleh Baumrind dalam
kuesioner yang disusun oleh Najibah (2017):
1) Pola asuh demokratis:
(1) Mendorong musyawarah;
(2) Memberi pujian;
(3) Mengarahkan perilaku dengan rasional;
(4) Tanggap pada kebutuhan anak.
2) Pola asuh otoriter:
(1) Banyak aturan;
(2) Berorientasi pada hukuman;
(3) Menutup katup musyawarah;
(4) Jarang memberi pujian.
3) Pola asuh permisif
(1) Acuh dan cuek pada anak;
(2) Anak bebas mengatur dirinya;
(3) Tidak pernah memberi hukuman;
(4) Tidak pernah memberi pujian

Instrumen penelitian kuesioner pola asuh menggunakan kuesioner baku


yang disusun oleh Najibah (2017). Kuesioner pola asuh ini bertujuan untuk
12

menilai jenis pola asuh apa yang diterima oleh anak berupa pola asuh otoriter,
demokratis, atau permisif. Kuesioner berisi 24 pernyataan, terdiri 18 butir
pernyataan (favorable) dan 6 butir pernyataan (unfavorable). Penentuan jenis pola
asuh berdasarkan rumus :

rentang kelas 96−22 72


p= = = =24
banyak kelas 3 3
Sehingga dapat ditentukan instrument nilai skor penelitian :
1) Pola asuh permisif : Nilai skor 24-48≤ 55%
2) Pola asuh demokratis : Nilai skor 49-72
3) Pola asuh otoriter : Nilai skor 73-96
2.2 Konsep Kematangan Emosi
2.2.1 Pengertian Kematangan Emosi Remaja
Menurut Lazarus (dalam Mashar, 2015), mengemukakan emosi adalah
suatu keadaan yang kompleks pada diri organisme, yang meliputi perubahan
secara badaniah, dalam bernafas, detak jantung,perubahan kelenjar, dan kondisi
mental, seperti keadaan menggembirakan yang di tandai dengan perasaan yang
kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk
perilaku. Jika emosi terjadi sangat intens, biasanya akan mengganggu fungsi
intelektual. Variabel emosi terdiri dari dua bentuk yaitu: action, berupa perilaku
menyerang, menghindar, mendekat atau menjauh dari tempat orang, menangis,
ekspresi wajah, dan postur tubuh; serta physiological reactiaon, berupa aktifitas
sistem saraf otonomi, aktifitas otak, dan sekresi hormonal.
Menurut Chaplin (2011) mengungkapkan bahwa kematangan emosi
adalah satu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari
perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi
menampilkan pola emosi yang pantas bagi anak-anak.
Menurut Astuti, (dalam Ardyani, 2017) Kematangan emosi adalah
kesadaran yang mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan,
cita-cita, alam perasaanya serta pengintergrasian sehingga mampu memberikan
reaksi emosional yang stabil tidak berubah-ubah dari satu suasana hati ke suasana
13

hati yang lain dan mampu menekan atau mengontrol emosi yang timbul secara
baik walaupun pada situasi yang kurang menyenangkan. Variabel emosi
terdiri dari dua bentuk yaitu: action, berupa perilaku menyerang, menghindar,
mendekat atau dari tempat orang, menangis, ekspresi wajah, dan postur
tubuh; serta physiological reactiaon, berupa aktifitas sistem saraf otonomi,
aktifitas otak, dan sekresi hormonal.
Menurut Kartono (dalam Putri, 2012) kematangan emosi adalah kondisi
psikologis yang telah sampai pada tingkat kematangan dalam perkembangan
emosi, sehingga orang-orang yang terlibat tidak lagi mengekspresikan emosi
seperti saat kanak-kanak. Sedangkan menurut penelitian Kapri & Rani
(2014) kematangan emosi tidak ada kaitannya dengan kematangan fisik,
kematangan emosi sangat berbeda dengan kematangan fisik, dan mereka
mendeskripsikan kematangan emosi sebagai kemampuan individu untuk
mengatasi dirinya sendiri dengan baik. Kendalikan emosi Anda dan
tunjukkan kedewasaan saat memiliki permasalahan dengan orang lain.
Kematangan emosi pada dasarnya membuat individu agar mampu
mengontrol emosi, bukan malah sebaliknya dengan membiarkan emosi yang
mengontrol individu.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah kematangan emosi dapat dikatakan
sebagai kondisi perkembangan emosi seseorang, dimana seseorang dapat
mengendalikan dan mengarahkan emosi sehingga dirinya dan orang lain
dapat menerimanya.
2.2.2 Aspek-aspek kematangan emosi
Menurut Fadil (dalam Wardani, 2011 dalam Naimah 2015) mengatakan
aspek aspek kematangan emosi antara lain
1. Realitas, berbuat sesuai dengan kondisi, mengetahui dan
menafsirkan permasalahan tidak hanya satu sisi.
2. Mengetahui mana yang harus didahulukan, mampu menimbang
dengan baik diantara beberapa hal dalam kehidupan. Mengetahui mana
yang terpenting diantara yang penting. Tidak mendahulukan permasalahan
yang kecil dan mengakhiri masalah yang besar.
14

3. Mengetahui tujuan jangka panjang, diwujudkan dengan


kemampuan mengendalikan keinginan atau kebutuhan demi kepentingan
yang lebih penting pada masa yang akan datang.
4. Menerima tanggungjawab dan menunaikan kewajiban dengan teratur,
optimis dalam melakukan tugas, dan mampu hidup di bawah aturan
tertentu
5. Menerima kegagalan, bisa menyikapi kegagalan dan dewasa dalam
menghadapi segala kemungkinan yang tidak menentu guna
mencapai sebuah kemakmuran, serta mencurahkan segala potensi guna
mencapai tujuan.
6. Hubungan emosional, seseorang tidak hanya mempertimbangkan diri
sendiri tapi mulai membiarkan perhatiannya pada orang lain. Pencarian
yang serius tentang jati diri serta komunitas sosial.
7. Bertahap dalam memberikan reaksi. Mampu mengendalikan saat kondisi
kejiwaan memuncak.
Sedangkan menurut Walgito, (dalam Naimah 2015) aspek
kematangan emosi diantaranya:
1. Dapat menerima baik keadaan dirinya maupun orang lai seperti apa
adanya secara obyektif
2. Tidak bersifat implusive, yaitu individu akan merespon stimulus dengan
cara mengatur fikiranya serta baik untuk memberikan tanggapan terhadap
stimulus yang mengenainya, orang yang bersifat implusive yang segera
bertindak suatu pertanda bahwa emosinya belum matang.
3. Dapat mengontrol emosinya atau dapat mengontrol ekspresi
emosinya secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi
marah itu tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan
kemarahan itu perlu dimanifestasikan.
4. Bersifat sabar, pengertian, dan umumnya cukup mempunyai
toleransi yang baik. Mempunyai tanggungjawab yang baik, dapat berdiri
sendiri tidak mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah
dengan penuh petimbangan.
15

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa individu yang


telah mencapai kematangan emosi ditandai oleh aspek-aspek, adanya
kemampuan dalam mengontrol emosi, berfikir realistis, memahami diri sendiri
dan menampakkan emosi disaat dan tempat yang tepat. Reaksi yang diberikan
individu terhadap setiap emosi dapat memuaskan dirinya sendiri dan dapat
diterima orang lain. Individu yang memiliki kematangan emosi adalah tidak
impulsive, mempunyai tanggungjawab yang baik dapat mengendalikan emosi.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi


Menurut Hurlock (dalam Susilowati, 2013) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kematangan emosi antara lain:

1. Usia
Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih
matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan
emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu
masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan
matang secara emosi.
2. Perubahan fisik dan kelnjar
Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan
terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan
bahwa remaja adalah “badai dan tekanan” emosi remaja meningkat akibat
perubahan fisik dan kelenjar.
3. Pola asuh orang tua
Pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pula
pola perilaku anak terhadap orang dalam lingkungannya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi dalam keluarga adalah pola asuh orang tua. Cara
orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang
permanen dalam kehidupan anak.
4. Lingkungan
16

Kebebasan dan kontrol yang mutlak/ketat dapat menjadi penghalang


dalam pencapaian kematangan emosi seseorang. Lingkungan di sekitar
kehidupan seseorang yang mendukung perkembangan fisik dan mental
memugkinkan kematangan emosi dapat tercapai.
5. Jenis kelamin
Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan,
mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya
sehinggaa cenderung kurang mampu mengekspresikan emosi
seperti yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki
cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan
perempuan.
Menurut Astusi ( dalam Dewi 2016 ) menyebutkan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi antara lain:
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya
menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga
ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh tetapi ada juga
dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua
seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi
peserta didik. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam
kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk
sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat
anak dapat berinteraksi. Dari pengalaman berinteraksi di dalam keluarga
ini akan menentukan pula pola perilaku anak terhadap orang lain dalam
lingkungannya.
2. Temperamen
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan
kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing-masing
individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen
merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik
yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia
3. Jenis kelamin
17

Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan


adanya perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan, peran jenis
maupun tuntutan sosial yang yang berpengaruh pula terhadap adanya
karakteristik emosi diantara keduanya.
4. Usia
Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan
pertambahan usianya.
5. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang
sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulan pertumbuhan ini
hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan
postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering
mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta
didik. Tidak semua peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh
seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit
yang menjadi kasar dan penh jerawat. Hormon- hormon tertentu mulai
berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali
menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
6. Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
Peserta didik seringkali membangun interaksi sesama teman
sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan
semacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng
biasanya sangat intens serta memiliki kohesivits dan solidaritas yang
sangat tinggi. Faktor yang menimbulkan emosi pada masa ini adalah
hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat
bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan
emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua
yang lebih dewasa.
7. Perubahan pandangan luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan
konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu:
18

1) Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten.


2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk peserta didik laki-laki dan perempuan
3) Seringkali kekosongan peserta didik dimanfaatkan oleh pihak luar
yang tidak bertanggungjawab.
8. Perubahan interaksi dengan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh
peserta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting
dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru
juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didik. Oleh karena
itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih
takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini
amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi
anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kematangan emosi di pengaruhi oleh pola asuh orang tua.
Kesimpulannya adalah banyak faktor yang mempengaruhi kematangan
emosi pada siswa khususnya dalam keluarga, orang tua yang menggunakan
berbagai metode dalam mendidik anak, usia serta lingkungan yang turut
mempengaruhi kematangan emosi mahasiswa. Oleh karena itu kematangan emosi
mahasiswa akan dipengaruhi faktor internal dan eksternal dirinya.
2.2.4 Skala Kematangan Emosi
Skala kematangan emosi dari Singh dan Bhargava (Saimons, 2016) yaitu
Emotional Maturity Scale (EMC) yang mencakup aspek-aspek ketidakstabilan
emosi, perkembangan emosi, penyesuaian sosial, integrasi kepribadian,
kemandirian. Tanggapan responden dalam skala ini dikelompokkan menjadi
empat yaitu : Sangat sesuai, Sesuai, Tidak sesuai, Sangat tidak sesuai. Pemberian
nilai untuk pernyataan tersebut adalah :
1. Sangat sesuai (SS) = 4
2. Sesuai (S) =3
3. Tidak Sesuai (TS) = 2
4. Sangat tidak sesuai = 1
19

Dengan hasil presentase diperoleh dengan rumus : n = SP + X / SM x 100 %

Keterangan : Kriteria penilaian :

n : nilai yang didapat Tinggi : > 76 %

SP : skor yang didapat Sedang : 56-75 %

SM : skor maksimal Rendah : < 56 %


Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian yang Terkait tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kematangan Emosi dengan Kesiapan
Belajar Anak TK Tunas Harapan Krandegan Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo 2020

Nama Judul Penelitian Desain Penelitian dan Populasi dan Teknik Hasil Penelitian
Peleliti Teknik Analisa Data Sampel Sampling
Dari Hubungan Pola Asuh Desain penelitian ini Subjek penelitian Pengambilan Hasil penelitian menunjukkan
Orang Tua dan adalah penelitian adalah populasi sampel bahwa: terdapat hubungan
Kematangan Emosi kuantitatif korelasional dari siswa TK dilakukan yang positif dan signifikan
dengan Kesiapan dimana penelitian ini Tunas Harapan secara total antara pola asuh orang tua
Belajar Anak TK bertujuan untuk Krandegan yang sampling.. dan kematangan emosi
Tunas Harapan mengetahui, ada tidaknya berjumlah 40, dengan kesiapan belajar anak
Krandegan Kecamatan hubungan antara dua yang terdiri dari dengan koefisien korelasi
Bayan, Kabupaten variabel dengan anak didik B1 ganda r= 0,491 dan p= 0,006.
Purworejo 2020 menjelaskan, meringkas berjumlah 21, Hasil penelitian ini
berbagai kondisi. Variabel dan anak didik menunjukkan terdapat
dalam penelitian ini ada B2 berjumlah 19. hubungan antara pola asuh
tiga yaitu pola asuh orang Sampel yang orang tua dan kematangan
tua (X1) dan kematangan diambil adalah emosi dengan kesiapan
emosi (X2) sebagai semua peserta belajar anak.
variabel bebas sedangkan didik di TK
kesiapan belajar (Y) Tunas Harapan
sebagai variabel terikat. Krandegan yang
berjumlah 40
anak.

20
Tabel 2.2 Penelitian yang Terkait Tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perubahan Emosional Remaja Di Smp
It Al-Kindi Pekanbaru Tahun 2019
Nama Judul Penelitian Desain Penelitian dan Populasi dan Teknik Hasil Penelitian
Peleliti Teknik Analisa Data Sampel Sampling
Andrian Hubungan Pola Asuh Penelitian ini bersifat Sampel dalam Pengambilan Hasil penelitian diketahui
i Orangtua Terhadap kuantitatif dengan desain penelitian ini sampel bahwa mayoritas orangtua
Perubahan Emosional analitik dengan adalah dilakukan menggunakan pola asuh
total populasi
Remaja Di Smp It Al- menggunakan Cross dimana jumlah secara total demokratif sebanyak 86
Kindi Pekanbaru Sectional. Analisis data semua populasi, sampling. responden (98.9%) memiliki
Tahun 2019 yang digunakan sehingga tidak Teknik perubahan emosi remaja
adalahvAnalisis univariat memungkinkan sampling yang yang masking sebanyak 54
dan analisis bivariat dalam untuk digunakan remaja (62,1%). Dari hasil
penelitian ini mengambil yaitu uji chi square diketahui
menggunakan program sampel, diantara mengambil bahwa tidak ada hubungan
SPPSvSoftware Versi 17. populasi, maka seluruh yang signifikan antara pola
seluruh populasi populasi yang asuh orangtua terhadap
dijadikan sampel, akan perubahan emosional remaja
sehingga sampel dijadikan di SMP IT AL-KINDI
dalam penelitian sampel dalam Pekanbaru Tahun 2019
ini berjumlah penelitian ini.
87 Sampel.

21
22

2.4 Kerangka Konsep


Menurut Nursalam 2017 Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu
realitas agar dapat di komunikasikan dan membentuk suatu teori yang
menjelaskan keterkaitan antara variable, baik yang diteliti maupun yang tidak
diteliti.
Kerangka konseptual pada penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen


Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kematangan Emosi

Faktor yang
Faktor yang mempengaruhi : mempengaruhi :
1. Budaya1.setempat
Pola asuh orang tua
2. 2. Usia
Status ekonomi
3. 3. Jenis kelamin
Gaya hidup
4. Tingkat4.Pendidikan
Lingkungan
5. Jumnlah5.anak
temperamen

Pola Asuh : Kematangan emosi yang mencakup


1. Pola Asuh Demokrasi aspek-aspek :
2. Pola Asuh Pemisif 1. Ketidakstabilan Emosi,
3. Pola Asuh Otoriter 2. Perkembangan Emosi,
3. Penyesuaian Sosial,
4. Integrasi Kepribadian,
Kategori Pola Asuh Orang Tua: 5. Kemandirian
1. Kontrol
2. Kedewasaan Kategori Kematangan Emosi:
3. Komunikasi 1. Kemandirian
4. Kasih sayang 2. Kemampuan menerima kenyataan
3. Kemampuan beradaptasi
4. Kemampuan merespon dengan
tepat
Keterangan: 5. Merasa aman
6. Kemampuan berempati
: Ditelit 7. kemampuan menguasai amarah

: Tidak di teliti

: Berhubungan
23

Bagan 2.1 Hubungan Pola Asuh Orang Dengan Kematangan Emosi Pada
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya 2023
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau
lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian.
Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari suatu permesalahan
Nursalam (2017).
Menurut Nursalam (2017), untuk mengetahui nilai signifikansi (p) dari suatu
hasil statistik, maka dapat di tentukan dengan menggunakan tingkat signifikansi
level 0,05. Tingkat signifikansi ditentukan apakah hipotesisnya akan diterima atau
di tolak (jika <0,05). Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji
statistik untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Ketentuan uji
statistik yang berlaku adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai p ≤ α, maka keputusan H0 ditolak, H1 diterima artinya ada hubungan
antara variabel dependen dan independen.
2) Jika nilai p ≥ α, maka keputusan adalah H0 ditolak, H1 ditolak artinya tidak
ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Dengan:
p : nilai signifikansi dari suatu hasil statistik
α : tingkat signifikansi level 0,05

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pola Asuh Oranng Tua Dengan
Kemetangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rancangan penelitian, desain penelitian ini
merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan dan berperan sebagai pedoman
atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2017). Jenis
desain dari penelitian ini adalah desain penelitian korelasional dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
Desain penelitian korelasional bertujuan mengungkap hubungan korelatif dua
variabel (Nursalam, 2017). Desain penelitian cross sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian korelasional yaitu untuk melihat hubungan pola
asuh orang tua dengan kematangan emosi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya. Pengambilan data dilakukan hanya satu kali saja pada saat
penelitian.
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian yaitu
menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2017).
Kerangka kerja adalah kerangka yang menyatakan tentang urutan langkah dalam
melaksanakan penelitian (Suparyanto, 2009). Adapun kerangka kerja dapat dilihat
pada bagan berikut.

23
24

Populasi
Seluruh Siswa kelas VIIIC dan VIIID di SMPN 9
Palangka Raya berjumlah 69 orang

Sampel
Siswa kelas VIIIC dan VIIID di SMPN 9 Palangka Raya
sesuai dengan kriteria inklusi

Sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu Total sampling

Informed Consent

Variabel Independen Variabel Dependen


Pola Asuh Orang Tua Pada Siswa Kelas Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas
VIII di SMPN-9 Palangka Raya VIII di SMPN-9 Palangka Raya

Pengumpulan Data Menggunakan Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Menggunakan Spearman’s Rank

Hipotesis H1 Diterima

Penyajian Hasil
Disajikan dalam bentuk diagram dan persentase

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan
Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya 2023
25

3.3 Identifikasi Variabel


Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap seseuatu (benda, manusia dan lain-lain). Dalam riset, variabel
dikarakteristik sebagai derajat, jumlah dan perbedaan. Variabel juga merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk
pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu
penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur (Nursalam, 2015).
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk
menjelaskan penggunaanya dalam penelitian. Variabel yang diidentifikasi pada
penelitian ini adalah:
3.1.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2015). Variabel ini juga dikenal dengan
nama variabel bebas artinya bebas dalam memengaruhi variabel lain (Hidayat,
2014). Variabel independen dari penelitian ini adalah pola asuh orang tua pada
siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya.
3.1.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel
terikat. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2017).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kematangan emosi pada siswa kelas
VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang definisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan obeservasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain (Nursalam, 2017).
Menurut Hidayat (2008), Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
26

cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan


berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara
dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.
Menurut Notoatmodjo (2012), Definisi operasional ini penting dan di perlukan
agar pengukuran variable atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara
sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9
Palangka Raya 2023

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor

Pola Asuh Suatu cara terbaik yang Jenis Pola Asuh: Kuesioner Ordinal Nilai pernyataan positif (favorable):
Orang Tua dapat ditempuh orang tua 1. Pola Asuh Selalu = 4
(Variabel dalam mendidik anak Demokrasi Sering = 3
Independen) sebagai perwujudan dari 2. Pola Asuh Pemisif Kadang-kadang = 2
rasa tanggung jawab 3. Pola Asuh Otorite Tidak pernah = 1
kepada anak. Jika
pendididkan keluarga Nilai pernyataan negatif (unfavorable):
dapat berlangsung dengan Selalu = 1
baik maka mampu Sering = 2
menumbuhkan Kadang-kadang = 3
perkembangan kepribadian Tidak pernah = 4
anak menjadi manusia
dewasa yang memiliki Rumus :
sikap positif, kepribadian rentang kelas 96−24 72
p= = = =24
yang kuat dan mandiri, banyak kelas 3 3
potensi jasmani dan rohani
serta intelektual yang Kategori Pola Asuh :
1. Pola asuh Otoriter skor 73-96
berkembang secara
2. Pola asuh demokratis skor 49-72
optimal. 3. Pola asuh permisif skor 24-48

27
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor
Kematangan Kematangan Emosi adalah Skala kematangan emosi Kuesioner Ordinal Nilai pernyataan positif :
Emosi kemampuan seorang yang mencakup aspek- SS : Sangat setuju = 4
(Variabel individu untuk aspek: S : Setuju =3
Dependen) menggunakan emosi nya 1. Ketidakstabilan TS : Tidak setuju = 2
secara baik, yang ditandai Emosi, STS : Sangat Tidak Setuju = 1
dengan pengontrolan diri, 2. Perkembangan
pemahaman seberapa jauh Emosi, Rumus :
baik buruk dan apakah 3. Penyesuaian Sosial, n = SP/SM x 100 %
bermanfaat bagi dirinya 4. Integrasi n = nilai yang didapat
dalam setiap tindakan Kepribadian, SP =skor perolehan
maupun perbuatannya. 5. Kemandirian SM = skor maksimal

Kategori Kematangan Emosi :


Tinggi : > 76 %
Sedang : 56-75 %
Rendah : < 56 %

28
29

3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling


3.5.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian
ini adalah Siswa Kelas VIIIa dan VIIIb di SMP Negeri 9 Palangka Raya
berjumlah 60 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling, Nursalam (2017).
Dari data tentang populasi diatas akan diseleksi kriteria sampel yang terdiri
dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sample pada penelitian ini yaitu
Siswa Kelas VIIIC dan VIIID di SMPN 9 Palangka Raya sesuai dengan
kriteria inklusi yang berjumlah 69 siswa.
Kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian. Kriteria sampel dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Nursalam 2017).
3.5.2.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman saat menentukan criteria inklusi (Nursalam 2017).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa Kelas VIIIC dan VIIID di SMP Negeri 9 Palangka Raya


2) Bersedia menjadi responden
3.5.2.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau yang mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai
sebab (Nursalam, 2017).
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang tidak masuk sekolah/kelas (sakit, izin dan tanpa keterang)
pada saat penelitian.
30

3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sempel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling jenis Total
sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di
antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah
penelitian). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas VIIIC dan VIIID
di SMP Negeri 9 Palangka Raya yang berjumlah 69 orang.
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian
3.6.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan emosi
pada siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya yaitu akan di laksanakan
pada bulan Juni 2023
3.6.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama penelitian berlangsung hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan
emosi pada siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya. Penelitian
dilakukan di ruang kelas VIIIC dan VIIID SMPN-9 Palangka Raya.
3.7 Uji Validitas Dan Reabilitas
3.7.1 Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2006 dalam Budiman, 2013). Uji
validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan angket.
Menurut Budiman (2018) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat validitas atau keaslian suatu instrument. Suatu instrument yang
kurang valid atau sah mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang
kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Uji validitas instrument
penelitian dalam bentuk kuesioner pada kuesioner pola asuh orang tua dan
31

kematangan emosi menggunakan kuesioner milik Dari (2020). Peneliti tidak


melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner pola asuh orang tua dan
kematangan emosi karena item dari pertanyaan sudah valid.
Instrumen penelitian kuesioner pola asuh menggunakan kuesioner baku
yang disusun oleh Najibah (2017). Kuesioner pola asuh ini bertujuan untuk
menilai jenis pola asuh apa yang diterima oleh anak berupa pola asuh otoriter,
demokratis, atau permisif. Kuesioner berisi 24 pernyataan, terdiri dari 18 butir
pernyataan favorable dan 6 butir pernyataan unfavorable. Kisi-kisi kuesioner pola
asuh orangtua terdapat pada tabel 4.3 berikut
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Skala Pola Asuh Orang Tua
No Gaya Pola Asuh Indikator Butiran Soal Jumlah
soal
1 Otoriter 1. Banyak aturan dan 4,13,15
tuntutan
2. Berorientasi pada 5
hukuman 8

3. Menutup katup 10,11


musyawarah`
4. Jarang memberi pujian 16,22

2 Demokratis 1. Mengarahkan perilaku 1,17


dengan rasional
2. Mendorong anak untuk 2,6,12,20
berpendapat
8
3. Memberi pujian 19

4. Tanggap pada 18
kebutuhan anak
3 Permisif 1. Acuh dan cuek pada 9
anak
2. Anak bebas mengatur 3,7,8
dirinya
32

3. Tidak pernah memberi 23,24 8


hukuman

4. Tidak pernah memberi 14,21


pujian

Jumlah 24
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Skala Kematangan Emosi
No Aspek Indikator Item Jumlah
Fav Unfav

1 Kemandirian  Mampu memutuskan 1*,9,37 8*,39,46 3


sesuatu yang
dikehendaki
 Bertanggung jawab 36,38,47 22 4
terhadap keputusan
yang diambil
2 Kemampuan  Memiliki kesempatan 2,23 40* 2
menerima yang berbeda 10*,35 11* 1
kenyataan  Memiliki kemampuan
yang berbeda - - -
 Memiliki tingkat
intelegensi berbeda
3 Kemempuan  Menerima 34 13 2
beradaptasi karakteristik beragam
orang
 Mampu menghadapi 3 12*,24 1
situasi
4 Kemempuan  Peka terhadap 4*,25 14,15 2
merespon perasaan orang lain
dengan tepat
5 Merasa aman  Tergantung pada 16,33,41 5,17,26 6
orang lain
6 Kemempuan  Mampu menempatkan 6* 27 1
berempati diri pada posisi orang
lain
 Mampu memahami 18,20* 30 2
apa yang dirasakan
orang lain
7 Kemampuan  Mengetahui hal-hal 7 32 2
menguasai yang membuat marah
amarah  Mampu 28,45 19,21,29,31, 8
mengendalikan 42*,43,44
amarahnya
Jumlah 15 19 34
Keterangan : tanda (*) untuk item yang tidak valid
33

Berdasarkan table di atas, Kuesioner tentang kematangan emosi telah


dilakukan uji validitas di lakukan oleh M. Ilmi Rizqi T(2011) Penelitian tentang
Pengaruh kematangan Emosi terhadap kecenderungan perilaku Self Injury pada
remaja di SMAN 11 Bekasi dan di uji validitas kembali oleh Vindy Epivania dan
Christiana Hari Soetjiningsih (2022) penelitian tentang kematangan emosi dan
perilaku melukai diri pada mahasiswa di Universitas Satya Wacana. Hasil uji
validitas dengan perhitungan korelasi Product Moment Pearson pada skala
kematangan emosi didapat 34 item yang valid dan ada pun niai reabilitas yang di
hasilkan sebesar 0.923. Artinya nilai skala ini reliabel untuk digunakan dalam
penelitian.
3.7.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat ukur yang sama (Budiman, 2013).
Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara
membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak
di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan
dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari konstanta maka pertanyaan tersebut
reliabel (Budiman, 2013). Nilai reliabilitas dapat dilihat pada tabel luaran
reliability statistics pada nilai Alpha Cronbach’s (Susilo, 2014).
Menurut Budi (2006), tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach
diukur berdasarkan skala Alpha 0 sampai 1. Apabila skala alpha tersebut
dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran
kemantapan alpha dapat dipresentasikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Tabel Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Cronbach atau α
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang reliable
> 0,20 – 0,40 Agak reliabel
> 0,40 – 0,60 Reliabel
> 0,60 – 0,80 Cukup reliabel
> 0,80 – 1,0 Sangat reliable
Sumber: Budi (2013).
34

Setelah dilakukan uji reliabilitas, hasil yang didapatkan nilai cronbach alpha
0,84 sehingga menurut tabel di atas nilai ini berarti sangat reliabel dan layak untuk
disebarkan kepada responden (Nursalam, 2017).
3.8 Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan Data Dan Analisa Data
3.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang
akan dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data terdiri atas
wawancara, observasi, dokumen dan kuesioner atau angket. Studi pendahuluan
dilakukan sebagi awal untuk mengetahui fenomena yang ada (Hidayat, 2014).
Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian
dan teknik instrumen yang digunakan. Selama proses pengumpulan data, peneliti
memfokuskan pada penyediaan subjek, memperhatikan prinsip-prinsip validitas
dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat
terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Nursalam 2017).
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian,
Nursalam (2017). Pada penelitian ini pengumpulan data melalui berbagai tahap
yaitu mengurus surat survey pendahuluan dan pengumpulan data, adapun
prosesnya dari STIKes Eka Harap Palangka Raya tembusan ke Kepala Sekolah
SMPN-9 Palangka Raya. Survey pendahuluan dan pengumpulan data di lakukan
di ruang Kelas VIIIC dan VIIID SMP Negeri 9 Palangka Raya.
3.8.2 Instrument Pengumpulan data
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner atau angket. Angket
atau questionnaire merupakan cara pengumpulan data berupa angket atau
kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukut ini digunakan bila responden
jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan
hal-hal yang bersifat rahasia. Angket terdiri atas tiga jenis yakni (1) angket
terbuka atau tidak berstruktur yang memberikan kebebasan responden untuk
mengungkapkan permasalahan, (2) angket tertutup atau berstruktur merupakan
angket yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya memilih atau
menjawab pada jawaban yang sudah ada, dan (3) checklist atau daftar cek
merupakan daftar yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang akan diamati dan
35

responden memberikan jawaban dengan memberikan cek (√) sesuai dengan hasil
yang diinginkan (Hidayat, 2014).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner yang berisi
pernyataan dengan jenis checklist atau daftar cek terbagi menjadi:
1) Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan soal pernyataan yang terdiri
dari pernyataan tentang skala pola asuh demokratis berjumlah 16
pernyataan, skala pola asuh permisif berjumlah 16 pernyataan dan skala
pola asuh otoriter berjumlah 16 pernyataan.
2) Kuesioner kematangan emosi menggunakan soal pernyataan yang terdiri
dari 34 pernyataan.
3.8.3 Analisis Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2017).
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner maka dilakukan
pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
3.8.3.1 Seleksi Data (Editing)
Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat menghasilkan data
yang akurat untuk pengelolaan data selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah
memeriksa apakah semua pertanyaan penelitian sudah dijawab dan jawaban yang
atau tertulis dapat dibaca secara konsisten.
3.8.3.2 Pemberian Kode (Coding)
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
ke dalam bentuk angka atau bilangan. Tanda-tanda kode ini dapat disesuaikan
dengan pengertian yang lebih menguntungkan peneliti, jadi tanda-tanda tersebut
bisa dibuat oleh peneliti sendiri. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data juga mempercepat pada saat entry data
(setiadi, 2013). Pemberian kode pada penelitina ini adalah sebagai berikut :
1) Kode Data Demografi
1. Nama Responden (Inisial)
2. Usia
Kode 1 = 10-13 Tahun
36

Kode 2 = 14-17 Tahun


Kode 3 = 18-24 Tahun
3. Jenis Kelamin
Kode 1 = Perempuan
Kode 2 = Laki-Laki
4. Ruang Kelas
Kode 1 = VIIIC
Kode 2 = VIIID
5. Suku
Kode 1 = Dayak
Kode 2 = Banjar
Kode 3 = Jawa
Kode 4 = Lain-lain
6. Agama
Kode 1 = Islam
Kode 2 = Kristen
Kode 3 = Hindu
Kode 4 = Khatolik
7. Tempat Tinggal
Kode 1 = Orang Tua/Wali
Kode 2 = Sendiri
2) Kode Pola Asuh Orang Tua
Kode (SLL) = Selalu
Kode (S) = Sering
Kode (KK) = kadang-kadang
Kode (TP) = Tidak Pernah
3) Kode Pernyataan Kematangan Emosi
Kode (SS) = Sangat Setuju
Kode (S) = Setuju
Kode (TS) = Tidak Setuju
Kode (STS) = Sangat Tidak Setuju
37

3.8.3.3 Menentukan skor (Scoring)


Scoring merupakan kegiatan memberi skor terhadap semua item yang
telah diisi oleh responden (Notoatmodjo, 2019). Kegiatan memberikan skor
dilakukan pada setiap lembar kuesioner sesuai dengan skor pada definisi
operasional.
Skor Nilai dan Kategori Pola Asuh Orang Tua
1. Skor Nilai Positif (favorable)Pola Asuh Orang Tua :
Skor 1 = Tidak Pernah
Skor 2 = Kadang-kadang
Skor 3 = Sering
Skor 4 = Selalu
2. Skor Nilai Negatif (unfavorable) Pola Asuh Orang Tua :
Skor 4 = Tidak Pernah
Skor 3 = Kadang-kadang
Skor 2 = Sering
Skor 1 = Selalu
3. Skor kategori Pola Asuh Orang Tua :
Pola Asuh Permisif : Nilai Skor 24-48
Pola Asuh Demokratis : Nilai Skor 49-72
Pola Asuh Otoriter : Nilai Skor 73-96
4. Skor Nilai Positif Kematangan Emosi :
Skor 1 = Sangat Tidak Setuju
Skor 2 = Tidak Setuju
Skor 3 = Setuju
Skor 4 = Sangat Setuju
5. Skor Nilai Negatif Kematangan Emosi :
Skor 4 = Sangat Tidak Setuju
Skor 3 = Tidak Setuju
Skor 2 = Setuju
Skor 1 = Sangat Setuju
6. Skor Kategori Kematangan Emosi :
Skor > 76 % : Tinggi
38

Skor 56-75 % : Sedang


Skor < 56 % : Rendah
3.8.3.4 Pengelompokan data (Tabulating)
Tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi yaitu
memasukan data ke dalam tabel, mengatur semua angka sehingga dapat dihitung
dalam berbagai kategori. Tabulasi dilakukan setelah proses editing dan scoring
selesai. Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan
dengan teliti dan teratur lalu dihitung lalu dijumlahkan kemudian dituliskan dalam
bentuk tabel distribusi.
1) Analisa Univariat
Analisis univariat adalah adalah analisis yang dilakukan untuk satu
variabel atau per variabel pada penelitian ini terlebih dahulu akan dilakukan
analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi yang disajikan
dalam bentuk tabel. Menurut Ghozali (2011: 4), distribusi frekuensi
merupakan uji statistik yang sesui untuk skala ordinal. Analisa univariat
adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
antara lain: nama, jenis kelamin, dan ruang kelas.
2) Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variabel yang dapat bersifat simetris tak saling mempengaruhi,
saling mempengaruhi, dan variabel satu mempengaruhi variabel lain. Metode
bivariat untuk parametrik adalah uji korelasi dan regresi sederhana dan untuk
non-parametrik adalah uji korelasi Spearman. Variabel yang akan dianalisis
pada penelitian ini adalah hubungan antara pola asuh orang tua dalam
pengambilan peputusan dengan dingkat kematangan emosi pada siswa Kelas
VIII di SMP Negeri 9 Palangka Raya.
3.8.4 Uji Statistik
Uji statistik spearman’s rho merupakan uji untuk statistik mengamati 2
variabel X dan Y adalah dalam bentuk skala ordinal, maka derajat korelasi dicari
dengan koefisien korelasi spearman. Prosedurnya terdiri atas mengamati kedua
variabel dalam bentuk ranking, dengan mencari perbedaan dari masing-masing
39

pengamatan yang sudah berpasangan. penghitung koefisien korelasi Spearman


dengan rumus:
ρ = 1 – 6 ΣD2 
n (n2 – 1)
Keterangan:
D = perbedaan antara 2 variabel
n = jumlah kelompok
Ρ = koefisien korelasi spearman
Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan spearan rank test yang
menggunakan kemaknaan 5% atau nilai alpha 0,05 (5%) dimana kriteria
pengujian sebagai berikut:
1) Bila p Value ≤ α (0,05) hubungan tersebut secara statistik ada hubungan yang
bermakna.
2) Bila p Value ≥ α hubungan tersebut secara statistik tidak ada hubungan yang
bermakna.
3.9 Etika Penelitian
Melakukan penelitian ini perlu mengajukan ijin kepada Kepala Sekolah
SMP Negeri 9 Palangka Raya untuk mendapatkan persetujuan penelitian
mengenai masalah etika yang harus diperhatikan:
3.9.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan
responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed
consent diberikan penelitian dilakukan memberikan lembaran persetujuan untuk
menjadi responden, (Nursalam, 2015). Tujuan informed consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti, mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menandatangai lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2014).
3.9.2 Anonimity (Tanpa nama)
Menjaga kerahasian identitas subjek, penelitian tidak mencantumkan nama
subjek pada lembaran pengumpulan data (kuesioner), tetapi lembaran tersebut
diberi nomor kode tertentu dikumpulkan dijamin kerahasian oleh penelitian.
(Nursalam, 2017).
3.9.3 Confidentialitiy (Kerahasiaan)
40

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang responden


harus dijaga karena itu merupakan privasi responden. Tidak ada seorangpun yang
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh responden
dengan bukti lembar persetujuan. Diskusi tentang responden harus diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang responden dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari (Nursalam, 2017).
41

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, A. (2019). Peran pola asuh orangtua di era digital. Jurnal Studia Insania.
Vol. 7(1).

Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam
membentuk kepribadian anak. Thufu LA: Jurnal Inovasi Pendidikan
Guru Raudhatul Athfal, Vol. 5(1).

Fellasari, Farieska & Yuliana Intan Lestari. (2016). Hubungan Antara Pola Asuh
Orang tua Dengan Kematangan Emosi Remaja. Jurnal Psikologi, 12 (2).

Fitri, Nia Febbiyani & Bunga Adelya. (2017). Kematangan Emosi Remaja dalam
Pengentasan Masalah. Jurnal Penelitian Guru Indonesia, 2 (2).

G.C. (2019). Hubungan kematangan emosional dengan perilaku agresif


mahasiswa asal manggarai di Kota Malang. Jurnal Kreatif Online, Vol
7(2),

Hanif. (2005). Perbedaan Tingkat Agresivitas Pada Siswa SMU Muhammadiyah


I Yogyakarta Berdasar Pada Pola Asuh dan Jenis Pekerjaan Orangtua.
Jurnal Penelitian Humaniora, 6 (2). Diakses

Kapri, U. C. Rani, N. (2014). Emotional Maturity: Characteristics And Levels.


International Journal Of Technological Exploration And Leasrning, 3 (1).

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanganan Nilai Dan Penanganan


Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lumenta, dkk. (2019). Hubungan Antara Pola Asuh Orang tua dengan
Kematangan Emosi Remaja di SMA N 1 Sinosayang. E-Journal
Keperawatan, 7 (1).

Palupi, D & Wrastari, A. (2013). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan


Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang tua dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga Surabaya.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2 (1).

Putri. (2012). Kematangan Emosi Dengan Perilaku Konsumtif Pada Pria


Metroseksual. Jurnal Online Psikologi, 1 (2).

Putro, Khamim Zarkasih. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Masa Remaja.
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17 (1).
42

Respati, Winanti Siwi. (2006). Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir
Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian, Permissive
dan Authoritative. Jurnal Psikologi, 4 (2).

Sabintoe, Deis Natalia & Christiana Hari Soetijiningsih. (2020). Hubungan


Antara Kematangan Emosi dengan Perilaku Agresif pada Siswa SMK.
Jurnal Psikologi Konseling, 17 (2).

Santosa, T. Elizabeth. (2015). Raising Children In Digital Era – Pola Asuh


Efektif untuk Anak di Era Digital. Jakarta: PT Gramedia.

Santrock, J. (2007). Remaja, Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Setyaningrum, Rahmatia Budi dkk (2020). Pola Asuh Authoritative dengan


Perilaku Asertif Remaja Keturunan Minang di SMA Negeri 11
Pekanbaru. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1 (2).

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supriati. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan


Emosional Remaja Kelas XI di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta
Santa Lusia. Jurnal Matematika Kebidanan, 4 (2).

Tambunan, Yandari Agnes Theresia & Annastasia Ediati. (2016). Problem


Emosi Remaja ditinjau dari Pola Asuh Orang tua: Studi Komparasi
pada Siswa SMA Parulian 1 Medan. Jurnal Empati, 5 (2).

Vernanda, Nadya & Veronika Suprapti. (2017). Gambaran Kematangan Emosi


Pada Remaja dari Keluarga Single Mother. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan 6.

Werdhiatmi, Ni Putu Ayu dkk. (2019). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan
Kecerdasan Emosional Remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Negara. Medicina, 50 (2).

Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja


Rosda Karya. Zahra, Fenty. (2017). Pengendalian Emosi Ditinjau Dari
Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Usia Remaja di SMA Utama Medan.
Kognisi Jurnal, 1 (2).
43

LAMPIRAN 1

Surat Ijin Survei Pendahuluan Di SMP Negeri 9 Palangka Raya


44

LAMPIRAN 2

Surat Ijin Survei Pendahuluan Di Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya


45

LAMPIRAN 3

Surat Ijin Survei Pendahuluan Di Dinas Penanaman Modal Dal Pelayanan


Satu Pintu Kota Palangka Raya
46

LAMPIRAN 4

Balasan Ijin Survei Pendahuluan Di SMP Negeri 9 Palangka Raya


47

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Nomor Responden

Inisial :
NIM :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi


responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa STIKES Eka
Harap Palangka Raya yang bernama Anjuwita dengan judul “Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Kematangan Emosi Pada Siswa Kelas VIII Di SMP
Negeri 9 Palangka Raya”. Saya memahami dan mengerti bahwa penelitian ini
tidak berdampak buruk terhadap saya, maka dari itu saya bersedia menjadi
responden peneliti.

Palangka Raya, Juni 2023


Responden,

(…………………)
48

LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anjuwita
Tempat, Tanggal Lahir : Osom Tompok, 03 Maret 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah : Jl. Danau Sari 2 No 47
No. Hp : 085813006236
Email : awita6532@gmail.com

Daftar Riwayat Pendidikan


5. Tahun 2007-2013 : SDN Tumbang Olong 1
6. Tahun 2013-2016 : SMPN 1 Uut Murung
7. Tahun 2016-2019 : SMAN 1 Murung
8. Tahun 2019-2024 : STIKES Eka Harap Palangka Raya
Prodi S1 Keperawatan
Nama Orang Tua
Ayah : Tarigan
Pekerjaan : Swasta
Ibu : Iwin
49

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

LAMPIRAN 7

KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian kuesioner:
1. Semua pertanyaan harus dijawab.
2. Sebelum menjawab pertanyaan dimohon untuk membaca dengan teliti.
3. Berilah tanda (√) atau klik keterangan pilihan jawaban yang sesuai dengan
anda.
A. DATA DEMOGRAFI
1) Nama (Inisial) :
2) Kelas
VIIIC
VIIID
3) Usia Sekarang
14-17 Tahun
10-13 Tahun
18-24 Tahun
4) Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-Laki
3) Suku
Dayak
Banjar
Jawa
4) Agama
Islam
Kristen
Hindu
Khatolik
5) Tempat Tinggal
Orang Tua/Wali
Sendiri
6) Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga
Berdagang
Swasta
PNS
50

KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA


Petunjuk Umum Pengisian

Siswa (Responden) diharapkan:

1. Ada beberapa pernyataan yang harus saudara jawab. Berilah tanda


centang (√) pada jawaban yang saudara anggap paling tepat dan paling
sesuai dengan diri saudara terhadap pernyataan tersebut.
2. Setiap pernyataan tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.tetapi
jawablab sesuai dengan apa yang anda alami dalam kehidupan sehari – hari.
3. Kerjakanlah setiap pernyataan dengan teliti dan jangan sampai ada yang
terlewati.
4. Terima kasih banyak atas kesediannya.

Pilihan Jawaban :
S : Selalu
SR : Sering
K : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
NO Pernyataan SLL K K TP

1 Orangtua mengingatkan saya untuk belajar


dengan baik

2 Orangtua mendorong saya untuk berani


menyatakan pendapat

3 Ketika kesulitan mengerjakan PR, orangtua


tidak membantu saya

4 Saya dilarang bermain oleh orangtua setelah


pulang sekolah

5 Saya dihukum apabila melakukan kesalahan

6 Saya lebih senang bercerita dengan orangtua


dibandingkan dengan teman-teman

7 Orangtua tidak mengajak saya untuk


menceritakan pengalaman di sekolah

8 Saya dibiarkan bermain dengan teman, tanpa


memperhatikan waktu pulang
51

9 Tanpa izin orangtua, saya bebas melakukan


hal yang saya inginkan

10 Orangtua memberikan peraturan tanpa


memberikan penjelasan pada saya

11 Bila saya memberikan ide untuk kepentingan


keluarga, orangtua akan marah dan
menganggap saya lancang

12 Orangtua mendukung saya melakukan hobi


yang saya sukai

13 Waktu belajar saya diatur oleh orangtua

14 Ketika saya mengikuti lomba, orangtua saya


tidak memberikan semangat untuk saya

15 Saya diharuskan untuk mengikuti semua


aturan atau keinginan orangtua

16 Jika saya mendapat prestasi, orangtua tidak


memberikan penghargaan bahkan meminta
saya untuk belajar lebih giat lagi

17 Saat saya melakukan kesalahan, orangtua


akan menasehati saya

18 Ketika nilai saya kurang baik, orangtua


mendaftarkan saya di bimbingan belajar

19 Ketika mendapat nilai ulangan yang bagus,


orangtua memuji dan memberi hadiah

20 Ketika saya meminta orangtua untuk bertukar


pikiran, orangtua akan membantu
memecahkan masalah saya tapi saya yang
akan mengambil keputusan akhir

21 Meskipun saya berbuat baik pada orang lain,


orangtua tidak memberi pujian
22 Orangtua akan marah apabila saya
menghadapi kegagalan di sekolah

23 Orangtua akan diam saja saat saya melakukan


kesalahan

24 Jika saya menonton acara TV dan lupa


belajar, orangtua tidak mengingatkan saya
52

KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA

Pilihan Jawaban :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya mampu mengambil keputusan

2 Saya berpikir, seandainya saya seberuntung dia

3 Saya dapat menyesuaikan diri dengan cepat dalam


lingkungan yang baru

4 Melalui raut wajahnya, saya langsung mengerti


apa yang diinginkan teman saya tanpa ia
mengatakannya

5 Saya benci jika teman dekat saya berteman akrab


dengan orang lain

6 Saya menangis mendengar kabar meninggalnya


kerabat dekat saya

7 Saya menghindari hal-hal yang membuat saya


kesal

8 Keputusan saya mudah berubah-ubah

9 Saya mampu mengutarakan ide-ide dan gagasan


saya dengan jelas kepada orang lain

10 Saya dapat menerima kelebihan dan kekurangan


yang ada pada diri saya

11 Saya cemas jika kelemahan saya diketahui oang


lain

12 Berada di tengah keramaian orang membuat saya


kikuk
53

13 Saya canggung berbincang-bincang dengan orang


yang baru saya kenal

14 Saya sulit mengerti apa yang diinginkan teman


saya

15 Saya kurang peka terhadap perasaan orang lain

16 Saya bergaul dengan orang-orang dari berbagai


kalangan

17 Saya berpacaran demi menjaga gengsi

18 Saya senang melihat teman saya bahagia

19 Saya benci terhadap orang yang mudah marah

20 Saya sedih jika teman saya tertimpa bencana

21 Sulit bagi saya untuk mengendalikan perasaan


kesal saya

22 Saya bertindak spontan tanpa memikirkan


konsekuensinya

23 Saya bersyukur terhadap semua yang saya


dapatkan dengan kerja keras

24 Saya butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri


dengan lingkungan baru

25 Saya peka akan perasaan teman saya

26 Saya bergantung pada diri sendiri

27 Saya kesal jika teman dekat saya mendapat pujian


dari orang Lain

28 Apabila saya sedang marah, saya mengalihkan


kekesalan saya dengan berbagai hal yang positif

29 Saya suka marah-marah sendiri jika sedang kesal

30 Saya senang melihat orang lain menderita


31 Saya bertingkah laku kasar terhadap teman-teman
saya

32 Saya panik jika sedang kesal


54

33 Saya membutuhkan teman untuk berbagi keluh


kesah

34 Saya berani bertanya kepada orang yang baru


saya kenal

35 Setiap orang diberikan kemampuan yang berbeda-


beda

36 Dalam bertindak saya memikirkan


konsekuensinya terlebih dahulu

37 Saya mengutarakan pendapat ketika diskusi di


kelas

38 Sebelum bertindak, saya memikirkan terlebih


dahulu untung dan rugi dari tindakan yang saya
ambil

39 Dalam menghadapi suatu masalah, saya sulit


memutuskan apa yang seharusnya saya lakukan

40 Saya iri akan keberhasilan orang lain

41 Bagi saya, teman adalah hal yang penting dalam


hidup

42 Saya puas jika sudah mencaci maki orang yang


membuat saya kesal

43 Saya menjadi kacau ketika situasi yang saya


hadapi mulai Memburuk

44 Saya mudah tersinggung dengan ucapan teman-


teman saya

45 Bila menghadapi masalah, saya berusaha untuk


memikirkan cara penyelesaianya

46 Saya sulit menerima pendapat orang lain

47 Saya akan bertanggung jawab akan terhadap


setiap keputusan yang saya ambil

LAMPIRAN 8
55

LEMBAR KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai