Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN Ny.

R DENGAN HALUSINASI

DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

(Guna Memenuhi Tugas Individu Praktik Keperawatan Jiwa ll)

Disusun Oleh :

1. Antania Christi 1903014


2. Roqimayatun Novitasari 1903053
3. Sandra Yustiana Puspitasari 1903054

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG 2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat, 2014).

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien menurut (Oktiviani, 2020) :

1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai


2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata cepat
4) Menutup telinga
5) Respon verbal lambat atau diam.
3. Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :

1) Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembangan. Tugas perkembangan klien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b) Faktor sosiokultural.
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c) Biologis. Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogen neurokimia.Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d) Psikologis.
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya, klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.

e) Sosial Budaya.
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata

2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab
Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani, 2020) yaitu :

a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik


seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat- obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan
jarang berupaya secara sepiritual untuk
menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk
III. A. Pohon Masalah
Gangguan Presepsi Sensori

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Kondisi klien :
a. Keluarga mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar.
b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri.
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat setan-setan.

2. Gangguan sensori / persepsi : Halusinasi Pendengaran


S: - Klien mengatakan ada suara-suara bisikan yang mengganggu klien

O: - Klien sering berbicara dan tertawa sendiri

- Klien tiba – tiba marah


- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar.

V. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan pada keluarga (Husein,& Arifin,2011) adalah ;

1. Diskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam merawat pasien


2. Berikan penjelasan meliputi : pengertian halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.
3. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi :
menghardik, minum obat, bercakap - cakap, melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya halusinasi.
5. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan
6. Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow up
anggota keluarga dengan halusinasi.
Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnose gangguan persepsi sensori
halusinasi meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa terapi (Sulah, Pratiwi, &
Teguh. 2016) yaitu :
1. Bantu klien mengenal halusinasinya meliputio isi, waktu terjadi halusinasi, isi,
frekuensi, perasaan saat terjadi halusinasi respon klien terhadap halusinasi mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
2. meminum obat secara teratur.
3. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain,
4. Menyusun kegiatan terjadwal dan dengan aktifitas
VI. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata
sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien
sesuai dengan kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah semuanya tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan Strategi


Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada masalah
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, terdapat 2 jenis SP, yaitu SP Klien
dan SP Keluarga.

SP klien terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi


halusinasi “jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, perasaan dan respon halusinasi”,
mengajarkan cara menghardik, memasukan cara menghardik ke dalam jadwal; SP 2
(mengevaluasi SP 1, mengajarkan cara minum obat secara teratur, memasukan ke dalam
jadwal); SP 3 (mengevaluasi SP 1 dan SP 2, menganjurkan klien untuk mencari teman
bicara); SP 4 (mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3, melakukan kegiatan terjadwal).

SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mendiskusikan


masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien, menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala helusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya,
menjelaskan cara merawat pasien halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara
merawat pasien dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat (discharge planing), menjelaskan follow up pasien setelah pulang).
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klie
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Ny.N Dengan Masalah Utama Halusinasi
Pendengaran Diruang Irawan Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kunduran RT 07/02 Kab. Blora,Jawa Tengah,58255
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA / Sederajat
Pekerjaan : Swasta
Tanggal dirawat : 29 Januari 2022
Tanggal pengkajian : 17 Februari 2022
Ruang Rawat : Irawan
No. CM : 00095047
Diagnosa medis : Halusinasi.

2. Identitas Penangguang jawab


Nama : Tn.S
Umur : 50 thn
Alamat : Kunduran Rt 07?02 Kab,Blora jawa Tengah, 58255
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Hub.dengan pasien : Ayah
3. Faktor Presipitasi

Klien datang ke RSJ diantar keluarga (orang tau). Keluarga mengatakan pasien
kurang lebih 2 minggu ini pasien tampak kebingung, melantur, mondar – mandir, bisikan
sulit dinilai, makan dan minum harus diingatkan

4. Faktor Predisposisi
Menurut keluarga (orang tua ), sebelumnya pasien belum pernah beobat. keluarga
pasien mengatakan pasien kurang lebih 2 minggu ini pasien tampak kebingung, melantur,
mondar – mandir, bisikan sulit dinilai, makan dan minum harus diingatkan

Saat pengkajian klien merasa tetangga sering menjelek-jelekannya, sering mendengar


bisikan-bisikan.

Menurut keluarga didalam keluarga tidak ada angota keluarga yang mengalami
penyakit atau masalah yang sama dengan klien.

Adapun riwayat masa lalu yang tidak menyenangkan bagi klien adalah perceraian
dengan suami.

5. Pengkajian Fisik :
VITAL SIGN
TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,9ºC
Nadi : 22x/ menit RR : 20x/menit
BB : 45 Kg TB : 156 cm
Keluhan fisik yang dirasakan : tidak bisa tidur, sering mendengar sura-suara bisikan

6. Pengkajian Genogram.

Keterangan :

: pasien

: perempuan
: laki –laki

Pasien tinggal bersama dengan orang tua dan juga pasien memiliki 1 adik laki-laki

Sosialisasi
Klien selama dirumah selalu berdiam diri bahkan tidak mau bicara, sering
berbicara sendiri.
1) Pola Komunikasi
Selama dirumah klien jarang berkomunikasi dengan keluarga. Klien juga
tidak pernah berkomunikasi dengan tetangga dan rekan klien yang berada
dilingkungan rumah klien.
2) Pola Pengambil Keputusan
Saat klien mempunyai masalah biasanya diselesaikan dengan cara di
pendam sendiri , namun jika tidak menemukan solusinya klien biasanya
membicarakan kepada keluarga.

a. KONSEP DIRI
1. Citra diri
Klien menganggap tubuhnya sehat, klien mengatakan dulu merasa minder
dengan tubuh yang gemuk.
2. Identitas diri
Klien bernama N yang berumur 28 tahun tinggal di daerah Demak Klien
tinggal bersama adeknya Klien berjenis kelamin perempuan, dan klien
pernah bekerja di pabrik.
3. Peran diri
Sehari-hari klien dulu pernah bekerja di pabrik trus keluar karga klien
merasa seringa mendengar sura-suara bisikan, sering biacara sendiri. klien
sudah mandiri dan belum bisa ikut andil banyak dalam pemberian nafkah
dirinya sendiri
4. Ideal diri
Klien mengatakan dirinya ingin sembuh dan tidak ingin masuk RSJ lagi
agar bisa akrab dengan tetangga
5. Harga diri
Klien mengatakan malu jika berkumpul teman-teman di ruangan, klien
juga sering menarik diri saat diajak kumpul dengan teman.
b. HUBUNGAN SOSIAL
Orang terdekat klien adalah adek. Klien dekat dengan semua orang dan
keluarganya.
c. NILAI, KEYAKINAN , DAN SPIRITUAL
Klien dan keluarganya beragama islam, klien rajin melakukan ibadah dan
klien sering berdoa untuk kesembuhannya dan kebaikan keluarganya.
1. STATUS MENTAL
a. PENAMPILAN UMUM
Klien berpenampilan rapi, sesuai dalam penggunaan baju. Klien bersih pada
bagian mulut terutama gigi, klien memiliki badan yang cukup berisi, rambut
penjang diikiat
b. PEMBICARAAN
Klien bebicara normal dengan sesekali terbata-bata, banyak senyum dan mau
berbicara dengan siapapun. Pembicaraan jelas dan mudah dimengerti.
c. AKTIVITAS MOTORIK
Klien kooperatif, tidak bingung dan tidak gelisah.
d. ALAM PERASAAN
Klien cukup tenang dalam menceritakan masalahnya dan menerima
keadaannya saat ini.
e. AFEK
Hasil observasi didapatkan klien sering menarik diri dari teman-teman dan
pendiam saat di ruangan.
f. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA
Saat wawancara klien kooperatif, klien masih sedikit bingung dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan.
g. PERSEPSI
Klien tidak ada gangguan persepsi sensori
h. PROSES PIKIR
Pasien berbicara dengan baik
i. ISI PIKIR
Wajar, karna pasien bisa menjawab pertanyaan dengan baik
j. TINGKAT KESADARAN DAN ORIENTASI
Klien tampak bingung dan kurang terfokus
k. MEMORI
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan pendek
sehingga klien tidak lupa akan semua yang telah terjadi bahkan yang baru saja
terjadi.
l. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG
Klien kurang berkonsentrasi sehingga terkadang meminta agar pertanyaan
diulang tidak mampu menjelaskan kembali, Mampu untuk berhitung.
m. KEMAMPUAN PENILAIAN
Tidak ada gangguan dalam menilai suatu masalah
n. DAYA TILIK DIRI
Klien mengakui penyakit yang diderita. Klien mengetahui bahwa sekarang dia
berada dalam RSJ untuk perawatan dan pengobatan dirinya yang sedang
mengalami gangguan jiwa.
2. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
a. MAKAN
Pola makan selama dirawat 3x sehari, porsi sedang dan makanan selalu habis.
Tidak pernah memisahkan diri pada saat makan, makan dapat dilakukan
secara mandiri, nafsu makan stabil, BB saat ini 45 Kg. Klien puas dengan
makanan yang diberikan Rumah Sakit.
b. BAB / BAK
Klien dapat BAB dan BAK dikamar mandi pasien secara mandiri.
c. MANDI
Pasien mandi 2x sehari secara mandiri
d. BERPAKAIAN
Cara berpakaian pasien cukup rapi dan bisa menjaga kebersihan.
e. ISTIRAHAT dan TIDUR
Klien memiliki kebiasaan tidur siang lamanya jam 13.00- 14.00 WIB, dan
tidur malam jam 20.00 – 05.00 WIB, tidak ada masalah saat tidur, dan setelah
bangun tidur badan terasa segar.
f. PENGGUNAAN OBAT
Klien selama dirawat rajin minum obat.
g. PEMELIHARAAN KESEHATAN
Sebelum sakit klien tidak pernah periksa kepada tenaga pelayanan kesehatan.
h. AKTIVITAS DI DALAM RUMAH TANGGA
Selama dirumah klien berdiam diri, sering mengurung diri dikamar dan
menjauhi keramaian.
3. MEKANISME KOPING
Saat klien mempunyai masalah klien selalu melampiaskan dengan berdiam diri di
kamar atau pergi jalan-jalan tidak jelas.
4. ASPEK MEDIS
a. DIAGNOSA MEDIS
Diagnosis : Skizofrenia tak terinci
b. TERAPI YANG DIBERIKAN
1. Trapi medik : lorazepam 1 x 2 mg , Risperidon 2 x 1 mg,
carbamozepin 2 x 200mg
2. Terapi : ECT Non premedikasi

7. Analisa Data :

Tanggal/Jam Data Diagnosa Keperawatan Paraf

15/02/2022 DS : Gangguan konsep diri : Perawa


Jam 09.10  Klien merasa tidak harga diri rendah. t
WIB berguna karena tidak
dapat membantu
keluarga
 Klien merasa minder
karena penyakit yang di
alaminya.

DO :
 Klien tampak murung
 Lebih banyak diam
 Nada bicara pelan

16/02/2022 DS : Gangguan persepsi sensori: Perawa


Jam 09.10  Klien mengatakan Halusinasi pendengaran. t
WIB sering mendengar suara
tanpa wujud
 Keluarga mengatakan
dirumah klien sering
bicara sendiri,mondar-
mandir sendiri,
berbicara melantur.
DO :
 Kadang klien tampak
komat-kamit

6. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi

7. Rencana Tindakan Keperawatan Untuk Pasien

Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa dan terapi keperawatan Diagnosa dan terapi medis
1. Halusinasi Pendengaran 1. Skizofrenia tidak terinci
Terapi keperawatan Terapi medis
1. SP 1 halusinasi lorazepam 1x2 mg ,
1) Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu Risperidon 2x1 mg,
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon carbamozepin 2x200mg
2) Jelaskan cara mengontrol halusinasi :
menghardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan.
3) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan.
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Berikan
pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinassi dengan
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan menghardik dan minum obat.
Berikan pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap.

Sp 4
1. Evalusi kegiatan menghardik, obat dan
bercakap-cakap. Berikan pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap.
1. Evaluasi kegiatan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian. Berikan
pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
9. Catatan Perawatan :

Tgl/ Diagnosa/TUK/SP Implementasi Evaluasi


Jam

15/02 SP 1 SP 1 S:
/2022 1. Klien dapat membina 1. Bina hubungan saling  Klien mengatakan
Jam hubungan saling percaya. percaya : salam terapeutik, “Nama saya R, biasa
09.10 empati, sebut nama di panggil R”
WIB perawat dan jelaskan  Klien mengatakan “
tujuan interaksi. saya tidak suka
2. Panggil klien dengan nama orang mengganggu
panggilan yang disukai. saya dan tidak
3. Bicara dengan sikap percaya dengan saya
tenang, rileks dan tidak “
menantang. O:
 Klien mau
menjawab salam
 Klein mau
menyebutkan nama
 Kontak mata tidak
ada.
 Pandangan
menunduk

1. Beri kesempatan A : Klien sudah mampu


2. Klien dapat mengungkapkan perasaan. membina hubungan saling
mengidentifikasi penyebab 2. Bantu klien percaya dengan perawat dan
Halusinasi. mengungkapkan perasaan mampu mengidentifikasi
jengkel / kesal. penyebab halusinasi.
3. Dengarkan ungkapan rasa
marah dan perasaan P :
bermusuhan klien dengan  Untuk perawat :
sikap tenang. Lanjutkan SP 1
 Untuk klien :
Ungkapkan tindakan
halusinasi yang biasa
dilakukan
 Intervensi di
lanjutkan diruangan.

Sp 2 Sp 2 S : klien meminum obat


Klien dapat mengontrol Klien meminum dengan teratur
halusinasi denga obat obatdengan teratur
O : klien dapat meminum
obatnya sendiri

A : klien mampu meminum


obat tanpa bantuan perawat.

P : untuk perawat lanjutkan


sp 2

Untuk klien ungkapkan


tindakan halusinasi yang
biasa dilakukan.
Sp 3 Sp 3 S : klien mampu berkenalan
klien mampu mengontrol klien mampu berbicara dengan teman
halusinasi dengan cara dengan normal.tanpa rasa
berbicara dengan teman. takut O : klien mau berbicara
dengan orang lain, ada
kontak mata saat berbicara.

A : klien mau berkenalan


dan berbicara dengan orang
lain.
P : untuk perawat lanjutkan
sp 3

Untuk klien mau berbaur


dengan teman-tema
Sp 4 Sp 4 S : klien mampu melakukan
Klien mampu menghardik, Klien mampu melakukan semua aktivitas dengan
minu obat, berkacap-cakap semua aktivitas dengan baik.
dengan orang lain. baik
Nelakukan kegatan harian O : Klien mau melakukan
aktivas dengan baik, ada
kontak mata saat berbicara

A : Klien mengatakan ingin


pulang, klien sudah tidak
mendengar suara-suara
bisikan lagi.

P : untuk perawat evaluasi


Halusinasi 4

Untuk klien lakukan


aktivitas dengan baik agar
tidak memicu terjadinya
halusinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1510/1/naskah%20publikasi%20titania%20anggraini.pdf

Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Halusinasi


Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.

https://doi.org/10.31219/osf.io/n9dgs

Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai