Anda di halaman 1dari 55

SKRIPSI

“STUDI KUALITATIF PENGALAMAN PASIEN DAN KELUARGANYA


TENTANG PELAYANAN DI RUANG IGD RSUD KABUPATEN MAJENE
PROVINSI SULAWESI BARAT”

OLEH

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


Menempuh ujian akhir dan memperoleh gelar
Sarjana keperawatan (S,Kep)

AMRULLAH
C 121 10 672

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKU LTAS KEDO K TER AN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : AMRULLAH

Nomor mahasiswa : C 121 10 672

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia diberikan sanksi yang seberat-

beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, 3 April 2012

Yang membuat pernyataan,

AMRULLAH
ABSTRAK

Amrullah. C12110672. “STUDI KUALITATIF PENGALAMAN PASIEN


DAN KELUARGANYA TENTANG PELAYANAN DI RUANG IGD RSUD
KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT” dibimbing oleh
Yuliana Syam dan Suni hariati (X+43 halaman+4 skema +9 lampiran)
Latar belakang: Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. IGD adalah salah satu
instalasi yang harus dimiliki setiap rumah sakit dan diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan. Pemberian
pelayanan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi yang kemudian bisa
menciptakan pengalaman yang bisa saja dianggap baik atau buruk bukan hanya
oleh pasien tapi juga bagi keluarga yang mendampingi.
Tujuan: Untuk mengetahui pengalaman masyarakat khususnya bagi yang pernah
berkunjung tentang pelayanan yang diberikan diruang IGD RSUD Kabupaten
Majene Propinsi Sulawesi Barat
Metode: Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena dan mengeksplorasi lebih mendalam data yang ditemukan
dilapangan dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data wawancara
terstruktur. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah Sembilan orang yang
menerima pelayanan medis di ruang IGD.
Hasil: Setelah data dianalisis,peneliti mendapatkan empat tema yaitu: (1) Respon
petugas ketika pasien tiba di IGD (2) Tindakan penanganan petugas terhadap
pasien (3) Pendapat pasien setelah menerima pelayanan dari petugas (4) Pendapat
keluarga yang mendampingi pasien
Kesimpulan dan saran: Berdasarkan hasil wawancara langsung,maka diperoleh
hasil bahwa respon penerimaan petugas cukup baik pada saat pasien datang
berkunjung,baik dalam komunikasi maupun tindakan yang diberikan. Untuk lebih
meningkatkan pengembangan mutu pelayanan sebaiknya diadakan program
pelatihan setiap tahunsesuai dengan kebutuhan perseorangan dan organisasi.
Kata kunci : Pengalaman pasien dan keluarga,respon petugas
Daftar pustaka : 29 (2001-2010)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia

yang telah dilimpahkanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Studi kualitatif pengalaman pasien dan keluarganya tentang

pelayanan di ruang IGD RSUD Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi

Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

Dengan terselesaikannya skripsi ini perkenankanlah saya mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. DR.dr.Irawan Yusuf,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu

Keperawatan.

2. dr. Budu,Ph.D.Sp,M-KVR selaku wakil dekan bidang akademi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

3. DR. Werna Nontji,S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, yang

telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk

menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatann


4. Yuliana syam,S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Suni hariati,S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai

pembimbing, yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dan

pendapat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Syahrul said,S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Andina setyawati.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

sebagai penguji yang telah mengarahkan dan memberikan masukan kepada

peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tuaku yang tercinta dan Saudaraku yang senantiasa

memberikan dukungan moril terhadap penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

7. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Sahabatku di PSIK FK UNHAS Angkatan 2010 yang selalu memberikan spirit

dan arahan serta semangat sampai terselesaikannya skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun peneliti telah berusaha seoptimal mungkin dan berkonsultasi maupun

membaca literatur. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar,

2012

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………. ........ 3

C. Tujuan Penelitian ……………………………………................... 3

D. Manfaat penelitian …………………………………………......... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pelayanan Rumah Sakit...................................... 5

B. Tinjauan umum tentang Pengalaman. ............................................ 11

C. Tinjauan umum tentang keluarga ................................................... 12


BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .................................................................... 15

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 15

C. Partisipan ........................................................................................ 15

D. Alur penelitian ................................................................................ 17

E. Pengolahan dan Teknik analisa data .............................................. 18

F. Keabsahan data............................................................................... 20

G. Etika Penelitian .............................................................................. 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 24

B. Pembahasan .................................................................................... 33

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................... 42

B. Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1. Respon petugas ketika pasien tiba di IGD.................................... 30
Skema 2. Tindakan penanganan petugas terhadap pasien............................ 32
Skema 3. Pendapat pasien setelah menerima pelayanan dari petugas ......... 33
Skema 4. Pendapat keluarga yang mendampingi pasien.............................. 35
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik partisipan .................................................................... 25

Tabel 4.2 Karakteristik keluarga partisipan ..................................................... 26

Tabel 4.3 Karakteristik perawat IGD ............................................................... 26

Tabel 4.4 Karakteristik petugas medis IGD ..................................................... 27


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki peran sangat strategis

dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarkan

upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Instalasi gawat darurat (IGD) adalah

salah satu jenis pelayanan rumah sakit yang ditujukan untuk memberikan

pelayanan kesehatan secepatnya pada kasus gawat darurat (Deli theo, 2009)

Kegawat daruratan adalah suatu keadaan kritis akut yang mengancam

nyawa dan mengakibatkan kecacatan yang dapat menimpa seseorang atau

kelompok masyarakat,yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.Kejadian

gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba tiba sehingga sulit

memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah

waspada dan melakukan upaya untuk mempertahankan kehidupan pada saat

penderita mengalami keadaan mengancam nyawa (Yayasan Ambulans Gawat

Darurat 118, 2007).

Nunuk Haryatun & Agus Sudaryanto (2008) mengemukakan tentang

kemampuan pelayanan IGD yang merupakan gabungan dari waktu tanggap

saat pasien tiba didepan pintu rumah sakit sampai mendapa t respon dari

1
petugas dengan waktu pelayanan yang di perlukan pasien sampai selesai.

Pelayanan sangat di pengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga

maupun komponen-komponen yang yang mendukung seperti laboratorium,

radiologi, farmasi dan administrasi. Keberhasilan pertolongan sangat

tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian

pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak ditempat

kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan di Rumah Sakit.

Masalah yang hampir sama pada sebagian Rumah Sakit, tentang

adanya keluhan mengenai pelayanan IGD yang dianggap tidak cekatan dan

manusiawi sering terjadi. Petugas IGD tidak segera memberikan pertolongan

misalnya pada pasien kasus kecelakaan lalu lintas dengan alasan menunggu

keluarga dekatnya. Setelah keluarganya datang, petugas tersebut menanyakan

pada mereka mengenai siapa yang bertanggung jawab atas biaya rumah sakit.

Keluhan tersebut juga tidak selamanya benar, misalnya dalam kasus pelayanan

petugas IGD karena secara faktual petugas tidak bisa disalahkan apabila

menanyakan kepada pasien apakah membawa uang atau tidak, bukan karena

khawatir pasien tidak akan membayar biaya perawatan/pengobata n, tetapi

karena ada resep yang cukup mahal yang harus ditebus di apotek. Ternyata

pula, pasien juga bukan diterlantarkan karena sebenarya pasien sudah

mendapatkan pertolongan pertama, dan tindakan selanjutnya adalah

menunggu ditebusnya resep tersebut (Sri Sumiati, 2009).


Informasi dari pasien yang pernah mendapatkan pelayanan di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene yang di dapatkan oleh penulis selama

beberapa bulan terakhir mengungkapkan ketidakpuasan pelayanan yakni di

IGD itu sendiri. Mereka mengeluhkan mengenai pelayanan di ruangan

tersebut yang dinilai lamban dalam memberikan pelayanan.

Sehubungan dengan kejadian ini, membuat penulis merasa tertarik

melakukan suatu penelitian untuk mengetahui ”Persepsi pasien dan

keluarganya tentang pelayanan di ruang IGD RSUD Kabupaten Majene

Sulawesi Barat”

B. Rumusan Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat dimana petugas IGD diharapkan mampu

memberikan pelayanan yang maksimal dalam memberikan pertolongan

pertama. Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah:

Bagaimana pengalaman pasien dan keluarganya tentang pelayanan di ruang

IGD RSUD Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya pemahaman tentang

pengalaman pasien dan keluarganya tentang pelayanan di ruang IGD

RSUD Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi barat.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Pengalaman yang sangat berharga karena dapat menambah

pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif tentang

persepsi pasien dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan.

b. Karena peneliti sendiri bekerja pada instansi tersebut, maka hasil yang

diperoleh bisa menjadi bahan acuan dalam upaya peningkatan mutu

pelayanan Rumah Sakit khususnya di ruang IGD

2. Terhadap Ilmu Pengetahuan

Menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti dan sebagai bahan acuan

peneliti lainnya mengenai pentingnya pelayanan IGD yang baik bagi

pasien

3. Terhadap tenaga keperawatan

Mampu memberikan pelayanan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan

karena pemberian pelayanan akan sangat mempengaruhi pembentukan

persepsi yang bisa saja dianggap positif atau negatif bukan hanya oleh

pasien tapi bagi keluarga yang mendampingi.

4. Terhadap Rumah Sakit

Sebagai pintu pertama dalam pemberian pelayanan, maka dengan hasil

penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian dan masukan untuk

Rumah Sakit terhadap upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan

dan pengembangan keterampilan perawat dalam penatalaksanaan

khususnya pesien gawat darurat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang pelayanan Rumah Sakit

Mutu pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan

yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang

menjadi sasaran pelayanan kesehatan tersebut. Mutu pelayanan kesehatan

didukung oleh banyak faktor yang ada di rumah sakit sebagai suatu sistem.

Faktor-faktor tersebut adalah menejemen rumah sakit, tenaga kesehatan,

pembiayaan, sarana dan tekhnologi kesehatan yang digunakan, serta interaksi

kegiatan yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan jasa atau pelayanan

(Wasisto, dikutip dalam Deli theo, 2009).

Pelayanan adalah semua upaya yang di lakukan karyawan untuk

memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan di berikan. Suatu

pelayanan di katakan baik oleh pasien ditentukan oleh fakta apakah jasa yang

diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi

pasien tentang pelayanan yang di terima (memuaskan atau mengecewakan,

juga termasuk lamanya pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan pasien

pertama kali datang, sampai pasien meninggalakan rumah sakit (Diah

anjaryani, 2009).
Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan

pada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan

keselamatan pasien serta mempunyai5fungsi sosial. Pengaturan

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, dan

sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit (Undang-Undang RI No. 44, Tahun 2009).

1. Instalasi gawat darurat (IGD)

Rumah sakit tidak lengkap jika tidak mempunyai sebuah unit yang

bisa memberikan pelayanan bagi pasien yang mengalami keadaan gawat

darurat. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan yang

harus diberikan secepatnya pada kasus-kasus gawat darurat untuk

mengurangi resiko kematian atau cacat. Dokter dan perawat harus siap

siaga selama 24 jam serta fasilitas lain yang mendukung harus tersedia

guna kelancaran pelayanan (Paula krisanty et al, 2009).

2. Standar pelayanan IGD

Standar pelayanan adalah penentuan tentang jenis dan mutu pelayanan

dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Selain itu juga merupakan spesifikasi tentang tolak

ukur pelayanan minimum yang di berikan oleh badan layanan umum

kepada masyarakat. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi promotif,

preventif, kurative, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan gawat

darurat, rawat inap, dan rawat jalan (Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 129 /MenKes/SK/II/2008).

Depkes RI (2007) dikutip dalam Dheli theo (2009), standar

merupakan salah satu syarat dalam menilai sejauh mana kemampuan

dalam mencapai target. Termasuk apabila rumah sakit ingin memenuhinya

untuk kepentingan akreditasi. Adapun kriteria penilaian pada setiap

pelayanan rumah sakit termasuk pelayanan IGD dikelompokkan menjadi

Tujuh standar yaitu:

a. Falsafah dan tujuan

IGD dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang

menderita penyakit akut dan yang mengalami kecelakaan sesuai

dengan standar. Adapun kriteria dari falsafah dan tujuan adalah:

1) Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama

24 jam terus- menerus.

2) IGD terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan yang

lainnya.

3) Ada kebijakan dan prosedur tentang pasien yang tidak tergolong

akut dan gawat yang datang berobat ke IGD.


b. Administrasi dan pengelolaan

IGD harus diatur, dipimpin dan diintegrasikan dengan bagian lain dan

instalasi rumah sakit lainnya. Adapun kriteria untuk standar

administrasi dan pengelolaan adalah:

1) IGD dilengkapi dengan bagan organisasi disertai uraian tugas,

pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan

unit kerja lain di dalam rumah sakit.

2) Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas

pendukung lain yang bertugas di IGD.

3) Ada petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat

untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran,

c. Staf dan pimpinan

1) Ada dokter yang bertanggung jawab sebagai kepala IGD.

2) Ada perawat sebagai penaggung jawab pelayanan keperawatan di

IGD.

3) Adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai

dengan kebutuhan pasien.

4) Semua dokter dan tenaga keperawatan mampu melakukan tekhnik

pertolongan hidup dasar (Basic Life Support)


5) Adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah

dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien

datang.

d. Fasilitas dan peralatan

1) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk

mencapai lokasi IGD, dan kemudahan transportasi pasien dari dan

ke IGD dari arah dalam rumah sakit.

2) Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan

kondisi penyakitnya.

3) Pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, cairan infus, dilakukan

sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat

Darurat.

4) Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan

antara IGD dengan unit lain di dalam dan di luar rumah sakit

terkait, dan sarana kesehatan lainnya, pelayanan ambulance, unit

pemadam kebakaran, konsulen SMF IGD.

5) Ada ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan

peralatan secara berkala.

e. Kebijakan dan prosedur

1) Ditetapkan kebijakan tentang triage.

2) Ditetapkan kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke ruma h

sakit lain.
3) Ditetapkan kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk

life saving.

4) Ditetapkan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana

(Disaster Plan) yang mungkin terjadi di dalam dan di luar rumah

sakit.

f. Pengembangan staf dan program pendidikan

1) Ada program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di

IGD.

2) Setiap tahun ditetapkan program pelatihan dan pengembangan

pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas pegawai

yang bertugas di IGD. Program pelatihan dan pengembanga n ini

telah sesuai dengan kebutuhan perseorangan dan organisasi.

3) Ditetapkan program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD

untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam

bencana (Disaster)

4) Setiap tahun ditetapkan program pelatihan untuk meningkatkan

keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah

sakit dan masyarakat.

5) Pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil.

6) Pelayanan keperawatan di IGD diberikan oleh perawat mahir.

g. Evaluasi dan pengendalian mutu


1) Tersedia data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta

analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang

terkait.

2) Dilakukan evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan

kasus medis paling sedikit setahun sekali.

3) Ketentuan tentang Informed Consent telah dilaksanakan oleh staf

medis dan perawat.

4) Indikator klinis dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk

digunakan melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan.

5) Dilakukan evaluasi terhadap kematian kejadian di IGD.

B. Tinjauan umum tentang pengalaman

1. Pengertian

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan,

ditanggung (Kamus besar bahasa indonesia 2005).

Pengalaman adalah kejadian atau peristiwa yang pernah dialami dan

dapat menceritakan kembali suatu kejadian atau peristiwa tersebut

(Ngalim, 2006). Menurut Ngalim, langkah- langkah untuk mengingat

kembali pengalaman, sebagai berikut:

a. Mengingat pengalaman yang pernah dialami atau kejadian yang lihat.

b. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman atau kejadian.

c. Menyampaikan cerita pengalaman atau kejadian yang pernah dialami.

Gunakanlah ekspresi, intonasi, dan gaya penceritaan yang tidak

monoton.
d. Menyampaikan kesan yang dirasakan terhadap pengalaman atau

kejadian yang dilihat atau didengar. Kesan adalah sesuatu yang terasa

sesudah melihat atau mendengar sesuatu.

Cotler dikutip dalam Mulyati (2009) mengatakan Kepuasan pasien

menjadi tolak ukur dalam tingkat pelayanan kualitas kesehatan.

Perbaikan kualitas jasa pelayanan kesehatan dapat dimulai dengan

mengevaluasi setiap unsur-unsur yang berperan dalam membentuk

kepuasan pasien. Tingkat kepuasan pasien adalah setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan

dengan harapannya. Kepuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara

harapan dan pengalaman. Penilaian pasien terhadap mutu Rumah

Sakit bersumber dari pengalaman pasien terhadap perawat, karena

perawatalah yang paling dekat dengan pasien. Aspek pengalaman

pasien di Rumah Sakit dapat diartikan sebagai suatu perlakuan atau

tindakan oleh pihak Rumah Sakit yang sedang atau pernah dijalani,

dirasakan, dan ditanggung oleh seseorang yang membutuhkan

pelayanan kesehatan.

2. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam

perkawinanan, ada hubungan darah, adopsi dan tinggal dalam satu rumah

(Setiawati, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat, di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Departemen

Kesehatan, 1998 dikutip dalam Mubarak, 2009).

3. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki, dan

dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

b. Fungsi sosialisasi

Mengkaji interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit dan perawatan

kesehatan.

d. Fungsi reproduksi

Mengkaji jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, serta

metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan (Mubarak, 2009).


4. Keterlibatan keluarga

Setiawati, (2008) mengatakan bahwa beberapa alasan perlunya

keterlibatan keluarga dalam pelayanan kesehatan antara lain:

a. Keluarga dipandang sebagai sumber yang kritis untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan

b. Keluarga sebagai satu unit dalam anggota keluarga.

Keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga,

berada dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi.

c. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan status

anggotanya.

Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan

pencegahan, pengobatan, sampai rehabilitasi.

d. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini.

Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan

memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga

lainnya.

e. Individu dipandang dalam konteks keluarga.

Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap

individu dan fungsinya apabila individu tersebut d ipandang dalam

konteks keluarga mereka.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi mengenai pengalaman pasien dan

keluarganya yang mendapat pelayanan di ruang IGD. Metode ini juga sebagai

metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola),

data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang di

temukan di lapangan.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit umum daerah Kabupaten Majene

yang terletak dalam wilayah Propinsi Sulawesi Barat

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian di lakukan pada tanggal 10 Januari s/d 26 Januari 2012

C. Partisipan

Partisipan mengukur subyek yang mewakili suatu kelompok tertentu.

Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien dan keluarganya yang mendapat

pelayanan diruang IGD RSUD Majene. Jumlah partisipan terdiri dari sembilan

15
partisipan dan sembilan keluarga partisipan yang mendampingi. Penentuan

sampel menggunakan tekhnik purposive sampling yakni peneliti menentukan

terlebih dahulu kriteria yang akan di masukkan dalam penelitian, di mana

partisipan yang di ambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi

peneliti dan sesuai dengan tujuan penelitian (Saryono & Anggraeni, 2010).

Adapun kriteria inklusi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien yang mendapat tindakan pelayanan di ruang IGD serta bersedia

menjadi partisipan

2. Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Keluarga yang mendampingi pasien dari mulai masuk rumah sakit sampai

dipindahkan keruang rawat inap yang bersedia menjadi informan.

Kriteria eksklusi informan dalam penelitian ini adalah

1. Pasien yang tidak sadar.

2. Pasien rawat jalan.

Tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan, namun bila

telah ditemukan sesuatu dan data sudah jenuh atau bila sempel tidak

memberikan informasi yang baru yang berarti maka penelitian dapat

dihentikan (Poerwandari, 2005).


D. Alur Penelitian

Permohonan izin dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk mengadakan penelitian

Permohonan izin ke RSUD Kabupaten Majene

Pemilihan partisipan dengan menggunakan tekhnik purposive


sampling yaitu berdasarkan kriteria yang dibuat peneliti

Pemberian informen consent dengan memberikan lembar


persetujuan pada calon partisipan

Pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur dalam


kategori indepth interview

Analisa data

Interpretasi data

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan
E. Pengolahan dan analisa data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah peneliti

sendiri sebagai instrumen (human instrument). Hal ini di dasarkan karena

pada awal penelitian kualitatif permasalahannya belum jelas dan

pasti,sehingga peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri

terhadap kenyataan kenyataan yang ada dilapangan/semua aspek keadaan

yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Selain itu hanya manusia

sebagai instrumen yang dapat berhubungan dengan partisipan dan mampu

memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan, sehingga peneliti

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan

(Bungin,2007; Sugiyono,2010).

Peneliti sebagai instrumen penelitian ini menggunakan alat bantu berupa

MP3 untuk merekam informasi dari partisipan, pedoman wawancara untuk

membantu peneliti dalam mengajukan pertanyaan yang berorientasi pada

tujuan penelitian, serta catatan lapangan (field note) yang dibuat pada saat

wawancara berlangsung dalam melihat kondisi atau ekspresi partisipan.

2. Tekhnik pengumpulan data

Penelitian menggunakan tekhnik wawancara mendalam (in depth

interview). Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti,metode ini memberikan


hasil secara langsung. Metode dapat di lakukan apabila peneliti ingin

mengetahui hal hal responden secara mendalam serta jumlah responden

sedikit.

3. Tekhnik analisa data

Proses analisa data dalam penelitian ini mengguanakan langkah langkah

dari Colaizzi (dalam Streubert dan Carpenter, 1999). Adapun langkah-

langkah dalam penelitian ini adalah:

a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran

menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah di kumpulkan.

b. Catatan data yang di anggap penting kemudian melakukan

pengkodean data.

c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang di rasakan

oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap

pernyataan pada awalnya di perlakukan memiliki nilai yang

sama.Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik atau

pernyataan yang bersifat tumpang tindih di hilangkan.

d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu

di tulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari

fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut

kemudian mengembangkan mengenai fenomena yang terjadi pada

responden dan menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi.


f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai

esensi dari fenomena yang di teliti dan mendapatkan makna

pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.

g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan.Setelah itu,gabungan

dari gambran tersebut di tulis.

F. Keabsahan Data

Emzir (2010) menjelasakan empat kriteria untuk menilai kualitas

penelitian kualitatif yaitu:

1. Kredibilitas (credibility) kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil

penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif

partisispan dalam penelitian tersebut.Untuk mencapai prinsip ini, peneliti

melakukan pengecekan kembali hasil transkrip untuk melihat kesesuaian

dengan hasil rekaman dan catatan lapangan.Peneliti kemudian meminta

partisipan untuk mengecek kembali hasil kutipan wawancara dan

menanyakan apakah partisipan setuju dengan hasil analisa atau ingin

mengubah ataupun menambah data yang telah di berikan.

2. Transferabilitas (transferability)

Kriteria transferability merujuk pada tingakat kemampuan hasil penelitian

kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau

setting lain.Oleh karena itu peneliti memiliki tanggung jawab untuk

menyediakan laporan hasil penelitian dengan rincian yang memadai


sehingga peneliti langsung dapat memutuskan apakah hasil penelitian ini

dapat digunakan pada populasi lain dengan situasi yang sama.

3. Dependabilitas (dependability)

Dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Cara ini dilakukan oleh auditor yang independent atau

pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam

melekukan penelitian. Mulai dari bagaimana peneliti menentukan

masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, sampai

membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti

4. Konfirmabilitas (confirmability)

Kriteria konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat

kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.Prinsip

ini tercapai melalui kesamaan pandangan antara peneliti dengan

pembimbing. Kesamaan pandangan dilakukan setelah melakukan

wawancara mendalam dengan setiap partisipan.

G. Etika Penelitian

Menurut komite etik penelitin kesehatan (KEPK) berdasarkan SK No.

187 /Menkes/SK/II/2003 secara universal ada tiga prinsisp penelitian yang

yang telah disepakati dan diakui sebagai prinsip dasar etik penelitian yang

mempunyai kekuatan moral dan hukum. Sehingga suatu penelitian dapat


dipertanggung jawabkan baik menurut pandangan etik maupun hukum. Ketiga

prinsip etik umum tesebut adalah sebagai berikut:

1. Respect for person

Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap manusia sebagai

pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan sekaligus

bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.

2. Benefience

Prinsip etik ini yaitu berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang

lain dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan karugian

minimal. Diikutsertakannya subyek manusia dalam penelitian kesehatan

dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan penelitian yang

dilakukan. Prinsip etik berbuat baik itu sendiri mempunyai syarat yaitu:

a. Resiko penelitian harus wajar dibanding dengan manfaat

b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah

c. Peneliti mampu malaksanakan penelitian dan mampu menjaga

kesejahteraan subjek

d. Diikuti prinsip tidak merugikan subjek penelitian

3. Justice

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati- hatian. Prinsip keterbukaan dengan menjelaskan

prosedur penelitian. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subyek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa


membedakan distribusi usia, jender, agama, satatus ekonomi, etnis dan

sebagainya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah

dilakukan,dengan fokus utama mengeksplorasi secara mendalam tentang

persepsi pasien dan keluraganya tentang pelayanan di ruang IGD. Bagian ini

terdiri dari uraian karakteristik partisipan dan analisis tema yang

muncul,dengan pengkodean P sebagai partisipan.

1. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah delapan orang serta delapan

keluarga partisipan yang dipilih oleh partisipan berdasarkan kriteria

inklusi. Semua partisipan bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Majene.

Partisipan 1(P1) berusia 45 tahun, laki- laki, pekerjaan wiraswasta,

beragama Islam, dengan pendididkan terakhir SMA. P1 menderita

penyakit hipertensi, datang ke rumah sakit diantar oleh istri dan anaknya.

Partisipan 2 (P2) berusia 71 tahun, laki- laki, pensiunan PNS,

beragama islam pendidikan terakhir S1. P1 menderita penyakit asma

bronchiale, datang ke RS di antar oleh adik kandung dan keponakan.

Partisipan 3 (P3) berusia 37 tahun, laki- laki, pekerjaan nelayan,

beragama islam pendidikan terakhir SMP. P1 menderita penyakit demam

typhoid, datang ke RS di antar oleh kakak kandung.

24
Partisipan 4 (P4) berusia 17 tahun, laki- laki, pelajar SMU, beragama

islam, P1 menderita fraktur pada phalanx proximal I dan II, datang ke RS

di antar oleh orang tua dan kakak kandung.

Partisipan 5 (P5) berusia 20 tahun, perempuan mahasiswi sebuah

perguruan tinggi, beragama islam, P1 menderita penyakit demam typoid,

datang ke RS di antar oleh orang tua kandung

Partisipan 6 (P6) berusia 47 tahun, laki- laki, bekerja sebagai PNS,

beragama islam, pendidikan terakhir SMU, P1 menderita penyakit

hypertensi ringan datang ke rumah sakit diantar oleh istri.

Partisispan 7 (P7) berusia 56 tahun,perempuan, ibu rumah tangga,

beragama islam, pendidikan terakhir SMU P7 menderita penyakit gastritis

akut datang ke rumah sakit diantar oleh anak kandung.

Partisipan 8 (P8) berusia 16 tahun, laki- laki, pelajar SMU,beragama

islam, P8 menderita corpus alineum datang ke rumah sakit diantar oleh

orang tua kandung.

Pengkodean partisipan di atas berdasarkan urutan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti sebanyak enam orang dengan kode P sebagai

partisipan yakni P1,P2,P3,P4,P5,P6,P7,P8.

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Partisipan di IGD RSUD Majene
Partisipan Umur (Thn) Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan
P1 45 Laki-laki Wiraswasta SMU
P2 71 Laki-laki Pensiunan S1
P3 37 Laki-laki Nelayan SMP
P4 17 Laki-laki Pelajar SMP
P5 20 Perempuan Mahasiswi SMU
P6 47 Laki-laki PNS SMU
P7 56 Perempuan Tidak Ada SMU
P8 16 Laki-laki Pelajar SMP
Sumber: RSUD Kab. Majene 2011
2. Karakteristik keluarga partisipan

Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Keluarga Partisipan di IGD RSUD Majene
Klg Part isipan Umur (Thn) Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan
P1 41 Perempuan URT SMU
P2 47 Perempuan PNS S1
P3 42 Laki-laki Nelayan SMP
P4 45 Laki-laki Petani SMU
P5 52 Laki-laki PNS S1
P6 39 Perempuan URT SMU
P7 19 Perempuan Mahasiswi SMU
P8 36 Perempuan URT SMU
Sumber: RSUD Kab. Majene 2011

3. Karakteristik Perawat

Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik perawat di IGD RSUD Majene
Karakteristik f %
Umur
21-25 19 79.2
26-30 2 8.3
31-35 1 4.2
36-40 1 4.2
>40 1 4.2
Jumlah 24 100.0
Jenis kelamin
Laki-laki 11 45.8
Perempuan 13 54.2
Jumlah 24 100.0
Masa kerja
1 bulan-11 bulan 17 70.8
1 tahun-10 tahun 4 16.7
11 tahun-15 tahun 2 8.3
>15 tahun 1 4.2
Jumlah 24 100.0
Pendidikan terakhir
D III Keperawatan 22 91.7
D IV KM B 1 4.2
S1 Keperawatan 1 4.2
Jumlah 24 100.0
Sumber: RSUD Kab. Majene 2011
4. Karakteristik Petugas Medis

Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Petugas Medis di IGD RSUD Majene
Tenaga Medis Jenis Kelamin Lama Bekerja (Thn) Pendidikan
dr. R Laki-laki 8 S1
dr. Y Perempuan 4 S2
dr. J Perempuan 6 S1
dr. N Perempuan 4 S1
dr. E Perempuan 3 S1
Sumber: RSUD Kab. Majene 2011

5. Analisis tema

Tekhnik pemilihan pengambilan sampel menggunakan tekhnik

purposive sampling yakni tekhnik pengambilan partisipan berdasarkan

pertimbangan tertentu. Sebelum melakukan wawancara peneliti memilih

partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian menjelasakan proses

pengambilan data. Setelah wawancara dilakukan,maka peneliti melakukan

tujuh langkah analisis data yang dikemukakan oleh Colaizzi (dalam

Streubert dan Carpenter, 1999) kemudian peneliti mengidentifikasi empat

tema sebagai hasil dari penelitian ini. Berdasarkan hasil dengan delapan

orang partisipan dan delapan keluarga partisipan yang mendampingi

pasien,maka diperoleh tema mengenai pengalaman pasien dan keluarganya

tentang pelayanan di ruang IGD RSUD Kabupaten Majene. Tema-tema

tersebut akan diuraikan di bawah ini:

Tema 1: Respon petugas ketika pasien tiba di IGD

Tema ini tersusun atas dua kategori yaitu tentang penyambutan pasien

oleh petugas yang langsung menjemput pasien ketika tiba di ruang IGD

dengan cara menyambut pasien di dekat pintu masuk dengan

menggunakan kereta.
Kategori pertama terdapat tujuh dari delapan partisipan yang

mengemukakan respon petugas ketika mereka tiba di ruang IGD.

Pernyataan lima partisipan tersebut adalah:

“ Alhamdulillah waktu tiba di sana bagusji semua,langsung dibantu oleh


perawat”(P1).
“Bagus-bagus langsungji di jemput “(P3).
“ Yahh.. lumayan perawatnya langsung menjemput pakai kereta”(P4).
“Bagus pak langsung dilayani waktu turun dari mobil,tempat tidurnya
langsung didorong didekat pintu dan di bantu sama perawatnya”(P5)
“Langsung di jemput di dekat pintu sama petugasnya”(P6)
“Yah..bagusji langsung di jemput disitu”(P7)
“Bagusji langsung di layani begitu datang”(P8)

Sedangkan satu dari delapan partisipan mengemukakan respon

petugas ketika tiba di ruang IGD. Pernyataan satu partisipan tersebut

adalah:

“Begini,kita harus di jemput kan?kita harus dipapah,tapi dalam hal ini


perawat langsung bilang naikmi pak di tempat tidur.semestinya di jemput
baik-baik kalau langsung bilang naikmiki pak perasaan kita kasar
rasanya, apalagi kita ini orang sakit (suara kurang jelas dan terbata
bata)” (P2).

Sub kategori kedua tentang komunikasi petugas kepada pasien dengan

terlebih menanyakan keluhan apa yang dirasakan pasien yang membuat

dia masuk Rumah Sakit

“Apanya yang sakit pak?” (P1)


“Setelah saya di tempat tidur ditanyami apa keluhanta’pak?” (P2)
“Bagus,ditanyaka’ apanya yang sakit?” (P3)
“Langsung na tanya apata’ yang sakit?” (P4)
“Bagusji,ditanya bilang apanya yang sakit?” (P5)
“Baikji, di tanya apa keluhannya?” (P6)
“Ditanya sama perawatnya apa yang sakit?”(P7)
“Bagusji,ditanya apa keluhannya”(P8)
Kata Kunci Kategori Tema

 Langsungji di
jemput
 Dijemput pakai Penyambutan
pasien
kereta
 Seharusnya
dijemput
Respon petugas
ketika pasien tiba di
IGD
 Di tanya apanya
yang sakit Ko munikasi
 Langsung petugas
ditanya apanya menanyakan
yang sakit keluhan pasien
 Ditanya apa
keluhannya

Skema 1 : Respon petugas ketika pasien tiba di IGD

Tema 2: Tindakan penanganan petugas terhadap pasien

Tema ini terdiri dari dua kategori yakni tindakan mandiri yang

dilakukan oleh perawat dan tindakan kolaborasi yang dilakukan dengan

dokter. Tindakan keperawatan terdiri dari pemeriksaan tanda tanda vital

yakni tekanan darah, nadi,suhu dan pernafasan serta tindakan yang

dilakukan sesuai instruksi dokter yakni pemasangan infus.

Setelah dilakukan wawancara maka didapatkan partisipa n yang

mengemukakan pendapatnya tentang tindakan keperawatan yang

dilakukan oleh petugas.

“Setelah saya naik di tempat tidur, terus saya kasi enak perasaanku,kan
saya poso (sesak nafas) jadi di kasimi bantuan pernafasan (menunjuk
hidung)”(P2).
“Diperiksa disini (sambil menunjuk dada)”(P3).
“Na periksa di sini (sambil menunjuk dada dan lengan)”(P4).
“Di periksa panasku sama di tensi juga”(P5)
“Langsung diperiksa tekananku”(P6)
“Yah..diperiksa tekanannya”(P7)
“Diperiksa bagian sini (sambil menunjuk dada)”(P8)

Satu partisipan yang lain mengemukakan tindakan yang dilakukan sesuai

dengan instruksi dokter yakni

“Waktu saya masuk ke rumah sakit kan saya kurang ingatan tapi
alhamdulillah waktu setelah ada bantuan berupa obat lewat ini (sambil
menunjuk botol infus) sudah enak perasaan”(P1).

Kata kunci Sub kategori Kategori Tema

Na periksa disini
Diperiksa bagian
dadaku
Ditensi juga Memberikan
Pengukuran
Diperiksa panasku tindakan mendiri
Tanda-tanda Vital

Tindakan
penanganan
Petugas terhadap
Pasien

 Ada bantuan
berupa obat Tindakan
Pemasangan Infus kolaborasi
lewat infus
dengan dokter

Skema 2 : Tindakan Petugas terhadap Pasien

Tema 3: Pendapat pasien setelah mene rima pelayanan dari petugas.

Tema ini terdiri dari dua kategori yakni kepuasan pasien di tinjau dari

petugas di IGD dan kepuasan pasien secara keseluruhan selama pasien

berada di Rumah Sakit. Wawancara yang di lakukan didapatkan partisipan

yang mengungkapkan pendapatnya tentang kategori pertama yakni

pelayanan dari petugas.

“Alhamdulillah bagus bagusji semua pelayanannya”(P1)


“Ndak adaji masalah”(P3)
“Bagusji,tidak ada masalah pak”(P4)
“Bagusji semua pak”(P5)
“Alhamdulillah bagusji semua”(P6)
“Bagus,tidak adaji maslah pak”(P7)
“Alhamdulillah bagusji”(P8)

Satu dari delapan partisipan mengungkapkan pendapat yang berbeda

tentang pelayanan yang didapatkan dari petugas.

“Perawat seharusnya ada tenaga tekhnisi khusus untuk pemasangan infus


karena waktu saya masuk lama sekali disitu dikelola banyak kali ditusuk
jarum”(P2)

Kategori kedua tentang kepuasan pasien secara keseluruhan selama

pasien menerima pelayanan di Rumah Sakit hasil wawancara partisipan

menyatakan:

“Semuanya tidak ada masalah,baik-baik semua”(P1).


“Puasji masalah peladenannya,tapi masih kurang cepat dalam tindakan
seperti waktu pemasangan jarum infus banyak kali ditusuk”(P2).
“Ndak adaji masalah semuanya bagus ”(P3).
“Yahhh bagusji,cepatji di layani ”(P4).
“Bagusji semua pak”(P5).
“Alhamdulillah bagusji semuanya”(P6)
“Bagusji pelayanannya,tidak ada masalah”(P7)
“Bagusji semuanya pak, cepatji dilayani”(P8)
Kata Kunci Kateg ori Tema

 Alhamdulillah bagus-bagusji
semua Pelayanannya
Kepuasan pasien ditinjau dari
 Ndak adaji masalah
petugas di IGD
 Bagusji, tidak ada masalah
pak
 Ada tenaga khusus Pendapat pasien setelah
menerima pelayanan dari
petugas

 Semuanya tidak ada


Kepuasan pasien secara
masalah
keseluruhan selama menerima
 Puasji masalah peladenan
pelayanan di Ru mah Sakit
 Bagusji semua pak
 Bagusji pelayanannya

Skema 3 : Pendapat pasien setelah menerima paelayanan dari petugas


Tema 4: Pendapat keluarga yang mendampingi pasien

Kategori tema ini yaitu kepuasan keluarga tentang pelayanan di IGD

dan kesan keluarga terhadap pelayanan petugas dan fasilitas yang tersedia

di ruang IGD. Kategori pertama hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti terhadap keluarga pasien maka keluarga pasien menyatakan

pendapatnya tentang apa yang dirasakan selama menerima pelayanan

yakni:

“Kalo pelayanan di sana bagusji,begitu selesai semua langsungmi di


bawa ke ruangan ini ada empat orang yang antar,setelah tiba di sini,di
bawa ke tempat tidur ”(P1)
“Puasji tapi masih kurang cepat artinya masalah waktuji saja
ini,kelihaian dalam menangani pasien ndak 100 % cepat,”(P2)
“Kalau kami kelurga ndak adaji masalah,semuanya bagus”(P3)
“Bagusji pak,Cuma ituji nabilang perawatnya sabarki bu di’ tunggumi
dokter.”(P4)
“Perawat IGD bagus pelayananya cuma memang ituji saja persoalnnya
terlambat masuk di kamar karna semua ruangan full ”(P5)
“Alhamdulillah pak,bagus semuaji”(P6)
“Yah..bagus-bagus tidak adaji masalah”(P7)
“Bagusji pelayanannya,begitu selesai semua langsung di pindahkan”(P8)

Kategori kedua tentang kesan keluarga terhadap semua petugas

fasilitas yang tersedia di ruang IGD sampai dipindahkan ke ruang

perawatan terdapat enam keluarga partisipan yang mengemukakan

pendapatnya yakni:

“Secara keseluruhan semua tidak adaji masalah”(P1)


“ Ndak adaji masalah,bagusji semua”(P3)
“Bagusji semua”(P6)
“Tidak ada masalah”(P4)
“Bagusji,tidak ada masalah”(P7)
“Tidak adaji masalah,bagusji”(P8)
Dua dari delapan keluarga partisipan mengemukakan pendapatnya

sebagai berikut:

“Secara keseluruhan tidak adaji masalah cuman mungkin bagus kalau


ada tim khusus yang menangani ini masalah jarum infus supaya lebih
cepat tertolong kan kasian pasiennya ini butuh pertolongan”(P2)
“Bagusji semua pak cuma ini saya liat masih kurang tenaga dokternya
terutama yang ahli,jangan satu dokter yang menangani semua penyakit
”(P5)

Kata Kunci

 Kalo pelayanan disana Kateg ori Tema


bagusji
 Puasji tapi masih kurang
cepat
 Kalau kami keluarga ndak Kepuasan keluarga tentang
adaji masalah pelayanan di IGD
 Alhamdulillah pak, bagus
semuaji Pendapat keluarga yang
mendampingi pasien
 Secara keseluruhan tidak
adaji masalah Kesan keluarga terhadap
 Bagusji semua pelayanan petugas dan fasilitas
 Bagus kalau ada tim khusus yang tersedia di ruang IGD
B.yang
Pembahasa
menangani masalah
jarum infus
 Masih
B. Pembahasan
kurang tenaga
dokternya

Skema 4 : Pendapat keluarga yang mendamp ingi pasien


B. Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti dapat

menyimpulkan tentang bagaimana persepsi pasien dan keluarganya tentang

pelayanan di ruang IGD RSUD Kabupaten Majene. Peneliti akan menjelaskan

tentang interpretasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan keterbatasan

yang ditemui dalam penelitian ini. Interpretasi hasil dilakukan dengan cara

membandingkan hasil penelitian dengan tinjauan pustaka yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya.

1. Inte rpretasi data


Tema 1: Respon penampilan petugas ketika pasien tiba di IGD

Wawancara partisipan dalam penelitin ini memunculkan hasil tema

yaitu respon penampilan petugas ketika pasien tiba di IGD meliputi

penyambutan pasien dan komunikasi petugas menanyakan keluhan pasien.

Dari delapan partisipan terdapat tujuh yang mengungkapkan bahwa

petugas langsung menjemput di pintu masuk,sedangkan satu partisipan

yang lain mengatakan seharusnya di bantu (dipapah) untuk naik ke tempat

tidur. Cara Komunikasi dan tindakan yang dilakukan oleh petugas semua

partisipan mengungkapkan bahwa petugas langsung berkomunikasi

dengan baik kepada pasien dengan menanyakan keluhan yang dirasakan

serta memberikan tindakan sesuai dengan prosedur.

(Puspita, 2009) mengatakan bahwa ada beberapa indikator tentang

dimensi kualitas pelayanan salah satunya adalah attitude yaitu tanggapan

pasien terhadap sikap yang ditunjukkan petugas dalam memberikan

pelayanan. (Menurut Utama, 1999) sikap adalah perilaku yang harus

ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Pemberikan asuhan

keperawatan menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut,sentuhan,

memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai

media pemberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan

dan niat baik, pro-aktif, positif, penuh kesabaran tidak mengada-ada dan

tepat waktu.

Penjelasan lain oleh (Lalli ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry 1993)

mengatakan bahwa penampilan perawat adalah berupa fisik maupun non


fisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari

pihak lain. Cara penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama

yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul

dalam 20 detik sampai 4 menit pertama . Perawat yang memperhatikan

penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang

positif. Secara fisik perawat dapat mempengaruhi tiap pasien terhadap

pelayanan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana

seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak

sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan

lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika

perawat tidak memenuhi citra pasien.

Selain itu Suryati (2006) menjelaskan tentang pentingnya komunikasi

yang diberikan oleh pihak penyedia jasa dan keluhan keluhan dari pasien.

Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh

penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap

keluhan pasien. Komunikasi dalam hal ini juga termasuk prilaku,tutur

kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan

informasi dan komunikasi menduduki peringkat tinggi dalam persepsi

kepuasan pasien. Tidak jarang, walaupun pasien dan keluarganya merasa

outcome tak sesuai dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayani

dengan sikap yang menghargai perasaan dan martabatnya.

Keterampilan perawat dalam memberi pelayanan pada pasien akan

mempengaruhi kepuasan pasien. Kecepatan perwat dalam melakukan


tindakan untuk mengatasi keluhan pasien akan meningkatkan kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan, misalnya perawat segera

mendatangi pasien yang membutuhkan bantuan maka semakin cepat

perawat memberikan bantuan akan semakin tinggi kepuasan pasien.

Komunikasi yang baik serta penampilan perawat yang rapi juga akan

ikut menunjang dan lebih meyakinkan pasien sehingga pasien lebih

percaya terhadap perawat tersebut.

Tema 2: Tindakan penanganan petugas terhadap pasien

Hasil wawancara langsung dengan partisipan dan keluarganya

menghasilkan tema tentang tindakan yang dilakukan oleh petugas. Dari

delapan partisipan terdapat tujuh yang mengungkapkan tentang tindakan

keperawatan yang diberikan oleh petugas yaitu pemerikssaan tanda tanda

vital meliputi tekanan darah,nadi,suhu tubuh dan pernafasan. Sedangkan

satu partisipan yang lain menyatakan tentang tindakan pemasangan infus

yang dilakukan oleh petugas sesuai instruksi dokter.

Penjelasan diatas mengemukakan pendapat (Paula Krisanty et al,

2009) bahwa IGD adalah unit pelayanan kesehatan yang harus diberikan

secepatnya pada kasus gawat darurat guna mengurangi kecacatan dan

kematian. Petugas harus siap siaga selama 24 jam serta fasilitas lain yang

mendukung guna kelancaran pelayanan. Tindakan adalah berbagai

kegiatan yang nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan

kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan,

prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat

tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan

keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan

dari tindakan yang diberikan perawat tersebut. Hal ini terjadi karena

perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi

pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai

dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa tind akan yang

diberikan berkualitas (Lalli ascossi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).

Hal ini juga dijelaskan dalam Daldiyono, (1997) bahwa dokter,

perawat dan pasien memiliki tujuan bersama yaitu pelayanan kesehatan

secara maksimal dan berfokus pada kesembuhan pasien. Untuk itu peran

masing- masing harus dijaga kelancarannya, dokter tidak lebih penting dari

perawat demikian juga sebaliknya. Profesi kedokteran dan profesi

keperawatan harus bekerja sama, serasi, selaras, seimbang saling

menghargai dan saling membina pengertian. Daerah kerja yang tumpang

tindih harus dikerjakan bersama-sama bukan saling tarik menarik atau

sebaliknya saling melemparkan tanggung jawab. Antara dokter dan

perawat ketika melakukan pelayanan tentunya mempunyai tujuan bersama

yaitu memberikan pelayanan prima demi kepuasan pasien. Sehingga

dokter dan perawat saling memberi dan menerima masukan, saling

mengingatkan kondisi pasien yang sudah membaik.

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perawat yang bertugas di

IGD telah melaksanakan prosedur sesuai dengan standar keperawatan


sehingga pasien dapat mengungkapkan pengalamannya tentang tindakan

keperawatan dan tindakan kolaborasi yang telah diberikan tentunya

dengan kerja sama yang baik antara tim medis yang lain.

Tema 3: Pendapat pasien setelah mene rima pelayanan dari petugas

Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan hasil tema

pendapatnya setelah menerima pelayanan dari petugas. Delapan partisipan

terdapat Tujuh yang mengungkapkan kepuasannya terhadap pelayanan

yang diberikan baik dari petugas IGD maupun pelayanan lain selama

barada di Rumah Sakit. Satu partisipan yang lain mengungkapkan

pendapat yang lain tentang pelayanan yang diterima saat pasien mendapat

tindakan pemasangan infus. Hal ini sesuai dengan penjelasan (Trimurty,

2008) bahwa pasien atau klien merupakan individu yang terpenting

sebagai konsumen sekaligus sasaran produk Rumah Sakit. Dalam suatu

proses keputusan, konsumen yaitu pasien, tidak akan berhenti hanya pada

sampai proses penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi

pelayanan yang diterimanya tersebut. Hasil proses evaluasi itu akan

menghasilkan perasaan puas atau tidak puas. Persepsi pasien terhadap

kualitas pelayanan dipengaruhi oleh harapan terhadap pelayanan yang

diinginkan.

Azwar (2003) menjelaskan di dalam situasi rumah sakit yang

mengutamakan pihak yang dilayani (client oriented), karena pasien adalah

yang terbanyak maka manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan

kepuasan pasien antara lain sebagai berikut:


a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan

senang hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap

pelayanan Rumah sakit.

b. Terciptanya citra positif dan nama baik Rumah sakit karena pasien

yang puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada

orang lain. Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan Rumah

sakit karena merupakan pemasaran Rumah sakit secara tidak

langsung.

c. Citra Rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan

ekonomi. Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin

mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini

mereka dengar akan menguntungkan Rumah sakit secara sosial

dan ekonomi.

d. Berbagai pihak yang berkepantingan (stakeholder) Rumah sakit,

seperti perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada

Rumah sakit yang mempunyai citra positif.

e. Di dalam Rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan

pasien akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanan yang

menunjang hak-hak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha

sedemikian rupa sehingga mal praktek tidak terjadi.

Tema 4: Pendapat keluarga yang mendampingi pasien.


Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada keluarga

partisipan didapatkan hasil kategori tentang kepuasan keluarga tentang

pelayanan di IGD dan kesan keluarga yang mendampingi partisipan

terhadap pelayanan petugas dan fasilitas yang tersedia di ruang IGD

diperoleh informasi tentang persepsi mereka saat mendampingi pasien.

Dari Delapan partisipan terdapat tujuh yang mengungkapakn bahwa

mereka mendapatkan pelayanan yang baik selama di IGD. Sedangkan satu

partisipan yang lain juga mengatakan pelayanan yang diterima baik,namun

menurutnya belum maksimal. Kesan keluarga partisipan tentang semua

petugas IGD dan fasilitas yang tersedia terdapat Enam partisipan yang

mengungkapkan tentang pelayanan secara keseluruhan semuanya tidak ada

masalah, Dua Keluarga partisipan yang lain mengungkapkan secara

keseluruhan pelayanan yang diberikan cukup baik namun dirasa perlu ada

tenaga terampil yang khusus dalam memberikan tindakan. Selain itu perlu

di tingkatkan lagi pelayanannya khususnya untuk tenaga dokter yang

dianggap masih kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Setiawati,

2008) bahwa diperlukan keterlibatan keluarga dalam pelayanan kesehatan

karena keluarga dipandang sebagai sumber yang kritis untuk untuk

menyampaikan masalah kesehatan baik berupa pujian atau masukan

kepada petugas. Keluarga dianggap sangat berperan dalam tahapan-

tahapan perawatan,pencegahan,pengobatan sampai rehabilitatif.

C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan

mengingat peneliti sendiri adalah seorang pemula maka tekhnik wawancara

yang digunakan dirasa belum sempurna dan belum maksimal untuk dikaji

lebih dalam.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, peneliti dapat

menyimpulkan hasil dari penelitian tentang persepsi pasien dan keluarganya

tentang pelayanan di ruang IGD RSUD Kabupaten Majene. Tema pertama

yang muncul pada hasil wawancara yaitu tentang respon petugas ketika pasien

tiba di IGD yang terdiri atas Dua kategori yakni penyambutan petugas ketika

pasien tiba di IGD dan komunikasi petugas dalam menanyakan keluhan dari

pasien sebelum dilakukan tindakan. Semua partisipan mengatakan bahwa

secara keseluruhan respon penerimaan yang di berikan oleh petugas saat

mereka datang cukup baik. Komunikasi juga dilakukan kepada pasien dengan

terlebih dahulu menanyakan keluhan yang dirasakan untuk keperluan

pemberian tindakan selanjutnya. Tema kedua tentang tindakan penanganan

petugas terhadap pasien yang terdiri dari dua kategori yakni pemberian

tindakan mandiri oleh petugas dan tindakan kolaborasi dengan dokter.

Partisipan mengungkapkan tentang pemberian tindakan mandiri yang

dilakukan oleh perawat dengan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan

pemberian tindakan kolaborasi berupa pemasangan infus. Tema ketiga tentang

pendapat pasien setelah menerima pelayanan dari petugas yang terdiri dari dua

kategori yakni kepuasan pasien ditinjau dari petugas IGD dan kepuasan pasien

secara keseluruhan selama berada di rumah sakit. Partisipan mengungkapkan

kepuasan pelayanan di IGD cukup memuaskan dan tidak ada masalah

42
begitupun untuk kepuasan pasien secara keseluruhan semua tidak ada

masalah. Tema keempat yaitu pendapat keluarga yang mendampingi pasien

yang terdiri dari kepuasan keluarga yang mendampingi pasien dan kesan

keluarga terhadap pelayanan petugas dan fasilitas yang tersedia di ruang IGD.

Keluarga partisipan mengungkapkan penilaian pelayanan yang dianggap baik

begitupun untuk kesan keluarga partisipan tentang petugas dan fasilitas yang

tersedia cukup baik dan tidak ada masalah.

B. Saran

Hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka peneliti

merekomendasikan beberapa hal yaitu:

1. Bagi instansi tempat penelitian agar setiap tahun ditetapkan program

pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh supaya dapat

mempertahankan bahkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan petugas

yang lebih terampil yang bertugas di IGD.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang

penelitian kualitatif dan kemampuan dalam wawancara mendalam karena

banyak hal yang dapat dikembangkan lagi dalam penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. (2009). Pengumpulan analisis data kualitatif Colaizzi .pdf diakses


tanggal 10 maret 2012, http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-

Bungin,B.2007.Penelitian kualitatif .Jakarta: Prenada media group.

Bungin,B. 2003. Analisis data penelitian kualitatif.Jakarta: PT Rajagrafindo


persada.

Emzir. (2010) Metode penelitian kualitatif:analisa data edisi 1.Jakarta. Rajawali


pers

Deli, T. (2009). Pengaruh persepsi pemimpin Rumah Sakit tentang mutu Instalasi
Gawat Darurat terhadap pelaksanaan akreditasi. Tesis diterbitkan. Medan:
Program studi magister ilmu kesehatan masyarakat Universitas S umatera
Utara

Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2007. Laporan akreditasi Rumah


Sakit. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Diah, A. (2009). Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di


RSUD Tugurejo Semarang. Tesis diterbitkan. Semarang: Program studi
magister promosi kesehatan. Universitas Diponegoro

Haryatun, N., & Sudaryanto, A. (2008). "Perbedaan waktu tanggap tindakan


keperawatan pasien cedera kepala kategori 1-5 di Instalasi Gawat Darurat
RSUD DR.Moewardi" Berita ilmu keperawatan, vol .1. No 2, p. 69

Hidayat, A. a. (2007). Metode penelitian keperawatan dan tekhnik analisa data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kamus besar bahasa Indonesia (2005), defenisi pengalaman,diakses tanggal 10


Maret 2012, <http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=144602>

Mubarak, at all. (2009). Ilmu keperawatn komunitas teori dan aplikasi Salemba
medika. Jakarta

Muhammad nuralim mallapasi & Khalid Saleh. Buku panduan basic trauma
cardiac life support.Makassar:Brigade siaga bencana Makassar

Mulyati, G. (2009). Hubungan antara persepsi pasien terhadap asuhan


keperawatan dengan kepuasan pasien di unit rawat inap rumah sakit haji
Medan. skripsi tidak diterbitkan, Medan : Fakultas kesehatan masyarakat
Universitas Sumatera utara.

Ngalim, P.M. (2006). Pengalaman dan teknik evaluasi pengajaran. Remaja


Rosdakarya: Bandung.

Notoatmodjo, D. (2002). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nursalam.(2001).Proses dan dokumentasi keperawatan. Konsep dan praktik.


Jakarta: Salemba medika

Nursalam.(2008).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan


edisi 2. Surabaya:Salemba medika

Oman, K, Koziol J & Scheetz, L. (2008) Panduan belajar keperawatan


emergensi. EGC: Jakarta

Paula krisanty, S. et al (2009). Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta timur:


Tim keperawatan dan kebidanan.

Pedoman etik penelitian kesehatan, prinsip etika umum, diakes tanggal 14


Februari 2012, <http://www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/pro-tentang.htm>
Poerwandari, E.K. (2005) Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku
manusia. Edisi 3. Jakarta: Perfecta LPSP3. Fakultas psikologi Universitas
Indonesia

Saryono & Anggraeni,M.D. (2010). Metodologi penelitian kualitatif dalam


bidang kesehatan. Nuha medika: Yogyakarta

Setiawati, (2008). Statistik kesehatan PT.Raja Grafindo Persada Jakarta.

Sri, S. (2009). Kebijakan perlindungan hukum pidana terhadap korban tindak


pidana di bidang medis. Tesis diterbitkan, Semarang: Program magister
ilmu hukum Universitas Diponegoro

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung:

Sugiyono. (2005).Memahami penelitian kualitatif,Alfabeta: Bandung

SpB-KBD, P. D. et al (2007). Buku panduan basic trauma and cardiac life


support. Jakarta: Tim Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah


Sakit, Presiden Republik Indonesia, Jakarta, Tanggal 28 Oktober 2009.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/Tahun 2008,
Tentang standar pelayanan minimal Rumah Sakit, Menteri kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Tanggal 6 Februari 2008.

Anda mungkin juga menyukai