1 April 2019
ABSTRAK
Pelecehan seksual di tempat praktek kerja klinis merupakan sebuah bentuk tindakan yang dilakukan
menyasar pada hal seksual yang tidak diinginkan dalam bentuk verbal, nonverbal, maupun psikologis
yang mengganggu seseorang khususnya mahasiswa keperawatan. Penulis melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman pelecehan seksual yang tidak menyenangkan pada
mahasiswa keperawatan ketika melakukan praktek klinik di area rumah sakit. Penulis menggunakan
rancangan penelitian deskriptif dan menggunakan metode total sampling dalam pengambilan sampel.
Sehingga, penelitian ini melibatkan 252 responden mahasiswa yang telah melaksanakan praktek
klinik. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan self reported instrument, yaitu Sexual
Experiences Quesionaire (SEQ). Hasil penelitian menunjukan bahwa pelecehan seksual di tempat
praktek klinik dialami oleh 143 mahasiswa (56,7%). Berdasarkan hasil tersebut, maka baik pihak
instansi pendidikan dengan keterlibatan institusi rumah sakit harus membuat sebuah kebijakan baik
untuk upaya pencegahan pelecehan seksual ataupun usaha penanganan pelecehan seksual.
Kata kunci: Mahasiswa Keperawatan, Pelecehan Seksual, Praktek Klinik
ABSTRACT
Sexual harassment in a clinical workplace is a form of action that is targeted at unwanted sexual
matters in the form of verbal, nonverbal, or psychological that disturbs a person, especially nursing
students. The author conducted a study that aimed to identify unpleasant sexual harassment
experiences for nursing students when practicing clinical skills in the hospital area. The author used a
descriptive research design and the total sampling method in sampling. Thus, this study involved 252
student respondents who had carried out clinical practice. Data collection was conducted using self-
reported instrument, namely Sexual Experiences Questionnaire (SEQ). The results showed that sexual
harassment in clinical practice was experienced by 143 students (56.7%). Based on these results, both
educational institutions with hospital institution involvement must make a policy both for the
prevention of sexual harassment and handling sexual harassment.
Keyword: Clinical Practicum, Nursing Students,and Sexual Harrasment
beberapa rumah sakit. Studi ini dilakukan sebagai pelecehan seksual dengan cara menawarkan
tindakan awal untuk mendorong pihak-pihak kebermanfaatan dalam pekerjaan (sebagai ganti
terkait di Fakultas Keperawatan Universitas dari aktivitas seksual) atau dapat pula dengan
Negeri Di Kota Bandung agar mengancam atau memaksa korban jika paksaan
mempertimbangkan usaha untuk menceah seksual tidak dipenuhi oleh korban.
tindakan pelecehan seksual. Penelitian terdahulu yang melaporkan adanya
pelecehan seksual terhadap mahasiswa
KAJIAN LITERATUR keperawatan ialah penelitian di area Universitas
Pelecehan seksual dapat diartikan sebagai Alabama oleh Castledine (2002), yang dilakukan
tindakan yang berhubungan dengan hal seksual terhadap 277 mahasiswa. Dari penelitian tersebut
yang tidak dikehendaki, tidak sopan, dan tidak terdapat 8% mahasiswa yang mengalami
menyenangkan (Celik & Celik, 2007). Secara pelecehan seksual yang rata-rata dilakukan oleh
psikologis Fitzgerald, Swan & Magley (1997) laki-laki (71%) berbentuk kekerasan verbal
mendefinisikan pelecehan seksual dalam konteks berupa komentar seksis terhadap pakaian, tubuh
organisasional sebagai perilaku yang dan aktivitas seksual. Hal ini cenderung minim,
berhubungan dengan seks yang dinilai oleh jika dibandingkan dengan penelitian lain yang
korban sebagai sesuatu yang menyinggung, dilakukan oleh Bronner (2003). Penelitian
melebihi kekuatannya serta mengganggu tersebut menemukan bahwa setidaknya 90%
kesejahteraanya. Beberapa faktor yang dapat subjek mengalami satu jenis pelecehan seksual,
menjadi faktor penyebab pelecehan seksual dan pelecehan seksual yang parah dialami oleh
terjadi pada suatu organisasi dijelaskan Fitzgerald 33% subjek, dengan perbandingan antara perawat
(1995), disebabkan oleh karakteristik personal 33% sedangkan mahasiswa keperawatan 22%.
dan karakteristik pekerjaan. Karakteristik Insiden pelecehan seksual pada mahasiswa
individu seperti usia muda, kepribadian personal keperawatan selama melakukan praktek klinis
dan penampilan dapat mendorong seseorang pun dilakukan oleh Lee, Song, & Kim (2011)
melakukan tindakan tidak menyenangkan pada terhadap 542 orang mahasiswa, penelitian
individu tersebut (Arologun, Omotosho, & tersebut menunjukkan bahwa sekitar 52%
Titiloye, 2013). Selain itu, Hulin et al. (2007) mahasiswa secara pasti pernah mengalami
mengidentifikasi bahwa persepsi sejauh mana pelecehan seksual dari berbagai jenis pelecehan
individu menoleransi pelecehan seksual pada verbal, fisik, maupun visual.
konteks organisasi berhubungan dengan suasana Pelecehan seksual memiliki pengaruh yang cukup
organisasional yang mendukung adanya besar terhadap kondisi mental. Beberapa dampak
pelecehan seksual (sexual harrasment climate). yang ditimbalkan pada korban pelecehan seksual
Suasana psikologis individu yang memiliki diantaraya ialah; depresi, stress, takut, kecewa,
pemahaman bahwa pelecehan seksual merupakan cemas, depresi dan kehilangan keinginan untuk
hal yang menyalahi norma dan mengganggu akan bekerja (Richman et al.,1999 dalam Mushtaq,
meredam para pelaku pelecehan seksual secara Sultana, & Imtiaz, 2015; Arulogun, 2013).
bebas melakukan tindakannya. Namun, secara spesifik pelecehan seksual yang di
Fitzgerald (1995) membagi perilaku pelaku alami oleh khususnya mahasiswa keperawatan
pelecehan seksual menjadi tiga jenis yaitu, 1. memiliki dampak yang spesifik, khususnya
pelecehan gender (gender harassment), berdampak pada performa akademik dan
merupakan sekumpulan perilaku yang berbentuk pelayanan keperawatan, hal ini perlu
verbal maupun nonverbal yang ditujukan bukan dipertimbangkan karena mahasiswa memerlukan
untuk menyasar pada partisipasi seksual, praktek klinik yang merupakan hal esensial yang
melainkan bertujuan untuk merendahkan, memiliki dampak yang signifikan bagi
menghina dan menyatakan permusuhan terhadap pembelajaran dan perkembangan dalam berperan
seseorang karena identitas gender yang dimiliki sebagai perawat (Öhrling & Rahm Hallberg,
seseorang; 2. Perhatian Seksual yang Tidak 2000).
Diinginkan (Unwanted Sexual Attention),
sekumpulan perilaku verbal maupun non-verbal METODE PENELITIAN
yang dialami dimana korban tidak menginginkan Desain penelitian ini merupakan desain penelitian
hal tersebut; 3. Pemaksaan seksual (Sexual berupa penelitian deskriptif. Populasi yang
Coercion), perilaku yang mencoba untuk ditargetkan pada penelitian ini adalah mahasiswa
mendapatkan partisipasi seksual dari korban yang telah menjalani praktek klinik yang
berjumlah 269 orang, dengan metode dahulu melakukan perkenalan diri kepada
pengambilan sampel total sampling. Penelitian ini responden serta melakukan informed consent
secara sukarela diikuti oleh 252 orang (angka terlebih dahulu. Teknik pengumpulan data dengan
respon 93,7%). menggunakan web dan menggunakan paper based
Instrumen yang digunakan dalam penelitian survey, setelah diberikan informed consent. Setelah
terdiri atas data demografi, sedangkan bagian data terkumpul, analisa data dilakukan dengan
kedua merupakan pertanyaan yang berisi tentang mengunakan SPSS 24. Penelitian yang dilakukan
pengalaman pelecehan seksual yang merupakan oleh penulis mengedepankan prinsip-prinsip yang
kuesioner baku, yaitu Sexual Experiences berkaitan dengan isu utama yang berkaitan dengan
Questionnaire (SEQ) yang dikembangkan oleh etik. Dalam penelitian ini penulis mengedepankan
Fitzgerald, Gelfand, & Drasgow (1995). empat prinsip utama yaitu, autonomi, beneficene
Pengalaman pelecehan seksual diukur melalui 16 (kebermanfaatan- do not harm), confidentiality,
pertanyaan, yang mewakili semua jenis tindakan serta respect for human diginity. Penelitian
pelecehan seksual berupa perhatian seksual yang dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas
tidak diinginkan, pelecehan gender (sexist Negeri di Kota Bandung pada Bulan Februari 2018
hostility dan sexual hostility) serta paksaan – Mei 2018.
seksual. Setiap pertanyaan dapat dijawab dengan
lima pilihan jawaban yaitu, tidak pernah, satu PEMBAHASAN
atau dua kali, kadang-kadang, sering, dan Karakteristik responden yang digunakan pada
beberapa kali. Pertanyaan terakhir merupakan studi ini ialah usia, jenis kelamin, dan status
pertanyaan tertutup “pernahkah Anda secara perkawinan. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
seksual dilecehkan” dimasukan untuk mengetahui mayoritas responden ialah pada usia 20-24
persepsi subjektif responden terhadap (86,5%), berjenis kelamin perempuan (92,1%)
pengalaman seksual yang tidak menyenangkan. dan belum menikah (87,3%).
Pertanyaan tambahan dilibatkan untuk mengetahui Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pelecehan
; (1) Hubungan dengan pelaku, seperti pasien atau seksual di alami oleh hampir lebih dari setengah
klien, pengunjung/kerabat pasien, perawat, mahasiswa mengalami pelecehan seksual
rekan/teman, dokter, serta staff rumah sakit atau (56,7%)Namun, pelecehan seksual ini hanya di
puskesmas; (2) Dampak dari pelecehan seksual persepsikan oleh 27 orang mahasiswa (18,9%)
yang tidak menyenangkan seperti seperti, marah, ditunjukkan oleh tabel 3.
takut, gelisah, cemas, tidak nyaman, malu serta Pada tabel 4 menunjukkan jenis pelecean
tidak merasa efek apapun. seksual yang dialami oleh mahasiswa Universitas
Kuesioner yang digunakan telah valid dan reliabel X yang menunjukkan bahwa atas perhatian
dengan nilai 0,86. Penulis menulis kembali seksual dan pelecehan gender (terdiri atas
melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 50 permusuhan seks dan permusuhan seksual)
responden yang serupa. Hasil perhitungan nilai menjadi jenis pelecehan yang seringkali terjadi
reliabilitas pada 50 responden menunjukkan nilai baik pada program profesi maupun mahasiswa
yang reliabel dengan nilai Alpha Cronbach 0,922 program akademik.
pada 16 item pertanyaan kuesioner SEQ. Proses Pada pertanyaan tambahan mengenai respon
pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapat terhadap pelecehan seksual (tabel 5) dan pelaku
perizinan dari institusi Fakultas Keperawatan pelecehan seksual (tabel 6) menunjukkan bahwa
Universitas Negeri di Kota Bandung. Studi yang mayoritas responden memiliki respon negatif
dilakukan oleh peneliti telah melewati persetujuan terhadap pelecehan, 84% mahasiswa mayoritas
etik Komite Etik Penelitian Universitas. Dengan menyatakan merasa tidak nyaman dengan
mempertimbangkan etika penelitian, penelitian tindakan yang dilakukan pelaku. Sedangkan pada
yang dilakukan oleh penulis bersifat anonim. tabel 6 menunjukkan bahwa pelaku pelecehan
Sehingga, identitas diri yang spesifik (nama) tidak seksual di tempat praktek klinik seringkali
disertakan pada penelitian. dilakukan oleh rekan mahasiswa, kerabat pasien
Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta dan pengunjung rumah sakit.
responden untuk mengisi kuesioner pada laman
Google-Docs yang sudah penulis persiapkan.
Partisipan terlebih dahulu dikontak oleh penulis
dan ditawarkan untuk mengikuti web-based survei
yang dilakukan oleh penulis, sehingga terlebih
Tabel 3 Persepsi Mahasiswa yang Mengalami Pelecehan Seksual terhadap Pelecehan Seksual
Kategori Frekuensi (%)
Tidak merasa dilecehkan seksual 99 (69,2%)
Merasa dilecehkan seksual 27 (18,9%)
Tidak memilih 17 (11,9%)
Mahasiswa
Program Profesi Program
Komponen Pelecehan Seksual akademik
Frekuensi (%) Frekuensi (%)
berdiskusi tentang masalah seksual?
… menceritakan kisah atau lelucon seksual yang 21 (21,6%) 29 ( 9,1%)
menyinggung ?
… membuat gerakan ataupun isyarat yang 17 (27,5%) 49 (32,3%)
bersifat seksual yang menyinggung Anda?
… melontarkan ucapan yang menyinggung 25 (25,8%) 43 (27,7%)
tentang penampilan, aktivitas tubuh atau seksual?
… memperlihatkan, menggunakan, atau 5 (5,8%) 21 (13,5%)
menyebarkan barang-barang atau konten yang
berhubungan dengan seks dan tidak senonoh?
Paksaan Seksual
… memberikan atau menjanjikan semacam 0 6 (3,8%)
hadiah (material ataupun non-material) agar
terlibat dalam perilaku seksual?
… Anda diancam karena tidak bersikap 0 0
kooperatif secara seksual dalam perilaku seksual?
… Anda diperlakukan buruk karena menolak 0 1 (0,6%)
melakukan hubungan seks?
… memperlakuan Anda dengan lebih baik jika 0 3 (1,9%)
Anda bersikap kooperatif secara seksual dalam
perilaku seksual?
Total insiden 60 (61,9%) 83 (53,5%)
Pelecehan Seksual pada Mahasiswa beresiko menjadi pelecehan seksual (S. R. O. Ali,
Keperawatan saat Praktek Klinik Zakaria, Mohd Zahari, Mohd Said, & Salleh,
Pelecehan seksual merupakan sebuah tindakan 2015). Beberapa faktor lain yang umum seperti
yang berhubungan dengan seksual yang tidak isu gender (mayoritas wanita), powerless, usia
dikehendaki dan membuat tidak nyaman bagi dan karakteristik pekerjaan yang secara umum
penerima tindakan tersebut. Pelecehan seksual terikat pada mahasiswa keperawatan menjadi
dalam pada penelitian ini diidentifikasi oleh salah satu faktor yang mendasari tindakan
instrumen Sexual Experiences Questionairre pelecehan seksual.
(SEQ) yang dikembangkan oleh Fitzgerald et al., Analisis karakteristik responden didapatkan hasil
(1997). Jika seseorang minimal dalam satu item bahwa responden didominasi oleh mahasiswa
pertanyaan menjawab dengan satu atau dua kali pada tahap perkembangan dewasa awal (18-40
maka akan digolongkan pernah mengalami tahun). Pada karakteristik usia menunjukan
pelecehan seksual. Pelecehan seksual pada saat bahwa mayoritas responden dalam penelitian
menjalani praktek dan pembelajaran klinis berada pada rentang 20-24 tahun (86%). Usia
dialami 56,7% mahasiswa (n=143). Hasil dengan rentang tersebut merupakan usia muda
penelitian ini menunjukan hasil yang cukup jika dibandingkan dengan individu lain di tempat
tinggi jika dibandingkan penelitian yang praktek kerja (rumah sakit). Schat, Frone and
dilakukan oleh Lee et al., (2011). Namun, hasil Kelloway (2006) menemukan bahwa pekerja
penelitian ini masih terbilang cukup rendah jika dewasa muda lebih beresiko mengalami
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan kekerasan di tempat kerja. Hal ini selaras dengan
oleh Bronner, (2003) yang menunjukkan 90% J. Y. Lee, Heilmann, & Near, (2004) yang
mahasiswa keperawatan mengalami pelecehan menunjukkan bahwa semakin muda responden,
seksual di rumah sakit, 58% mahasiswa maka semakin besar kemungkinan mengalami
keperawatan mengalami pelecehan di rumah sakit pelecehan seksual. Powerless atau tidak adanya
Nigeria (Arologun, Omotosho, & Titiloye, 2013) kekuatan struktural menjadi faktor yang menjadi
serta penelitian yang dilakukan oleh El- Ganzory, penyebab adanya pelecehan seksual pada
Nasr, & Talaat, (2014) yang menunjukkan 71% mahasiswa keperawatan yang dilakukan oleh
mahasiswa mengalami pelecehan seksual. beberapa pihak yang memiliki ‘kekuatan’
Penelitian pelecehan seksual di lingkungan yang lebih tinggi. Penyalahgunaan kekuatan dan
praktek klinis pada mahasiswa keperawatan yang ketertarikan romatis menjadi seseorang
dilakukan di Korea Selatan menunjukan insiden melakukan pelecehan seksual ataupun
yang hampir sama dengan studi yang dilakukan diskriminasi gender. Sehingga, hal ini
oleh peneliti jika dibandingkan dengan penelitian menunjukan support atas teori yang dibuat oleh
yang dilakukan di Israel,. Lee et al., (2011) pada Fitzgerald, Gelfand, et al., (1995) bahwa
studinya menunjukan bahwa 52% mahasiswa karakteristik target dan karakteristik pekerjaan
keperawatan mengalami pelecehan seksual, hal menjadi salah satu faktor yang mencetuskan
ini menunjukan insiden yang lebih rendah. Pada terjadinya pelecehan seksual. Selain karakteristik
penelitian tersebut menggunakan item pertanyaan individu, karakteristik pekerjaan perawat yang
yang terdiri atas 18 pertanyaan yang serupa mayoritas diemban oleh perempuan dan
dengan SEQ dan melibatkan jenis pelecehan seringkali harus kontak fisik ataupun
gender. berkomunikasi dengan lawan jenis menjadi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis alasan mahasiswa keperawatan rentan mengalami
tebukti konsisten dengan penelitian yang pelecehan seksual (Hibino et al., 2006).
dilakukan oleh studi lain dimana mahasiswa Persepsi terhadap pelecehan seksual pada studi
keperawatan seringkali menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh penulis
setidaknya pada satu jenis pelecehan seksual. menunjukan bahwa mayoritas dari mahasiswa
Beberapa faktor yang menjadikan mahasiswa yang mengalami pelecehan seksual menjawab
keperawatan menjadi target dari pelecehan bahwa mereka tidak pernah merasa dilecehkan
seksual memengaruhi insiden pelecehan seksual. secara seksual 69,2% (n=99) dan hanya 18,9%
Faktor dari karakteristik personality atau (n=27) yang secara pasti menjawab bahwa
kepribadian personal dapat menjadi faktor yang mereka mengalami pelecehan seksual. Namun,
menjadi faktor yang berkontribusipada pelecehan hal ini justru berkebalikan dengan item kuesioner
seksual. Beberapa kepribadian personal individu self reported yang dijawab oleh responden. Studi
dapat menarik perhatian seksual seseorang yang menunjukkan setidaknya 56,7% (n=143)
mengalami satu jenis pelecehan seksual pada Selain itu, persepsi yang rendah terhadap
item pertanyaan di kuesioner SEQ. pelecehan seksual dapat disebabkan oleh persepsi
Data tersebut menunjukkan perbedaan atau gap keatraktifan pelaku pada pelecehan seksual
yang cukup besar dan menunjukkan bahwa (LaRocca & Kromrey, 1999). Tindakan
meskipun mahasiswa mengalami item pelecehan pelecehan yang dilakukan oleh pelaku
pada kuesioner mahasiswa menolak atau denial berlawanan jenis yang dipersepsikan ‘atraktif’
bahwa pelecehan seksual telah terjadi. Hal serupa oleh korban akan ditinjau menjadi sesuatu yang
terjadi dengan beberapa penelitian yang bisa lebih ‘diterima’.
menunjukkan korban pelecehan seksual merasa Perbedaan insiden pelecehan seksual mahasiswa
tidak dilecehkan secara seksual. Penelitian yan keperawatan di beberapa negara dengan negara
dilakukan oleh Lee et al., (2011) yang Indonesia kemungkinan pula terjadi akibat
menunjukan bahwa hanya 17,9% mahasiswa adanya perbedaan budaya. Alasan lainnya ialah
keperawatan yang yakin telah dilecehkan secara penulis berasumsi bahwa perbedaan penggunaan
seksual, berkebalikan dengan data item checklist kuesioner menjadi alasan perbedaan frekuensi
kuesioner yang menunjukan bahwa 52% pelecehan seksual pada mahasiswa keperawatan,
mahasiswa telah mengalami pelecehan seksual. meskipun beberapa item pelecehan seksual pada
Hasil tersebut dapat disebabkan oleh salah peneltian serupa. Sehingga, terdapat keterbatasan
satunya ialah kurangnya pengetahuan mengenai untuk membandingkan secara langsung
tindakan pelecehan seksual dan kurangnya prevalensi pelecehan seksual di beberapa negara
sensitivitas gender (Korean Institute for Gender pada mahasiswa keperawatan.
Equality Promotion and Education, 2008 dalam Pertimbangan tingginya prevalensi pelecehan
Lee et al., 2011). Sehingga, dapat disimpulkan seksual pada mahasiswa keperawatan diakibatkan
bahwa tidak ada pengetahuan yang cukup oleh karakteristik mahasiswa keperawatan (usia
mengenai tindakan pelecehan seksual dan muda, dan perempuan) maupun diakibatkan oleh
kurangnya sensitivitas terhadap gender atau karakteristik pekerjaan baik berupa sifat
pemahaman mengenai gender pada mahasiswa pekerjaan profesi keperawatan, persepsi toleransi,
keperawatan menjadi salah satu penyebab adanya serta kebijakan. Masalah pelecehan seksual pada
mispresepsi terahadap tindakan pelecehan saat melaksanakan praktek klinis menjadi
seksual. pertimbangan masalah institusi yang harus
Selain pemahaman tentang gender yang rendah, diatasi. Praktek klinis bukan hanya menjadi
Lee et al., (2011) mengidentifikasi bahwa sebagai area pelayanan kesehatan terhadap klien,
rendahnya persepsi pelecehan yang rendah pada namun menjadi sebuah wahana pembelajaran.
mahasiswa kemungkinan diakibatkan oleh Pelecehan seksual yang kemungkinan menjadi
beberapa korban dari pelecehan seksual faktor penurunan kepuasan pengalaman praktek
mengenali item pelecehan seksual sebagai tanda klinis harus dikurangi. Kepuasan pengalaman
ketertarikan atau keintiman (romantisme), atau praktek klinis mahasiswa keperawatan dapat
dapat pula korban mengangap bahwa tindakan meningkatkan kompetensi klinis, keefektifan
yang mereka terima tidak dianggap sebagai hal pembelajaran dan kebanggaan akan studi yang
yang serius. Kondisi mahasiswa yang didominasi dijalankan oleh mahasiswa (Kim, 2001 dalam
oleh mahasiswa dengan usia dewasa muda Lee et al., 2011). Hal yang penting untuk
menjadi salah satu faktor persepsi pelecehan dilakukan agar membentuk usaha edukasi untuk
seksual. Blackstone, Houle, & Uggen, (2014) meningkatkan kesadaran, sensitivitas gender, dan
menjelaskan bahwa usia menjadi fundamental koping strategi yang digunakan dalam
yang penting dalam persepsi dari interaksi menghadapi pelecehan seksual. Sehingga,
seksual dan pelecehan di tempat kerja. Persepsi edukasi harus berfokus untuk membantu
tersebut akan meningkat seiring dengan usia, mahasiswa untuk mengidentifikasi pelecehan
sehingga beberapa perilaku pelecehan seksual seksual dan memahami adanya sumberdaya yang
memungkinkan akan dilabeli berbeda pada ada untuk mendukung perbaikan dari dampak
tahapan usia yang berbeda. Usia muda cenderung yang diakibatkan oleh pelecehan seksual melalui
memandang tindakan pelecehan seksual menjadi sebuah komite (Moylan & Wood, 2016).
interaksi yang dipandang “normal”, sedangkan
pada usia yang lebih dewasa cenderung memiliki Respon terhadap Perilaku Pelecehan Seksual
persepsi yang lebih terhadap penggolongan Mahasiswa Fakultas Keperawatan mengalami
perilaku yang dilabeli sebagai pelecehan seksual. respon yang berbeda-beda pada saat mengalami
tindakan pelecehan seksual. Hasil penelitian ini oleh pelaku lain seperti pasien dan dokter.
menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
yang mengalami pelecehan seksual merasakan oleh penulis, beberapa penelitian tidak
perasaan tidak nyaman (84%), takut (29,3%), dan menunjukkan adanya pelecehan seksual yang
marah (21,4%) menjadi reaksi yang sering dilakukan oleh rekan mahasiswa. Bronner, (2003)
dialami oleh mahasiswa keperawatan, diikuti dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pelaku
dengan perasaan cemas (15,51%), malu, gelisah, pelecehan seksual yang terjadi di tempat praktek
dan tidak merasakan efek apapun (11,2%). klinis kebanyakan dilakukan oleh pasien, dokter
Bronner (2003) dalam penelitiannya pun dan perawat laki-laki, serta disusul dilakukan
menunjukkan hal yang serupa bahwa perasaan keluarga pasien dan staff lain. Sama halnya
yang seringkali dirasakan oleh mahasiswa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee et al.,
keperawatan saat mengalami pelecehan seksual (2011) tidak menunjukkan adanya pelecehan
ialah perasaan ketidaknyamanan, malu, dan yang dilakukan oleh rekan mahasiswa, mayoritas
terganggu. Hal ini sejalan dengan (Sun-Kyoung pelecehan dilakukan oleh pasien (96%), keluarga
et al., 2017) yang menunjukkan adanya hubungan pasien atau caregiver dan dokter. Penelitian oleh
antara pengalaman pelecehan seksual dan (El-Ganzory et al., 2014) menunjukan sebagian
kesehatan mental yang negatif, seperti cemas dan besar pelecehan dilakukan oleh pasien (71,7%),
takut yang timbul pada pelecehan seksual yang kerabat pasien (10%) dan diikuti oleh dokter,
dilakukan baik dalam bentuk verbal maupun perawat, kemanan dan penjaga kebersihan. Tidak
visual. Lebih lanjut dampak emosional yang adanya kejadian pelecehan seksual yang
dirasakan oleh mahasiswa secara umum dapat dilakukan oleh rekan mahasiswa dapat
memengaruhi atmosfir di tempat kerja dan disebabkan oleh tidak tersedianya pertanyaan
memengaruhi motivasi dan efisiensi pekerjaan yang merujuk pada rekan mahasiswa sebagai
atau tindakan keperawatan (Robbins et al., dalam pelaku dari pelecehan seksual.
Bronner, 2003). Meskipun tidak secara langsung Pada studi yang dilakukan oleh penulis diketahui
menunjukan keterkaitan, pelecehan seksual jika bahwa mayoritas dari pelaku pelecehan adalah
tidak ditangani memungkinkan dapat rekan mahasiswa (baik itu mahasiswa internal
menimbulkan hal yang berdampak bagi maupun mahasiswa keperawatan diluar
mahasiswa keperawatan. Work-withdrawl dan Universitas). Namun jika di tinjau dengan
kemunduran akademik dapat terjadi pada spesifik, diantara kedua kelompok tersebut
mahasiswa keperawatan yang mengalami menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil
pelecehan seksual. Hal ini disebabkan oleh penelitian terhadap mahasiswa profesi angkatan
kondisi psikologis maupun biologis yang XXXIV menunjukan bahwa angka pelecehan
terganggu, sehingga pelecehan seksual dapat tertinggi dilakukan oleh kerabat pasien (30,23%),
memengaruhi kepuasan kerja yang kemungkinan pengunjung rumah sakit (23,25%), staff rumah
besar berdampak pada kondisi work/job sakit (18,6%), perawat (16,27%), pasien (9,3%)
withdrawl (Fitzgerald et al., 1997). Penurunan dan diikuti oleh dokter yang menempati urutan
keinginan untuk bekerja tentunya akan terakhir. Hal ini berbeda dengan mahasiswa
menurunkan performa kerja mahasiswa. keperawatan angkatan 2014 yang hamper 53%
Kondisi psikologis yang buruk yang berdampak (n=35) diantaranya pelecehan dilakukan
pada penurunan keinginan bekerja akan mayoritas oleh rekan mahasiswa, dikuti oleh
mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan kerabat pasien & pengunjung dengan jumlah
pada pasien, sehingga baik secara langsung yang sama (15,5%), staff (13,5%), staff (13,6%),
maupun tidak pelecehan seksual yang terjadi di perawat (10,6%), dan diikuti oleh dokter.
rumah sakit akan berakibat pada kualitas Selain tingginya pelecehan yang
perawatan pasien yang berakibat pada financial dilakukan oleh rekan mahasiswa, kebanyakan
burden suatu organisasi khususnya rumah sakit pelecehan dilakukan oleh kerabat pasien dan
(Hibino et al., 2006). pengunjung rumah sakit, hal ini berbeda dengan
penelitian yang lain yang menunjukkan tingginya
Pelaku Pelecehan Seksual angka pelecehan yang dilakukan oleh pasien.
Studi menunjukkan bahwa 44% tindakan tersebut Meskipun memiliki perbedaan tingginya
dilakukan oleh rekan mahasiswa, disusul oleh perbedaan pelaku, hal ini menunjukkan bahwa
kerabat pasien (21%), pengunjung (18,35%), faktor kekuatan menjadi pemicu adanya
staff (15,6%), dan perawat (12,48%). Disusul pelecehan seksual. Peran pelanggan atau
costumer dianggap memiliki pengaruh fungsional dan komunikasi untuk menghadapi para pelaku
dan simbol kekuatan dimana individu tersebut pelecehan seksual. Hasil dari penelitian
memiliki kontrol terhadap pelayanan karena diharapkan menjadi langkah awal untuk dijadikan
menganggap diri mereka memiliki kekutan pertimbangan bagi rumah sakit dan institusi
finansial yang dibutuhkan, jika kekuatan ini tidak pendidikan keperawatan.
seimbang maka kemungkinan pelanggan berlaku Sebuah komite dari bagian konseling dikerahkan,
kasar ataupun melakukan hal yang tidak pantas baik untuk melaksanakan edukasi dan pelatihan
dapat terjadi terjadi terhadap pekerja, khususnya mengenai pencegahan pelecehan seksual,
dalam konteks penelitian ialah mahasiswa komunikasi-self defense (terhadap tindakan
keperawatan (Korczynski & Evans, 2013). pelecehan seksual), dan pemahaman gender-
Tingginya angka pelecehan yang dilakukan oleh seksualitas serta pembuatan standar operasional
mahasiswa terhadap rekan mahasiswa menjadi aduan untuk penanganan masalah bagi individu
salah satu temuan penting dalam penelitian. yang mengalami pelecehan seksual. Adanya
Mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani bagian khusus ini diharapkan dipromosikan atau
praktek klinik keperawatan mayoritas berusia 20- disebarluaskan secara aktif kepada mahasiswa
24 tahun. Pada tahap perkembangan psikososial, keperawatan yang sedang maupun akan
tahap ini merupakan tahap dimana individu melaksanakan praktek klinik.
memiliki keinginan dan kesiapan untuk Bagi rumah sakit penerapan pencegahan
menyatukan identitasnya dengan orang lain atau pelecehan seksual di tempat kerja yang meliputi
memiliki hubungan yang lebih intim (cinta), edukasi dan komunikasi pencegahan pelecehan
sehingga genitalitas membutuhkan seseorang seksual, membuat komite yang secara khusus
untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan menanganani dan membuka aduan adanya kasus
seksual (Erickson, 1963). Sehingga, pelaku kekerasan khususnya pelecehan seksual, serta
pelecehan kemungkinan melakukan tindakan pembuatan sanksi bagi pelaku pelecehan seksual.
yang dianggap sebagai perilaku atraksi seksual Penerapan kebijakan ini selain dapat melindung
yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. mahasiswa dan elemen pekerja lainnya di rumah
Pelecehan yang dilakukan oleh laki-laki dapat sakit juga dapat menekan upaya pelaku yang juga
dijelaskan oleh natural theory (Barack et al., merupakan pekerja di rumah sakit untuk
1995). Teori ini menunjukkan bahwa pelecehan melakukan tindakan pelecehan seksual pada
seksual merupakan sebuah gambaran ekspresi mahasiswa keperawatan maupun pada korban
atraksi seksual untuk menemukan pasangan, lainnya.
dalam hal ini laki-laki secara alamiah memiliki
keagresifan tersendiri yang lebih besar daripada Referensi
wanita. Sehingga, perilaku agresif pada laki-laki Ali, F., & Kramar, R. (2015). An Exploratory
yang muncul menyebabkan adanya mismatch Study Of Sexual Harassment In Pakistani
atau kesalahpahaman perilaku yang dilakukan Organizations. Asia Pacific Journal Of
laki-laki, yang memungkinkan membuat receiver Management, 32(1), 229–249.
atau penerima tindakan tersebut merasa tidak Https://Doi.Org/10.1007/S10490-014-9380-
nyaman. Selain menunjukan keterkaitan antara 1
usia perkembangan dan pelecehan seksual oleh
mahasiswa. Teori natural ini pun secara umum Ali, S. R. O., Zakaria, Z., Mohd Zahari, A. S.,
dapat menjadi pendorong adanya tindakan Mohd Said, N. S., & Salleh, S. M. (2015).
pelecehan seksual oleh semua pelaku pelecehan The Effects Of Sexual Harassment In
seksual di lingkungan praktek klinis. Workplace: Experience Of Employees In
Hospitality Industry In Terengganu,
PENUTUP Malaysia. Mediterranean Journal Of Social
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sciences, 6(4), 689–695.
pelecehan seksual di tempat praktek kerja Https://Doi.Org/10.5901/Mjss.2015.V6n4s2
merupakan hal yang nyata terjadi dan tidak p689
seharusnya menjadi hal yang diabaikan.
Sehingga, sebuah bentuk upaya pencegahan aktif Arulogun, S. (2013). Experience Of Sexual
diperlukan untuk menangani masalah pelecehan Harassment And Coping Strategies Among
seksual ataupun dampak yang diakibatkannya Students Of The School Of Nursing Of A
berupa edukasi pemahaman gender, seksualitas, Tertiary Hospital In Southwest Nigeria.
Blackstone, A., Houle, J., & Uggen, C. (2014). “I Estrada, A. X., Olson, K. J., & Colin, R. (2012).
Didn’t Recognize It As A Bad Experience Instrument Title : The Psychological Climate
Until I Was Much Older”: Age, Experience, For Sexual Harassment ( PCSH)
And Workers’ Perceptions Of Sexual Questionnaire Instrument Author : Cite
Harassment. Sociological Spectrum, 34(4), Instrument As : Questionnaire .
314–337. Measurement Instrument Database
Https://Doi.Org/10.1080/02732173.2014.91 Evaluating A Brief Scale Measuring
7247 Psychological Climate For Sexual
Harassme, (2011).
Bronner, G. (2003). Sexual
Harassment Of Nurses And Fischer, A. R. (2006). Women’s Benevolent
Nursing Students, 11–12. Sexism As Reaction To Hostility.
Psychology Of Women Quarterly, 30(4),
Budden, L. M., Birks, M., Cant, R., Bagley, T., & 410– 416. Https://Doi.Org/10.1111/J.1471-
Park, T. (2017). Australian Nursing 6402.2006.00316.X
Students’ Experience Of Bullying And/Or
Haras Fitzgerald, L. F., Drasgow, F., Hulin, C. L.,
0 Gelfand, M. J., & Magley, V. J. (1997).
Antecedents And Consequences Of Sexual
Burns, N., & Grove, S. K. (2006). Understanding Harassment In Organizations: A Test Of An
Nursing Research: Building An Evidence Integrated Model. Journal Of Applied
Based Practice. In Understanding Nursing Psychologyborgida & Fiske, 82(4), 578–
Research: Building An Evidence Based 589. Https://Doi.Org/10.1037/0021-
Practice (P. 323). Missouri: Elsevier. 9010.82.4.578
Jokelainen, M., Turunen, K., Jamookeeah, D., & Lee, S. K., Song, J. E., & Kim, S. (2011).
Coco, K. (2011). A Systematic Review Of Experience And Perception Of Sexual
Mentoring Nursing Students In Clinical Harassment During The Clinical Practice Of
Placements. Journal Of Clinical Nursing, Korean Nursing Students. Asian Nursing
2854-2867. Research, 5(3), 170–176.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Anr.2011.09.003
Jonsén, E., Melender, H. L., & Hilli, Y. (2012).
Finnish And Swedish Nursing Students' Lee, J. Y., Heilmann, S. G., & Near, J. P. (2004).
Experiences Of Their First Clinical Practice Blowing The Whistle On Sexual
Placement — A Qualitative Study. Nurse Harassment: Test Of A Model Of Predictors
Education Today, 297-302. And Outcomes. Human Relations, 57(3),
Doi:10.1016/J.Nedt.2012.06.012 297–322.
Https://Doi.Org/10.1177/001872670404327
Katz, R. C., Hannon, R., & Whitten, L. (1996).
Effects Of Gender And Situation On The Lockwood, W. (2017). Sexual Harassment In
Perception Of Sexual Harassment.Sex Healthcare. JONA: The Journal Of Nursing
Administration, 31(11), 534–
Rederstorff, J. C., Buchanan, N. C. T., & Settles, Efri Widianti Dosen Fakultas Keperawatan
I. H. (2007). The Moderating Roles Of Race Universitas Padjadjaran Departmen
And Gender-Role Attitudes In The Keperawatan Jiwa.
Relationship Between Sexual Harassment
And Psychological Well-Being. Psychology Aat Sriati Dosen Fakultas Keperawatan
Of Women Quarterly, 31(1), 50–61. Universitas Padjadjaran Departmen
Https://Doi.Org/10.1111/J.1471- Keperawatan Jiwa.
6402.2007.00330.X