Dosen Pengampu :
Ns. Idayati,. S.Kep. M.Kes
DisusunOleh :
Ela Desi Astuti (2020205202214)
Mia Vinola Ivani (2020205202229)
Nesi Marantina (2020205202229)
Verdianto (2020205202252)
1. Pengertian
Menurut Pardede, Silitonga & Laia (2020) halusinasi merupakan keadaan
seseorang yang mengalami perubahan pola dan jumlah rangsangan yang
dimulai secara internal atau eksternal di sekitarnya dengan pengurangan,
pembesaran, distorsi, atau ketidaknormalan respon terhadap setiap
rangsangan.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu beupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu.Klien merasakan stimulus
yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.
(Keliat, 2014)
2. Halusinasi penglihatan
Data subyektif:
Klien akan menunjuk- nunjuk kearah tertentu, akan merasa ketakutan
terhadap sesuatu yang tidak jelas.
Data obyektif:
Klien melihat bayangan seperti melihat hal-hal yang lain hantu atau lainya
yang sebenarnya tidak ada.
3. Halusinasi penghidung
Data Subyektif :
Klien membau-bauan seperti merasakan bau darah,urine
kadang- kadang bau terasa menyenangkan.
Data Objektif :
Klien menghidung seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu klie akan menutup hidung.
4. Halusinasi pengecap
Data Subyektif :
Klien merasakan seperti rasa darah, urin atau yang lainya
dalam mulutnya.
Data Obyektif :
Klien sering meludah, dan muntah- muntah tanpa sebab.
5. Halusinasi Perabaan
Data Subyektif :
Klien mengatakan merasa ada hewan atau ada sesuatu
yang melekat pada permukaan kulitnya.
Data Obyektif :
Klien sering mengusap-usap kulitnya berharap hewan atau
yang lainya pergi dari kulitnya.
3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien menurut (Oktiviani,
2020) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
14. Gelisah, ketakutan, ansietas
15. Peka rangsang
16. Melaporkan adanya halusinasi
4. Etiologi Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani,
2020)
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c. Biologis
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia.Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. d.
Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dakam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek
yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi (Oktiviani, 2020) yaitu :
a. Dimensi fisik:
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obatobatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
b. Dimensi Emosional:
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual:
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial:
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual:
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
3. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan terapeutik,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan secara verbal,
bersikap ramah, sopan, dan jujur terhadap klien.
7. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga
rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul
pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan orang lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko
prilaku kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014).
1. FORMAT PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Informan : Ny.N
Pasien masuk RS 2 hari yang lalu, pasien sering menjerit berkata “tidak” dan “pergi”
sambil menutup telinganya kemudian menangis. Pasien berteriak dan ketakutan. Ia berkata
ada seseorang yang ingin membunuhnya. Keluarga sudah membawa pasien tersebut ke
dukun untuk diobati tetapi pengobatan itu tidak berhasil.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
√
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya?
Aniaya Fisik √ 23
Aniaya Seksual √ 23
Penolakan
KDRT
Tindakan Kriminal
Penjelasan no.1,2,3 : Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
Pasien pernah mengalami aniaya fisik (korban pemerkosaan)
pada usia 23 tahun. Dan pasien pernah mengalami aniaya
seksual (korban pemerkosaan) pada usia 23 tahun.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah
Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Pasien mengatakan sering diintip
oleh teman lelaki saat ia berada di dalam kamar mandi sekolah pada saat ia duduk
dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
D. MASALAH FISIK
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (3 Generasi)
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pasien merasa jijik dengn dirinya, ia merasa kotor dan merasa
tidak berguna lagi ia hidup di dunia ini.
Masalah Keperawatan: Pasien mengalami gangguan gambaran diri, peran, ideal diri,
dan gangguan harga diri rendah.
3. Hubungan Sosisl
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):
4. Spiritual
Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien merasa
gelisah dan tidak tenang
F. STATUS MENTAL
Jelaskan : pakaian pasien tidak rapi, letak kancing tidak benar, dan
pakaiannya kusut.
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
Jelaskan : mata tampak melotot dan tertuju pada satu titik dan
pasien tampak terlihat ketakutan.
4. Alam perasaan
5. Afek
7. Persepsi halusinasi
Pengecapan Penghidu
8. Proses pikir
Preservasi
9. Isi pikir
Waham
Jelaskan : pasien tampak ketakutan dengan mata melotot pada satu titik
dan menutup telinga. Dan pasien terlihat curiga terhadap
perawat yang mencoba berinteraksi dengannya
Waham curiga
Disorientasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang √ Gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : Ketika ditanya oleh perawat terhadap aktivitas yang baru saja
dilakukan pasien tidak ingat
berhitung sederhana
Jelaskan : saat ditanya pasien tidak mampu berkonsentrasi. Pasien
terlihat bingung dan menggeleng.
Masalah Keperawatan : -
2. BAB/BAK
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
Jelaskan : Pasien dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari orang lain
Masalah Keperawatan : -
4. Berpakaian/berhias
√
Bantuan minimal Bantuan Total
6. Penggunaan obat
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √
Masalah Keperawatan : -
Mempersiapkan makanan
√
Menjaga kerapian rumah √
Mencuci pakaian √
Pengaturan keuangan √
Masalah Keperawatan : -
Belanja √
Transportasi √
Jelaskan : Pasien dapat berbelanja namun dengan melihat catatan belanja dan
pasien dapat menggunakan transportasi (angkutan umum) untuk
berbelanja
Masalah Keperawatan : -
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
ANALISA DATA
OBJEKTIF
- Pasien tampak ketakutan
- Pasien menutup kedua
telinga sambil berkata
“tidak” dan “pergi”.
- Bibir pasien tampak gemetar
- Pasien tampak berkeringat
- Pandangan tertuju pada satu
titik.
- Pasien menggerakan tangan
seperti mengusir sesuatu
SUBJEKTIF
Pasien mengatakan bahwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
hidupnya sudah tidak
berguna lagi dan kotor
setelah diperkosa.
Pasien mengatakan bahwa
sering merasakan kesepian
dan ditolak oleh orang tua
maupun saudara-saudaranya.
Pasien mengatakan bahwa
hubungannya dengan orang
lain tidak ada gunanya.
OBJEKTIF
Pasien tidak mau bicara.
Pasien menyendiri dan ridak
mau berinteraksi dengan
orang yang terdekat
(orangtua maupun saudara-
saudaranya).
Menjawab pertanyaan kurang
spontan.
Pasien apatis.
SUBJEKTIF
I. ASPEK MEDIK
7. Distress spiritual
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Tujuan umum: Klien
persepsi sensori; dapat berhubungan
Halusinasi dengan orang lain untuk
Pendengaran mencegah timbulnya
dan penglihatan halusinasi.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina -Ekspresi wajah bersahabat, 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
hubungan saling klien nampak tenang, mau dengan klien dengan menggunakan/ sebagai dasar interaksi perawat
percaya. berjabat tangan, membalas komunikasi terapeutik yaitu sapa dan klien.
salam, mau duduk dekat klien dengan ramah, baik secara
perawat. verbal maupun non verbal,
perkenalkan nama perawat, tanyakan
nama lengkap klien dan panggilan
yang disukai, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji,
bersikap empati dan menerima klien
apa adanya.
2. Dorong klien mengungkapkan
perasaannya. 2. Mengetahui masalah yang
3. Dengarkan klien dengan penuh dialami oleh klien.
perhatian dan empati. 3. Agar klien merasa
diperhatikan.
-Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasinya. klien tentang cara memutuskan
cara memutuskan halusinasi 2. Dorong klien menyebutkan halusinasi.
yaitu dengan melawan suara itu kembali cara memutuskan halusinasi. 2. Hasil diskusi sebagai bukti
dengan mengatakan tidak mau 3. Berikan reinforcement positif atas dari perhatian klien atas apa yg
mendengar, lakukan kegiatan : keberhasilan klien menyebutkan dijelaskan
menyapu/mengepel, minum obat kembali cara memutuskan 3. Meningkatkan harga diri
secara teratur, dan lapor pada halusinasinya. klien
perawat pada saat timbul
halusinasi.
1. Diskusikan dengan klien tentang
-Klien mau minum obat dengan obat untuk mengontrol halusinasinya.
teratur. 1. Meningkatkan pengetahuan
4. Klien dapat klien tentang fungsi obat yang
memanfaatkan obat diminum agar klien mau minum
dalam mengontrol 1. Kaji kemampuan keluarga tentang obat secara teratur.
halusinanya. tindakan yg dilakukan dalam
-Klien mendapat sistem merawat klien bila halusinasinya 1. Mengetahui tindakan yang
pendukung keluarga. timbul. dilakukan oleh keluarga dalam
5. Klien mendapat 2. Diskusikan juga dengan keluarga merawat klien.
sistem pendukung tentang cara merawat klien yaitu
keluarga dalam jangan biarkan klien menyendiri, 2. Meningkatkan pengetahuan
mengontrol selalu berinteraksi dengan klien, keluarga tentang cara merawat
halusinasinya. anjurkan kepada klien untuk rajin klien.
minum obat, setelah pulang kontrol 1
x dalam sebulan.
3. CATATAN PERKEMBANGAN
S:
2. Klien dapat mengenal 1. Mengadakan kontak sering dan - Pasien menyebutkan jenis halusinasinya yaitu
halusinasinya. singkat. halusinasi pedengaran dan penglihatan
2. Mengobservasi segala perilaku - Pasien menyebutkan isi halusinasinya, ia
klien verbal dan non verbal yang melihat segerombolan laki-laki yang datang
berhubungan dengan halusinasi. menghampirinya dan akan memperkosanya dan
3. Menerima halusinasi klien juga suara-suara yang mengancam akan
sebagai hal yang nyata bagi klien, membunuhnya.
tapi tidak nyata bagi perawat. - Pasien dapat menyebutkan frekuensi (seberapa
4. Mendiskusikan dengan klien sering) dia mengalami halusinasi, yaitu 5 kali
situasi yang menimbulkan dan dalam sehari.
tidak menimbulkan halusinasi. - Pasien menyebutkan situasi yang dapat
5. Mendiskusikan dengan klien menyebabkan timbulnya halusinasi, yaitu saat
faktor predisposisi terjadinya dia sendirian di kamar
halusinasi. - Pasien mengatakan respon/cara-cara yang
digunakannya untuk mengatasi halusinasi yaitu
dengan mengusir halusinasinya dengan menutup
telinga dan mengusirnya dengan mengatakan
“pergi”.
O: -
A:
- Klien mampu mengenal halusinasinya
P:
Pasien :
- Menganjurkan pasien untuk mengingat
kembali hal-hal apa yang meyebabkan
munculnya halusinasi dan kapan
waktunya.
- Klien mengulang kegiatan yang telah
dilakukan berdasarkan jadwal kegiatan
harian yang telah dibuat bersama
perawat.
Perawat :
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan
dan melanjutkan ke rencana tindakan
selanjutnya yaitu mengajarkan klien mengontrol
halusinasi.
1. Mendiskusikan dengan klien
3. Klien dapat mengontrol tentang tindakan yang dilakukan S: - Klien
halusinasi. bila halusinasinya timbul yaitu: O:
. - Mengajarkan klien cara - Klien mempraktekkan cara menghardik
menghardik halusinasi halusinasi
- Mengajarkan klien untuk - Klien berbincang-bincang dengan
berbincang- bincang orang lain (perawat atau pasien lain)
dengan orang lain - Klien mengepel lantai, menyapu dll.
- Mengajarkan klien untuk A: Klien mampu mengontrol halusinasi
melakukan aktivitas,
seperti menyapu, P:
mengepel lantai dll. Pasien :
Klien mengulang kegiatan yang telah dilakukan
(berlatih cara mengontrol halusinasi)
berdasarkan jadwal kegiatan harian yang telah
dibuat bersama perawat.
Perawat:
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan
1. Mendiskusikan kepada klien melanjutkan ke rencana tindakan selanjutnya.
tentang penggunaan obat untuk
mengontrol halusinasi, meliputi: 4 S:
Benar (Benar obat, dosis, waktu, - Klien menyebutkan tentang cara
4. Klien dapat cara penggunaan), indikasi obat, penggunaan obat dengan 4 Benar.
memanfaatkan obat dalam efek samping obat. - Klien menyebutkan indikasi obat
mengontrol halusinanya. - Klien dapat menyebutkan efek samping
obat.
O: Klien menggunakan obat dengan benar
A: Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
mengkonsumsi obat
P:
Pasien :
Menganjurkan klien untuk mengingat tentang
penggunaan obat dan memasukkan jadwal
minum obat ke jadwal kegiatan harian yang
telah dibuat bersama perawat.
Perawat :
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan
1. Mengkaji kemampuan keluarga melanjutkan ke rencana tindakan selanjutnya.
tentang tindakan yg dilakukan
dalam merawat klien bila S:
halusinasinya timbul. - Keluarga menyebutkan tindakan yang
5. Klien mendapat sistem 2. Mendiskusikan juga dengan harus dilakukan / cara merawat klien.
pendukung keluarga keluarga tentang cara merawat - Keluarga menyebutkan cara mengatasi
dalam mengontrol klien yaitu jangan biarkan klien klien bila klien mengalami halusinasi
halusinasinya. menyendiri, selalu berinteraksi kembali.
dengan klien, anjurkan kepada - Keluarga menyebutkan cara
klien untuk rajin minum obat, menganjurkan klien untuk
setelah pulang kontrol 1 x dalam menggunakan obat dalam mengontrol
sebulan halusinasinya
O:
- Keluarga merawat dan mendukung
klien.
- Keluarga mengatasi klien saat klien
mengalami halusinasi.
A:
Keluarga mendukung klien dalam proses
perawatan klien dirumah.
P:
Keluarga :
Menganjurkan keluarga mendukung klien dalam
mengontrol halusinasi.
Perawat :
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan
melanjutkan ke rencana tindakan selanjutnya.