Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

Pembimbing :
Indriyati ,SKep.Ns.,MKep.

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV

Sukendi P1337420119140

Sri Komariyah P1337420119142

Wafiroh P1337420119152

Ika Irawan P1337420119153

PRODI RPL DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

A. Pengertian

Halusinasi adalah penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan


dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas. (Kaplan dan Saddock, 1998).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera di mana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.

Jenis halusinasi ada 2 (dua) yaitu:

1). Halusinasi non patologis

Menurut NAMI (National Alliance for Mentally Ill). Halusinasi dapat terjadi
pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa, pada umumnya terjadi pada
klien yang mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena
pengaruh obat-obatan (halosinogenik) halusinasi ini antara lain

a. Halusinasi hipnogonik : persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat


sebelum seseorang jatuh tertidur.
b. Halusinasi hipnopomik : persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada
saat seseorang terjatuh bangun.

2) Halusinasi patologis

a. Halusinasi pendengaran (Auditory)


Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berbeda dengan stimulus
nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Klien melihat gambar yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c. Halusinasi penciuman (Olfactory)
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d. Halusinasi pengecap (Gustatory)
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan
makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi peradaban (Taktil)
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.

B. ETIOLOGI

Menurut Rawlin, et all, (1998) etiologi halusinasi dilihat dari 5 (lima) dimensi
yaitu:

1. Dimensi fisik

Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tapi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi
aseperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan sehingga terjadi
delirium intoksikasi, alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam jangka waktu yang
lama.

2. Dimensi intelektual

Halusinasi terjadi sebagai usaha untuk merubah realita yang ada, yang
bertujuan untuk melindungi integritas dirinya dan adanya fungsi ego untuk
mengadakan kontak yang realita.

3. Dimensi emosional

Terjadinya halusinasi karena adanya perasaaan cemas yang berlebihan yang


tidak dapat diatasi dan sebagai hal yang menakutkan sehingga menyebabkan klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan.

4. Dimensi sosial
Halusinasi dapat terjadi disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak
memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan
akibat hilangnya control terhadap diri, harga diri maupun interaksi social dalam
dunia nyata, sehingga klien cenderung menarik diri dan hanya tertuju pada dirinya
sendiri.

5. Dimensi spiritual

Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk social, mengalami


ketidakharmonisan berinteraksi, penurunan kemampuan untuk menghadapi stress
dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menghadapi keadaan sekitarnya.
Akibatnya saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan control
terhadap kehidupannya.

Menurut Stuart dan Sudden, 1998, terjadinya halusinasi dapat disebabkan sebagai
berikut :

1. Teori psikoanalisa

Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangasangan dari luar


yang mengancam, ditekan untuk muncul dalam alam sadar.

2. Teori biokimia
Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang
mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neuro kimia cepat bufatamin dan
dimetyl tramsferasia.

C. RENTANG RESPON MASALAH

Respon adaptif

Respon mal adaptif

Pikiran logis

Pikiran kadang menyimpang

Kelainan pikiran/delusi halusinasi

Emosi konsisten dengan pengalaman

Emosi berlebihan/kurang

Ketidakmampuan untuk Mengalami emosi

Perilaku sesuai

Perilaku tidak lazim

Perilaku tidak terorganisasi.

Hubungan social harmonis.

Menarik diri.

Isolasi social.

D. PROSES TIMBULNYA MASALAH

Menurut Depkes, 2000, halusinasi terjadi dalam beberapa fase:

1. Fase pertama comforting (menyenangkan)


2. Fase kedua condemning (menyarankan)

3. Fase ketiga controlling (mengendalikan)

4. Fase keempat conquering (menakutkan)

E. POHON MASALAH

F. MASALAH KEPARAWATAN

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan, menciderai diri sendiri dan orang lain.

Ds : klien mengatakan mendengar suara negative tentang orang lain, ancaman


atau ejekan.

Do : mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi wajah tegang,, memukul atau


menyakiti orang lain, merusak lingkungan sekitar.

2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


Ds : klien menyatukan mendengar suatu, melihat benda atau sesuatu mengecap
rasa sesuatu atau mencium bau yang tak nyata.

Do : klien berbicara curiga, tersenyum dan bermusuhan, berbicara kalau kadang-


kadang tidak masuk akal.

Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tak nyata.

3. Defisit perawatan diri

Ds : klien menyatakan malas untuk beraktivitas seperti mandi, makan, ganti baju
dan lain-lain.

Do : pakaian tidak rapi, pakaian kotor,

rambut kusut, kotor, berbau tidak sedap,

PH yang kurang,

menolak untuk makan.

4. Intoleransi aktivitas

Ds : klien menolak beraktivitas

Do : Pasif

Tidak menyadari/menghindar dari kegiatan yang ada dan

tidak peduli dengan aktivitas sehari-hari.

5. Perubahan pola tidur

Ds : klien mengatakan tidak bisa tidur takut diganggu suara-suara dan mimpi
yang menakutkan.

Do : klien tampak mengantuk

Gelisah
Malam hari tidak dapat tidur

Daerah sekitar mata kehitaman

Mata sayu atau sulit untuk berkonsentrasi

6. Menarik diri

Ds : klien hanya menjawab “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.

Do : menghindar dari orang lain

Kontak mata kurang : sering menunduk

Posisi tidur seperti janin

Sulit diajak komunikasi.

7. Harga diri rendah

Ds : klien mengatakan merasa malu, tidak dapat berbuat sesuatu, mengatakan


tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, menilai negative pada diri sendiri.

Do : tidak ada kontak mata

Sering menyendiri

Menghindari orang lain.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan = menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan b/d halusinasi.

2. Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d menarik diri.

3. Kerusakan interaksi social = menarik diri b/d HDR.


4. Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d penatalaksanaan regimen
“terapeutik” tidak efektif.

5. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif b/d koping keluarga tidak


afektif.

H. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa : Resiko tinggi perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan b/d halusinasi.

Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.

Tujuan khusus : a. klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. klien dapat mengenal halusinasinya.

c. klien dapat mengontrol halusinasinya.

d. klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.

e. klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol


halusinasinya.

INTERVENS

TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya.

1). Bina hubungan saling percaya

Salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan


yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic yang akan
dibicarakan, waktu bicara dan tujuan bicara).

2). Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.


3). Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya

1). Lakukan kontak sering dan singkat (agar klien tidak selalu sering kontak
dengan halulsinasinya).

2). Observasi klien terkait dengan halusinasinya, berbicara, tertawa tanpa adanya
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/depan seolah-olah ada teman sedang
berbicara.

3). Bantu klien untuk mengenali halusinasinya.

- Saat klien halusinasinya adakah suara yang didengar, adakah yang dilihat, bila
ada apa yang didengar, apa yang dilihat dan lain-lain.

- Katakan pada klien bahwa klien melihat atau mendengar, namun perawat tidak
melihat atau mendengar dengan nada bersahabat tanpa menuduh (menghakimi).

- Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.

- Katakana bahwa perawat akan membantu klien.

4). Diskusikan dengan klien

- Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.

- Waktu frekuensi dari halusinasi (pagi, siang, sore, malam, saat mandi, makan,
tidur, jengkel atau sedih, stress, menyendiri).

TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya

1). Identifikasi bersama klien tindakan apa yang bisa dilakukan bila sedang
berhalusinasi.
2). Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya.

3). Diskusikan cara memutus halusinasi (mengusir, beraktivitas atau berinteraksi


dengan orang lain, mendekatkan diri pada pencipta, minum obat teratur).

4). Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi.

5). Beri pujian atas upaya klien menjawab.

6). Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.

7). Dorong klien mengikuti TAK.

8). Beri pujian bila mampu melakukan.

TUK 4 klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.

1). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan
manfaat obat.

2). Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat, merasakan manfaatnya.

3). Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

4). Diskusikan akibat obat tanpa konsultasi (minum obat bebas).

5). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar cara dan waktu).

6). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat
obat.

TUK 5 . klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1). Bina hubungan saling percaya terus dengan keluarga


2). Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi/tindakan yang dilakukan dalam
merawat klien.

3). Berikan pujian terhadap tindakan yang positif.

4). Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan gejala serta
perawatan di rumah.

5). Anjurkan keluarga cara mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.


TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Ruang Rawa : Singgalang

I. Identitas Klien
Nama: Tn. F

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tuna karya

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia

Alamat : Medan

Tanggal Pengkajian : 16 Februari 2009

Tanggal Masuk : 04 January 2009

II. Sumber Informasi

Nama : Tn. U Umur : 70 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Majelis Ulama

Alamat : Medan

III. Riwayat Penyakit

A. Riwayat Penyakit Sekarang/Alasan Masuk RS

Bicara kotor, marah-marah, dan mengatakan sering melihat bayangan seperti setan
yang sering mengikutinya dan dan klien pernah mengamuk, memukul,
orangtuanya karena menyangka orangtuanya adalah setan yang akan
memukulnya, suka menarik diri. Masalah Keperawatan Resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan

. Faktor Predisposisi

1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien menolak untuk berobat,


sehingga keluarga tidak membawa klien berobat.

3. Klien pernah menganiaya ayahnya pada umur 26 tahun, tidak pernah


mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarganya serta
tindakan criminal

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Sejak 17 tahun dia sudah
mengkonsumsi narkoba dan terkadang klien merasa sedih belum mendapat
pekerjaan kerena klien merasa tidak berguna dan penganggurang Masalah
keperatan : Gangguan konsep diri : hanya diri rendah

C. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

2. Genogram

Keterangan : Laki -laki : Perempuan : Laki -laki meninggal : Perempuan


meninggal : Pasien : Menikah : Garis keturunan : Tinggal serumah Klien anak 1
dari 5 bersaudara
D. Riwayat Psikososial

1. Konsep Diri

a. Citra tubuh : Klien menerima keadaan dirinya dan menyukai seluruh bagian
tubuhnya b. Identitas : Klien tamatan SMP, lajang tidak memiliki pekerjaan

c. Peran : Sebagai anak dalam keluarga

d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarganya

e. Harga diri : Klien sering dikucilkan oleh keluarganya dirumah karena sering
marah-marah Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah
Spritual  Nilai dan Keyakinan Klien beragama Islam dan klien percaya adanya
Tuhan, sebelum dan sesudah masuk Rumah Sakit Jiwa klien melakukan sholat 5
kali sehari.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Status Mental

a. Penampilan Klien berpenampilan tidak rapi, kotor, kuku panjang dan hitam
Masalah keperawatan: Defisit PerawatanDiri

b. Pembicaraan Klien bicara cepat dan klien dapat menjawab ssetiap peertnyan
yang diajukan perawat sesuai dengan topik pembicaraan, klien tidak menunjukkan
adanya tanda- tanda kerusakan komunikasi verbal. Masalah perawatan: tidak ada
masalah

. Aktivitas motorik Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih karena
masuk rumah sakit jiwa & merasa diasingkan dari keluarganya, klien suka
menyendiri, pandangan kosong. Masalah keperwatanya : intoleransi aktifitas .

d. Alam perasaan Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih karena masuk
Rumah Sakit Jiwa dan merasa diasingkan dari keluargannya, klien sudah
menyendiri, pandangan kosong.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

e. Afek Klien dapat berespon sesuai stimulus yangdiberikan

f. Interaksi selama wawancara Selama wawancara klien kurang koperatif, sering


menunduk & kurang mau menatap lawan bicaranya Masalah keperawatan: Isolasi
Sosial: menarik diri

g. Persepsi Klien mengatakan sering melihat bayangan seperti setan yang sering
mengikutinya dna klien pernah mengamuk, memukul orang tuanya karena
menyangka orangtuanya adalah setan yang akan membunuhnya, kontak mata
singkat, suara pelan & suka menyediri, dan sering bicara sendiri. Masalah
keperawatan:  Resiko terhadap kekerasan  Halusinasi penglihatan

h. Proses pikir Klien berbicara sesuai topik pembicaraan, klien berbicara singkat
Masalah keperawaran: tidak ada masalah i. Isi pikir Tidak dijumpai adanya
gangguan isi pikir Masalah keperawatan: tidak dijumpai masalah

j. Tingkat kesadaran

Klien dalam keadaan baik, karena disointrai, klien bisa membedakan waktu,
tempat dan orang.

k. Memori

Memori klien masih baik karena masih mengigat kejadian- kejadian yang terjdi
diceritakan pada perawat baik dulu & sekarang. Masalah keperawatan : tidak ada
masalah

l. Tingkat konsentrasi & berhitung Klien masih mampu berhitung tanpa bantuan
orang lain.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian Klien mampu membedakan pekerjaan apabila diberikan


pilihan pekerjaan mana yang harus dilakukan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

n. Daya titik diri Klien dalam perawatan & mengetahui bahwa ia sakit Masalah
keperawatan: tidak ada masalah

VI. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda- tanda vital TD:110/70 mmHg HR:80 x /i T: 370C RR:20 x /i

b. Ukuran Antropometri TB:165 cm BB:55 kg

c. Keluhan fisik: tidak ada

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan: klien bisa makan sendiri

2. BAB/ BAK: Sendiri

3. Mandi: klien mandi 2x sehari tanpa bantuan orang lain

4. Berpakaian: klien mampu berpakaian sendiri

5. Istirahat tidur: tidur malam mulai 21.00 s/d 05.00

6. Penggunaan obat: klien dapat mengenal obatnya & makan obat sendiri dengan
teratur

VIII. Mekanisme Koping

Klien bersifat tertutup: jika ada masalah, klien jarang mau menceritakan pada
orang lain, karena klien suka diam & tidak mau diganggu.

IX. Masalah Pfikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik, klien merasa keluarga kurang


memperhatikan
2. Masalah dengan pendidikan: klien lulus SMP

3. Masalah dengan pekerjaan: klien pernah dipecat oleh perusahaan.

4. Masalah dengan perumahan: klien ingin tinggal di truma & merasa bosan di
RSJ medan

5. Masalah hubungan dengan lingkunganya, klien mengatakan tidak pernah


mengikuti kegiatan sosial.

6. Masalah dengan ekonomi: Klien dengan pelayanan kesehatan: spesifik

X. Aspek Medik

Diagnosa Medik: Skizofrenia paranoid: hausinasi penglihatan.

Therapy:

1. Injeksi cholupromazine (CPZ) 100 mg 3x1)

2. Halloperidol 5 mg 3x1

3. Trihexiphenidil THP0 2mg 2x2 mg

N DATA MASALAH
O
1 Ds : - Klien mengatakan tidak bisa Resiko terjadinya tindakan kekerasan yang
tidur pada malam hari karena dirasakan pada lingkungan, orang lain & diri
melihat bayangan- bayangan sendiri.
seperti setan. -
Membuang/merusak
barangbarang, jalan
mondarmandir.
Do : - Kontak mata singkat -
Suara pelan - Klien suka
menyendiri
2 Ds: - Klien mengatakan sering Perubahan sensori persepsi halusinasi
melihata bayang- bayang setan penglihatan
yangmenyerupai ayahnya yang
akan membunuhnya Do: - Kontak
mata singkat - Sering menunduk
3 Ds: - Klien mengatakan malas Isolasi menarik diri
bergaul dan berbicara dengan
orang lain. Do: - Kurang aktif
dalam aktifitas
4 Ds: - Klien mengatakan kurang Gangguan konsep diri harga diri rendah
Gangauan konsep diri: 16
diperhatikan keluarga - Klien
mengatakan dikucilkan dalam
keluarga - Klien mengatakan
malu berteman Do: - Sering
menyendiri - Klien banyak
berdiam diri - Ekspresi tenang H
5 Ds: - Klien mengatakan kurang Koping keluarga inefektif
perhatian orang tua - Klien
mengatakan orang tua jarang
mengunjunginya Do: - Klien lebih
sering sendirian di rumah

Daftar Masalah Keperawatan.

1. Resiko terjadinya tindakan kekerasan yang diarahkan pada lingkungan, orang lain &
diri sendiri

2. Perubahan sensori persepsi halusinasi

3. Isolasi sosial menarik diri

4. harga diri rendah

5. Penatalaksanaan regimen terapeutik tak efektif


Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi terjadinya tindakan kekerasan berhubungan dengan halusinasi


penglihatan

2. perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan berhubungan dengan isolasi sosial


:menarik diri

3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah

4. Regimen terapeutik ineffektif berhubungan dengan koping keluarga inefektif

POHON MASALAH
N DIAGNOSA INTERVEN
O KEPERAWAT SI
AN
TUJUAN KRITERI IMPLEMENTA EVALUA
A SI SI
LAPORAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., dkk, (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta.

Kaplan dan Saddack, (1997), Sinopsis Psikiatrik : Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri. Edisi I, Alih Bahasa : Dr. Wijaya Kesuma, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Stuart dan Sudden, (1998), Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 6th
edition, CV. Mosby Company, USA.LP & ASKEP HALUSINASI

Diposting oleh Unknown di 00.55

Anda mungkin juga menyukai