Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DIRUANG GARDENIA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:
LISNAWATIE
NIM: 2019.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Lisnawatie
NIM : 2019.C.11a.1015
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. A Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang
Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menempuh Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK 3) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Erika Sihombing, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.A Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Erika Sihombing, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan iji ditempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 18 April 2022

Lisnawatie
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................4
2.1.3 Etiologi....................................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................10
2.1.5 Fatofisiologi (WOC) .............................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................13
2.1.7 Komplikasi ...........................................................................................13
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ......................................................................................................28
3.2 Diagnosa .........................................................................................................40
3.3 Intervensi ........................................................................................................41
3.4 Implementasi ..................................................................................................45
3.5 Evaluasi ..........................................................................................................45
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................48
4.2 Saran ............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
LEAFLET
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah
akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif,
2015). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada
foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan
pengendalian penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” saja (Christian, 2016).
Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah
kesehatan di dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di
Indonesia dan negara-negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti
Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa lainya. Di Amerika pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan TBC.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2019, diketahui ada lebih dari 400 ribu
kasus pneumonia diIndonesia, demikian menurut Save the
Children Indonesia ketika memperingati Hari Pneumonia. Berdasarkan Profil
Kesehatan Kalteng tahun 2012 terdapat 3,55% kasus pneumonia pada bayi dan
anak.
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya
pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara,
dengan sumber penularan adalah penderira pneumonia yang menyebarkan kuman
dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab
pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang
dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu percikkan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh
orang disekitar penderita. Banyak kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya
kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu),
maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan
resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang
padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar
pada (kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia
(Anwar, 2014).
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu
orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada
anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit
pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko
dari penyakit pneumonia agar tidak 3 mengalami pneumonia berulang, sehingga
terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.A Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
pasien dengan diagnosa medis Pneumonia
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.A
Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan Tn.A
Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.A Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Tn.A
Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Pneumonia secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Pneumonia dan Asuhan Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Pneumonia melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 2017). Pneumonia adalah peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2017).
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan bahwa pneumonia
merupakan infeksi yang menyebabkan peradangan pada Alveoli/Kantung udara
disalah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi

Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2).


Paru dihubungkan dengan lingkungan luarnya melaui serangkaian saluran,
berturut- turut, hidung,faring,laring,trakea dan bronkus, saluran-saluran itu relatif
kaku dan tetap terbuka, keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari sistem
pernapasan, meskipun fungsi utama pernapasan utama adalah pertukaran oksigen
dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu tempat menghasilkan
suara, meniup (balon, kopi/ the panas,tangan,alat musik, dan lain sebagainnya).
Tertawa, menangis,bersin,batuk omostatik (PH darah) otot-otot pernapasan
membantu kompresi abdomen.
1. Hidung/naso : nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 saluran udara yang
pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi) dipisahkan oleh sekat hidung
( septum nasi), terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara
debu, dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
2. Faring
Merupakan tempat persimpanan anatara jalan makan, yang berbentuk
seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan osofagus.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau
penghasil suara yang dipakai berbicara dan beryanyi, terletak didepan
bagian faring.
4. Trakea
Batang tenggorokan kira- kira panjangnya 9 cm, trakea berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan lingkaran fibrosa.
5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan V.
6. Paru – paru
Merupakan sebuah alat yang sebagian besar teridiri dari gelembung –
gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel
endotel.
Pernapasaan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondiokasida
yang terjadi pada paru-paru atau pernapasan eksternal, oksigen di ambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh.
b. Fisiologi
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer
kedalam alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan
antar atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah.
2. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2
kapiler yang dapat mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya permukaan
oaru. Kedua, tebal membaran respirasi/premeabilitas yang terdiri dari epitel
alveoli dan intestinal keduanya.
3. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh kapiler. Proses transpotasi, O2 akan berkaitan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma.
2.1.3 Etiologi
Menurut Nugroho.T (2017), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2017)
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2018), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan
anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia
melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1. Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial
bilateral atau ganda.
2. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
1. Bacteria : Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2. Virus : Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3. Jamur : Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides
4. Aspirasi : Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda asing
5. Pneumonia Hipostatik
6. Sindrom Loeffler
2.1.5 Patofisologi (WOC)
Merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat
yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi,
respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry &
Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paruparu , partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
ETIOLOGI
Menurut Nugroho.T (2017), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
WOC PNEUMONIA c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat
Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2017)

Pneumonia

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Proses Inflamasi Proses Inflamasi Suplay O2 tidak adekuat


Pelepasan Proses Inflamasi
Infeksi Bakteri, Kerusakan neurotransmitter
Virus, Jamur alveoli Menstimulasi sel (histamine,
host inflamasi hepato-splenomegali Penurunan kebutuhan
bradikinin,  Permeabilitas
Kerja Sel Goblet Perpindahan (seperti mikrofag, prostaglandin) dinding pembuluh O2, nutrisi
Meningkat cairan darah
Berikatan dengan Mendesak lambung
interastinum ke Memproduksi endogenus Menghilangnya plasma Metabolisme
alveolus reseptor nyeri
pirogen (IL-1, IL-6) melalui endotel dinding menurun
Produksi Sputum
pembuluh darah  HCL
Meningkat Peningkatan gaya yang Impuls nyeri masuk
dibutuhkan untuk Demam ke Thalamus Lemah, pusing,
Kebocoran Mual muntah, nafsu
mengembangkan alveolus frekuensi nadi
Akumulasi Di Jalan plasma makan menurun
(keextravaskuler) dan pernapasan
napas meningkat
Peningkatan usaha MK: Hipertermia MK: Nyeri Akut
nafas Kurangnya
MK: MK: Intoleransi
asupan makanan
Hipovolemia Aktivtas
Dyspnea
MK: Bersihan Jalan MK: Defisit nutrisi
Napas
MK: Pola Napas
Tidak Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Gajala)
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, respon sitemik tubuh terhadap
infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi jalan napas. Tanda
dan gejala yang di alami antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai
penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2017).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi
inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari
reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis.
Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis
dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat
daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan
meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi,
kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: hipertermi, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif, gangguan
pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Mutaqin (2018), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
pneumonia adalah:
a. Pleurisi
b. ARDS
c. Atelektasis
d. Empiema
e. Abses paru
f. Edema pulmonary
g. Infeksi super perikarditis
h. Meningitis
i. Arthritis
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan menggunakan foto thoraks
(PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk
menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
c. Laboratorium : Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -
40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun
dapat pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left,
dan LED meningkat.
d. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
e. Analisa Gas Darah : Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada
beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada
stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.
f. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
g. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
h. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
i. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
j. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kasus pneumonia antara lain:
a. Manajemen Umum
1. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
3. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan
jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi Obat Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya: Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus,
amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin,
tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesis
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau di kaji meliputi :
2.2.1.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
2.2.1.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pengkajian adalah keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan sesak napas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh/ demam (Wahid & Suprapto, 2013).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif
(PPNI, 2016) adalah batuk tidak efektif pasien, ketidak mampu batuk
pasien, sputum berlebih yang dihasilkan pasien, adanya mengi, whezzing
dan/atau ronkhi kering, dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah atau tidaknya
pasien, ada atau tidaknya sianosis, kaji bunyi napas, frekuensi napas
berubah, dan pola napas berubah.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita.
4. Riwayat Kesehatan Gizi
Status gizi penderita Pneumonia dapat bervariasi. Semua pasien dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa
faktor predisposisinya. Pasien yang menderita Pneumonia sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
5. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum
yang mencakup, kesan keadaan sakit, termasuk fasies & posisi pasien,
kesadaran, kesan status gizi
a) Compos mentis : kesadaran baik
b) Apatis : perhatian kurang
c) Samnolen : kesadaran mengantuk
d) Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan
rangsangan nyeri yang kuat
e) Soparokomatus : keadaan tidak ada respon verbal Tidak ada respon sama
sekali
2. Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah : pasien normal memiliki riwayat tekanan darah dengan
tekanan systole > 120 dan diastole > 80 mmHg
b) Nadi : pasien normal memiliki 60-100 x/menit
c) Pernapasan : pasien normal berkisar 16-20 x/menit
d) Suhu tubuh : pada pasien normal berkisar 36,1-37 0C
3. Pemeriksaan Head To Toe
a) Pemeriksaan Kepala
1) Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien normal simetris
2) Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
3) Wajah : Biasanya pada wajah pasien normal nampak simetris
b) Pemeriksaan Integumen
1) Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
2) Kuku : Biasanya pada pasien Pneumonia ini capilarry refill
timenya <3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
c) Pemeriksaan Dada
Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya terdengar bunyi nafas
tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret.
d) Pemeriksaan Abdomen
Pada klien Pneumonia apakah didapatkan distensi pada abdomen, terdapat
penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut klien terasa kembung
yang di akibatkan tekanan pada abdomen karena peradangan.
e) Pemeriksaan Genitalia
Biasanya klien Pneumonia kebersihan pada genitalianya cukup kurang
karena terbatasnya aktivitas. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril.
f) Pemeriksaan Fisik B1-B6
1) Pernafasan (B1: Breathing)
Bentuk hidung, ada atau tidaknya sekret, PCH (Pernafasan Cuping
Hidung), kesimetrisan dada dan pernafasan, suara nafas dan frekwensi
nafas. Pengaturan pergerakan pernafasan akan mengakibatkan adanya
retraksi dada akibat kehilangan koordinasi otot. Ekspansi dada menjadi
terbatas karena posisi berbaring akibatnya ventilas paru menurun
sehingga dapat menimbulkan atelektasis. Akumulasi sekret pada saluran
pernafasan mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi siliaris yang
dapat menyebabkan pembersihan jalan nafas yang tidak efektif.
Kelemahan pada otot pernafasan akan menimbulkan mekanisme batuk
tidak efektif.
2) Kardiovaskuler (B2:Blood)
Warna konjungtiva, terjadi peningkatan denyut nadi karena pengaruh
metabolik, endokrin dan mekanisme keadaaan yang menghasilkan
adrenergik serta selain itu peningkatan denyut jantung dapat diakibatkan
pada klien. Rasa pusing saat bangun bahkan dapat terjadi pingsan,
terdapat kelemahan otot. Ada tidaknya peningkatan JVP (Jugular Vena
Pressure), bunyi jantung serta pengukuran tekanan darah. Pada daerah
perifer ada tidaknya oedema dan warna pucat atau sianosis.
3) Persyarafan (B3: Brain)
Mengkaji fungsi serebral, fungsi syaraf cranial, fungsi sensorik dan
motorik sertsa fungsi refleks.
4) Perkemihan (B4: Bladder)
Ada tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi vesika
urinaria untuk mengetahui penuh atau tidaknya, kaji alat genitourinaria
bagian luar ada tidaknya benjolan, lancar tidaknya pada saat klien miksi
serta warna urine. Pada klien sesak biasanya untuk sementara waktu
jangan dulu turun dari tempat tidur, dimana hal ini dapat mengakibatkan
klien harus BAK ditempat tidur memaskai pispot sehingga hal ini
menambah terjadinya susah BAK karena klien tidak terbiasa dengan hal
tersebut.
5) Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah dan menyebabkan pasien tidak nafsu
makan. Kadang disertai penurunan berat badan, distensi abdomen, asites,
feses warna pucat, anoreksia, regurgitasi berulang.
6) Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Derajat Range Of Motion pergerakan sendi dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri ketika bergerak, toleransi klien
waktu bergerak dan observasi adanya luka, tonus otot dan kekuatan otot.
Ada tidaknya penurunan kekuatan, masa otot dan atropi pada otot. Selain
itu dapat juga ditemukan kontraktur dan kekakuan pada persendian.
Keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, sesak yang membuat mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat. Penggunaan otot
bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan, sering didapatkan
intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity Day
Living).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI,
kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan sputum
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan pola nafas
3. Hipertermia b/d proses penyakit
4. Nyeri akut b/d agen pencedraan fisiologis
5. Hipovolemia b/d kekurangan intake cairan
6. Defisit nutrisi b/d factor psikologis
7. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (kriteria hasil) Intervensi
Bersihan Jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
efektif berhubungan dengan kemampuan membersihkan secret atau Observasi
peningkatan sputum obstruksi jalan napas untuk mempertahankan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
jalan napas tetap paten meningkat (L.01001) napas)
. Dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
1. Batuk efektif mengi, weezing, ronkhi kering)
2. Produksi sputum menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Mengi menurun Terapeutik
4. Wheezing menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
5. Dispnea menurun dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
6. Ortopnea menurun 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
7. Gelisah menurun 3. Berikan minum hangat
8. Frekuensi napas membaik 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
9. Pola napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
7. Penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan inspirasi/ekspirasi yang memberikan ventilasi Observasi
hambatan upaya napas adekuat membaik (L.01004) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
Dengan kriteria hasil : napas
1. Tekanan ekspirasi meningkat 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
2. Tekanan inspirasi meningkat hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
3. Dispnea menurun ataksik0
4. Penggunaanototbantunapasmenurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
5. Frekuensi napas membaik 4. Monitor adanya produksi sputum
6. Kedalaman napas membaik 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Manajemen Hipertermia (I.15506)
dengan berhubungan dengan suhu tubuh berada pada rentang normal. Observasi
proses penyakit (L.14134) 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
Dengan kriteria hasil: terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
1. Hipoksia menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar elektrolit
3. Suhu kulit membaik 4. Monitor haluaran urine
4. Tekanan darah membaik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Nyeri akut berhubungan Selah dilakukan intervensi, maka diharapkan Manajemen Nyeri (I. 08238)
dengan agen pencedraan tingkat nyeri membaik. (L.08066) Observasi
fisiologis Dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Pola napas membaik 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
dengan kekurangan intake kondisi volume cairan intravaskuler/intraselular Observasi
cairan membaik. (L03028) 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
Dengan kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
1. Turgor kulit meningkat’ tekanan darah menurun, tekanan nadi
2. Dispnea menurun menyempit,turgor kulit menurun, membrane
3. Suara napas tambahan menurun mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
4. Perasaan lemah menurun meningkat, haus dan lemah)
5. Keluhan haus menurun 2. Monitor intake dan output cairan
6. Intake cairan membaik Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
dengan Faktor psikologis keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Observasi
kebutuhan metabolism membaik. (L.03030) 1. Identifikasi status nutrisi
Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Frekuensi makan membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Nafsu makan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan Terapi Oksigen (I.01026)
berhubungan dengan respon fisiologis terhadap aktivitas yang Observasi
ketidakseimbangan antara membutuhkan tenaga meningkat (L.05047). 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
suplai dan kebutuhan oksigen Dengan kriteria hasil : 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
1. Frekuensi nadi meningkat 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
2. Saturasi oksigen meningkat fraksi yang diberikan cukup
3. Keluhan lelah menurun 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
4. Dispnea saat aktivitas menurun analisa gas darah ), jika perlu
5. Dispnea setelah aktivitas menurun 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
6. Perasaan lemah menurun makan
7. Frekuensi napas membaik 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
4. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap
pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam
tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan
kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan
sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi
masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini,
tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan
catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Lisnawatie


NIM : 2019.C.11a.1015
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 18-21 maret 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 14 Maret 2022/11:00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada pengkajian hari senin 18 maret 2022 pukul 14:00 wib, nama pasien Ahmad
Syahril, umur 43 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku/bangsa dayak/indonesia, agama
Islam, pekerjaan swasta, pendidikan SLTA sederajat, status perkawinan menikah,
alamat jl. Desa Sukui, Teweh baru, tgl mrs 13 April 2022, dengan diagnosa medis
pneumonia.

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan sesak napas dan batuk

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien mengatakan keluhan sesak napas disertai batuk selama kurang lebih 7 hari,
Pada tanggal 13 April 2022 Pasien dirujukan dari RS Kasongan ke IGD RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan keluhuhan penurunan kesadaran, sesak
napas, demam, dan batuk. Pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan klien
tampak batuk, sesak,dan demam dengan kesadaran composmentis. Hasil
pemeriksaan TTV didapatkan Nadi: 116x/menit, S:37,0◦C, RR : 22x/menit
TD:168/114 mmHg, SPO2:98% dan diberikan terapi inf. Nacl 0,9% 16 tpm, O2
NRM. Kemudian pada tanggal 14 April 2022 klien dilakukan swab antigen dan
didapati hasil negatif, setelah itu klien juga dilakukan Swab RT-PCR yang kedua
pada tanggal 15 April 2022 dan didapati pula hasil negatif, setelah itu Tn.A
dipindahkan ke ruang Wijaya Kusuma 4 (WK 4) untuk dilakukan perawatan
secara intensif. Kemudian pada tanggal 15 April 2022 Tn.A dipindahkan ke
ruang Gardenia dengan diagnosa Medis Pneumonia, saat dilakukan pengkajian
Klien tampak sesak napas, lemas, klien tampak gelisah, Terpasang infus Nacl
0,9% 16 tpm pada tangan kanan. Dengan hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD:
150/90 mmHg, Nadi : 80x/menit S: 37,2◦C RR : 22x/menit SPO2:96%

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)

Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit (seperti kanker,TB


paru atau diabetes) dan tidak pernah memiliki riwayat operasi sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti yang pasien derita saat ini dan tidak memiliki riwayat penyakit
seperti hipertensi,DM, TB paru, serta penyakit menular lainnya.

GENOGRAM KELUARGA :
Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (Tn.A)
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sesak napas dan lemah, terpasang O2 4 lpm, kesadaran pasien
composmenthis, Terpasang infus Nacl 0,9% 16 tpm pada tangan kiri, pasien
tampak gelisah dengan posisi terbaring terlentang.

2. Status Mental :

Tingkat Kesadaran Composmenthis, Ekspresi wajah Gelisah, Bentuk badan


Simetris, Cara berbaring/bergerak Terlentang/bebas, Berbicara sedikit terbata-
bata, Suasana hati Sedih, Penampilan Rapi. Dan Fungsi kognitif Orientasi waktu
Pasien mengetahui dan dapat membedakan pagi, siang dan malam, Orientasi
Orang Pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, Orientasi
Tempat Pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berada di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Dengan Insight Baik, Mekanisme pertahanan diri:
Adaptif .

Keluhan lainnya :Tidak ada keluhan

3. Tanda-tanda Vital :

Pada saat dilakukan pengkajian TTV didapatkan TD: 150/90 mmHg, Nadi :
80x/menit S: 37,2◦C RR : 22x/menit SPO2:96%

4. PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk dada simetris kanan dan kiri serta tidak ada edem, meniliki kebiasaan
merokok dan menghabiskan ±15 batang/hari, sesak napas dan batuk sejak 7 hari
yang lalu, sputum berwarna kuning, sesak nafas saat inspirasi dan saat
aktivitas , type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, suara
nafas bronchovesikuler, terdapat suara nafas tambahan ronchi.

Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas
tidak efektif

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)

Tidak ada nyeri dada,dan pusing , tidak ada oedem , ictus cordis tidak terlihat
vena jugularis meningkat, suara jantung normal tidak terdengan suara tambahan.

Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Penilaian kesadaran pada Ny. S didapatkan nilai GCS, E : 4 (spontan membuka
mata), V : 5 (berbicara dengan baik dan jelas), M : 6 (mengikuti perintah
pemeriksa dengan baik) Total Nilai GCS : 15. Kesadaran Compos Menthis, Pupil
Isokor, Refleks Cahaya Kanan Positif, Kiri Positif.
Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I (Olfaktorius) :Pasien dapat mencium aroma
minyak kayu putih, Nervus Kranial II (Optikus): Pasien mampu melihat orang-
orang disekitar dengan baik, Nervus Kranial III (Okulomotorus) : Pupil pasien
dapat berkontraksi saat melihat cahaya, Nervus Kranial IV (Troklearis) : Pasien
mampu menggerakkan bola mata keatas dan bawah, Nervus Kranial V
(Trigeminus) : Pasien mampu mengunyah buah yang tersedia, Nervus Kranial VI
(Abdosen) : Pasien dapat menggerakkan mata kesemua sisi, Nervus Kranial VII
(Fasialis) : Pasien dapat mengerutkan dahi dan mengangkat alis, Nervus Kranial
VIII (Vestibuloakustikus) : Pasien kurang mampu mendengar dengan jelas,
Nervus Kranial IX (Glosafaringus) : Pasien dapat membedakan pahit, asam, dan
manis, Nervus Kranial X (Vagus) : Pasien dapat berbicara dengan baik dan jelas,
Nervus Kranial XI (Aksesorius) : Pasien mampu menoleh kekanan dan kiri,
Nervus Kranial XII (Hipoglosus): Pasien dapat menggerakkan lidah dengan baik

Koordinasi Ekstrimitas Atas Jari ke jari Positif, Jari ke hidung Positif, Ekstrimitas
Bawah Tumit ke jempul kaki Positif, Uji Kestabilan Tubuh Positif, Refleks Bisep
Kanan dan Kiri Skala +2 Trisep, Kanan dan Kiri Skala +2. Brakioradialis Kanan
Kiri Skala +2, Refleks BabinskiKanan Kiri skala +2.

Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi urine : 1500 ml 3-4x/hr, warna kuning pekat, bau khas amoniak, tidak
ada masalah/lancer.
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Bibir tampak kemerahan , gigi tidak lengkap tidak ada karies ataupun
peradangan, gusi tidak ada pembengkakkan, lidah tidak ada lesi dan
peradangan , mukosa kering, tonsil tidak ada peradangan, bab 1 x/hr, warna
kecoklatan , konsistensi lembek tidak ada masalah , bising usus 15x/menit,
tidak ada teraba massa atau benjolan.

Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keparawatan

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakan sendi bebas , kekuatan pada lokasi kaki kanan, ukuran
otot simetris, deformitas tulang lokasi tidak ada perlukaan dan peradangan ,
lokasi tidak ada patah tulang, tulang belakang normal.

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, kosametik, suhu kulit dingin,
warna kulit normal, turgor baik tekstur halus, tekstur rambut halus dan sedikit
beruban, distribusi rambut baik/ merata, bentuk kuku simetris.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. SISTEM PENGINDERAAN :


Gerakan bola mata bergerak normal , visus mata kanan (vod) +, mata kiri (vos)
+, selera normal/putih , konjunctiva merah muda, kornea bening, fungsi
pendengaran berkurang , hidung / penciuman bentuk simetris
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa tidak ada, jaringan parut tidak, kelenjar limfe teraba, kelenjar tyroid tidak
teraba, mobilitas leher bebas.
13. SISTEM REPRODUKSI
Tidak ada dikaji
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit pasien mengatakan ingin cepat sembuh
dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.
2. Nutrisida Metabolisme
TB 160 Cm, BB sekarang 50 Kg, BB Sebelum sakit 51 Kg, Diet Lunak, tidak
mengalami Kesukaran menelan
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi ½ porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk Nasi, lauk
pauk,sayur,buah pauk,sayur,buah
Jenis Minuman Air mineral Air mineral
Jumlah minuman/cc/24 1000 cc/24jam 1000 cc/24jam
jam
Kebiasaan makan Teratur Teratur
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan tidur dengan nyenyak dan nyaman, pola tidur malam 6-8 jam
dan pola tidur siang ± 2 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Kognitif
Pasien sudah mengetahui penyakit pasien sekarang, baik itu pengertian
penyakitnya dan juga penyebab hingga proses penyakitnya setelah diberikan
penjelasan oleh dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keparawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri: pasien menyukai tubuh secara utuh, Ideal diri: pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang dideritanya, identitas diri: pasien seorang istri, harga
diri: pasien sangat diperhatikan oleh keluarganya terutama anaknya, peran: pasien
adalah seorang istri dari 3 orang anak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu beraktivitas secara mandiri
sebaliknya sesudah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur, sebagian besar
aktivitas dibantu oleh anaknya.
Masalah Keperawatan: Intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga dan pasien dapat mentoleransikan stress maupun masalah yang dihadapi
dan segala masalah pengobatan selalu didiskusikan bersama keluarga
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien meyakini agama yang dianutnya
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Dalam kesehariannya pasien mengatakan menggunakan bahasa siang dan bahasa
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan terjalin sangat erat serta
harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan,teman,dan orang lain
5. Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny. S adalah anaknya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien menggunakan waktu luang dengan beristirahat
7. Kegiatan beribadah
Untuk kegiatan beribadah pasien hanya bisa beribadah dengan berdoa diatas
tempat tidur agar segera diberi kesembuhan
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM, PENUNJANG
LAINNYA)
Hasil Laboratorium tanggal 17 April 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 13,06 4,50-11,00 10^3/ul
RBC 3,93 4.00-6.00 10^6/ul
Natrium (Na) 130 135-148 mmol/l
Kalium (K) 3,4 3,5-5,3 mmol/l
Calcium (Ca) 1,17 0,98-1,2 mmol/l
Gukosa puasa 209 65-100 mg/dl
Kreatinin 0,82 0,82 mg/dl

Hasil pemeriksaan Thorax 17 April 2022


Thorax : SDves +/+ Swab PCR
Rhonki -/- Hasil : Negatif (+)
Wheezing -/-

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi Tanggal 18 April 2022
No Jenis obat/nama obat Dosis Indikasi
1. Inf. Nacl 0,9% 1000/24 jam untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang, mengoreksi ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik
2. Inj. Lansoprazole 3x50 mg Lansoprazole adalah obat untuk
mengatasi kondisi yang berkaitan
dengan peningkatan asam lambung
3. Inj. Moxifoxacin 1x400 mg Moxifloxacin diindikasikan sebagai
antibakteri spektrum luas yang efektif
terhadap bakteri gram positif, bakteri
gram negatif, dan patogen
atipikal. Obat ini umumnya diberikan
pada keadaan pneumonia, sinusitis
bakterial akut, bronkitis kronik
eksaserbasi akut, infeksi kulit, dan
infeksi intraabdomen.
4. Inj. Antrain 3x1 amp Antrain digunakan untuk menurunkan
demam, dan meringankan rasa sakit,
seperti: sakit gigi, sakit kepala, nyeri
sendi, nyeri otot
5. Po Paracetamol 3x500 mg Indikasi paracetamol adalah untuk
meredakan gejala demam dan nyeri
pada berbagai penyakit seperti demam
dengue, tifoid, dan infeksi saluran
kemih.
6. Inj. MP 2x625 mg Methylprednisolone adalah obat untuk
meredakan peradangan pada berbagai
kondisi, termasuk radang sendi, radang
usus, asma, psoriasis, lupus, hingga
multiple sclerosis.

Mahasiswa

Lisnawatie
ANALISIS DATA
DATA SIBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Inflamasi bakteri dan virus Bersihan jalan napas tidak
- Pasien mengatakan batuk efektif
serta sesak napas sejak 7
hari yang lalu Penongkatan produksi
DO: sputum
- Pasien tampak lemah dan
gelisah Akumulasi jalan napas
- Pasien tidak mampu batuk terhambat
efektif
- Batuk dan sesak napas
sejak 7 hari yang lalu Jalan napas terhambat seckret
- Produksi sputum berlebih
berwarna kuning
- Suara napas tambahan Bersihan jalan napas tidak
ronchi efektif
- Type pernapasan dada dan
perut
- Irama perpnapasan tidak
teratur
- WBC 13,06 10^3/ul
TTV
Suhu : 37,2◦C
Nadi : 80x/menit
RR :22x/menit
TD : 150/90 mmHg
SPO2 : 98 %

DS: Kerusakan alveoli Pola napas tidak efektif


- Pasien mengatakan sesak
napas
DO: Peningkatan gaya yang
- Pasien tampak sesak dibutuhkan untuk
- Terpasang O2 nasal kanul mengembangkan alveolus
4 lpm
- Pasien tampak gelisah Peningkatan usaha napas
- Suara napas tambahan Sesak napas
ronci
- Irama pernapasan tidak
teratur Pola napas tidak efektif
- WBC 13,06 10^3/ul
- SPO2 98%
TTV
Suhu : 37,2◦C
Nadi : 80x/menit
RR :22x/menit
TD : 150/90 mmHg
DS: Suplai darah keotak tidak Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan adekuat
aktivitas dibantu oleh ibu
dan adiknya
DO: Penurunan kebutuhan
- Pasien tampak lemah oksigen dan nutrisi
- Pasien tampak berbaring
ditempat tidur saja Metabolisme menurun
- Aktivitas dibantu oleh ibu
dan adiknya
TTV Lemah, frekuensi nadi dan
Suhu : 36,6◦C pernapasan meningkat
Nadi : 83x/menit
RR :22x/menit
TD : 90/60 mmHg Intoleransi aktivitas
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan sputum (D.0001 : Hal 18) ditandai
dengan Pasien mengatakan batuk serta sesak napas sejak 7 hari yang lalu, Pasien
tampak lemah dan gelisah, tidak mampu batuk efektif, Produksi sputum berlebih
berwarna kuning, Suara napas tambahan ronchi, Type pernapasan dada dan perut,
Irama perpnapasan tidak teratur, WBC 13,06 10^3/ul TTV= Suhu : 37,2◦C, Nadi :
80x/menit, RR :22x/menit, TD : 150/90 mmHg
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan pola nafas (D.0005 : Hal 26) ditandai dengan
Pasien mengatakan sesak napas, Pasien tampak sesak,Terpasang O2 nasal kanul 4
lpm, tampak gelisah, Suara napas tambahan ronci, Irama pernapasan tidak teratur,
WBC 13,06 10^3/ul, SPO2 %, TTV= Suhu : 37,2◦C, Nadi : 80x/menit, RR
:22x/menit, TD : 150/90 mmHg
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen (D.0056 : Hal 128)
ditandai dengan Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya, Pasien tampak
lemah, tampak berbaring ditempat tidur saja, Aktivitas dibantu oleh anaknya, TTV=
Suhu : 37,2◦C, Nadi : 80x/menit, RR:22x/menit, TD : 150/90 mmHg
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.A


Ruang Rawat : Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Bersihan Jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
berhubungan dengan peningkatan selama 1x4 jam maka diharapkan Observasi
sputum kemampuan membersihkan secret atau 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
obstruksi jalan napas untuk 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
mempertahankan jalan napas tetap paten weezing, ronkhi kering)
meningkat (L.01001). 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Dengan kriteria hasil :
Terapeutik
1. Batuk efektif
1. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
2. Produksi sputum menurun
2. Berikan minum hangat
3. ronchi menurun
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Dispnea menurun
4. Berikan oksigen
5. Gelisah menurun
6. Frekuensi napas membaik Edukasi

7. Pola napas membaik 1. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan hambatan selama 1x4 jam maka diharapkan Observasi
upaya napas inspirasi/ekspirasi yang memberikan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
ventilasi adekuat membaik (L.01004) 2. Monitor pola napas
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor kemampuan batuk efektif
1. Tekanan ekspirasi meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum
2. Tekanan inspirasi meningkat 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Dispnea menurun 6. Auskultasi bunyi napas
4. Penggunaan otot bantu pernapasan 7. Monitor saturasi oksigen
menurun 8. Monitor hasil x-ray toraks
5. Frekuensi napas membaik Terapeutik
6. Kedalaman napas membaik 1. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (I.01026)
dengan ketidakseimbangan antara selama 1x4 jam maka diharapkan respon Observasi
suplai dan kebutuhan oksigen fisiologis terhadap aktivitas yang 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
membutuhkan tenaga meningkat (L.05047). 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor efektifitas terapi oksigen
1. Frekuensi nadi meningkat 4. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
2. Saturasi oksigen meningkat Terapeutik
3. Keluhan lelah menurun 1. Berikan oksigen tambahan
4. Dispnea saat aktivitas menurun 2. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
5. Dispnea setelah aktivitas menurun 3. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat
6. Perasaan lemah menurun mobilisasi pasien
7. Frekuensi napas membaik Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat
Selasa, 19 April 2022 1. Memonitor pola napas S:
Pukul 11:00 WIB 2. Memonitor bunyi napas - Pasien mengatakan masih batuk
tambahan O:
3. Memonitor sputum - Pasien tampak sesak
4. Memposisikan semi-Fowler - Saat diauskultasi terdengar suara napas
5. Memberikan minum hangat tambahan ronchi
6. Memberikan oksigen - Sputum tampak masih belum berkurang
7. Mengajarkan teknik batuk dengan warna kuning
efektif - Pasien tampak lebih nyaman berbaring dengan
8. Berkolaborasi dalam pemberian posisi semi fowler
terapi - Keluarga pasien tampak memberikan minuman
hangat untuk mengencerkan dahak agar dahak
mudah dikeluarkan
- Terpasang O2 Nasal kanul 4 lpm
- Pasien sudah mengetahui cara batuk efektif
setelah diberi tahu perawat
- Terdapat pemberian terapi
Inj. Lansoprazole
Inj. Moxiforxacin
Inj. Antrain
Po Paracetamol
Inj MP
Inf Nacl 0,9 %
- TTV
Suhu : 36,6◦C
Nadi : 83x/menit
RR :22x/menit
TD : 90/60 mmHg
SPO2 : 85%
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi 1, 8 dilanjutkan
Selasa, 19 April 2022 1. Memonitor frekuensi, irama, S:
Pukul 11:30 WIB kedalaman, dan upaya napas - Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Memonitor pola napas O:
3. Memonitor kemampuan batuk - Frekuensi, irama, dan upaya napas kembali
efektif
4. Memonitor adanya produksi membaik
sputum - Pasien dapat melalukan batuk efektif
5. Memonitor adanya sumbatan - Masih ada sumbatan jalan napas berupa
jalan napas sputum tetapi sudah mulai berkurang
6. Mengauskultasi bunyi napas - Saat diauskultasi terdengar suara napas
7. Memonitor saturasi oksigen tambahan berupa ronchi
8. Memonitor hasil x-ray toraks - SPO2 98%
- Thorax SDVes +/+
- TTV
Suhu : 36,5◦C
Nadi : 80x/menit
RR :19x/menit
TD : 130/80 mmHg
SPO2 : 98%
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi 1,2,4,6,7 dilanjutkan

Selasa, 19 April 2022 1. Monitor posisi alat terapi S:


Pukul 12:00 WIB oksigen - Pasien mengatakan Lemas sedikit berkurang
2. Memonitor efektifitas terapi O:
oksigen - Alat terapi berada di sebelah kiri pasien
3. Gunakan perangkat oksigen - Terapi oksigen sangat efektif untuk membantu
yang sesuai dengat tingkat pemenuhan O2 dalam tubuh pasien sehingga
mobilisasi pasien sesak berkurang dan lemas pasien pun
4. Kolaborasi penentuan dosis berkurang
oksigen - Pasien mengggunakan O2 nasal kanul 4 tpm
- TTV
Suhu : 36,5◦C
Nadi : 80x/menit
RR :19x/menit
TD : 130/90 mmHg
SPO2 : 98%
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi 3 dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada Tn.A dengan Pneumonia di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
Pada pengkajian klien dengan Sesak napas, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal, riwayat
kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola kehidupan sehari-
hari klien. Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat
mengenai kondisi klien yang ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/
keadaan yang mendesak untuk diselesaikan/diatasi yang mungkin dapat
membahayakan klien. Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam
implemntasi secara ideal, tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas
ruangan. Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena
keterbatasan dalam waktu. Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan
keperawatan yang diberikan pada Tn.A jika melibatkan peran klien, keluarga dan
tim kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada Tn.A dengan penyakit Pneumonia dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi.
3.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi
klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta
dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan .
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan. 2016. Pneumonia: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor


Risiko Penularan. Profil Kesehatan Kota Samarinda : Kalimantan Timur.
Rahayu, Y., dkk. 2017. Analisa Partisipasi Kader Jumantik Dalam Upaya
Penanggulangan Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya.
Puskesmas Cempaka : Lampung Utara.
Soedarto. (2012). Pneumonia. Jakarta : Sagung Seto.
Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.
Yuliastati ,dkk. 2016. Modul bahan ajar : Keperawatan anak. Jakarta selatan.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
keperawatan. Jakarta: salemba Medika.
World Health Organization (WHO). 2015. Pneumonia. Http://www.who.int/
csr/disease/bacteria/impact/en/. diakses 25 November 2018.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

Lisnawatie
NIM: 2019.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022


LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP : LATIHAN BATUK EFEKTIF

A. Topik
Pendidikan
B. Sasaran
Pasien
C. Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu
memahami dan mampu menjelaskan tentang Latihan Batuk Efektif
Tujuan Instruksi Khusus
1. Menjelaskan pengertian Batuk Efektif.
2. Menjelaskan Tujuan Batuk Efektif.
3. Menyebutkan Indikasi Batuk Efektif
4. Menyebutkan Kontra Indikasi Batuk Efektif
5. Menyebutkan Alat dan Bahan Batuk Efektif
6. Menjelaskan bagaimana Teknik Batuk Efektif
D. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
E. Media
Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Latihan Batuk Efektif
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Senin, 14 Maret 2022
2. Pukul : 11.30-12.00 s/d
3. Alokasi : 20 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
.
1. Pendahuluan: 5 menit - Menjawab salam
- Memberi salam dan
- Mendengarkan
memperkenalkan diri
- Menjawab pertanyaan
- Menjelaskan maksud dan
tujuan penyuluhan
- Melakukan evaluasi vadilasi
2. Penyajian: 7 menit - Mendengarkan
dengan seksama
- Menjelaskan pengertian
- Mengajukan
Batuk Efektif.
pertanyaan
- Menjelaskan Tujuan Batuk
Efektif.
- Menyebutkan Indikasi Batuk
Efektif
- Menyebutkan Kontra
Indikasi Batuk Efektif
- Menyebutkan Alat dan
Bahan Batuk Efektif
- Menjelaskan bagaimana
Teknik Batuk Efektif

3. Evaluasi: 5 menit - Menjawab


- Mendemonstrasi
- Memberikan pertanyaan
akhir dan evaluasi
4. Terminasi : 5 menit - Mendengarkan
- Menjawab salam
- menyimpulkan bersama-
sama hasil kegiatan
penyuluhan
- menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarga ada di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
ruang 6 Gardenia
2) Penyelenggaraan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, ruang 6
Gardenia
2. Evaluasi Proses
1) Pasien antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Latihan Batuk
Efektif”
2) Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar tentang
materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang
“Pengertian Batuk Efektif ”.
2. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang “Tujuan
Batuk Efektif.
3. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang “Indikasi
Batuk Efektif”.
4. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang “Kontra
Indikasi Batuk Efektif”
5. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang “Alat dan
bahan Batuk Efektif”
6. Pasien dan keluaga sudah mengerti dan memahami tentang “Teknik
Batuk Efektif”
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Batuk merupakan gerakan reflex yang bersifat reaktif terhadap masuknya
benda asing dalam saluran pernafasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh
sebagai mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru-paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi
untuk menghilangkan lender yang menyumbat saluran pernafasn akibat sejumlah
penyakit. Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun
dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya
benda asing dalam saluran pernafasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan
yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif, maka
berbagai penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernafasan dapat
dihilangkan.

B. Tujuan Batuk Efektif

a. Mengurangi nyeri luka operasi saat batuk


b. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
c. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium
d. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
e. Meningkatkan distribusi ventilasi.
f. Meningkatkan volume paru
g. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

C. Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti :COPD/PPOK, Pneumonia, Emphysema,
Fibrosis, Asma, chestinfection, pasien bedrest atau post operasi

D. Kontraindikasi
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark
miokardakut infark dan aritmia.
d. Edema paru
e. Efusi pleura yang luas
E. Alat Dan Bahan
a. Tissue/sapu tangan
b. Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen, air bayclin,
air lisol) atau pasir.
c. Gelas berisi air hangat

F. Teknik Batuk Efektif

a. Tarik nafas dalam 4-5 kali


b. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
c. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat
danspontan
d. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf..”
e. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. (2011). Buku ajar keperawtan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Perry & Potter. Funamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Kowalak , J. (2012). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.

Rab, T. (2016).Ilmu penyakit paru. Jakarta: TIM.

Tamsuri, A. (2018). Asuhan keperawatan klien gangguan pernafasan. Jakarta:


EGC
Apa Yang dimaksud Dengan Apa Tujuan Latihan Batuk
Batuk Efektif? Efektif?
a. Mengurangi nyeri luka operasi saat batuk
b. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi
LATIHAN BATUK EFEKTIF
sekret
c. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan
diagnostik laboratorium
d. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi
secret
e. Meningkatkan distribusi ventilasi.
f. Meningkatkan volume paru
g. Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Oleh: Batuk efektif merupakan batuk yang
LISNAWATIE dilakukan dengan sengaja. Namun
NIM: 2019.C.11a1015 dibandingkan dengan batuk biasa yang
Kelompok 3, Tingkat 3A bersifat refleks tubuh terhadap masuknya
benda asing dalam saluran pernafasan,
batuk efektif dilakukan melalui gerakan
yang terencana atau dilatihkan terlebih
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU dahulu
KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
INDIKASI

COPD/PPOK, Pneumonia,
TEKNIK
Emphysema, Fibrosis, Asma, BATUK EFEKTIF
chestinfection, pasien bedrest atau
ALAT DAN BAHAN
a. Tarik nafas dalam 4-5 kali
post operasi Tissue b. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas
ditahan selama 1-2 detik
c. Angkat bahu dan dada dilonggarkan
serta batukkan dengan kuat danspontan
d. Keluarkan dahak dengan bunyi
“hoek..hoek..hoek”
KONTRA INDIKASI
e. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
Wadah tertutup berisi cairan desinfektan
a. Tension pneumotoraks SEMOGA BERMANFAAT
b. Hemoptisi
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
seperti hipotensi, hipertensi, infark
miokardakut infark dan aritmia.
d. Edema paru
Air
e. Efusi pleura yang luas hangat

Anda mungkin juga menyukai