Anda di halaman 1dari 12

RESUM ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE (ECT)

PADA PASIEN Ny. R DI RUANG IRAWAN

RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO

PROVINSI JAWA TENGAH

Guna Memenuhi Tugas Individu Praktik Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Ns. Sri Puji Lestari S.Kep, M.Kep, Sp.J

Disusun Oleh :

Sandra Yustiana Puspitasari


(1903054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG2021/2022

RESUM ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE (ECT) PADA PASIEN Ny. R


Identitas Pasien
Nama : Ny. R

Umur : 27 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kunduran RT 07/02 Kab. Blora,Jawa Tengah,58255

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA / Sederajat

Pekerjaan : Swasta

Tanggal dirawat : 29 Januari 2022

Tanggal pengkajian : 17 Februari 2022

Ruang Rawat : Irawan

No. CM : 00095047

Diagnosa medis : Halusinasi

Penanggung Jawab : Tn. Sudarto


Alasan Masuk
Sebelum masuk RS, keluarga pasien mengatakan pasien kurang lebih 2 minggu ini pasien
tampak kebingung, melantur, mondar – mandir, bisikan sulit dinilai, makan dan minum
harus diingatkan dan akhirnya keluarga membawa pasien ke RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH
BAB I
PENDAHULUAN

Electroconvulsive Therapy (ECT) atau Terapi Kejang Listrik merupakan


terapi yang termasuk penatalaksanaan dalam gangguan psikiatri. Electroconvulsive
Therapy (ECT) sudah lama dikenal sebagai terapi lama dikenal sebagai terapi
dalam bidang psikiat dalam bidang psikiatri. Electro Convulsive Therapy (ECT)
atau terapi kejang listrik adalah terapi kejang listrik adalah suatu interven suatu
intervensi non farmako non farmakologi penting yang logi penting yang efektif
dalam pengobatan pasien dengan gangg pengobatan pasien dengan gangguan
neuro psikiatrik tertentu yang berat.

ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang menginduksi kejang
umum sistem saraf pusat. Respons ECT dapat terjadi secara cepat dan perlu
diberikan dalam suatu periode periode dalam beberapa beberapa minggu. Bila
melihat sejarah penggunaan terapi ini sudah dimulai pada tahun 1934 dimana saat
itu Ladislas J. Von Meduna melaporkan terapi yang berhasil dari katatonia dan
gejala skizofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan secara farmakologis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Elektro Convulsive Therapy (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif
untuk pasien dengan gangguan depresi berat, episode manik, dan
gangguan mental serius lainnya. Elektro Convulsive Therapy (ECT)
merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat dimana
pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk menghasilkan
suatu kejang tonik klonik umum. Electro Convulsive Therapy (ECT) atau
terapi kejang listrik adalah suatu intervensi non farmakologi penting yang
efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan neuro psikiatrik tertentu
yang berat. ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang
menginduksi kejang umum sistem saraf pusat. Respons ECT dapat terjadi
secara cepat dan perlu diberikan dalam suatu periode dalam beberapa
minggu. Prosedur biasanya dapat diterima pasien dan pasien dan dapat
menggunakan profilaksis yang memungkinkan penyembuhan parsial
parsial atau sempurna dari gejala. Electro Convulsive Therapy (ECT)
merupakan prosedur medis yang dilakukan oleh dokter dimana pasien
diberikan anestesi umum dan relaksasi otot. Ketika efeknya telah bekerja,
otak pasien distimulasi dengan suatu rangkaian dan dikontrol dengan
electrode yang dipasang di kepala pasien. -timulus ini
menyebabkan bangkitan kejang di otak sampai 2 menit. Karena
penggunaan anestesi dan relaksasi otot sehingga badan pasien tidak ikut
terangsang dan tidak merasa nyeri. Elektro Convulsive Therapy merupakan
suatu terapi yang aman dan efektif untuk berbagai gangguan psikiatri.
2. Electro Convulsive Therapy adalah Sistem Pengobatan ( terapi) berupa
pemberian rangsangan listrik pada otak untuk pasien pada rumah sakit
jiwa. Terapi rangsangan listrik terbukti lebih manjur dibandingkan dengan
penggunaan obat obatan.
3. ECT adalah pengobatan gangguan kejiwaan yang menggunakan arus
listrik singkat pada otak dengan menggunakan mesin khusus dimana
pasien di anastesi terlebih dahulu dan akan menimbulkan efek convulsive
karena relaksasi otot.
4. ECT adalah suatu terapi berupa aliran listrik ringan yang dialirkan ke
dalam otak untuk menghasilkan suatu serangan otak untuk menghasilkan
suatu serangan yang serupa yang serupa dengan serangan epilepsy.
5. Electroconvulsive ther apy (ECT ), ad alah sua tu tek nik tera pi de ngan
menggunakan gelombang listrik yang dapat membantu kesembuhan klien
dengan depresi. Jadi, ECT merupakan merupakan pengobatan somatik
untuk menginduksi kejang grand mal secara buatan dengan mengalirkan
arus listrik ke dalam ke dalam otak melalui elektroda yang dipasang pada
satu atau kedua pelipis
B. Mekanisme Kerja
Terapi elektrokonvulsi dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid
ketubuh sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus. Alat
yang digunakan dalam terapi ini dinamakan konvulsator didalamnya terdapat
pengatur waktu voltase yang merupakan pengatur waktu otomatis
memutuskan aliran listrik yang keluar sesudah waktu yang ditetapkan.
Prinsip kerja dari terapi elektrokonvulsi ialah aliran listrik dimasukkan
kedalam kepala orang yang mengalami gangguan jiwa, setalah itu orang yang
menjalaninya menjadi tidak sadar seketika dan konvulsi yang terjadi mirip
epilepsy, diikuti fase klonik, kemudian rasa relaksasi otot dengan pernapasan
dalam dan keras. Orang menjadi tidak sadar kurang lebih 5 menit dan
biasanya setelah bangun dan sadar,kemudian timbul rasa kantuk,
kantuk,kemudian orang tersebut orang tersebut tertidur.( Residen Bagian
Psikiatri UCLA. 1997).
C. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik
depresi, klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik.
ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik
(waham, paranoid, dan gejala vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin
200-300 mg/hari selama 4 minggu) namun jika tidak ada
perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania (gangguan bipolar
manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat tidak
berhasil. Pada klien depresi memerlukan waktu 6- 12x terapi untuk mencapai
perbaikan, sedangkan pada mania dan perbaikan, sedangkan pada mania dan
katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu 10-20x terapi secara rutin.
Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2- 3 hari sekali. Jika efektif, perubahan
perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi
1. Depresi berat, termasuk depresi involutif (pada usia lanjut)
2. Gangguan bipolar Schizophrenia , terutama : Tipe katatonik katatonik, Tipe
schizoafektif Akut.
D. Kontraindikasi
ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan yang
direkomendasikan. Sedangkan kontraindikasi dan komplikasi dari tindakan
ECT, adalah sebagai an ECT, adalah sebagai berikut:
1. Kontraindikasi
a. Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP).
b. Keguguran pada kehamilan,
c. Gangguan sistem, muskuloskeletal (osteoartritis berat, osteoporosis,
oskeletal (osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang
grandmal).
d. Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi,
aritmia dan aneurisma.
e. Gangguan sistem pernafasan, asma
f. Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
g. Keadaan lemah.
2. Komplikasi
a. Luksasio dan dislokasi sendi
b. Fraktur vetebra
c. Robekan otot rahang
d. Apnoe
e. Sakit kepala, mual dan nyeri
f. Amnesia
g. Bingung, agresif, distruktif
h. Demensia
E. Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT
adalah sebagai berikut:
1. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
2. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
3. Kain kasa
4. Cairan Nacl secukupnya
5. Spuit disposibel
6. Obat SA injeksi 1 ampul
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Slim suiger
10. Set konvulsator
F. Persiapan Pasien
1. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur
tindakan yang akan dilakukan
2. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi
adanya kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
3. Siapkan surat persetujuan
4. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
5. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut
yang mungkin dipakai klien
6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih atau defekasi
7. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT
8. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-
hipnotik, dan antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya.
Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena berisiko
organic.
9. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah
jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan
aritmia vagal antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan
menurunkan sekresi gastrointestin menurunkan sekresi
gastrointestinal.
G. Pelaksanaan
1. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan
permukaan rata dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung
tanpa bantal. Pakaian dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan
selimut, kecuali bagian kepala.
2. Berikan natrium (40- 100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan. Berikan pelemas otot
suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk menghindari
kemungkinan kejang umum.
3. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk
tempat lektrode menempel.
4. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa
yang dibasahi caira Nacl.
5. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet
yang dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta menggigit
6. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat
kejang dengan dilapisi kain
7. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang
dengan mengikuti gerak kejang
8. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudian tekan tombol
sampai timer berhenti dan dilepas
9. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti
gerakan kejang (menahan tidak dengan kuat)
10. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan
menekan diafragma
11. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
12. Kepala dimiringkan
13. Observasi sampai klien sadar
14. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan
keperawatan
H. Setelah ECT
1. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil
2. Jaga keamanan
3. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai
kebutuhan, biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik
depresi, klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik.
Kontraindikasi Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak,
infeksiSSP), Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem
muskuloskeletal (osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena
kejanggrandma.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan dan Sadock. 2010. Synopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku, Psikiatri
Klinis. Tangerang : Bina Arupa Aksara

Maramis, Willy F dan Albert Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya : Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai