Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN DENGAN HALUSINASI


A.Konsep Dasar Halusinasi

• Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sensori persepsi;merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penciuman. (Sutejo, 2017)
B.Rentang Respon Neurobiologis

Menurut Azizah (2016)


1.Respon adaptif
• Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
• Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
• Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
• Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
• Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
2.Respon psikososial Respon psikososial meliputi

• Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang


menimbulkan gangguan.
• Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang
salah tentang penerapan yang benar - benar terjadi
(objek nyata) karena rangsangan panca indera.
• Emosi berlebihan atau berkurang.
• Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku
yang melebihi batas kewajaran.
• Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain.
3.Respon maladaptif Respon maladaptif

• Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh


dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
• Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
• Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
• Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
• Isolasi Sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
C.Jenis – Jenis Halusinasi

• Menurut (Prabowo, 2017)


• Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik)
• Halusinasi penglihatan (visual)
• Halusinasi penghidu (Olfaktori)
• Halusinasi peraba (Taktil, Kineastatik)
• Halusinasi pengecap (Gustatorik)
• Halusinasi sintestik
D.Fatofisiologi Halusinasi

• Etiologi Halusinasi Menurut Yosep (2016)


etiologi terdiri dari beberapa faktor antara
lain:
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
• Proses terjadinya Halusinasi Menurut Direja (2011)
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu
sebagai berikut :
Fase pertama Disebut juga dengan fase comforting
yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien
mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal
- hal yang menyenangkan. Perilaku klien : tersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal
yang lambat jika asyik dengan halusinasinya.
Fase kedua Disebut dengan fase condemming
atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan
dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun dan berfikir sendiri menjadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu
dan dia tetap dapat mengontrolnya.
• Fase ketiga Adalah fase controlling atau ansietas
berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik :
bisikan suara isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
biasa dan tidak berdaya. Perilaku klien : kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda - tanda fisik
berupa berkeringat, tremor dan tidak mampu
mematuhi perintah.
• Fase keempat Adalah fase conquering atau panik klien
lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik
berat. Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien
menjadi takut tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik,
potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau kakatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah komplek, dan tidak mampu berespon lebih
dari satu orang.
E.Penatalaksanaan

• Pengobatan harus secepat mungkin harus


diberikan, disini peran keluarga sangat penting
karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga
keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat
(Maramis, 2004 dalam Prabowo, 2017)
 Psikofarmakologis
 Terapi kejang listrik/ Electro compulsive
therapy (TCP) ECT
 Psikoterapi dan rehabilitasi Psikoterapi
suportif
ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
a. Pengumpulan data
b. Konsep Diri
c. Hubungan Sosial Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup
d. Spiritual Nilai dan keyakinan
 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai berikut :
• Gangguan persepsi sensori : halusinasi.
• Isolasi sosial .
• Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal).
 Perencanaan Menurut Damaiyanti, (2012) rencana
keperawatan yang dilakukan pada pasien halusinasi yaitu :

1.SP1P (Pasien) :
• Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
• Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
• Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
• Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
klien.
• Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien.
• Mengajarkan klien menghardik halusinasi klien.
• Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik ke dalam
kegiatan harian.
• 2. SP1K (Keluarga)
• Mendiskusikan masalah yang diraskan keluarga
dan merawat klien.
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami klien, tanda dan gejala halusinasi, serta
proses terjadinya halusinasi.
• Menjelaskan cara merawat klien dengan
halusinasi.
D.Pelaksanaan

1.Strategi Pelaksanaan Untuk Pasien :


 SP1P
• Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
• Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
• Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
• Mengidentifikasi situasi yang dapat nenimbulkan halusinasi klien
• Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien.
• Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
• Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam
kegiatan harian.
 SP2P
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
• Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan
orang lain.
• Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
 SP3P
• Mengevaluasai jadwal kegiatan harian klien
• Melatih klien mengendalikan halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.
• Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
 SP4P
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
• Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
• Strategi Pelaksanaan Untuk Keluarga:
2.Strategi Pelaksanaan Untuk Keluarga

A. SP1K
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien.
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami klien, tanda dan gejala halusinasi, serta
proses terjadinya halusinasi.
• Menjelaskan cara merawatklien dengan
halusinasi
B. SP2K
• Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien
dengan halusinasi.
• Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
pada klien halusinasi.
C.SP3K
• Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
dirumah termasuk minum obat (discharge planning).
• Menjelaskan follow up klien setelah pulang
E.Evaluasi Keperawatan

• S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan dapat diukur dengan menanyakan langsung
kepada klien.
• O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
klien pada saat tindakan dilakukan.
• A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau mucul masalah
baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada
• P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan
tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai