Anda di halaman 1dari 57

GAMBARAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL PADA

PASIEN DENGAN MASALAH UTAMA MENARIK DIRI DI


RUMAH SAKIT JIWA MARTANI CILACAP

PPLSU Dewanata Cilacap RPSDM “Martani” Cilacap

PROPOSAL
STUDI KASUS

Oleh:
NINA RISTIOWATI
(17.094)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS
TAHUN 2019

i
GAMBARAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL PADA
PASIEN DENGAN MASALAH UTAMA MENARIK DIRI DI
RUMAH SAKIT JIWA MARTANI CILACAP

PPLSU Dewanta Cilacap RPSDM “Martani” Cilacap

PROPOSAL
STUDI KASUS

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
NINA RISTIOWATI
(17.094)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIKYAKPERMASBANYUMAS
TAHUN 2019

ii
Politeknik Yakpermam Banyumas
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nina Ristiowati


NIM : 17.094
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Institusi : Politeknik Yakpermas Banyumas

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Banyumas, 15 November 2019


Pembuat pernyataan

Nina Ristiowati

iii
Politeknik Yakpermam Banyumas
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal studi kasus oleh Nina Ristiowati NIM.17.094 dengan judul “Gambaran
Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Pasien Dengan Masalah Utama Menarik
Diri” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Banyumas, 16 November 2019

Mengetahui,

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Ns. Sudiarto., M.Kep Ns. Roni Purnomo., M.Kep


NIDN.0616037603 NIDN.0601018004

iv
Politeknik Yakpermam Banyumas
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Nina Ristiowati NIM. 17.094 dengan judul
“Gambaran Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Pasien Dengan Masalah Utama
Menarik Diri” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 22
Januari 2020
Dewan Penguji

Ketua Penguji

Priyatin Sulistyowati, S.Kp.,M.Kep


(…………………………)
NIDN.0620037601

Penguji Anggota I

Ns. Sudiarto., M.Kep


(…………………………)
NIDN. 0616037603

Penguji Anggota II

Ns. Roni Purnomo., M.Kep


(…………………………)
NIDN. 0601018004
Mengetahui

Direktur Politeknik Yakpermas Banyumas

Rahayu Ningtyas, S.Kp., M. Kep

v
Politeknik Yakpermam Banyumas
NIK.082102019

vi
Politeknik Yakpermam Banyumas
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia

serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan proposal karya

tulis ilmiah dengan semaksimal mungkin. Karya tulis ilmiah ini berjudul

“Gambaran Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Pasien Dengan Masalah Utama

Menarik Diri”. Karya tulis ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam

memenuhi ujian Diploma III Politeknik ”YAKPERMAS” Banyumas.

Dalam menyusun proposal karya tulis ini penulis banyak memperoleh

bantuan, bimbingan dan support dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Rahayu Ningtyas, S.Kep. ,M,Kep selaku Direktur Politeknik

“Yakpermas” Banyumas.

3. Bapak Ns. Sudiarto M. Kep selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah dengan sabar dan tekun.

4. Bapak Ns.Roni Purnomo, M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

vii
Politeknik Yakpermam Banyumas
membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah dengan sabar.

5. Ibu Ns. Fida Dyah P, M.Kep selaku dosen pengampu yang paling baik,

pengertian dan selalu mendoakan yang terbaik.

viii
Politeknik Yakpermam Banyumas
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan Politeknik Yakpermas Banyumas

atas kerjasamanya dan suportnya.

7. Kedua orang tua saya serta keluarga besar Alm. Mbah Martawiranom Supana

yang selalu mendoakan saya, memberikan semangat, nasehat, dukungan serta

pengorbanan yang luar biasa.

8. Sahabat Christian, Yuli, Anti, Ningtyas, Dea, Nisa Dan Givana untuk segala

kebaikannya dan masukannya selama ini.

9. Teman-teman kelas 3C Bhayanaka Nurse’17 yang saling memberikan

dukungan satu sama lain.

Harapan dan do’a penulis semoga Allah SWT melimpahkan berkah

dan ridho-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis

menyadari bahwa proposal masih belum sempurna maka dengan kerendahan

hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banyumas, 14 November 2019

Penulis

Nina Ristiowati

ix
Politeknik Yakpermam Banyumas
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan......................................................................................i

Halaman Sampul Dalam.....................................................................................ii

Pernyataan Keaslian Tulisan...............................................................................iii

Lembar Persetujuan.............................................................................................iv

Lembar Pengesahan............................................................................................v

Kata Pengantar....................................................................................................vi

Daftar Isi..............................................................................................................viii

Daftar Tabel........................................................................................................x

Daftar Gambar.....................................................................................................x

Daftar Lampiran..................................................................................................xi

Daftar Singkatan Dan Istilah...............................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan studi kasus........................................................................................5
D. Manfaat studi kasus......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi verbal.......................................................................................6
B. Menarik diri................................................................................................17
C. Konsep komunikasi verbal pada pasien menarik diri.................................19
D. Asuhan keperawatan komunikasi verbal pada pasien menarik diri...........23

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Desain studi kasus......................................................................................30


B. Subyek studi kasus.....................................................................................30
C. Fokus studi.................................................................................................31

x
Politeknik Yakpermam Banyumas
D. Definisi operasional fokus studi.................................................................31
E. Instrumen studi kasus.................................................................................32
F. Metode pengumpulan data.........................................................................33
G. Lokasi dan waktu studi kasus.....................................................................34
H. Analisis data dan penyajian data................................................................35
I. Etika studi kasus.........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
Politeknik Yakpermam Banyumas
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terkait

Tabel 2.2 Analisa proses interaksi

Tabel 3.1 Definisi operasional

xii
Politeknik Yakpermam Banyumas
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran komunikasi verbal

xiii
Politeknik Yakpermam Banyumas
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar penjelasan untuk mengikuti penelitian

Lampiran 2 : Lembar informed consent

Lampiran 3 : Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 4 : Lembar instrument penelitian


xiv
Politeknik Yakpermam Banyumas
Lampiran 5 : Lembar wawancara gambaran kemampuan komunikasi verbal
pada pasien dengan masalah utama menarik diri

Lampiran 6 : Lembar observasi kemampuan komunikasi verbal

xv
Politeknik Yakpermam Banyumas
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

ANA : American Nurses Association

WHO : World Health Organization

Fase preinteraksi :Merupakan fase persiapan sebelum terjadi kontak pertama


antara perawat dan pasien.

Fase orientasi :Perawat dan pasien pertama kali bertemu.

Fase terminasi :Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan


mengakiri interaksinya dengan pasien tahap ini bersifat
sementara maupun meneta

Fase kerja :Fase dimana kerja sama terapeutik perawat dengan pasien
paling banyak dilakukan

xvi
Politeknik Yakpermam Banyumas
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya

untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, untuk dapat

memahami diri klien seutuhnya dalam memenuhi kebutuhan bio- psiko

sosial. Asuhan keperawatan ditujukan kepada klien untuk dapat

menjalankan kehidupan sehari hari, sehingga dapat menjalankan

aktifitas sesuai dengan perannya. ANA (American Nurses Association)

mendefinisikan keperawatan kesehatan mental dan psikistrik sebagai

suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori

perilaku manusia sebagai ilmunya dan menggunakan diri sendiri

sebagai kiatnya (Stuart & Sunden, 2010).

Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan

salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai

gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health

Organisati on (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh

dunia memang menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak satu

dari empat orang di dunia mengalami gangguan kesehatan mental.

Diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami

gangguan kesehatan jiwa (Maramis, 2014).

1
Politeknik Yakpermam Banyumas
Angka kejadian (incidence rate) dan angka kesakitan

(morbidity rate) berbagai gangguan jiwa. Dalam masyarakat umum

skizofrenia terdapat 0,2-0,8% dan retardasi mental 1-3% WHO

melaporkan bahwa 5-15% dari anak-anak antara 3-15 tahun

mengalami gangguan jiwa yang persistent dan menganggu hubungan

social. Bila kira-kira penduduk 40% Negara kita adalah anak-anak

dibawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%)

dapat digambarkan besarnya masalah. Ambil saja 5% dari 40% dari

katakan saja 120 juta penduduk maka negara kita terdapat kira-kira 2,5

juta penduduk yang mengalami gangguan jiwa yang sampai sekarang

pun belum diketahui secara pasti penyebabnya. Hasil SKMRT

menyebutkan, di Indonesia gangguan mental emosional pada usia 15

tahun ke atas mencapai 140 kasus per 1.000 penduduk (14%) ,

sementara pada rentang usia 5-14 3tahun ditemukan 104 kasus per

1.000 penduduk (10,4%) (Akromawanti, 2011).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2017, penderita

gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan

kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dari populasi dan 0,46

persen menderita gangguan jiwa berat. Pada tahun 2017 Di Indonesia

diperkirakan 24,6% atau sebanyak 246 dari 1000 anggota rumah

tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Angka ini menunjukkan

jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa dimasyarakat sangat tinggi,

yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa

Politeknik Yakpermas Banyumas


dari cemas, depresi, stres, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja

sampai skizofrenia (Nursedarsana, 2017).

Komunikasi verbal pada pasien gangguan jiwa menarik diri

adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan oleh

orang lain dan sebagai keadaan negatif dan mengancam. Menarik diri

bisa diperoleh dari orang tua yang sebelumnya juga menderita menarik

diri atau dari faktor genetik. Orang tua penderita menarik diri, salah

satu kemungkinan anaknya 7%-16% mengalami menarik diri, bila

keduanya menderita 40%-68%, saudara tiri kemungkinan menderita 0,

9%-1,8%, saudara kembar 2%-15%, dan saudara kandung 7%-15%

(Yosep, 2010).

Tindakan keperawatan yang tepat yaitu mengajak pasien

berbicara, jika pasien diajak bicara dan menjawab dengan benar maka

bagus, tetapi jika pasien saat diajak bicara tidak nyambung maka

komunikasi yang dialami pasien buruk. Pembicaraan pasien gangguan

komunikasi verbal harus terus menerus diajak berbicara karena,

apabila klien tidak ditanya klien tidak mau memulai pembicaraan dan

jawaban klien saat ditanya hanya dijawab secara singkat, kontak mata

kurang dan sambil menunduk (Kusumawati & Hartono 2014).

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan

orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri

Politeknik Yakpermas Banyumas


sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan untuk mengetahui

perkembangan komunikasi pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Abdul (2015) pada pasien

gangguan jiwa dengan masalah menarik diri di RS. Dr.H. Marzoeki

Mahdi Bogor, dengan responden pasien menarik diri yang berada

diruang Sadewa dan ruangan Yudistira berjumlah 30 orang. Dalam

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian

studi kasus deskriptif. Penentuan informan dilakukan dengan dengan

teknik purposive sampling. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap penerapan komunikasi verbal pada pasien

gangguan menarik diri , berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa komunikasi verbal sebelum dan sesudah diberikan

intervensi menunjukan paling banyak berada pada kategori

ketergantungan sedang (Abdul,2015).

Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk

menyusun proposal karya tulis ilmiah dengan judul “gambaran

kemampuan komunikasi verbal pada pasien dengan masalah utama

menarik diri”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan

masalah “Bagaimana Gambaran Kemampuan Komunikasi Verbal

pada Pasien dengan Masalah Utama Menarik Diri?”.

Politeknik Yakpermas Banyumas


C. Tujuan studi kasus

Berdasarkan rumusan masalah di atas, mahasiswa mampu

mengobservasi gambaran gangguan komunikasi verbal menarik diri,

dengan menggunakan gambaran komunikasi verbal sebagai metode

pemecahan masalah

D. Manfaat studi kasus

1. Bagi pasien dan keluarga

Sebagai sarana yang efektif untuk menambah

pemgetahuan, mengelola tentang penyakit dan memperoleh

pengalaman khususnya gangguan menarik diri.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat menggunakan penelitian ini sebagai

perbandingan dan acuan peneliti - peneliti lebih lanjut dan

dapat dikembangkan lagi untuk penelitian pengetahuan

menarik diri.

3. Bagi penulis

Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta

pengetahuan tentang gambaran gangguan komunikasi verbal

menarik diri dan bisa di jadikan sumber ilmu dan wawasan oleh

penulis.

Politeknik Yakpermas Banyumas


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi verbal

1. Pengertian

Komunikasi verbal, mengandung makna bersama-sama

(common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa

Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau

pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau

bersama-sama. Menurut Hovland, Janis & Kelley sebagaimana dikutip

oleh Fajar, menyatakan komunikasi adalah suatu proses melalui mana

seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam

bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku

orang-orang lainnya (Hovland, 2012)

Menarik diri merupakan upaya yang dilakukan seseorang

dengan menghindari interaksi dan berkomunikasi dengan orang lain

atau menghindari hubungan dengan orang lain. Seseorang dengan

perilaku menarik diri akan berusaha menghindari interaksi dengan

orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan

tidak memunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan

prestasi atau kegagalan (Prabowo, 2014).

Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari

interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan

6
Politeknik Yakpermam Banyumas
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi

perasaan, pikiran danprestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan

untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang

dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian

dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Depkes,

2015).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Setiap orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat

membuat penafsiran dari pesan komunikasi yang dilakukan. Perbedaan

penafsiran yang disebabkan beberapa hal dapat mengganggu jalannya

komunikasi yang efektif. Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu (Mundakir, 2016) :

a. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu

kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau

pengalaman. Perbedaaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya

komunikasi.

b. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga

penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat berusaha

untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat

keputusan dan interaksi yang tepat dengan pasien.

Politeknik Yakpermas Banyumas


c. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian.

Emosi seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi perawat

dalam berkomunikasi dengan orang lain.

d. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor

budaya. Latar belakang sosial budaya akan membatasi cara bertindak

dan berkomunikasi. Faktor ini memang sedikit pengaruhnya namun

paling tidak dijadikan pegangan bagi perawat dalam bertutur kata,

bersikap, dan melangkah dalam berkomunikasi dengan pasien.

e. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang

dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit

berespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan

tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat

pengetahuan pasien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan

akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada

pasien.

f. Peran dan hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara

orang yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seseorang perawat

dengan koleganya dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada

pasien akan berbeda tergantung perannya. Kemajuan hubungan perawat-

Politeknik Yakpermas Banyumas


pasien adalah bila hubungan tersebut saling menguntungkan dalam

menjalin ide dan perasaannya.

g. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang

efektif. Suasana yang bising tidak ada privasi yang tepat akan

menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.

3. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala yang dialami oleh pasien gangguan

komunikasi verbal adalah sebagai berikut (Keliat, 2012) :

a. Pasien tidak mau menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh

perawat.

b. Saat ditanya pasien hanya diam tidak mau menjawab

c. Pasien terlihat bingung dengan apa yang ditanyakan oleh perawat

d. Pasien mondar-mandir dan menyendiri tidak mau berinteraksi

dengan orang lain

e. Pasien jarang berkomunikasi dengan orang lain

4. Tujuan komunikasi verbal

Komunikasi verbal bertujuan untuk mengembangkan pribadi

pasien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada

perkembangan pasien yang meliputi (Suryani, 2015) :

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan kesadaran dan

penghargaan diri. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi

Politeknik Yakpermas Banyumas


beban perasaan dan pikiran mempertahankan egonya. Melalui

komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri

pasien.

b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfial

dan saling bergantung dengan orang lain dan mandiri. Melalui

komunikasi terapeutik pasien diharapkan dapat belajar menerima

dan diterima orang lain.

c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan

serta mencapai tujuan yang realities, terkadang pasien menetapkan

ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur

kemampuannya. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera

Utara

d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri

personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin.melalui

komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu pasien

meningkatkan indentitas diri yang jelas.

5. Fase-fase dalam pelaksanaan komunikasi verbal

Dalam melaksanakan komunikasi verbal perawat mempunyai

empat fase komunikasi, yang setiap fase mempunyai tugas yang harus

diselesaikan oleh perawat. Empat fase tersebut yaitu fase preinteraksi,

orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi. Adapun tugas-tugas

yang harus diselesaikan pada tiap fase adalah sebagai berikut

(Tamsuri, 2015) :

Politeknik Yakpermas Banyumas


a. Fase preinteraksi

Merupakan fase persiapan sebelum terjadi kontak pertama

antara perawat dan pasien. Pada fase ini perawat harus mengeksplorasi

diri terhadap perasaan – perasaan diri seperti ansietas, ketakutan dan

keraguan. Tugas perawat dalam fase ini adalah mengumpulkan

informasi tentang pasien dan mengeksplorasikan perasaan diri.

b. Fase orientasi

Pada fase orientasi, perawat dan pasien pertama kali bertemu.

Pada fase ini, penting bagi perawat untuk memperkenalkan dirinya

dengan menggunakan nama, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam

membina hubungan perawat dengan pasien, kunci utama adalah

terbinanya hubungan saling percaya, adanya komunikasi terbuka,

memahami penerimaan dan merumuskan kontrak. Tugas perawat

dalam tahapan ini adalah mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan

harapan dan mengidentifikasi kecemasan, mengalisis kekuatan dan

kelemahan diri, mengumpulakan data tentang pasien, serta

merencanakan pertemuan.

c. Fase kerja

Merupakan fase dimana kerjasama terapeutik perawat dengan

pasien paling banyak dilakukan. Tugas perawat pada fase ini adalah

memenuhi kebutuhan atau mengembangkan pola – pola adaptif pasien

serta melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan pada tahap

preinteraksi. Tahap kerja adalah inti dari keseluruhan proses

Politeknik Yakpermas Banyumas


komunikasi terapeutik, karena didalamnya perawat dituntut membantu

dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya

dan kemudian menganalisa respons atau pesan komunikasi verbal dan

non verbal yang disampaikan oleh pasien.

d. Fase terminasi

Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan mengakhiri

interaksinya dengan pasien, tahap ini bersifat sementara maupun

menetap. Terminasi adalah satu tahap yang sulit tapi sangat penting

dari hubungan terapeutik karena rasa percaya dan hubungan intim

antara perawat dan pasien telah berlangsung optimal. Fase ini untuk

merubah perasaan dan mengevaluasi kemajuan pasien.

6. Teknik dalam komunikasi verbal

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan pasien, ada beberapa

tehnik komunikasi yang perlu dilakukan perawat sebagai berikut (Stuart

and Sunden, 2010) :

a. Mendengarkan

Merupakan proses aktif menerima informasi dan mempelajari

respons seseorang terhadap pesan yang diterima. Dengan

mendengarkan perawat mengetahui perasaan pasien, memberikan

kesempatan lebih banyak pada pasien untuk bicara. Perawat harus

menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila

apa yang disampaikan pasien perlu diluruskan.

Politeknik Yakpermas Banyumas


b. Pertanyaan terbuka

Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan

perasaannya dan perawat dapat memberikan dorongan pasien untuk

menyelesaikan topik yang akan dibicarakan.

c. Mengulang

Mengulang pokok pikiran utama yang diekspresikan pasien

dengan menggunakan kata – kata sendiri.

d. Klarifikasi

Berupaya untuk menjelaskan kedalam kata – kata idea atau

pikiran pasien yang tidak jelas, atau meminta pasien untuk

menjelaskan kembali.

e. Refleksi

Mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien sehingga

pasien lebih paham tentang apa yang dibicarakan dan disampaikan

f. Pemusatan

Pertanyaan yang membantu pasien untuk meluaskan topik

pembicaraan yang penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju

tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan fokus pada realita.

g. Berbagi persepsi

Meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan dan

pikirkan atau sebaliknya. Dengan cara ini perawat dapat meminta

umpan balik dan memberikan informasi.

Politeknik Yakpermas Banyumas


h. Pengindentifikasian tema

Menyatakan isu atau masalah pokok yang terjadi berulang kali

sampai pasein memahami

i. Diam

Tidak ada komunikasi verbal, memberikan kesempatan pasien

untuk mengutarakan pikirannya.

j. Humor

Pengeluaran energi melalui lelucon atau nada bercanda

7. Penyebab gangguan komunikasi verbal

Menurut Depkes 2012, penyebab gangguan komunikasi verbal

adalah :

a) Faktor predisposisi

a. Biologis

Hambatan perkembangan otak, khususnya frontal, temporal,

limbik, sehingga mengakibatkan gangguan dalam belajar,

bicara, daya ingat. Selain itu mengakibatkan seseorang

menarik diri dari lingkungan atau timbul resiko perilaku

kekerasan

b. Psikologis

Penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien, pola asuh

yang tidak adekuat, konflik dan kekerasan dalam keluarga

c. Sosial budaya

Politeknik Yakpermas Banyumas


Kurang dukungan dan latihan komunikasi di lingkungan,

situasi lingkungan mempengaruhi latihan berkomunikasi

b) Faktor presipitasi

a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan,

termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan

atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan

konsep kehilangan, maka peresepsi pasien merupakan hal yang

sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap

masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan

menyelesaikan masalah.

Rentang respon yang dimiliki oleh klien dengan gangguan

komunikasi verbal sebagai berikut (Stuart and Sunden, 2012) :

Adaptif Maladaptif

Menyendiri otonomi kebersamaan saling tergantung

Keterangan :

a. Menyendiri / solitude : merupakan respon yang di lakukan individu

untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan suatu

cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.

b. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

Politeknik Yakpermas Banyumas


c. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal di mana individu

mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Saling tergantung (interdependent) : suatu hubungan saling

tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina

hubungan interpersonal.

8. Penelitian terkait

Tabel 2.1 Penelitian terkait gangguan komunikasi verbal pada pasien

menarik diri

Nama Judul Tahun Metode Hasil


Penelitian Penelitian Penelitian

Abdul Komunikasi 2015 Purposive Penelitian


verbal sampling dilakukan selama
perawat pada 7 hari
pasien berpengaruh
gangguan jiwa terhadap
menarik diri komunikasi
verbalnya klien
merasa dihargai
dan diperhatikan.

Sunanto Terapi 2015 Follow up Penelitian


keluarga dilakukan selama
untuk 7 hari
meningkatkan berpengaruh
komunikasi terhadap
verbal pada peningkatan
orang dengan komunikasi
gangguan verbal bahkan
komunikasi efeknya masih
verbal mampu bertahan
menarik diri meskipun sudah
lewat fase
pemberian terapi

Politeknik Yakpermas Banyumas


B. Menarik diri

1. Definisi

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang

menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka

dengan orang lain (Townsend M.C. dalam Muhith A, 2015).

Sedangkan, penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan

melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan

sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap

(Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi menarik diri adalah keadaan

dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan

dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang

dapat bersifat sementara atau menetap.

2. Etiologi

Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan

ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut

salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan

yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin

untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka

berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,

2011).

Politeknik Yakpermas Banyumas


3. Proses terjadinya menarik diri

Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

gangguan hubungan sosial menurut nanda dikutip adalah (Stuart &

Sundeen, 2011) :

a. Resiko tinggi perilaku menarik diri.

b. Perubahan persepsi sensori : komunikasi verbal

c. Kerusakan interaksi sosial menarik diri

Pohon masalah perubahan persepsi sensori :

Menarik diri ……………………akibat

Gangguan Komunikasi verbal menarik diri ……core problem

Gangguan konsep diri : menarik diri…………penyebab

Koping individu tidak efektif

4. Proses penyembuhan

Dalam proses penyembuhan ini sangat diperlukan pengobatan

dari seseorang baik itu dokter ataupun perawat. Aktivitas yang selalu

dekat dengan pasien yaitu interaksi yang dilakukan perawat dan pasien

untuk mencapai penyembuhan, ada beberapa tahapan yaitu (Hidayat,

2016) :

Politeknik Yakpermas Banyumas


a. Tahap gejala

Pada tahap ini seseorang mengalami proses dengan ditandai

adanya perasaan tidak nyaman dan gejala suatu penyakit yang

dirasakan.

b. Tahap asumsi terhadap penyakit

Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi

terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keraguan pada

kelainan atau gejala yang dirasakan, adanya kecemasan dan

ketakutan.

c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Pada tahap ini melaukan atau mengadakan hubungan

dengan pelayanan kesehatan.

d. Tahap penyembuhan

Tahap ini merupakan tahap terakhir untuk menuju proses

kembalinya kemampuan untuk beradaptasi.

C. Konsep komunikasi verbal pada pasien menarik diri

1. Konsep diri

Konsep diri merupapakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi

lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan

intelektual dan penegasan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat

Politeknik Yakpermas Banyumas


dilihat dari berhubungan individu dan sosial yang maladaptif. Konsep

diri terdiri atas 5 hal yaitu (Mukhripah, 2012) :

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengelaman nyata yang sukses dan

dapat diterima.

b. Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang

apa yang ada pada dirinya meliputi citra diri, harga dirinya,

penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan

menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang

sukses.

c. Harga diri rendah merupakan perasaaan negatif terhadap dirinya

sendiri, termasuk hilang percaya diri, tidak berharga, tidak

berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun

perilaku yang berhubungan dengan haraga diri yang rendah yaitu

mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, penurunan

produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,

gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa

bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan

fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri atas

realitas.

d. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan indivindu untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke

dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun

Politeknik Yakpermas Banyumas


perilaku yang terkait dengan kerancauan identitas yang tidak ada

kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan

interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang

tentang diri sendiri, keluhan fisik, tingkat ansietas yang tinggi,

ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.

e. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realitis

dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau

luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan

dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak

nyata dan asing baginya.

2. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran adalah hasil pemikiran rasional yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian

yang dicapai serta perumusan kerangka pemikiran merupakan bahan

yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian

(Namawi, 2015).

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Komunikasi Verbal

Kerangka pemikiran

Keterbatasan kemampuan pasien gangguan komunikasi verbal menarik


diri dalam berkomunikasi membutuhkan komunikasi khusus agar
komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan tujuan tercapai.

Komunikasi tidak sejajar antara perawat dan


pasien

Politeknik Yakpermas Banyumas


Tahapan komunikasi
Perawat terapeutik pasien

Recovery pasien
Sumber : Olahan Peneliti (Nawawi, 2015)
Tabel 2.2 Analisa Proses Interaksi

Komunika Komunik Analisa Analisa Rasional


si verbal asi non berpusat berpusat pada
verbal pada klien perawat

P : Selamat Kontak Berdiri Berharap Salam merupakan


pagi mata, didepan klien dapat salah satu cara
tersenyum perawat menerima memberi
menatap perkenalan perhatian
klien Klien padaklien
K : Pagi mengulur Berharap
Perkenalka Menatap kan klien dapat Perkenalan
n perawat, tangan, menjawab merupakan salah
nama tersenyum kontak pertanyan satu cara untuk
saya”T” melihat mata ada. dengan benar membina
dari perawat hubungan saling
politeknik Kontak Klien Berharap percaya.
yakpermas mata, bicara klien dapat
akan nada keras dan menjawab Menyebutkan
bertugas pelan lancar, nama menandakan
disini mempersil tersenyum kesediaan
selama 3 ahkan . menerima
minggu. klien hubungan dengan
bisakah duduk, baik
saya mengulur
berbincang kan
”denga tangan
n anda
untuk 15
menit? K:
Menatap
K : Iya…. Perawat

Politeknik Yakpermas Banyumas


Kontak
Bisakah mata,
menyebutk nada
an nama pelan
anda? mempersil
K : Saya ahkan
“R” klien
bicara.
  Kontak
mata
singkat,
berpaling,
tertawa
P: R Menatap Klien Berharap Menilai
sekarang klien menggera klien dapat kemampuan
ada tersenyum k mengingat mengingat
dimana? , nada  –  tempat ia
pelan.  gerakan berada.
K: Di RS tangan
Kontak Perawat
mata berharap
singkat klien dapat
menjawab
dengan baik

Sumber : analisa proses interaksi komunikasi verbal (Vj Haris, 2010).

D. Asuhan keperawatan komunikasi verbal pada pasien menarik diri

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien (Damaiyanti, 2018). Data

yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan

spiritual.

a. Identitas klien dan penanggung jawab

Politeknik Yakpermas Banyumas


Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin,

agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, dan hubungan

klien dengan penanggung.

b. Alasan dirawat

Alasan dirawat meliputi :keluhan utama dan riwayat

penyakit. Keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga

datang ke rumah sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada

riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada

faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien

untuk mengalami kerusakan komunikasi verbal : menarik diri.

Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang membuat

klien mengalami kerusakan komunikasi verbal : menarik diri.

c. Status mental

Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu :

motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya

perubahan sensori/ persepsi : halusinasi.

d. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit

jiwa, faktor presipitasi, sistem pendukung, koping dan lain-lain

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut (Stuart dan Laraia 2011, dalam

Keliat, 2015) adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon

klien baik aktual maupun potensial. Schult dan videbeck dalam

Politeknik Yakpermas Banyumas


Nurjanah (2015) menyatakan bahwa diagnosa terdiri dari masalah atau

respon klien dan faktor yang berhubungan yang mempengaruhi atau

kontribusi pada masalah atau respon klien. Penulis mengambil satu

prioritas diagnosa masalah yaitu gangguan komunikasi verbal menarik

diri, karena adanya perilaku klien subjektif dan objektif menunjukan

bahwa masalah keperawatan utama adalah menarik diri.

Diagnosa keperawatan komunikasi verbal menarik diri

didukung dengan data subjektif antara lain klien jarang berkomunikasi

dengan keluarga, tidak pernah mengikuti kegiatan di sekitar rumah,

tidak mempunyai teman dekat, merasa malu berhubungan dengan

orang lain, suka menyendiri dan pendiam. Sedangkan data objektif

yang diperoleh antara lain cara bicara klien lambat dengan suara

rendah,apatis, tidak mau memulai pembicaraan, tampak lemah tidak

bersemangat, sering tidur dengan posisi fetus, jarang mengobrol

dengan klien lain maupun perawat,efek tumpul, kurang kooperatif,

sering menyendiri, dan kontak mata sedikit.

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah ketiga dari proses

keperawatan setelah pengkajian (Damaiyanti, 2018). Dari diagnosa

keperawatan di atas diprioritaskan berdasarkan keluhan yang paling

dirasakan saat ini (core problem) dan bila tidak diatasi akan

mempengaruhi status fungsional klien

a. Tujuan

Politeknik Yakpermas Banyumas


Klien mampu berkomunikasi dengan lancar dan menjawab

apa yang ditanyakan dengan benar, tidak diam jika di tanya oleh

penanya atau perawat

b. Rencana tindakan keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi

terapeutik

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di

sukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien

2) Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan komunikasi.

3) Jelaskan pentingnya berkomunikasi dengan cara memberikan

penjelasan terhadap pentingnya berkomunikasi, selanjutnya

meminta klien menjelaskan kembali pentingnya komunikasi.

Penulis tidak menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) terbaru

tahun 2014 karena rincian tindakan keperawatan pada SP terbaru

berbeda dalam pelaksanaanya, yaitu harus dibarengi dengan kegiatan.

Strategi Pelaksanaan (SP) yang ditulis oleh Dermawan D dan Rusdi

(2011).

Politeknik Yakpermas Banyumas


1. Strategi pelaksanaan 1 (SP1): membantu klien mengenal penyebab

menarik diri, keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain serta mengajarkan cara berkenalan.

Pada SP1 terbaru 2014 ada tambahan tindakan keperawatan yaitu

menanyakan orang dekat dan tidak dengan klien.Tindakan pertama

dilakukan perawat yaitu membina hubungan saling percaya,

membantu mengenal penyebab menarik diri, membantu mengenal

keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan

kejadwal harian klien. Agar mau menjalin hubungan saling percaya

dengan perawat, mampu menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain, kemudian dilatih berkenalan dan kemudian

memasukan ke jadwal harian

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2): mengajarkan klien berinteraksi

secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama seorang

perawat). Pada SP2 yang terbaru tahun 2014, klien harus dilatih

berkenalan dengan 2 orang dalam sehari sambil melakukan 2

kegiatan harian.Strategi pelaksanaan kedua yaitu mengajarkan

klien berkomunikasi secara bertahap, pada tahap pertama ini

berkenalan dengan seorang perawat di ruangan dan berbincang.

Sebelum melaksanakan strategi pelaksanaan pertama, diusahakan

mampu mengingat strategi pelaksanaan pertama saat dievaluasi

perawat, kemudian berkenalan dengan perawat lain di ruangan.

Politeknik Yakpermas Banyumas


3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3): megajarkan klien berinteraksi secara

bertahap (berkenalan dengan orang kedua seorang klien).Pada SP3

yang terbaru tahun 2014, klien harus latihan dengan 4-5 orang

dalam satu hari sambil melakukan 2 kegiatan harian. Strategi

pelaksanaan ketiga yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara

bertahap, pada tahap pertama ini akan berkenalan dengan seorang

klien di ruangan. Sebelum melaksanakan strategi pelaksanaan

ketiga, perawat mengevaluasi pertemuan sebelumnya tentang

strategi pelaksanaan pertama dan kedua. Apakah mampu

mengingat apa yang telah di pelajari pada strategi pelaksanaan

kedua dan ketiga. Pada saat melaksanakan strategi pelaksanaan

ketiga.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan yang dilakukam pada klien. Evaluasi

dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi

proses dan formatif yang dilakukan setiap selesa imelaksanakan

tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan

dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta

umum yang telah dilakukan. (Keliat, 2015).

Politeknik Yakpermas Banyumas


Politeknik Yakpermas Banyumas
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain studi kasus

Desain studi kasus ini menggunakan studi kasus deskriptif yaitu

suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

(Sukmadinata, N. S, 2011). Studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan

bagaimana gambaran kemampuan komunikasi verbal pada pasien dengan

masalah utama menarik diri.

B. Subyek studi kasus

Subyek studi kasus merupakan subyek yang menjadi sasaran ketika

penulis melakukan studi kasus (Arikunto, 2016). Subyek studi kasus

dalam karya tulis ilmiah ini adalah pasien gangguan komunikasi verbal

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat

mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah (Hajijah, 2012) :

a. Klien menarik diri dalam fase maintenance

b. Klien yang tinggal bersama keluarganya

c. Klien bisa membaca dan menulis.

30
Politeknik Yakpermam Banyumas
d. Klien bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu kriteria di luar kriteria inklusi. Kriteria

eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan objek

tidak dapat digunakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah (Hajijah, 2012) :

a. Klien menarik diri pada masa akut.

b. Klien usia < 60 tahun.

C. Fokus studi

Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam,

2011). Fokus studi dalam karya tulis ilmiah ini adalah gambaran

kemampuan komunikasi verbal pada pasien dengan masalah utama

menarik diri pada klien di PPLSU Dewanta Cilacap RPSDM “Martani”

Cilacap.

D. Definisi operasional fokus studi

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Setiadi, 2013).

Politeknik Yakpermas Banyumas


Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variable Definisi operasional Parameter Alat ukur

Kemampuan Individu mau a.Pasien Lembar


komunikasi berkomunikasi mampu observasi,
verbal dengan orang lain menjawab pedoman
Wawancara.
Menarik diri suatu sikap di mana a. Pasien Lembar
individu terlihat observasi
menghindari diri dari menunduk berupa check
interaksi dengan b. tidak ada list, Lembar
orang lain dan selalu kontak mata wawancara.
menyendiri

E. Instrumen studi kasus

Instrumen studi kasus merupakan alat-alat yang akan digunakan

dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang akan

digunakan dalam studi kasus ini yaitu :

1. Lembar observasi penelitian.

Check list adalah daftar pengecek, berisi nama subjek dan

beberapa gejala atau identitas lainnya dari sasaran pengamatan.

Pengamatan tinggal memberikan tanda check () pada daftar yang

telah disediakan (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan observasi menggunakan lembar observasi kemampuan

komunikasi verbal yaitu jika jawaban pernyataan point 1 sampai 7

jawaban ya nilainya 1 dan point 8 sampai 13 jawaban ya nilainya 0 .

Bertujuan untuk mengetahui secara langsung dan menggali data

tentang upaya yang dilakukan saat komunikasi berlangsung. Teknik

observasi dengan cara melihat secara langsung menggunakan

pancaindera dan menggunakan lembar observasi (check list) dilakukan

Politeknik Yakpermas Banyumas


selama 1 minggu atau 7 kali kunjungan untuk mengetahui upaya-upaya

yang telah dilakukan responden.

2. Lembar wawancara

Lembar wawancara berisi pertanyaan seputar komunikasi

verbal yang dialami oleh responden meliputi upaya yang dilakukan

untuk mengatasi menarik diri. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik wawancara berdasarkan pertanyaan yang sudah

dilakukan, pewawancara mengajukan pertanyaan sesuai dengan daftar

pertanyaan yang sudah disiapkan bertujuan untuk mengetahui secara

mendalam mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

gangguan komunikasi verbal dengan berpedoman pada lembar

wawancara yang telah dibuat oleh peneliti

F. Metode pengumpulan data

Menurut Hidayat (2011), metode pengumpulan data merupakan

cara penulis dalam mengumpulkan data untuk melakukan studi kasus.

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini

adalah:

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai pasien secara langsung untuk memperoleh data dengan

cara melakukan komunikasi dengan pasien.

2. Observasi

Politeknik Yakpermas Banyumas


Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung kepada pasien untuk mencari

perubahan atau data yang dibutuhkan yang berisi pertanyaan nama,

alamat, umur, kondisi sekarang, perasaannya saat ini, penyebab

menarik diri, klien mendengarkan atau tidak, berbicara sendiri atau

tidak, saat ditanya acuh, sering menyendiri apakah klien menjawab

dengan benar atau tidak

G. Lokasi dan waktu studi kasus

1. Lokasi studi kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat yang akan digunakan

oleh penulis untuk melaksanakan studi kasus (Hidayat, 2011). Lokasi

studi kasus yang akan digunakan oleh penulis yaitu PPLSU Dewanata

Cilacap RPSDM Martini Cilacap

2. Waktu studi kasus

Waktu studi kasus merupakan waktu pelaksanaan studi kasus

(Hidayat, 2011). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan maret tahun

2020. Prosedur komunikasi dilakukan selama 30 menit setiap hari

selama 1 minggu pada waktu berkunjung ke rumah sakit.

H. Analisis data dan penyajian data

Politeknik Yakpermas Banyumas


Menurut Bogdan dalam Sugiono (2013), analisis data merupakan

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami

dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis yang

digunakan oleh penulis dalam studi kasus ini adalah dengan cara observasi

dan wawancara untuk menghasilkan data yang selanjutnya akan

diinterpretasikan oleh penulis dan dibandingkan dengan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi. Urutan

analisis data dalam studi kasus ini adalah:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah dengan

mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumen.

Hasil yang telah diperoleh selanjutnya disalin dalam bentuk transkrip.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Setelah data terkumpul dan disalin, selanjutnya dibuat koding

sesuai dengan topik studi kasus. Data obyektif yang telah didapatkan

selanjutnya dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan dan kemudian

dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian data

Dalam studi kasus ini, penulis menggunakan teknik penyajian

data dengan menggunakan tabel. Pengolahan data dilakukan setelah

data terkumpul seluruhnya, langkah-langkah dalam rencana

pengolahan data meliputi :

Politeknik Yakpermas Banyumas


a. Editing

Peneliti memeriksa kembali data-data yang di peroleh,kelengkapan

data dari kuesioner yang diberikan kepada responden.

b. Scoring

Peneliti memberikan skor 1-4 pada kuesioner. Kemudian diolah

berdasarkan jawaban yang diberikan responden , yaitu pada

pernyataan mampu menjawab selalu diberi skor 4, sering diberi

skor 3,jarang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1.

Sedangkan pada pernyataan tidak mampu menjawab selalu diberi

skor 1, sering diberi skor 2, jarang diberi skor 3, dan tidak pernah

diberi skor 4

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam

penyajian data. Kesimpulan ini berisi jawaban langsung dari fokus

penelitian yang berisikan tentang temuan dari studi kasus.

I. Etika studi kasus

Menurut Hidayat (2011), etika studi kasus penelitian keperawatan

merupakan komponen yang sangat penting dalam penelitian. Masalah

etika yang harus diperhatikan adalah:

1. Informed concent (persetujuan)

Politeknik Yakpermas Banyumas


Merupakan bentuk dari persetujuan antara peneliti dengan

responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent

diberikan sebelum studi kasus dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan. Tujuan informed concent yaitu agar sbuyek studi kasus

mengerti maksud dan tujuan studi kasus yang dilakukan, jika subyek

bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Nama subyek studi kassus tidak dicantumkan pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil studi kasus yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Menurut Aliken (2013), melindungi informasi yang bersifat

pribadi, prinsip bahwa perawat menghargai semua informasi tentang

pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa

dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk

disebarluasakan secara tidak tepat.

Politeknik Yakpermas Banyumas


DAFTAR PUSTAKA

Yulia, Nanda. "Komunikasi Orangtua Pasien Dengan Paramedis Dalam


Penyembuhan Penyakit Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa
Mahoni." (2019).

Afnuhazi, N.R. (2015) Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta, Gosyen Publishing.

Creswell, J.W. (2015) Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di


Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Damaiyanti, M. (2010) Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung, Refika Aditama.

Kusumo, M.P. (2017) Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat


Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. JMMR
(Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit). [Online] 6
(1), 72–81.

Pujilekosono, S. (2015) Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif.Malang,


Intrans Publishing.

Rakhmat, J. (2012) Psikologi Komunikasi. Bandung, Remaja Rosdakarya.

Supratman, L.P. (2016) Studi Kasus Tentang Komunikasi Kesehatan Pada


Hubungan Interpersonal Terapis dan Pasien di Pusat Pengobatan
Alternatif ATFG Arcamanik, Bandung-Indonesia. Jurnal Ilmiah LISKI
(Lingkar Studi Komunikasi). [Online] 2 (1), 81–93. Available from:
http://journals.telkomuniversity.ac.id/liski/article/view/57.

Afrina, Wina Hasibuan. 2011. “Komunikasi Interpersonal (terapeutik)


Perawat dan Pasien PASIEN (Studi Kolerasional Peranan
Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) perawat Terhadap

38
Politeknik Yakpermam Banyumas
Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan))”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sadiah, Nurul, Eko Setiawan, dan hendrik erjianto. "Perbandingan


Kemampuan Sosialisasi Pasien Menarik Diri Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Taks." Jurnal Penelitian Kesehatan 2.2 (2011).

Wangi, Ni Luh Putu Ayu Puspita. “Gambaran asuhan keperawatan


pemberian tak sosialisasi sesi 1 : cara memperkenalkan diri untuk
mengatasi isolasi social pada pasien skizofrenia tahun 2019”. Diss.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan,
2019.

Susiana, Rakhma Ika Nora. "Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi


Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Verbal Dan
Nonverbal Klien Isolasi Sosial Di Ruang Kutilang RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang-Malang." Medica Majapahit (jurnal ilmiah
kesehatan sekolah tinggi ilmu kesehatan majapahit) 4.2 (2012).

Octaviani, Nita. “Asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa


dengan masalah utama interaksi sosial : menarik diri di bangsal
arjuna rsjd klaten”.Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011.

Nurhadiyati, Novi. “Asuhan keperawatan jiwa pada Nn S dengan


gangguan interaksi sosial : menarik diri di bangsal intensif rsjd Dr.
Rm Soedjarwadi klaten”. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2011.

Janarko, Adi Dwi. “Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris


terhadap kemampuan komunikasi verbal pada pasien jiwa menarik
diri di bangsal sakura samiaji rumah sakit umum daerah kabupaten
banyumas”. Diss. Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2011.

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=sFVih7igmEEC&oi=fnd&pg=PA5&dq=bab+2+ganggu

Politeknik Yakpermas Banyumas


an+komunikasi+verbal&ots=RIMykMarjy&sig=YXI-
3EQQreSFjxQSL3csHT6dU&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7024/5/BAB%20II.pdf

https://docplayer.info/48388310-Bab-iii-asuhan-keperawatan-jiwa-pada-
sdr-d-dengan-harga-diri-rendah-di-ruang-kresna-x-rsjd-dr-amino-
gondohutomo-semarang.html

https://www.academia.edu/9079629/ANALISA_PROSES_INTERAKSI_
Komunikasi_Verbal_Komunikasi_Non_Verbal

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12083/3/T1_462010028
_BAB%20III.pdf

Politeknik Yakpermas Banyumas


Politeknik Yakpermas Banyumas

Anda mungkin juga menyukai