HALUSINASI
A. Pengertian
b. Stress lingkungan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan\
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata
4. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak
5. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
F. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut
Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang
lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
1. Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
2. Data objektif :
a.
b. Mondar-mandir
c.
d. Tangan mengepal
e.
f.
Mata merah
G. Penatalaksanaan
ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien
agar
ada
kesatuan
pendapat
dan
kesinambungan
dalam
proses
I.
Asuhan Keperawatan
1. Identitas klien
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
No
Data Subyekstif
1.
2.
Klien mengungkapkan
takut.
Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam
dan
membuatnya takut.
3.
Data Obyektif
K. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah
1. Gangguan sensori perceptual : Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
L. Intervensi
Tujuan
Pasien mampu :
Kriteria Evaluasi
Setelah ....x pertemuan SP 1
menyebutkan :
Isi,
- Mengontrol
program
Intervensi
waktu,
situasi
halusinasinya
frekuensi,
pencetus,
pencetus, perasaan)
Latih
perasaan
Mampu
(Isi,
memperagakan
mengontrol
halusinasinya
dengan
cara
menghardik.
halusinasi
Tahapan
tindakannya
meliputi :
-
Jelaskan
cara
menghardik
halusinasinya
- Peragakan
cara
menghardik
- Minta
pasien
memperagakan
ulang
Pantau peberapan cara ini
beri penguatan perilaku
pasien
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah ...x pertemuan, SP 2
pasien mampu :
Menyebutkan
lalu (SP 1)
- Latih berbicara dengan
Memperagakan
cara
bercakap-cakap dengan
orang lain
orang
lain
saat
halusinasi muncul
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
agar
halusinasitidak muncul.
kegiatan
Tahapannya :
Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur
untuk
mengatasi
halusinasi
Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien
Latih
pasien
melakukan aktivitas
Susun
aktivitas
sesuai
jadwal
sehari-hari
dengan
Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan,
berikan
penguatan
terhdap
perilaku
manfaat
lalu (SP 1, 2, 3)
- Tanyakan
pengobatan
program - Jelaskan
pengobatan
program
pentingnya
sesuai
program
- Jelaskan akibat putus obat
- Jelaskan
cara
mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan pengobatan (5B)
- Latih pasien minum obat
- Masukan dalam jadwal
harian pasien
Keluarga mampu :
- Merawat
pasien
Setelah...x
di keluarga
pendukung halusinasi
pertemuan SP 1
mampu - Identifikasi
tentang
masalah
tentang
halusinasi :
Pengertian hakusinas
Jenis
halusinasi
dalam pasien
komunikasi,
Sumber
sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa di jangkau
- Rencana
tindak
keluarga,
lanjut
jadwal
- Evaluasi
kegiatan
cara
merawat pasien
kemampuan
keluarga (SP 1)
- Latih keluarga merawat
pasien
- RTL
keluarga/jadwal
- Evaluasi
kegiatan
cara
keluarga (SP 2)
- Latih keluarga merawat
pasien
kemampuan
keluarga/jadwal
Setelah
...x
pertemuan SP 4
keluarga mampu :
Menyebutkan
- Evaluasi
kegiatan
keluarga
- Evaluasi
Melaksanakan follow up
rujukan
kemampuan
kemampuan
pasien
- RTL keluarga :
Follow up
Rujukan
Daftar Pustaka
Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama
Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart,
G.W &
Sundeen,
S.J.
Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.
2007. Buku
LAPORAN PENDAHULUAN
Saku
Keperawatan
PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Marah/Amuk
Keterangan :
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai kepuasaan saat marah dan tidak
menemukan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tertapi masih terkontol.
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol
C. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Budaya yang pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan
adalah hal yang wajar
d. Bioneurologis
ekonomi.
seorang
ibu
dalam
merawat
anaknya
dan
D. Manifestasi Klinis
a.
Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e.
2. Verbal
a.
Bicara kasar
Suara keras
3. Perilaku
a.
d. Merusak lingkungan
e.
Amuk/agresif
4. Emosi
a.
Tidak adekuat
d. Tidak berdaya
e.
Bermusuhan
5. Intelektual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a.
: Phenotizin
: Amitriptyline
c.
: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a.
Terapi keluarga
Terapi kelompok
Terapi music
G. Pohon Masalah
Resiko
Resikotinggi
tinggimencederai
mencederaidiri,
diri,orang
oranglain,
lain,dan
danlingkungan
lingkungan
Perilaku Kekerasan
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi
Berduka disfungsional
Intervensi
Tujuan
Pasien mampu :
Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan
Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara :
Fisik
Sosial / verbal
Spiritual
Terapi psikofarmaka (patah obat)
Keluarga mampu :
Merawat pasien di rumah
Kriteria Evaluasi
Setelah
Intervensi
.x SP I
pertemuan,
mampu :
perilaku kekerasan
gejala
akibat
perilaku
kekerasan
- Memperagakan
fisik
cara
untuk
mengontrol
perilaku
kekerasan
Setelah .x pertemuan, SP 2
pasien mampu :
- Menyebutkan
cara
Setelah .x pertemuan, SP 4
pasien mampu :
- Menyebutkan
cara
- Memperagakan
spiritual
Berdoa
Sholat
Setelah .x pertemuan SP 5
pasien mampu :
- Menyebutkan
cara
- Memperagakan
patuh obat
Setelah .x pertemuan SP 1
keluarga mampu:
- Menjelaskan penyebab,
tanda
dan
merawat pasien
cara
merawat.
Penyebab
Akibat
Cara merawat
Latih 2 cara merawat
RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien
Setelah .x pertemuan SP 2
keluarga mampu:
- menyebutkan
- Evaluasi SP 1
pasien
Setelah .x pertemuan SP 3
keluarga mampu :
- Menyebutkan
- Evaluasi SP 1 dan 2
pasien
Follow Up
Rujukan
dilakukan
Daftar Pustaka
Aziz R, dkk,2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan),
Widya Medika, Jakarta
Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Ibu
dengan
kecemasan
tinggi
akan
mengkomunikasikan
10. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
D. Akibat
No
Masalah Keperawatan
tidak berhubungan
dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran
tanpa ada stimulus yang nyata
ingin
memukul/
melempar
barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien
bersikap
seperti
mendengar/
melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
2.
Data Subjektif :
- Sukar didapat jika klien menolak
komunikasi. Terkadang hanya berupa
jawaban singkat ya atau tidak.
Data Objektif :
- Klien terlihat apatis, ekspresi sedih,
afek tumpul, menyendiri, berdiam
diri di kamar dan banyak diam.
3.
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik
diri
mengungkapkan
sendiri,
perasaan
malu
tampak
bingung
lebih
bila
suka
disuruh
sendiri,
memilih
G. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
H. Intervensi
Tujuan
Pasien mampu :
Menyadari penyebab isolasi sosial
Berinteraksi dengan orang lain
Keluarga mampu :
Merawat pasien isolasi sosial di rumah
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah .x pertemuan SP I
klien mampu:
- Membina
- Identifikasi penyebab
hubungan
saling percaya
- Menyadari
penyebab
isolasi
sosial, - Tanyakan
keuntungan
dan
pasien
tentang
kebiasaan
secara bertahap
lain
kesempatan
pasien
mempraktekkan
cara
pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan,
mengungkapkan
keberhasilan
atau
menjelaskan tentang :
merawat pasien
- Latih (simulasi)
pasien
membantu
pasien SP 2
mengatasi
isolasi - Evaluasi SP 1
sosialnya
- Pengobatan
berkelanjutan
dan
rujukan
fasilitas
yang
pasien
pasien
SP 3
tersedia
SP 4
Follow Up
Rujukan
Daftar Pustaka
Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Psikososial dengan gangguan jiwa
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, GW. 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A.
Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit
peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan
akemat 2007).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis.
B.
Penyebab
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
dukungan
dan
latihan
kemampuan
perawatan
diri
motivasi,
kerusakan
kognisi
atau
perceptual,
cemas,
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
C.
Manifestasi Klinis
1. Fisik:
2. Psikologis
3. Social
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
D.
Akibat
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti
pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi
sosial dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan
perawatan terhadap tubuhnya.
E.
Pohon Masalah
F.
Masalah Keperawatan
Defisit perawatan diri
DS :
Menyatakan malas mandi, tidak tahu
cara makan yang baik, tidak tahu
cara dandan, dan tidak tahu cara
eliminasi yang baik
DO :
Badan kotor, dandan tidak rapih,
makan
berantakan,
BAB/BAK
sembarangan.
Data minor :
DS :
Merasa tidak berguna, merasa tidak
perlu merubah penampilan, merasa
tidak ada yang peduli
DO :
Tidak tersedia alat kebersihan, tidak
tersedia alat makan, tidak tersedia
alat toileting
2.
DS :
Klien hidup tak bermakna, tidak
memiliki kelebihan apapun, merasa
jelek.
DO :
Kontak
berinisiatif
mata
kurang,
berinteraksi
tidak
denbgan
orang lain.
- Data minor
DS :
Klien mengatakan malas, putus as,
ingin mati.
DO :
Klien malas-malasan, produktivitas
menurun
3.
DS :
Klien
mengatakan
malas
DO :
Menyendiri, mengurung diri, tidak
mau bercakap-cakap dengan orang
lain.
- Data minor
DS :
Curiga
dengan
mendengar
orang
lain,
suara/melihat
G. Diagnose Keperawatan
1. Deficit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial : MD
3. Gangguan konsep diri : HDR
H.
Intervensi
Tujuan
Pasien mampu :
-
Keluarga mampu :
-
Kriteria Evaluasi
Setelah
...x SP 1
pertemuan,
mampu:
Intervensi
menjelaskan
pentingnya :
BAB / BAK
- Jelaskan pentingnya kebersihan diri
Kebersihan diri
Berdandan
Makan
BAB / BAK
- mampu
SP 2
- Evaluasi SP 1
SP 3
- Evaluasi kegiatan SP 1 dan SP 2
- Jelaskan cara dan alat makan yang benar
- Jelaskan cara mempersiapkan makan
- Jelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang
baik
- Latih kegiatan makan
- Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan pasien yang lalu (SP1, 2, dan
3)
- Latih cara BAB dan BAK yang baik
- Menjelsakan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelskan
cara
membersihkan
diri
setelah
BAB/BAK
Setelah
...x SP 1
pertemuan,
mampu
melatih
keluarga -
meneruskan
pasien
dengan
masalah
dan
mendukung
agar -
kemampuan
pasien -
dalam
pasien
perawatan
dirinya meningkat
kebersihan
diri,
SP 2
- Evaluasi SP 1
- Latih
keluarga
merawat
langsung
ke
pasien,
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A.
Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart, 2005)
Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005)
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Yoeddhas,
2010)
B.
Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam
stuktural sosial.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian
d. Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk,
penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan
tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan
C.
Manifestasi Klinis
Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :
1
Rasa bersalah
Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
E.
Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Berduka disfungsional
F.
Masalah Keperawatan
apapun,
merasa jelek
DO :
Kontak
mata
kurang,
tidak
DS :
Klien mengatakan malas, putus asa,
ingin mati
DO :
Klien malas-malasan, Produktivitas
menurun
2.
Klien
mengatakan
malas
DO :
Menyendiri , mengurung diri, tidak
mau bercakap-cakap dengan orang
lain
- Data Minor
DS :
Curiga
dengan
orang
lain,
DO :
Mematung,
mondar-mandir
tanpa
3.
Berduka disfungsional
- Data Mayor
DS
DO :
Mengungkapkan sedih karena tidak
naik kelas/ kehilangan seseorang
- Data Minor
DS
DO
bicara
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : HDR
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Berduka disfungsional
H. Intervensi
Tujuan
Pasien mampu :
-
Keluarga mampu :
-
Merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif
Kriteria Evaluasi
bagi pasien
Intervensi
Setelah
.x SP I
pertemuan
mampu:
- Mengidentifikasi
kemampuan
- Memilih kegiatan sesuai - Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
kemampuan
- Melakukan
pasien
penguatan
menyebutkannya
terhadap
dan
kemampuan
memberi
diri
yang
diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
- Pilih kemampuan yang akan dilatih
- Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri.
- Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga
- Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
- Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien
- Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan seharihari pasien
- Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
- Bersama
pasien
dan
keluarga
memperagakan
bahwa
keluarga
mendukung
setiap
.x SP 1
keluarga - Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat
mampu :
pasien
- Mengidentifikasi
kemampuan
dimiliki pasien
- Menyediakan
untuk
merawat pasien
melakukan kegiatan
- Mendorong
melakukan kegiatan
- Memuji
pasien
pasien
dapat
jadwal
merawat pasien
SP 3
pasien
- Membantu
melakukan kegiatan
- Membantu
SP 2
pasien
Follow Up
Rujukan
- Membantu
perkembangan pasien
Daftar Pustaka
Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta
: Salemba Medika
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal. (Stuart dan sundeen, 2004)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan. (Harold K, 2004)
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks
limbic.
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamat.
d. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
e. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik abnormal
c. Adanya gejala pemicu
C. Klasifikasi Waham
1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan
secra berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
3. Waham Somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan
4. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan
5. Waham Sisip Fikir
Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan
kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
kenyataan
6. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
7. Waham Siar Fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan
walaupun dia tidak menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan
secara berulang dan tidak sesuai kenyataan.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Azis (2003), tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan
waham, yaitu:
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung
E. Akibat
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
F. Pohon Masalah
Masalah Keperawatan
lain
dan
mengacak
ngacak
lingkungan
DO :
Klien mengamuk, merusak, dan melempar
barang, melakukan tindakan kekerasan
kepada orang disekitarnya.
2.
Klien
mengungkapkan
sesuatu
yang
tetap
tidak
sesuai
dengan
DO :
Klien tampak tidak memiliki orang lain,
curiga,
bermusuhan,
merusak,
takut,
3.
H. Diagnose Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubunganb dengan
perubahan proses pikir : waham
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
I. Intervensi
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Paien mampu :
In
kebutuhannya
- Id
- Bi
lingkungan
- La
- M
Setelah ...x pertemuan, pasien mampu :
SP
menyebuitkan
serta
memilik -
SP
- Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memilih kemampuan lain yang dimiliki
Keluarga mampu :
Setelah
pasien
untuk
...x
pertemuan
keluarga
mampu SP
kebutuhannya
- Mempertahankan
- Je
program
pengobatan
- Je
- La
- RT
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu :
SP
- Ev
- La
- R
Setelah
...x
pertemuan
keluarga
mampu SP
-Ev
-RT
Daftar Pustaka
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk
mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyaratisyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,
luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny., dkk.
(2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa ).
B. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif
diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan
afektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan
risiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh
diri merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang
melakukan tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko
bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam
otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat
dengan EEG.
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh
dalam bunuh diri, anatara lain:
a. Faktor mood dan biokimia otak.
b. Faktor riwayat gangguan mental.
c. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
d. Faktor isolasi sosial dan human relations.
e. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
f. Faktor religiusitas.
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang
memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
D. Akibat
Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri
adalah mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada
diri sendiri.
E. Pohon Masalah
Bunuh diri
(Fitria, 2009)
rasa
bersalah
dan
keputusasaan
- Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga
- Berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang dosis obat yang mematikan
- Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
- Mengungkapkan
telah
menjadi
korban
riwayat
penyakit
mental
(depresi,
G. Diagnosa Keperawatan
H. Intervensi
Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat
Keluarga mampu :
-
Kriteria Evaluasi
Setelah
Intervensi
.....x SP 1
pertemuan
pasien - Identifikasi
mampu :
benda
benda
yang
dapat
membahayakan pasien
- Mengidentifikasi
pasien
dapat
membahayakan
pasien
- Mengendalikan
SP 2
pertemuan,
mampu :
- Mengidentifikasi
aspek
positif
dan
mampu menghargai SP 3
diri sebagai individu - Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
yang berharga
pola
pasien
realistis
- Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
merawat pasien
gejala
serta
jenis
....x SP 2
keluarga - Latih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
mampu:
melakukan
SP 3
- Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
langsung cara merawat
pasien
KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OLEH :
ANDI JUMAENA
NIM : P.1504199
KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OLEH :
Retno Eko Sayekti Arief Saputri
NIM : P.1504212