Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015

Factors Associated With Patient Safety Culture in Karya Bhakti Pratiwi Bogor Hospital
2015

Yulia Yasmi1, Hasbullah Thabrany2


1,2
Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

*E-mail: yuliayasmi@gmail.com

ABSTRAK

Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di RSKBP berkisar antara 0,31% sampai dengan 3,01% dengan angka
kematian 2,22%.IKP di RSKBP dinilai masih under reporting karena sebagian besar IKP tidak dilaporkan.
Membangun budaya keselamatan pasien merupakan elemen penting untuk meningkatkan keselamatan pasien
dan kualitas pelayanan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya keselamatan pasien dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015. Penelitian dilakukan bulan Maret
s/d April 2015, dengan sampel 115 responden. Desain penelitian explanatory sequential. Analisa data dilakukan
dengan regresi logistic.Penelitian menunjukan budaya keselamatan pasien di RSKBP masih kurang. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP adalah umpan balik laporan insiden
(p=0,021 α=0,05, OR= 15,516 ) budaya tidak menyalahkan ( p=0,019 α=0,05, OR= 14,396 ) dan budaya belajar
( p=0,006 α=0,05, OR= 0,096 ).Disarankan agar RSKBP dapat memperbaiki budaya keselamatan pasien dengan
upaya yang komprehensif dan terstruktur.

Kata kunci: Keamanan pasien; budaya keselamatan pasien; faktor yang terkait dengan budaya keselamatan
pasien.

ABSTRACT

Adverse even (AE) in RSKBP ranged from 0.31% to 3.01% with a mortality rate of 2.22%.AE in RSKBP still
considered under-reporting because most AE not reported. Building a culture of patient safety is an important
element to improve patient safety and quality. This research aims to know the culture of patient safety and the
factors related to the patient safety culture in RSKBP 2015. The study was conducted in March to April 2015,
with a sample of 115 respondents it is Sequential explanatory research design. The data analysis with regression
logistic.Patient safety culture in RSKBP still lacking. Factors related to the patient safety culture in RSKBP
feedback is incident report (p = 0.021 α = 0.05, OR = 15.516) culture is not to blame (p = 0.019 α = 0.05, OR
= 14.396) and a learning culture (p = 0.006 α = 0.05, OR = 0.096) .RSKBP sugest to improve patient safety
culture with a comprehensive and structured efforts.

Keywords: Patient safety; patient safety culture;factors related to the patient safety culture.

Jurnal ARSI/Februari 2018 98


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

PENDAHULUAN akibat yang bervariasi. Mengingat pentingnya


program keselamatan pasien agar RSKBP tetap bisa
Keberagaman dan kerutinan pelayanan di rumah mempertahankaneksistensinyadanuntukmeningkatkan
sakit apabila tidak dikelola dengan baik dapat mutu pelayanan serta memberikan jaminan terhadap
mengakibatkan terjadinya kejadian tidak diharapkan pengguna jasanya maka diperlukan upaya untuk
(KTD) atau Adverse Event, yang mengancam dapat menurunkan dan mencegah KTD ini dimasa
keselamatanpasien(Depkes,2006). yang akan datang sehingga keselamatan pasien di
RSKBPsemakinbaik.
Keselamatan pasien menjadi perhatian dunia sejak
Institute of Medicine (IOM) melaporkan hasil Weaver at al (2013) mengatakan bahwa“Developing
penelitianya di Amerika Serikat tahun 2000 “ To Err a culture of safety is a core element of many efforts to
Is Human bahwa di Utah dan Colorado ditemukan improve patient safety and care quality” “Safety
KTD sebesar 2,9% dimana 6,6% diantaranya culture refers to the way patient safety is thought
meninggal. Sedangkan di New York, sebesar 3,7% about,structuredandimplementedinanorganization
dengan angka kematian 13,6%. Angka kematian (Kristensen,S).
akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerikayangberjumlah33,6jutapertahun,berkisar Sehubungan dengan kondisi di atas, yang menjadi
44.000 – 98.000 pasien”. (Depkes RI, 2008). Angka permasalahan adalah belum diketahuinya budaya
ini sebanding dengan 1 pesawat jumbo jet keselamatan pasien di RSKBP dan faktor yang
berpenumpang268orangjatuhsetiapharidalamsatu berhubungan dengan budaya keselamatan pasien
tahun (Lumenta, 2011). Publikasi WHO pada tahun tersebut, karena belum pernah dilakukan penelitian
2004 dari penelitian Worl Alliance for Patient Safety mengenai hal ini. Oleh karena itu dirasa perlu
Forward Program, di berbagai Negara (Amerika, melakukan penelitian mengenai budaya keselamatan
Inggris, Denmark dan Australia) menyatakan pasien dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
“Adverseevent dalam pelayanan pasien rawat inap di budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015
rumahsakitberkisarantara3-16%(DepkesRI,2006). sehingga dapat dibuat perencanaan kegiatan untuk
peningkatan keselamatan pasien dimasa yang akan
Di Indonesia data tentang KTD apalagi kejadian dating
nyariscidera(KNC)masihlangka(DepkesRI,2008).
Daribeberapapenelitiandiperolehdatabahwainsiden
keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun TINJAUANPUSTAKA
2007 adalah sebagai berikut: provinsi DKI Jakarta
menempati urutan tertinggi yaitu 37,9%, Jawa Keselamatan pasien rumah sakit adalah: suatu sistem
Tengah 15,9%, D.I.Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur dimana rumah sakit membuat asuhan yang lebih
11,7%,SumatraSelatan6,9%,JawaBarat2,8%,Bali aman melalui upaya-upaya, mengidentifikasi resiko,
1,4%, Aceh 1,07% dan Sulawesi Selatan 0,7% pengelolaan resiko, belajar dari resiko yang terjadi
(Budiharjo, 2008 dalam Puspitasari, 2015). Angka di agartidakterulangdimasayangakandatang.Dengan
atas belum mewakili KTD yang sebenarnya di lebih sederhana dapat dikatakan keselamatan pasien
Indonesia karena pelaporan insiden masih rendah rumah sakit adalah mencegah kejadian yang tidak
(Depkes RI, 2008). Menurut Smits (2008) dalam diinginkan, apabila tidak dapat dicegah diupayakan
Rahmawati (2011) 50 % dari KTD merupakan agar tidak terulang, melalui upaya belajar dari
kejadian yang dapat dicegah. National Patient Safety kesalahan.Keselamatan merupakan prinsip dasar
Agency (NPSA), menyatakan bila terjadi satu KTD dalam pelayanan pasien dan komponen kritis dari
berat berarti telah terjadi 25 KTD ringan dan 300 manajemen mutu. (WHO, 2004 dalam Lumenta,
KejadianNyarisCedera(KNC)(Lestari,2013). 2011).

Di rumah sakit Karya Bhakti Pratiwi keselamatan WHO pada tanggal 2 Mei 2007 menerbitkan
pasien menjadi prioritas, akan tetapi KTD selalu panduan “ Nine life-saving patient safety solution”
terjadi setiap bulan hampir di semua unit dengan Sembilan solusi keselamatan pasien rumah sakit

Jurnal ARSI/Februari 2018 99


Yulia Yasmi, Hasbullah Thabrany., Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Bhakti Pratiwi Bogor 4Tahun
Volume Nomor2015
2

(KKP-RS, 2008) yaitu:perhatikan nama obat, rupa 1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
dan ucapan mirip (Look Alike, Sound- Alike Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang
Medication Name), pastikan identifikasi pasien, terbukadanadil.
komunikasi secara benar saat serah terima atau 2. Pimpin dan dukung staf anda. Bangunlah
pengoperanpasien,pastikantindakanyangbenarpada komitmen dan fokus kuat dan jelas tentang
sisi tubuh yang benar, kendalikan cairan elektrolit keselamatanpasiendirumahsakitanda.
pekat, pastikan akurasi pemberian obat pada 3. Integrasikan aktivitaspengelolaan risiko. Kembangkan
pengalihan pelayanan, hindari salah kateter dan salah sistemdanprosespengelolaanrisiko,sertalakukan
sambung selang gunakan alat injeksi sekali pakai, identifikasidanassessmenhal yangpotensial.
tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan 4. Kembangkansistempelaporan.Pastikanstafanda
infeksinosokomial. agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian
atau insiden serta RS mengatur pelaporan kepada
KKP-RS dalam Panduan Nasional keselamatan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Pasien Rumah sakit membuat sitematika langkah (KKPRS)
penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
(KPRS) yang terdiri dari 3 fase yaitu: fase persiapan, Kembangkan cara-carakomunikasi yang terbuka
fasepelaksanaandan faseevaluasi. denganpasien
1. FasePersiapan: 6. Belajar dan berbagi sebuah pengalaman tentang
Menetapkan kebijakan, rencana jangka pendek keselamatan pasien. Dorong staf anda untuk
danprogramtahunankeselamatanpasienrumah melakukan analisis akar masalah untuk belajar
sakit. bagaimanadanmengapakejadianitu timbul
2. FasePelaksanaan 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem
Deklarasi gerakan Keselamatan pasien,program keselamatan pasien. Gunakan informasi yang ada
7langkahkeselamatanpasien,penerapanstandar tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
akreditasi keselamatan pasien, buat unit sebagai perubahanpadasistempelayanan.
model (pilot project), buat program-program
kususterkaitkeselamatanpasienseperti,program Terkait dengan upaya-upaya keselamatan pasien
cuci tangan, dokter penanggung jawab pasien, untuk menekan angka kejadian tidak diinginkan di
pelaporan dan sebagainya, bentuk forum diskusi rumah sakit, diyakini bahwaupayamenciptakan atau
periodikuntukpengembanganKPRS. membangun budaya keselamatan (safety culture)
3. FaseEvaluasi merupakan langkah pertama dalam langkah-langkah
Evaluasi menyeluruh setahun sekali untuk mencapai keselamatan pasien, sebagaimana tercantum
memperbaikiprogram KPRS. pula dalam langkah pertama dari konsep ”Tujuh
Langkah Menuju keselamatan pasien RS” di
Mengacu pada hal tersebut, maka RS harus Indonesia, yaitu ”Bangun Kesadaran akan Nilai
merancang proses baru atau memperbaiki proses keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja budaya yangterbukadanadil ”(Depkes,2008).
melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD dan melakukan perubahan untuk Intidaribudayakeselamatanpasienadalahkeyakinan
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. karyawan tentang pentingnya keselamatan, yang
Prosesperancangantersebutharusmengacupadavisi, ditunjukkan melalui sikap, norma-norma yang
misi dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas berlaku dan perilaku termasuk nilai-nilai yang
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik menjadi asumsi dasar tentang bagaimana bertindak,
bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang “The essence of safety culture resides in employee's
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh beliefs about the importance of safety, including their
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”, yaitu: values, norms, attitudes and basic assumptions, It is
(DepkesRI, 2008). demonstrated through attitudes, accepted norms and
behaviors. It is about how things work and "the way
thingsaredonearoundhere”(Kristensen,S).

Jurnal ARSI/Februari 2018 100


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

Keselamatan pasien adalah sebuah transformasi Safety Assesment Framework). Namun, sejauh ini
budaya, dimana budaya yang diharapkan adalah kuesionerHSOPSCdariAHRQyangpalingbanyak
budaya keselamatan, budaya tidak menyalahkan, direkomendasikan untuk mengukur budaya keselamatan
budaya lapor dan budaya belajar. Dalam proses ini pasienkarenatelahterjaminvaliditasdan reliabilitasnya
diperlukanupayatransformasionalyangmenyangkut secarainternasionaldanmempunyaisifatpsikometris
intervensi multi tingkat dan multi dimensional yang yang terbaik dan dirancang untuk seluruh pekerja di
terfokus pada misi dan strategi organisasi, leadership RS. Hospital Survey on Patient Safety Culture
style,sertabudayaorganisasi.Keberhasilantransformasi (HSOPSC), terdiri dari 10 dimensi budaya
70%-90 % ditentukan oleh peran leadership dan keselamatan pasien dan 4 dimensi outcome. 10
sisanya (0 % - 30 %) oleh peran managership (Adib, dimensibudayakeselamatanAHRQyaitu: Kerjasama
2012). tim dalam satu unit, Pembelajaran organisasi dan
pengembangan berkelanjutan, Umpan balik dan
MenurutAgencyofHealthcareResearchandQuality komunikasi tentang kesalahan, Dukungan manajemen,
(2004) dalam menilai budaya keselamatan pasien di Sikap supervisor dalam mendukung keselamatan
rumah sakit terdapat beberapa aspek dimensi yang pasien, Kerjasama antar tim, Ketenagaan, Serah
perlu diperhatikan yaitu harapan dan tindakan terima, Komunikasi, Budaya tidak menyalahkan
supervisor atau manajer dalam mempromosikan (Respon non punitive). 4 Dimensi Out Come dari
keselamatan pasien, pembelajaran, peningkatan AHRQ yaitu :Perceptions of Safety (Persepsi
bekerlanjutan,kerjasamatimdalamunit,keterbukaan terhadap Keselamatan Pasien RS), Frequency of
komunikasi,umpanbalikterhadaperror,respontidak EventReporting(FrekuensiPelaporan),PatientSafety
menyalahkan, staf yang adekuat, persepsi secara Grade of the Hospital Unit (Keselamatan Pasien
keseluruhan, dukungan manajamenen rumah sakit, Tingkat Unit Di RS), Number of Events Reported
kerjasama tim antar unit, penyerahan dan pemindahan (Jumlah Insiden yangDilaporkan).
pasien dan frekuensi pelaporan kejadian (AHRQ,
2004). METODOLOGI PENELITIAN

Penilaian terhadap budaya keselamatan merupakan Desain penelitian iniadalah urutan pembuktian (The
permulaan dari proses pengembangan program Explanatory Sequential Design) yang dimulai
keselamatan pasien itu sendiri yang hasilnya dapat dengan penelitian kuantitatifdiikuti dengan penelitian
digunakan untuk mengidentifikasi area/unit yang kualitatif untuk kemudian dilakukan analisa secara
akan dikembangkan, untuk evaluasi program, untuk keseluruhan. Penelitian ini merupakan penelitian
membuat perbandingan secara internal maupun eksplorasi untuk mengukur budaya keselamatan
eksternal dan sebagai dasar pembuatan kebijakan pasien,melihat struktur organisasi serta pelaksanaan
(Nieva, 2003).Surveybudaya atau iklim keselamatan dari program keselamatan pasien di RSKBP dan
sudah menjadi pendekatan yang umum untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
memonitoringkeselamatanpasien,danberbagaijenis budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun
instrumenpengukurannyaterusmengalami pengembangan 2015.Dari hasil penelitian ini kemudian akan
(Matsubara et al, 2008) dalam Rahmawati (2011). dirumuskan langkah-langkah untuk memperbaiki
Pengukuran budaya keselamatan pasien dapat keselamatanpasiendiRSKBP.
dilakukan berdasarkan dimensi yang mendasari
ataupun berdasarkan tingkat maturitas dari organisasi HASILDANPEMBAHASAN
dalam menerapkan budaya keselamatan pasien.
Dikarenakan belum adanya konsensus mengenai Uji validitas dan reliabilitas dilakukan bersamaan
standard pengukuran budaya keselamatan pasien, dengan penelitian. Sampel uji validitas dan reliabilitas
menyebabkanbervariasinyadefinisi,konsepmaupun adalah karyawan yang tidak termasuk kriteria inklusi
dimensi budaya keselamatan pasien. Beberapa sebagai responden penelitian. Pengujian validitas
organisasi mengembangkan standard pengukuran kuesioner dilakukan dengan sampel 30 responden.
dengan masing-masing instrumennya, antara lain Dari semua item kuesioner terdapat 1 item pada
AHRQ, Stanford dan MaPSaF (Manchester Patient dimensi ketenagaan yang tidak valid dan tidak

Jurnal ARSI/Februari 2018 101


Yulia Yasmi, Hasbullah Thabrany., Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Bhakti Pratiwi Bogor 4Tahun
Volume Nomor2015
2

diikutkan dalam pengolahan data. Uji reliabilitas (OR= 2,832), Umpan Balik laporan insiden (OR =
dilakukan setelah uji validitas. Uji reliabilitas 2,551)danBudayabelajar(OR=0,200)(ditampilkan
dilakukan terhadap item yang valid dan hasilnya dalamtabel4).
semuareliabel.
TingkatKeselamatan Pasien
Responden terdiri dari 64,35% perempuan dan
35,65% laki-laki dengan kelompok umur terbanyak Tingkat keselamatan pasien terbukti berhubungan
adalah 31-40 tahun (39,13%), sebagian besar secara bermakna dengan budaya belajar dan budaya
responden(58,3%)telahmenjalaniprofesinyaselama tidakmenyalahkan(ditampilkandalamtabel 5).
1-5tahun,79,1% respondenbekerjaantara40sampai
dengan 59 jam dalam satu minggu,71,3% kontak Jumlah Insidenyangdilaporkan
langsung dengan pasien dan 28,7% tidak kontak
langsungdenganpasien. Jumlah insiden yang telah dilaporkan tidak terbukti
behubungan dengan faktor-faktor yangada.
Responden menganggap bahwa keselamatan pasien
itu penting, 81,57% responden tidak pernah Struktur Organisasi, Pengelolaan Keselamatan
mengorbankankeselamatanpasienuntukmengerjakan Pasien dan Pelaksanaan Program Keselamatan
pekerjaan yang lebih banyak, akan tetapi karena Pasiendi RSKBPtahun2015
prosedur kerja yang belum baik, jumlah tenaga dan
sarana kurang, beberapa responden tidak yakin kalau Struktur Organisasi, pengelolaan dan pelaksanaan
di unitnya tidak ada masalah berhubungan dengan programkeselamatanpasiendiRSKBPditelitisecara
keselamatanpasien(ditampilkandalamtabel 1). kualitatif melalui wawancara mendalam kepada
direktur sebagai perwakitan pembuat kebijakan,
Hasilpenelitiandiolahdandianalisasecaramultivariat Manageronduty(MOD)sebagaipengawaskebijakan
dengan menggunakan regresi logistik ganda. dan ketua tim di tiap-tiap unit sebagai perwakilan
Sebelum dilakukan uji multivariat masing-masing pelaksana kebijakan, disertai dengan telaah dokumen
variabel independen diuji secara bivariat dengan danpengamatandilapangan,untukvalidasidatayang
variabel dependen (Budaya Keselamatan Pasien). didapatkandari wawancara(Triangulasi).
Bila hasil uji bivariat variabel independen tersebut p
value nya < 0,25 maka variabel tersebut langsung Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa di
masuk ketahap uji multivariate (Hastono, S P,2007) RSKBP belum ada tim kusus yang dibentuk yang
(ditampilkandalamtabel2). bertanggung jawab terhadap pengelolaan keselamatan
pasien. Kebijakan terkait keselamatan pasien yang di
Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap tetapkan oleh direktur juga belum ada, demikian juga
Budaya keselamatan pasien adalah Umpan Balik denganprogramtahunandan rencanajangkapendek
Laporan dengan Odds Ratio (OR = 15,516), disusul terkait keselamatan pasien belum ada.Saat ini di
oleh Budaya tidak Menyalahkan (OR = 14,396) dan RSKBP kalau ada insiden keselamatan pasien sesuai
Budaya Belajar(OR = 0,096). dengan kebijakan direktur dilaporkan kepada atasan
langsung atau kepada MOD.Alur pelaporan insiden
FrekuensiPelaporan Insiden belum ada akan tetapi petugas tahu kalau ada insiden
melaporkeatasanataukeMOD.Direkturmelakukan
Faktor – faktor yang bermakna berhubungan dengan pertemuanrutindenganMODmembahaspermasalahan
frekuensi laporan adalah budaya tidak menyalahkan yangterjadiseminggusekalisetiaphariSelasa.Jadwal
denganOR= 2,959(ditampilkandalamtabel3). pertemuan tertulis yang dibuat tidak ada, akan tetapi
notulen dan hasil pertemuan tercatat dalam buku
Pendapat Responden mengenai Keselamatan catatan MOD. Dalam pertemuan biasanya dibahas
PasienTingkat Unit mengenai permasalahan terkait keselamatan pasien
Faktor yang berhubungan secara bermakna dengan baik yang terkait dengan kebijakan, sarana dan
keselamatan pasien tingkat unit adalah komunikasi prasarana serta operasional dilapangan. Ronde

Jurnal ARSI/Februari 2018 102


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

keselamatan pasien belum pernah dilakukan, serta hanya 2,61% responden yang pelaporan insidennya
belum ada metoda untuk evaluasi, analisa dan tindak termasukkatagoribaik.
lanjut terhadap KTD. Pencatatan dan pelaporan
dilakukan oleh MOD. Pelaksana memendang Outcome kedua untuk menilai budaya keselamatan
pelaporan yang ada saat ini belum mencari akar pasien adalah frekuensi pelaporan insiden. IKPyang
permasalahan, tetapi cenderung mencari siapa yang paling jarang dilaporkan adalah kejadian potensial
salah dan yang terbukti bersalah akan diberi surat cidera (KPC). Hanya 42,61% dari responden yang
peringatan. Pelaksana belum semuanya berani selalu atau sering melaporkan KPC 48,70% yang
melapor,karenatakutdisalahkan. selalu atau sering melaporkan KNC dan 56,52%
responden yang selalu atau sering melaporkan KTD.
Dari telaah dokumen peneliti juga melihat bahwa Hasil ini lebih baik dari yang didapatkan Elrifda di
dokumen standar operasional prosedur dimaksud Jambi dengan rata-rata responden yang selalu dan
ada, dan petugas dilapangan sudah mengetahuinya sering melaporkan IKP hanya rata-rata 35%, dan
dan sudah dilaksanakan, tetapi belum pernah hampirsamadenganyangdidapatkanYogyaswaridi
dilakukan supervisi dan evaluasi pelaksanaanya. RS harapan kita dimana IKP dilaporkan selalu atau
Saranaprasaranapendukungterkaitprosedurtersebut seringoleh 43%responden.
juga ada, seperti gelang pasien untuk identifikasi,
wastafel dan hand rub di setiap tempat, dan setiap Frekuensi pelaporan kejadian yangkurang merupakan
ruang perawatan, poster terkait 7 langkah cuci tangan hambatan staf untuk melakukan pembelajaran dari
juga ada di setiap wastafel, akan tetapi untuk kamar insiden yangterjadi.Laporan merupakanawalproses
mandi belum semua dilengkapi pegangan untuk pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama
mencegahpasienjatuh,demikianjugadengantempat terulang kembali. Agar segala kejadian atau insiden
tidur khusunya tempat tidur ruangan perawatan dapat terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat
Jasmin Kelas III pengamanya tidak memadai (Anak dilakukananalisasertatindakankorektifataupreventif
bisa lolos karena rongga pengamanya sangat selanjutnya (KKPRS, 2008). Hal ini terkait dengan
lebar).Evaluasi keselamatan pasien belum pernah budayatidakmenyalahkan merupakandimensi yang
dilakukan, kalau ada insiden tidak ada sosialisasi dinilai masih sangat rendah. Dari semua dimensi
kepadaunitterkaitmaupununitlainya. budayakeselamatanpasienyangdinilai,budayatidak
menyalahkan merupakan dimensi kedua terjelek
Membangunbudayakeselamatanpasienmerupakan setelah ketenagaan. Rendahnya frekuensi pelaporan
elemen penting untuk meningkatkan keselamatan kejadian merupakan hambatan bagi Manajemen
pasien dan kualitas pelayanan. Penilaian budaya RSKBP untuk belajar dari kesalahan. Hal ini
keselamatan pasien di rumah sakit dapat dilakukan diperburuk oleh persepsi sebagian staf bahwa
denganmenilaidimensi–dimensiyangterkaitdengan manajemen akan memberikan surat peringatan (SP)
budaya keselamatan pasien. Salah satu survey untuk pada karyawan yang telah melakukan kesalahan,
menilai budaya keselamatan pasien adalah dari karyawan takut dihukum apabila salah, serta takut
AHRQ.Ada 12 dimensi yang dinilai dalam survey kesalahanyangmerekalakukanakanmempengaruhi
AHRQ, 4 diantaranya merupakan dimensi outcome. penilaian kinerja. Kondisi ini diperburuk dengan
(AHRQ,2004). belum disusunnya alur yang jelas untuk pelaporan
insiden keselamatan pasien di RSKBP. Selama ini
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya kalau ada IKP dilaporkan langsung kepada atasan
keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015 masih atauMOD yangbertugassaatkejadianterjadi.
kurang.Hasil penilaian terhadap outcome budaya
keselamatan pasien yang menggambarkan budaya Dari keempat variabel di atas (jumlah insiden yang
keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015 termasuk dilaporkan, frekuensi pelaporan insiden, keselamatan
katagori kurang (tabel 1).Variabel yang dinilai paling pasien tingkat RS, dan keselamatan pasien tingkat
jelek diantara ke empat variabel outcome ini adalah unit) disimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien
jumlahinsidenyangdilaporkandalam1tahunterakir, diRSKBPtermasukkatagorikurangdanmasihperlu

Jurnal ARSI/Februari 2018 103


Yulia Yasmi, Hasbullah Thabrany., Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Bhakti PratiwiVolume
Bogor 4Tahun
Nomor2015
2

ditingkatkan.Elrifda di Jambi memperoleh hasil yang tidak menyalahkan yang kurang akibat belum
hampirsama. dipahaminya budaya keselamatan pasien karena
budaya belajarnya juga masih kurang, sehingga
Uji statistik yang dilakukan menunjukan bahwa umpan balik dari laporan insiden juga rendah yang
budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015 secara akumulatif akan menyebabkan budaya
secara bermakna berhubungan dengan 3 dimensi. keselamatanpasienkurangdankeselamatanpasiendi
Dari ketiga dimensi tersebut yang mempunyai RSKBP rendah. Disamping 3 dimensi budaya
hubungan paling kuat dengan budaya keselamatan keselamatan pasien di atas yang berhubungan secara
pasien di RSKBP tahun 2015 adalah umpan balik bermakna dengan budaya keselamatan pasien di
laporan insiden (OR =15,516),disusul oleh Budaya RSKBPdimensi-dimensibudayakeselamatanlainya
tidak Menyalahkan (OR=14,396) dan Budaya tidak bisa diabaikan, karena sewaktu dilakukan uji
Belajar(OR=0,096). statistikmengeluarkandimensiyangpvaluenyalebih
dari 0,05 secara bertahap nilai OR dari variabel lain
Nafas dari keselamatan pasien adalah budaya belajar, berubah lebih dari 10% ini artinya antara variabel
belajar dari KTD yang terjadi dimasa lalu untuk tersebutterdapatinteraksi(Hastono,2007).
selanjutnya disusun langkah-langkah agar kejadian
serupatidak terulang kembali, baik di unit yang sama Dimensiketenagaanmerupakandimensiyangpaling
maupun di unit yanglain dalamsatu rumah sakit atau sedikit (2,61%) responden yang menilai baik, artinya
di rumah sakit yang lain. Proses pembelajaran ini 97,39% responden berpendapat bahwa tenaga di
bukan merupakan hal yang sederhana, dimulai dari RSKBP saat ini kurang, hal ini dibenarkan oleh
prosespelaporankejadian,dilanjutkandengananalisa kepala seksi kepegawaian, memang saat ini jumlah
kejadian,sampaiditemukanakarmasalahnyasebagai tenaga yang tersedia kurang jika dibandingkan
dasar dasar untuk mendisain ulang suatu sistim denganbebankerja.Saatinisedangdiupayakanuntuk
sehingga tercapai suatu asuhan pasien yang lebih pemenuhan tenaga secara bertahap. Hasil yang sama
aman di rumah sakit. Kalau kita perhatikan maka pada penelitian Elfrida yaitu 10,5% dan Yogyaswari
proses di atas merupakan suatu siklus, yang awal 42% responden yang menilai ketenagaan di unitnya
penggerakanya diawali dengan sistim pelaporan, cukup.
sistim pelaporan merupakan detak jantung dari
keselamatanpasien(KKPRS,2008). KESIMPULANDANSARAN

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa umpan balik Kesimpulan


laporaninsidendiRSKBPdinilaipositifoleh51,15%
responden. Hasil ini berbeda dengan Yogyaswari di Dari empat dimensi outcome AHRQ yang dinilai
RSharapankitadimanaresponpositifdariresponden untuk menentukan budaya keselamatan pasien di
adalah 73%, tetapi hampir sama dengan Elrifda di RSKBP tahun 2015 yaitu: frekuensi pelaporan,
Jambi 49,2%.Sedangkan budaya belajar di RSKBP jumlah insiden yang dilaporkan, keselamatan pasien
dinilai baik oleh 74,78% responden, berbeda dengan tingkat unit dan keselamatan pasien tingkat rumah
Elrifda di Jambi 50,8% dan Yogyaswari di RS sakit disimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien
harapan Kita 81%. Disini kita lihat bahwa budaya di RSKBP masih kurang.Frekuensi pelaporan dan
belajar di RSKBP sudah lebih baik dari RS di jambi jumlahinsiden yangdilaporkanmasihsangatkurang,
akan tetapi masih kurang bila dibandingkan dengan Kurangnya frekuensi pelaporan ini berhubungan
RS harapan kita. Beberapa upaya telah dilakukan dengan budayatidakmenyalahkan (p=0,007 α=0,05,
manajemen untuk meningkatkan pembelajaran di OR=2,959). Di RSKBP budaya tidak menyalahkan
RSKBP, akan tetapi masih perlu ditingkatkan lagi di menempati urutan ke dua yang dinilai paling paling
masayangakan datang. jelek setelah ketenagaan. Saat ini dari 115 responden
hanya 41,74% yang menilai baik budaya tidak
Yang terjadi di RSKBP adalah sebagai berikut: menyalahkan. Karyawan takut melapor karena takut
Laporan insiden sangat rendah, disebabkan oleh diberi surat peringatan, takut laporanya akan
budaya tidak menyalahkan masih kurang, budaya menyebabkanpenilaiankinerjanyamenjadijelekdan

Jurnal ARSI/Februari 2018 104


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

takut dihukum. Keselamatan pasien tingkat unit dan sudah dilakukan manajemen baru berupa pelatihan-
keselamatan pasien tingkat rumah sakit menurut pelatihan tentang keselamatan pasien bagi seluruh
responden juga masih kurang. Saat ini hanya 9,57% karyawan, baik yang baru bergabung maupun
dari responden yang menilai keselamatan pasien karyawan lama.
tingkat rumah sakit baik dan 40% yang menilai
bahwa keselamatan pasien di unit kerjanya sudah Saran
baik. Faktor-faktor yang berhubungan secara
bermakna dengan keselamatan pasien tingkat unit DisarankanagarRSKBPdapatmemperbaikibudaya
adalah: komunikasi (p= 0,014, α=0,05, OR=2,832), keselamatan pasien dengan upaya yang komprehensif
budaya belajar ( p= 0,001, α=0,05, OR=0,200 ) dan dan terstruktur berpedoman kepada permenkes 1691
umpan balik laporan insiden (p= 0,035, α=0,05, tahun 2011 dan pedoman keselamatan pasien rumah
OR=2,511). Responden menilai keselamatan pasien sakit dari KKPRS-DEPKES 2008. Usulan rencana
di rumah sakit maupun tingkat unit masih kurang implementasiuntukpengembanganbudayakeselamatan
berhubungandenganjumlahtenagayangkurangdan pasien di RSKBP terkait dengan hasil penelitian ini
fasilitaspendukungpekerjaandankeselamatanpasien adalahsebagaiberikut:
belum memadai.Secara keseluruhan faktor-faktor A. Membentuktimkeselamatanpasienrumahsakit
yang berhubungan signifikan dengan budaya (TKPRS),Dengan Uraiantugas sebagaiberikut:
keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015 adalah a. Membuat usulan program kerja untuk
umpan balik laporan insiden (p=0,021 α=0,05, OR= meningkatkankeselamatanpasien.
15,516) budaya tidak menyalahkan ( p=0,019 b. Mengusulkan kebijakan dan prosedur
α=0,05, OR= 14,396) dan budaya belajar (p=0,006 terkait program keselamatan pasien kepada
α=0,05,OR=0,096). direktur.
c. Menjalankan peran untuk melakukan
Dari 10 dimensi budaya keselamatan pasien yang motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
dinilai di RSKBP, tiga dimensi termasuk katagori dan evaluasi tentang penerapan program
baik.Sedangkan 7 dimensi lainya dinilai masih keselamatanpasien.
termasuk katagori kurang. Struktur organisasi dan d. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden,
pelaksanaan program keselamatan pasien di RSKBP analisainsidensertamengembangkansolusi
jugabelumada.Belumadatimkusussertabelumada untukpembelajaran.
program dan implementasi keselamatan pasien di e. Memberikanpertimbangankepadadirektur
RSKBPuntuktahun2015ini.Belumadaalur,format rumah sakit dalam rangka pengambilan
dan sistem pelaporan insiden yang disepakati, kebijakan yang berhubungan dengan
disosialisasikan serta di terapkan di RSKBP. Standar keelamatanpasien.
Operasional Prosedur terkait Keselamatan pasien: f. Membuat laporan kegiatan dan evaluasi
Identifikasi, Komunikasi, Kewaspadaan Obat programkepadadirekturrumahsakit.
LASA,PencegahanpasienJatuh,PencegahanInfeksi B. Meningkatkan Frekuensi pelaporan dan jumlah
Nosokomial, dan Prosedur pencegahan salah sisi insiden yang dilaporkan dengan target ≥ 75%
operasisudahada,sudahdilaksanakantetapitidakada karyawan melaporkan setiap IKP yang
supervisi dan belum pernah dievaluasi. Beberapa ditemukannyadengancara:
upaya telah dilakukan manajemenuntuk meningkatkan Manajemendibantu olehTKPRSmerumuskan:
keselamatan pasien di RSKBP. Evaluasi program a. Sistimpelaporaninsiden yangterorganisir.
keselamatan pasien juga belum berjalan. Demikian b. Alurpelaporaninsiden.
juga dengan fasilitas yang mendukung keselamatan c. Formatlaporaninsiden.
pasien di RSKBP masih kurang, beberapa peralatan Pihak manajemen yang dibantu oleh TKPRS
tidak dalam kondisi siap untuk digunakan, serta mensosialisasikan:
belum adanya (SOP) penyiapan alat sebelum dan a. Tujuandanmanfaatpelaporaninsiden.
sesudahdigunakan,haliniakanmenjadisuatupotensi b. Apa yangharus dilaporkan.
timbulnya kejadian tidak diharapkan apabila tidak c. Siapa yangharus melapor.
menjadi perhatian dari manajemen. Upaya yang

Jurnal ARSI/Februari 2018 105


Yulia Yasmi, Hasbullah Thabrany., Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya
Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

Berpedoman kepada pedoman pelaporan H. Menyusun prioritasprogram untuk mencapai6


insidendari KKPRS-Depkes2008. sasarankeselamatanpasienyangberupacontoh:
C. Meningkatkan Umpan Balik laporan Insiden Programcucitangan,Programpelaporaninsiden
dengan target minimal 75 % dari laporan dll, serta diadakan lomba sebagai motivasi bagi
insiden diberikan umpan balik dalam bentuk unit-unitterkait.
sistem/alur/ atau SOP baru kepada unit terkait I. Meningkatkan dukungan dari manajemen
dan unit lain di rumah sakit supaya kejadian terkaitkeselamatanpasiendengancara:
yang sama tidak terulang kembali. Hal ini a. Manajemen menghitung ulang jumlah
dimungkinkanapabila: tenaga dan beban kerja , sesuai dengan
a. TKPRS melakukan Root Caouse Analysis ketentuandanperaturan yangberlaku
(RCA) terhadap insiden yang dilaporkan b. Manajemen melengkapi secara bertahap
serta Failure Mode and Effect Analysis fasilitasuntukkeselamatanpasien.
(FMEA) untuk mencari potensi adanya c. Manajemen melengkapi SOP terkait
IKP. keselamatanpasien.
b. TKPRSMemanfaatkanwadahkomunikasi J. Setelah usulan strategi-strategi peningkatan
yang sudah berjalan seperti pertemuan unit, budaya keselamatan pasien tersebut dilakukan
pertemuan komite medik, pertemuan manajemenmelakukanevaluasipelaksanaanya
komite keperawatan untuk menyampaikan dan evaluasi ulang budaya keselamatan pasien
umpan balik laporan insiden dan hasil diRSKBPminimalsetiaptigatahunsekali.
FMEAsecaraberkala(sebulansekali).
D. Menghilangkan persepsi karyawan bahwa
apabila melakukan kesalahan akan dihukum.
Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui
pembelajaran bagi seluruh unsur terkait mulai
dari manajemen sampai kepada pelaksana
sehingga pemahaman terhadap kesalahan bisa
bergeser dari mencari siapa yang salah menjadi
apa yangsalah.DanTKPRS dengan dukungan
manajemen membuat program penghargaan
bagi yangmelaporkan IKP.
E. Meningkatkan pengetahuan semua pihak di
rumah sakit tentang keselamatan pasien melalui
upayapembelajaranberkelanjutan.
a. Bagiankepegawaianmemasukankeselamatan
pasien sebagai bagian program pendidikan
dan pengembangan karyawan baik melalui
pelatihaneksternalmaupuninternal.
b. Pelatiah RCA bagi Tim KPRS dan
pelatihan investigasi sederhana bagi katim
dan kepalainstalasi.
c. PelatihanRiskGradingbagiTimKPRSdan
katimsertakepalainstalasi.
d. Pelatihan komunikasi yang baik (metode
SBAR)untukseluruhkaryawan.
F. SupervisiberjenjangpelaksanaanSOP, komunikasi
efektifdanevaluasipelaksanaanya.
G. Membuatprogrampercontohanpadasalahsatu
unitsebagai pedomanbagiunitlain.

Jurnal ARSI/Februari 2018 106


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

Ivancevich,JhonA,Kanopaske,R,Matesson,M,.(2007)PerilakudanManajemen
DAFTARPUSTAKA OrganisasiEdisike-7diterjemahkanolehGania,Gina.Jakarta:Airlangga.
Kemenkes.(2011).PeraturanMenteri Kesehatanno 1691 tahun 2011 tentang,
Agencyfor HealthcareResearchand Quality(AHRQ).(2011).Organizational KeselamatanPasienRumahsakit.Jakarta:Menkumham,BeritaNegaraRI.
CultureDistinguishesTop-PerformingHospitalsin PatientOutcomesfrom Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), 2011 Standar Akreditasi Rumah
Heart sakit.Jakarta:KementrianKesehatanRI..
Atack:ResearchActivities,June2011,No.370.Rockvile,MD.htp://www.ahrq.g KomisiAkreditasiRumahSakit.(2012).InstrumenAkreditasiVersiStandarakreditasi
ov/news/newsletters/researchctivities/jun11. 2012,Jakarta:KARS.
Agencyfor HealthcareResearchand Quality,Rockvile MD. (2012).Surveyson Kristensen,S.atal,PatientSafetyCultureasameasureofpatientSafetydiunduhdari
Patient htp:/www.zdravstvokvaliteta.org/atachments/article/5/Solvejg_PSC_as_perf
SafetyCulture.www.ahrq.gov/professionals/qualitypatientsafety/patientsafetycul ormance_measure_Croatia_24052013%20[Compatibility%20Mode].pdf,
ture/index.html. Tanggal14April2015.
Agrawal, A. (2014).Patient Safety, A case-based comprehensive guide p-ix. New KKP-RS.(2008).PedomanPelaporanInsidenKeselamatanPasien.Jakarta:KKPRS
York:Springer. Llestari,P. (2013).GambaranBudayaKeselamatanPasienolehperawatdalam
Akbar, R.Uji Validitas dan realibilitas instrument penelitian diunduh dari melaksanakanPelayanandiInstalasiRawatInapRSUPDrWahidinSudiro
htps://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=uji+reliabilitas+cronbach+alphah diunduh dari
Cahyono. (2008).MembangunBudaya KeselamatanPasienDalam Praktek htp:/repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5447/JURNAL.pdf?
Kedokteran, sequence23April2014jam13.30WIB.
diunduhdarihtp:/www.kanisiusmedia.com/product/detail/027686/MEMBA Lumenta, N. (2011). State of the art comprehensive patient Safety, slide presentasi,
NGUN-BUDAYA-KESELAMATAN-PASIEN-DALAM- lokakaryaKeselamatanPasienRumahSakit.Jakarta:KKP-RS.
PRAKTEK-KEDOKTERANMaret2015 NievaV,Sorra J. (2003).SafetyCultureAssessment: AToolforImprovingPatient
Cooper, D. (2000) Towardsa Modelof Safety Culture diunduh SafetyInHealthcareOrganizations,QualSafHealthCare.
htp:/158.132.155.107/posh97/private/culture/model_of_safety_culture.html. Puspitasari,M.(2015).MerumuskanLearningOrganizationMelaluiAnalisisBudaya
Cooper,D.(2001).ImprovingsafetyCulture,aPracticalGuide.London.JohnWiley& KeselamatanPasienDanBudayaOrganisasiDiRs.Masmitra.Jakarta:UI.
Sons. Raharjo, S. (2014). TutorialUji ValiditasdanReliabilitas SPSSLengkap, You tube
Creswel, J.(2012).Educational research:Planning, conducting, and evaluating diunduhdarihttps:/www.youtube.com/watch?v=ouSIm3mnFKs.
quantitativeandqualitativeresearch(4thed.).UpperSaddleRiver,NJ:Pearson Rahmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di RS
Education dalam Fischler, Abraham S, Mixed Method, Nova: Southeastern Muhammadiyah-Aisyiyah tahun 2011, Disertasi Doktor: Jakarta. Univ Prof
University,diunduhtanggal17 April 2015 dari htp://www.fischlerschool Hamka.
.nova.edu/Resources/uploads/app/35/files/ARC_Doc/mixed_methods.pdf. RepublikIndonesia.(2009).Undang-Undangno44Tahun2009, TentangRumah
CurrentNews.(2013),77%BisaAdaptasiKurangdariEnamBulan,EdisiRabu,20 Sakit.Jakarta:Sekretariat,NegaraLembaranNegaraRItahun2009,no153.
Nov 2013 diunduh dari web htp:/careernews.web.id/issues/view/2166-77- Republik Indonesia. (2003).Undang-Undang no 13 Tahun 2003, Tentang
Bisa-Adaptasi-Kurang-dari-Enam-Bulan. Ketenagakerjaan.Jakarta:Sekretariat,NegaraLembaranNegaraRItahun2003,
Daud,A.(2010)BudayaKeselamatanPasienRumahSakit,SlideworkshopPatien no39.
Safety,Jakarta:Persi. Roughton, J. Crutchfield,N., 2014, Safety Culture, An Innovative Leadership
Dean,Bryony,MikeSchachter,CharlesVincent,NickBarberTHELANCET•Vol Approach,Waltham:Elsevier.
359•April20,2002•www.thelancet.comh1375. Rumus-rumuspengambilanSampel diunduhdari htp:/tesisdisertasi.blogspot.com
Departemen Kesehatan, KKP-RS. (2006).Panduan Nasional Keselamatan Pasien /2009/12/rumus-rumus-pengambilan-sampel.html.
RumahSakit(patientSafety)Edisi-1.Jakarta:Depkes. SafetyMaters! A Guideto Health & Safetyat Work diunduhdari
DepartemenKesehatan,KKP-RS.(2008).PanduanNasionalKeselamatanPasien htp:/www.manajementbriefs.com/_media/pdfs/safety_maters_chapter3.pdf
RumahSakit(patientSafety)Edisi-2.Jakarta:Depkes. tanggal14April2015.
Depkes. (2008).KeputusanMenteriKesehatanno129tahun2018tentangStandar SammerCE,LykensK,SinghKP,MainsDA,LackanNA.Whatispatientsafety
PelayananMinimalRumahsakit,Jakarta:DirjenBinaPelayananMedik culture? A reviewof the literature. J Nurs Scholarsh 2010 Jun; 42(2):156-65.
Depkes. (2012). PeraturanMenteri Kesehatanno12 tahun2012 tentangAkreditasi DalamKristensen.
RumahSakit,Jakarta:Menkumham,BeritaNegaraRIno413. Sammer,ChristineE.atal.,(2011).PatientSafetyCulture:TheNursingUnitLeader's
Depkes. (2014).PeraturanMenteriKesehatanno59 tahun 2014 tentang,Klasifikasi RoleOnlineJIssuesNurs.2011;16(3).
danPerizinanRumahsakit.Jakarta:Menkumham,BeritaNegaraRIno1221. Timpe, A. (1992). Kinerja, Seri Ilmu dan Manajemen Bisnis, Jakarta: Elex Media
Dodsworth,M. (2007)OrganizationalClimateMetricsas a LeadingShe Komputindo,Gramedia.
PerformanceIndicatorand an Aid to RelativeRisk RankingwithinIndustry Virawan,KM.(2012).Faktor-faktoryangmempengaruhikepatuhanstafperawatdan
diunduhdarihttp:/homepages.nildram.co.uk/~dodsy/index.htm. staf farmasi menggunakan enam benar dalam menurunkan kasus kejadian
Elrifda,S.(2001).BudayaKeselamatanPasiendanKarakteristikKesalahanPelayanan yangtidakdiharapkan dankejadiannyaris cideradirumah sakitumum surya
DiSalahSatuRumahSakitDiKotaJambi,JurnalKesmas:FKMUIDepok husada,Tesis.Jakarta:UniversitasIndonesia.
Emanuel, Linda, .What exactly is patient safety? htp://www.ahrq.gov/prof WeaverSJ,LubomksiLH,WilsonRF,PfohER,MartinezKA,DySM.Promoting
esionals/quality patient-safety/pasient safety resources/advance-in-patient-safety acultureofsafetyasapatientsafetystrategy:asystematicreview.AnnInternMed.
2/vol/advances-EmanuelBerwick.DiunduhFeb2015. 2013Mar5;158(5Pt2):369-74.Doi:10.7326/0003-4819-158-5-201303051-
Gibson,atal.(2012).Organizations,Behavior,StrukturandProcess.NewYork:Mc 00002.Review.PubMedPMID:23460092.Diunduhdari htp:/www.
Graw-Hil. ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23460092tanggal17April2015.
Hastono,SP,(2007).AnalisaDataKesehatanFKMUI:Depok. WHO, (2015). Patient Safety Februari 2015. http://www.euro.who.int/en/health-
Haryanti, A. (2006).Analisis Faktor-Faktor Yang Menjadi Prediktor Organisasi topics/Health-systems/patient-safety.
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan, Tesis, Undip: Wong, J.Beglaryan,H (2004)Strategiesfor Hospitalsto ImprovePatientSafety:A
Semarang. Reviewof the ResearchDiunduhdari htp:/www.providence.on.ca/wp-
Healthand SafetyExecutive(HSE), United Kingdom.(2005).A Reviewof Safety content/uploads/2012/05/Change-Foundation-Improve-Patient-Safety.pdf
CultureandSafetyClimateLiteraturefortheDevelopmentoftheSafetyCulture tanggal15April2015.
InspectionToolkit. Yahya,A.(2012).MemimpindanMendukungstafuntukkomitmendanFokuspada
Ilyas, Y. (2003) Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Gramedia Pustaka Utama: Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Workshop keselamatan pasien dan
Jakarta. manajemenrisikoklinisdirumahsakit.Jakarta:PERSI.
Ilyas,Y.(2011)PerencanaanSDMRumahSakit,FakultasKesehatanMasyarakatUI, Youngberg,BarbaraJ,(2013).PatientSafetyHandbook,secondeditionBurlington:
Depok:Jakarta EdwardsBrothersMailoy.

Jurnal ARSI/Februari 2018 107


Yulia Yasmi, Hasbullah Thabrany., Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya
Jurnal Administrasi Rumah Sakit BhaktiVolume
Pratiwi 4Bogor
NomorTahun
2 2015

Tabel 1. Penilaian Terhadap Budaya Keselamatan Pasien Dan Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Kuesioner
AHRQ Di RSKBP Tahun 2015

Responden yang
No Dimensi Yang Dinilai menilai Baik (%) Kesimpulan
Budaya Keselamatan Pasien Kurang
1 Frekuensi pelaporan kejadian 42,61-56,52 Kurang
2 Pendapat responden mengenai keselamatan pasien di unitnya 40,00 Kurang
3 Tingkat keselamatan pasien di RSKBP 9,57 Kurang
4 Jumlah kejadian yang dilaporkan dalam 12 bulan terakhir 2,61 Kurang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien
1 Kerjasama Dalam unit 85,22 Baik
2 Kerjasama Antar Unit 81,74 Baik
3 Tindakan Kepala Instalasi untuk Keselamatan Pasien 81,74 Baik
4 Budaya Belajar 74,78 Kurang
5 Dukungan Manajemen 72,17 Kurang
6 Serah Terima 63,48 Kurang
7 Umpan balik Insiden Keselamatan Pasien 52,15 Kurang
8 Komunikasi 46,09 Kurang
9 Budaya Tidak Menyalahkan 41,74 Kurang
10 Ketenagaan 2,61 Kurang
*Diurutkan berdasarkan persentase penilaian baik terbanyak

Tabel 2. Faktor-Faktor Yang Terbukti Secara Bermakna Berhubungan Dengan


Budaya Keselamatan Pasien Di RSKBP Tahun 2015.

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

-2,346 0,858 7,472 1 0,006 0,096


Budaya Belajar
Budaya Tidak Menyalahkan 2,667 1,134 5,527 1 0,019 14,396
Umpan Balik Laporan 2,742 1,187 5,332 1 0,021 15,516
Constant
-4,696 1,425 10,854 1 0,001 0,009

Tabel 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Frekuensi Pelaporan Insiden di


RSKBP tahun 2015

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Budaya Tidak Menyalahkan 1,085 0,399 7,381 1 0,007 2,959


Constant -1,001 0,276 13,202 1 0,000 0,367

Tabel 4.Faktor-faktor berhubungan dengan Pendapat Responden Mengenai


Keselamatan Pasien di Unitnya tahun 2015

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Variabel
Komunikasi 1,041 0,424 6,036 1 0,014 2,832
Budaya Belajar -1,611 ,504 10,207 1 0,001 0,200
Umpan Balik Insiden 0,921 0,437 4,437 1 0,035 2,511
Constant -0,213 0,453 0,221 1 0,638 0,808

Tabel 5.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Keselamatan Pasien di


RSKBP tahun 2015

Jurnal ARSI/Februari 2018 108


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 4 Nomor 2

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Budaya Belajar -2,521 0,766 10,827 1 0,001 0,080

Budaya Tidak Menyalahkan 2,206 0,860 6,574 1 0,010 9,082

Constant -2,225 0,758 8,608 1 0,003 0,108

Tabel 6. Faktor-faktor yang Berhubungan secara bermakna dengan Jumlah


Insiden Yang dilaporkan di RSKBP tahun 2015

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Budaya Belajar -0,855 0,630 1,840 1 0,175 0,425

Constant -1,569 0,492 10,182 1 0,001 0,208

Jurnal ARSI/Februari 2018 109

Anda mungkin juga menyukai