Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sandra Yustiana Puspitasari

Prodi : S1 Keperawatan B
NIM : 1903054

Resume biomekanik trauma & pengkajian initial assesment

1. Biomekanik trauma
Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada
saat manusia melakukan kegiatan yang biasanya tanpa menggunakan alat bantu
apapun. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas
manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat
dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan. Pekerjaan ini
membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja
tertentu. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low
back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.
Aktivitas yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan
kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas yang tidak benar salah satunya
adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah keluhan pada
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang
biasanya disebut sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada
sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Khusus saat melakukan jenis
pengangkatan, organ tubuh yang mendapatkan pengaruh paling besar adalah
pada bagian tulang belakang, biomekanika pun membahas mengenai struktur
tulang belakang pada tubuh manusia. Pengangkatan manual yang dilakukan
oleh operator akan membuat struktur tulang belakang mengalami tekanan yang
berlebihan, meskipun pengangkatan manual tersebut dilakukan tidak terlalu
sering atau dengan kata lain frekuensinya jarang. Namun demikian, hal tersebut
tetap saja memberikan pengaruh buruk terhadap struktur tulang belakang.
Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara
langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan
berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan
produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup
tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.
Contoh dari penerapan ilmu biomekanika adalah untuk menjelaskan efek
getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom
tulang belakang, menguji penggunaan alat prosthetic, dll.
Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : tumpul, kompresi ,
ledakan dan tembus. Mekanisme cidera terdiri dari : cidera langsung, misal
kepala dipukul menggunakan martil. kulit kepala bisa robek,tulang kepala bisa
retak atau patah, dapat mengakibatkan perdarahan di otak. cidera perlambatan /
deselerasi, misal pada kecelakaan motor membentur pohon.setelah badan
berhenti dipohon, maka organ dalam akan tetap bergerak maju, jantungakan
terlepas dari ikatannya(aorta) sehingga dapat mengakibatkan ruptur aorta.
cidera percepatan / akselerasi, misalnya bila pengendara mobil ditabrak dari
belakang. Misalnya pengendara mobil ditabrak dari belakang. Tabrakan dari
belakang biasanya kehilangan kesadaran sebelum tabrakan dan sebagainya.
Anamnesis yang berhubungan dengan fase ini meliputi : a. Tipe kejadian
trauma, misalnya : tabrakan kendaraan bermotor, jatuh atau trauma / luka
tembus.b. Perkiraan intensitas energi yang terjadi misalnya : kecepatan
kendaraan, ketinggian dari tempat jatuh, kaliber atau ukuran senjata. c. Jenis
tabrakan atau benturan yang terjadi pada penderita : mobil, pohon, pisau dan
lain - lain.
Biomekanika sebagai ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi, merupakan
kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan
fisiologi. menyangkut tubuh manusia pada tubuh mahluk hidup.
Biomekanika trauma mempelajari kejadian cidera pada suatu jenis kekerasan
atau kecelakaan, untuk membantu dalam menyelidiki akibat yang di timbulkan
trauma dan waspada terhadap perlukaan yang diakibatkan trauma, menduga
perlukaan yang ada, waspada terhadap perlukaan tertentu, dapat menyiapkan
tindakan yang akan dilakukan dan mengetahui mekanisme cedera yang terdiri
dari : cidera langsung, cidera perlambatan / deselerasi, dan cidera percepatan /
akselerasi.
2. Initial assessment
Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan
penanganan segera. Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang
intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien
harus aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat
kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing,
Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan
penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John Emory
Campbell, 2004 : 26).
Initial assesment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat
darurat yang langsung diikuti dengan tindakkan resusitasi (Suryono dkk,
2008 ).
A. Tujuan
1. Menentukan prioritas penilaian pada penderita multi trauma.
2. Menerapkan prinsip primary survei dan secondary survey pada penderita
multi trauma.
3. Menerapkan cara dan teknik terapi baik pada fase resusitasi.
4. Mengenal riwayat dan mekanisme cidera dalam membantu diagnosis.
B. Komponen
Initial assesment meliputi :
1. Persiapan penderita 8. Pengawasan dan evaluasi
2. Triage ulang
3. Survey primer (ABCDE) 9. Terapi definitif
4. Resusitasi
5. Pemeriksaan penunjang
untuk survey primer
6. Survey sekunder (Head to
Toe & anamnesis)
7. Pemeriksaan penunjang
untuk survey sekunder
Urutan dari initial assessment diterapkan secara berurutan atau sekuensial, akan
tetapi dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan atau
simultan.
1. Persiapan penderita
Persiapan pada penderita berlangsung dalam dua fase yang berbeda,
yaitu fase pra rumah sakit / pre hospital, dimana seluruh penanganan
penderita berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit. Fase
kedua adalah fase rumah sakit/hospital dimana dilakukan persiapan untuk
menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan cepat.
2. Triage
Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapai dan
sumber daya yang tersedia Terapi didasarkan pada prioritas ABC (Airway
dengan kontrol vertebra servikal), Breathing, dan Circulation dengan
kontrol perdarahan.
Triage juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah
sakit yang akan dirujuk.
3. Survey primer (ABCDE)
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas
terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme
trauma. Pada primary survey dilakukan usaha untuk mengenali keadaan
yang mengancam nyawa terlebih dahulu
4. Resusitasi
Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada yang mengancam
nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup
5. Pemeriksaan penunjang untuk survey primer
Monitor EKG
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita.
 Airway seharusnya sudah diatasi.
 Brathing: pemantauan laju nafas ( sekaligus pemantauan airway )
dan bila ada pulse oximetry.
 Circulation: nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan
jumlah urine setiap jam. Apabila ada sebaiknya terpasang monitor
EKG.
 Disability: nilai tingkat kesadaran penderita dan adakah perubahan
pupil
 Survey sekunder (Head to Toe & anamnesis)
6. Survey sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang
dimasukkan jari ( tube finger in every orifice ). Survey sekunder hanya
dilakukan apabila penderita telah stabil. Keadaan stabil yang dimaksud
adalah keadaan penderita sudah tidak menurun, mungkin masih dalam
keadaan syok tetapi tidak bertambah berat. Suvey sekunder harus melalui
pemeriksaan yang teliti pada setiap lubang alami (  tubes and finger in every
orifice )
7. Pemeriksaan penunjang untuk survey sekunder
Pada secondary survey pertimbangkan perlunya diadakan pemeriksaan
tambahan seperti foto tambahan, CT-scan, USG, endoskopi dsb.
8. Pengawasan dan evaluasi ulang
Penilaian ulang penderit dengan mencatat, melaporkan setiap perubahan
pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi. Monitoring tanda-
tanda vital dan jumlah urine.
9. Terapi definitif
Terapi definitif pada umumnya merupakan porsi dari dokter spesialis bedah.
Tugas dokter yang melakukan penanganan pertama adalah untuk
melakukan resusitasi dan stabilisasi serta menyiapkan penderita untuk
dilakukannya tindakan definitive atau untuk dirujuk.

Anda mungkin juga menyukai