Di susun Oleh
Kelompok 6
Dosen Pengajar :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa menurut undang undang nomer 3 tahun 1966 merupakan suatu
kondisi yang memungkinan perkembangan fisik, intelektual, emosiaonal yang optimal
dari seseorang, dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain
(Suliswati et al. 2005)
Definisi kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, kondisi diri yang positif, serta kestabilan emosional. (Johnson
dalam Direja, 2011).
Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat yang bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
memiiki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Widyawati, 2012).
Prevelansi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk
terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data
tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu
meningkat, (Hidayati, 2011)
Salah satu masalah keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah isolasi sosial atau menarik diri. Isolasi sosial menarik diri
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan atau bahkan tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya ( Keliat, et al 2009). Menurut Nanda
(2005) isolasi sosial merupakan pengalaman kesendirian secara individu yang
dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam.
Terapi dalam gangguan jiwa meliputi pengobatan dengan farmakoterapi, serta
pemberian psikoterapi sesuai gejala dan penyakit yang akan mendukung
penyembuhan pasien jiwa. Farmakoterapi merupakan pemberian terapi menggunakan
obat. Terapi obat yang digunakan pada pasien gangguang jiwa yang disebut dengan
psikofarmakoterapi memiliki efek langsung pada proses mental penderita karena
kerjanyan berpengaruh pada sistem saraf pusat, misalnya antipsikosis yang digunakan
untuk mengatasi pikiran kacau, meredakan halusinasi (Kusumawati, 2010) tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi isolasi sosial yaitu
mengidentifikasi penyebab menarik diri, mendiskusikan bersama pasien keuntungan
dengan orang lain dan kerugian menarik diri, membantu pasien berhubungan dengan
orang lain secara bertahap dan membantu mengungkapkan perasaan pasien setelah
berkenalan dengan orang lain (Damaiyanti, 2010).
Masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri jika tidak dilakukan intervensi
lebih lanjut maka akan meyebabkan perubahan persepsi sensori halusinasi dan resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan, selain itu perilaku
tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akan
berpengaruh terhadap menurunnya kemampuan perawatan diri (Fitria, 2009)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan isolasi sosial dan
membandingkan asuhan keperawatan isolasi sosial dan membandingkan asuhan
keperawtan isolasi sosial secara teori dan kenyataan.
2. Tujuan Khusus
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan baik secara teori maupun
pada pasien dengan isolasi sosial.
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tn. A berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah defisit perawatan diri. Dari
hasil pengkajian klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap
mandi ganti baju, saat mandi kuku jarang digosok, Klien mengatakan kalau badan
terutama pergelangan kedua tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng) dan tidak
punya sandal. Klien tampak berbaju dan celana sesuai dan rapi, terlihat sela – sela jari
kedua tangan dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut berminyak, bau
asam (keringat) dan sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan sandal, Nafas klien
tidak bau, gosok gigi hanya 1 kali pada pagi hari.
Klien tidak membutuhkan bantuan dalam hal makan atau minum, klien bisa makan
atau minum sendiri dan tahu alat apa saja yang harus digunakan saat makan atau
minum. Begitu pun dalam hal BAB/BAK pasien melakukannya tanpa bantuan dan
klien tahu dimana harus BAB/BAK. Klien juga mampu untuk mandi sendiri tahu alat
apa yang digunakan saat mandi namun karena terbatasnya alat terkadang pasien tidak
keramas dan sikat gigi. Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa dan obat-
obatan yang berkaitan dengan dirinya.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri
a. Data subjektif: Klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap
mandi ganti baju, saat mandi kuku jarang digosok. Klien mengatakan kalau
badan terutama pergelangan kedua tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng)
dan tidak punya sandal.
b. Data objektif : Klien tampak berbaju dan celana sessuai dan rapi, terlihat sela –
sela jari kedua tangan dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut
berminyak, bau asam (keringat) dan sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan
sandal, Nafas klien tidak bau, gosok gigi hanya 1 kali pada pagi hari.
C. DIGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Proses Terjadinya Masalah
2.1.1 Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan aktifitas atau melengkapi aktifitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), Berpakaian/ Berhias, Makan
dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri mandi, berhias, makan, toileting (Nurjannah, 2004).
Kurang keperawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Wartonah, 2009).
2.1.3 Etiologi
Menurut Wartonah (2009) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kurasakan kognitif atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehinnga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diatebes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a. Dampak fisik : banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan menbran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial : masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai,kebutuhan harga diri, aktualsasi diri dan gangguan interaksi sosial
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada insiatif
b. Menarik diri. Isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri
a. Regresi
Kemunduran akibat sters terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c. Isolasi sosial, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan unutk memadukan nilai-nilai positif dan negatif
didalam diri sendiri
d. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yng tidak dapat merawat diri
sendiri:
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat siang pak Arthur?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Apakah tidurnya nyenyak? Bagaimana
latihannya ada dilakukan kemarin pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mencuci piring
yang enar ya pak setelah itu mengingatkan tentang jadwal harian bapak ya?”.
b. Tempat
“Kita berbincang-bincang dimana pak? Bagaimana jika diruangan tempat cuci
piring langsung ya pak?”
c. Waktu
“Bincang-bincang kita 20 menit saja pak, sekarang bisa pak?”
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk berbagi informasi/
pengetahuan tentang cuci piring yang benar supaya kita terlatih dan terbiasa akan
hal yang baik dan benar ya pak?”
II. Fase Kerja
“Apa-apa saja peralatan yang harus kita siapkan pak sebelum mencuci piring?”
“Iya benar sekali pak, ada sabun, sabut/sponnya, ember berisi air bersih atau selang
air, tempat sampah?”
“Benar sekali pak, hebat, iya sisa makan harus dibuagn dulu ke tempat sampah yang
sudah kita siapkan tadi ya pak?”
“Setelah itu dikasih air atau disiram dulu sedikit dengan air, sabun dan spon kita
siapkan dan barulah kemudian kita gosok piringnya, seperti ini ya pak? Ayo kita
sama-sama”
“Nah… sudah selesai baru kita bilas dengan air yang bersih ini ya pak? Iya betul
sekali pak?”
“Kemudian kita letakkan di keranjang ini untuk mengeringkannya, jika ada kain lap
boleh kita lap dulu baru disimpan dikeranjang ini ya pak?’
“Sekarang jangan lupa untuk cuci tangan setelah kita cuci piring dan membereskan
semua perlengkapan ini ke tempat semula ya pak, ayo?”
“Jangan lupa memasukkan kegiatan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak
ya?”
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
“Baiklah pak, bisakah diulangi lagi apa saja peralatan yang harus kita siapkan
jika hendak mencuci piring? Dan bagaimana tadi cara-caranya?”
2. Tindak Lanjut
“Untuk bincang-bincang kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan dapat
dipahami serta dilaksanakan pak Arthur?”
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
2.2.1 Pengakajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan eliminasi/ toileting ( buang air besar/
buang air kecil) secara mandiri. (Keliat B. , 2011)
Untuk mengetahui apakah pasien mengalamimasalah defisit perawatan diri, maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu :
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor,gigi kotor, kulit berdaki dan
berbau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/ berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien
perempuan tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan defekasi/ berkemih, secara mandiri, ditandai dengan defekasi/ berkemih
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/ berkemih.
(Keliat B. , 2011)
Petunjuk pengisian :
1. Beri tand (√) jika pasien dan keluarga mampu melakuka kemampuan dibawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian.
No Kemampaun Tanggal
A. Pasien
B. Keluarga
Nama :_________________
Ruangan : ______________
Nama perawat : __________
Petunjuk pengisian :
1. Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja.
2. Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.
A. Pasien
SP I p
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
3. Membantu pasien
mempraktikan cara
4. Menganjurkan pasien
Memasukkan kebersihan
diri dalamjadawal kegiatan
harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal
3. Membantu pasien
4. Menganjurkan pasien
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal
3. Membantu pasien
mempraktikan cara
eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan eliminasi
Nilai SP III p
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal
2. Menjelaskan cara
Berdandan
3. Membantu pasien
Mempraktikan cara
Berdandan
4. Menganjurkan pasien
memasukkan berdandan ke
dalam jadwal kegitan
harian
Nilai SP IV p
B. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejal defisit
perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang
dialamai pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien defisit
perawatan diri
Nilai SP I k
Nilai SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktikan cara
perawatan diri
2. Melatih keluarga
Nilai SP II k
Nilai SP III k
1. Membantu kelurga
2. Menjelaskan follow up
Pasien
Nilai SP III k
total nilai : SP p + SP k
Rata-rata
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
DEFISIT PERATAN DIRI PENGKAJIAN
Status mental :
1. Penampilan tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan ___________________________________________________________
Masalah keperawatan : _______________________________________________
Kebutuhan sehari-hari :
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
3. Defekasi/ berkemih
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/ berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan ___________________________________________________________
Masalah keperawatan ________________________________________________
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2 SP 3 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan akan berusaha melakukan dengan baik apa yang telah didiskusikan
bersama perawat, klien mengatakan jari-jari, siku, kaki sudah dikasih salep, makan
cuci tangan, sikat gigi biasanya hanya 1 x saja/hari, keramas jika ada shampo.
Tampak klien mampu melakukan diskusi dengan baik, mampu menyebut pentingnya
menjaga kebersihkan diri walau harus dibantu perawat dalam menyebut, menyebutkan
cara-cara menjaga kebersihan diri, cara makan yang benar namun tidak semua
tahu/benar, mampu mengulang apa yang telah disampaikan walau sedikit harus
dimotivasi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang latihan kebersihan diri : mandi,
kermas, gunting kuku, gosok gigi yang benar.
b. Mendiskusikan cara eliminasi BAK/BAB yang baik
c. Mencontohkan pada klien cara eliminasi yang baik
d. Menyarankan klien untuk memperagakan kembali cara eliminasi yang baik
e. Menyarankan klien untuk memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik sesuai janji kita kemarin ya pak? Sebelum
membicarakan itu kita evaluasi dulu jadwal latihan perawatan/kebersihan diri
yang benar setelah itu tetap harus memasukkan lagi setiap latihan ke dalam
jadwal bapak ya?”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Tujuan pertemuan kita kali ini yaitu ingin berbagai informasi tentang cara
eliminasi yang baik supaya bapak mengetahui cara-cara serta mampu
mencontohkan dan menerapkan langsung secara baik dan benar ya pak
Arthur?”
II. Fase Kerja
“Pak Arthur biasanya jika hendak BAB/BAK seperti apa? Coba sampaikan kepada
suster ?”
“Oh.. bagus sekali pak, tapi lebih manteb jika setelah BAB harus cuci tangan supaya
kuman-kumannya tidak lengket di tangan ya pak”
“Jika BAK biasanya selesai langsung pasang celana lagi apa disiram dulu pak>
selesai BAB biasanya cebok seperti apa pak?”
“Sudah bagus pak Arthur, namun saat mau cebok selesai BAB harus menggunakan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tersisa tinja dan air kencing ditubuh pak Arthur
ya?” cebok dari tempat yang bersih ke yang kotor ya pak” siram sampai tidak ada lagi
sisa tinja atau air kencing, dengan demikian bapak juga mencegah menyebarnya
kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/air kencing.
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
a. Topik
“Pak Arthur, besok pagi kita bincang-bincang tentang apa saja? Bagaimana jika
tentang berhias/berdandan?”, tentang cara berdandan/ berhias, mencontohkan cara berdandan
setelah itu masukkan latihan kegiatan ke jadwal hariannya ya?”
b. Tempat
“Mau bincang-bincang dimana pak? Bagaimana jika dibawah pohon kecil itu?”
c. Waktu
“Besok mau jam berapa pak kita berbincang-bincangnya?” bagaimana jika jam
10.00 wib saja?
\STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 3 SP 4 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan sudah latihan menjaga kebersihan diri di hari sabtu dan minggu dan
cara makan yang baik, klien mengatakan senang dapat melakukan kegiatan, klien
mengatakan cara BAB/BAK yang benar, mengatakan cara BAK yang benar, klien
mengatakan senang dapat informasi dan berdiskusi dengan perawat, gosok gigi 2 x,
makan cuci tangan, mandi, kermas tetapi tidak pakai shampo.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada pagi ini kita akan bincang-bincang tentang cara berdandan
yang baik ya… setelah itu jangan lupa memasukkan jadwal harian bapak ya?”.
b. Tempat
“Kita mau berbincang-bincang dimana pak Arthur? Bagaimana jika disini saja
?”
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah supaya bapak mengetahui cara
berdandan yang baik sehingga mampu menerapkan untuk sehari-harinya?.
“Selain yang bapak sebutkan tadi ada juga, yaitu berpenampilan harus rapi, sesuai,
cukuran, sisiran, kalau ada minyak rambut juga ya pak?”
“Sekarang suster contohin ya, baju, celana, sisiran, minyak ramut, jiak ada kumis dan
jenggot harus dicukur dulu ya pak, biar rapi, seperti ini?”
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
2. Tindak Lanjut
“Bincang-bincang kita hari ini menyenangkan dan dapat dipahami tidak pak
Arthur?”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Keliat, B. A., dkk. 2009. Model praktek Keperawatan Profesional : JIWA. Jakarta :
EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika