Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Pendengaran
Konsep Penyakit

Defenisi

• Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi


dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/
persepsi palsu (Maramis, 2005).
• Etiologi
• Menurut Mary Durant Thomas (2007), Halusinasi
dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan
penggunaan alkohol dan substansi lainnya
• Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak
diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu
masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
• Tanda Gejala

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

2. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.

3. Gerakan mata yang cepat.

4. Respon verbal yang lambat.

5. Menarik diri dari orang lain.

6. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

7. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.


Jenis jenis halusinasi

Jenis jenis halusinasi sebagai berikut :

• Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang

membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak

ada suara di sekitarnya.

• Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang

atau sesuatu yang tidak ada.

• Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien

yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau

kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.


• Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi
bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu
merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
• Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu
yang bersangkutan merasa ada seseorang yang
meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan
rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi
heptik.
Faktor presipitasi
1) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, bingung,
perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan yang nyata dan tidak nyata.
Menurut Rawlins dan Heacock (1993)
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual.
Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti


kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang sama.

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak


dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan
3) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan


halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan
5) Dimensi spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara spritual untuk menyucikan diri,
irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut
malam dan bangun sangat siang
Rentang Respons Neurobiologi
Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis Pikiran terkadang menyimpang Kelainan pikiran


 Persepsi akurat Persepsi akurat Halusinasi
 Emosi Konsisten Ilusi emosional dengan

pengalaman emosinal

berlebihan tidak mampu mengatur emosi


 Perilaku sosial Perilaku ganjil Ketidakteraturan
 Hubungan sosial Menarik diri Isolasi social
Keterangan :

1) Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh


norma-norma sosial budaya yang berlaku.
– Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
– Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

– Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang


timbul dari pengalaman ahli
– Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang
masih dalam batas kewajaran.
– Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi
denagn orang lain dan lingkungan.
2) Respon psikosial meliputi
– Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang
menimbulkan gangguan
– Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek
nyata) karena rangsangan panca indera
– Emosi berlebihan atau berkurang
– Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
3) Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif ini meliputi :

Kelainan pikiran

Halusinasi

Kerusakan proses emosi

Perilaku tidak terorganisir

Isolasi sosial
Patofisiologi

Stuart dan Sundeen (1998), mengemukakan dua teori tentang


halusinasi, yaitu :
– Teori biokimia

• Respon metabolik terhadap stress yang mengakibatkan


pelepasan zat halusinogen pada sistem limbik otak, atau
terganggunya keseimbangan neurotransmiter di otak.
-Teori psikoanalisa
• Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan
rangsangan dari luar yang di tekan yang kemungkinan
mengancam untuk timbul.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang sering terjadi saat halusinasi
diantaranya adalah:
Munculnya perilaku mencederai diri sendiri,orang
lain dan lingkungan yang diakibatkan dari persepsi
sensori palsu tanpa adanya stimulus eksternal .
• Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan
sensori persepsi halusinasi penglihatan dan
pendengaran,hambatan komunikasi yang berhubungan
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
pendengaran,perubahan nutrisi yang berhubungan
dengangangguan sensori persepsi halusinasi :
pengecapan dan penciuman
Pemeriksaan Penunjang
1. Head CT scan
2. Brain Evoked Response Audiometry
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

Menciptakan lingkungan yang terapeutik


Melaksanakan program terapi dokter
Menggali permasalahan pasien dan membantu
mengatasi masalah yang ada
Memberi aktivitas pada pasien
Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses
perawatan
Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Sensori Perseptual : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan koping Klien dan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai