Pembimbing
Disusun
Wafiroh
P1337420119152
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN JIWA yang berjudul
”ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI:HALUSINASI kemudian sholawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yaiutu Al-qur’an sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN JIWA di
program studi DIII keperawatan. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran secara konstrukif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wafiroh
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
HALUSINASI
3. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari:
a. Halusinasi pendengaran
Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya
dengan stimulus yang nyata / lingkungan dengan kata lain orang yang
berada disekitar klien tidak mendengar suara / bunyi yang didengar klien.
b. Halusinasi penglihatan
Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya
stimulus yang nyata dari lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
c. Halusinasi penciuman
Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata.
d. Halusinasi pengecapan
Yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa yang tidak enak.
e. Halusinasi perabaan
Yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah dari vena dan arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan gerakan sementara berdiri tegak.
h. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan
waham kebesaran terutama menjadi organ-organ.
i. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu pada tubuhnya.
4. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam
dan asyik sendiri. Jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsi. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital. Asyik dengan
pengalaman sensori danb kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening
pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensori dan halusionasinya dapat berupa bisikan yang jelas, klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c. Fase III
Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan
mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan
halusinasinya. Kadang halusinasi tersebut memberi kesenangan dan rasa
aman sementara.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan. Klien
tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung
secara singkat atau bahkan selamanya.
Pohon Masalah
Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren
Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca
indera yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan
yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen
fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya umum yang berlaku
Hubungan sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dalam bentuk kerjasama
Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi
gambaran sensorik pada area tertentu di otak, kemudian
diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.
Emosi belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek
keluar berlebihan atau kurang
Perilaku tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku
Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku
Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika
klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indera, sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.
C. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neuro biologik yang
maladptif, misal adanya lesi pada area frontal, temporal dan limbik yang
paling berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik. Perubahan-
perubahan kimia di otak juga dapat dikaitkan dengan skizoprenia seperti
kelebihan neurotransmiter dopamin, ketidakseimbangan dopamin dengan
neurotransmiter lain dan masalah pada reseptor.
2. Psikologis
Selama lebih dari 20 tahun skizoprenia diyakini sebagai penyakit yang
dapat disebabkan oleh keluarga dan sebagian oleh karakter individu itu
sendiri. Ibu yang selalu cemas, over protektif, dingin dan tidak berperasaan
ayah yang tidak dekat dengan anaknya atau terlalu memanjakan, konflik
pernikahan juga dapat menyebabkan gangguan ini.
Skizoprenia juga dipandang sebagai kaegagalan membangun tahap awal
perkembangan psikososial. Skizoprenia dipandang sebagsi contoh paling
berat dari ketidakmampuan mengatasi stress. Gangguan identitas,
ketidakmampuan untuk mengontrol insting-insting dasar diduga sebagai
teori kunci dari skizoprenia.
3. Sosial budaya
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakmampuan
sosial budaya dapat menyebabkan skizoprenia. Ilmuan lain menyatakan
bahwa skizoprenia di sebabkan terisolasi dikota atau segera tempat
tinggalnya. Walaupun stress yang terakumulasi berhubungan dengan faktor
lingungan berkontribusi untuk munculnya skizoprenia dan untuk
kekambuhannya, penemuan neurobiologis mengembangkan proses
terjadinya gangguan psikotik ini.
D. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan
dapat menyebabkan terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif
misalnya lingkungan yang penuh kritik (rasa bermusuhan), kehilangan
kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga diri, kerusakan dalam
hubungan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan.
Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang
terhadapa terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Halusinasi Pasien mampu : Setelah ....x Sp 1 Pasien tidak mengetahui apa
Mengenali pertemuan, pasien 1. Bantu pasien yang didalamnya saat ini,
halusinasi dapat menyebutkan : mengenal halusinasi jadi perawat membantu
yang Isi, waktu (isi, waktu, frekuensi, pasien mengenalkan tentang
dialaminya frekuensi, situasi situasi pencetus, apa yang sedang ia alami
Mengontrol pencetus, perasaan saat terjadi sehingga pasien mengerti
halusinasiny perasaan halusinasi) dengan keadaannya. Cara
a Mampu 2. Latih mengontrol yang diajarkan perawat
Mengikuti memperagakan halusinasi dengan cara ialah dengan menghardik
program cara dalam menghardik : suara-suara itu cepat hilang.
pengobatan mengontrol - Jelaskan cara
halusinasi menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta pasien
memperagakan ulang
- Pantau cara penerapan
cara ini, beri
pengetahuan perilaku
pasien
- Masukan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP2P SP2P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan pasien dengan halusinasi.
cara bercakap-cakap dengan orang lain. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kepada klien halusinasi.
kegiatan harian klien.
SP3P SP3P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di
2. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara rumah termasuk minum obat (discharge planing ).
melakukan kegiatan. 2. Menjelaskan follow- uf klien setelah pulang.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal harian
EVALUASI
A. Pengkajian
Ruang : Flamboyan
1. Identitas Klien
Nama : Tn. F
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tuna karya
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat : Pekalongan
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2020
Tanggal Masuk : 04 april 2020
2. Sumber Informasi
Nama : Tn. U Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Majelis Ulama
Alamat : Pekalongan
3. Riwayat Penyakit
a.. Riwayat Penyakit Sekarang/Alasan Masuk RS
Bicara kotor, marah-marah, dan mengatakan sering melihat bayangan
seperti setan yang sering mengikutinya dan dan klien pernah mengamuk,
memukul, orangtuanya karena menyangka orangtuanya adalah setan yang
akan memukulnya, suka menarik diri. Masalah Keperawatan Resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien menolak untuk
berobat, sehingga keluarga tidak membawa klien berobat.
3. Klien pernah menganiaya ayahnya pada umur 26 tahun, tidak pernah
mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarganya
serta tindakan criminal
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Sejak 17 tahun dia
sudah mengkonsumsi narkoba dan terkadang klien merasa sedih belum
mendapat pekerjaan kerena klien merasa tidak berguna dan
penganggurang
Masalah keperawtan : Gangguan konsep diri : hanya diri rendah
d. Riwayat Psikososial
1) Konsep Diri
a. Citra tubuh : Klien menerima keadaan dirinya dan menyukai seluruh
bagian tubuhnya b. Identitas : Klien tamatan SMP, lajang tidak
memiliki pekerjaan
c. Peran : Sebagai anak dalam keluarga
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya
e. Harga diri : Klien sering dikucilkan oleh keluarganya dirumah karena
sering marah-marah Masalah keperawatan : gangguan konsep diri :
harga diri rendah Spritual Nilai dan Keyakinan Klien beragama Islam
dan klien percaya adanya Tuhan, sebelum dan sesudah masuk Rumah
Sakit Jiwa klien melakukan sholat 5 kali sehari.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2) Status Mental
a. Penampilan Klien berpenampilan tidak rapi, kotor, kuku panjang dan
hitam Masalah keperawatan: Defisit PerawatanDiri
b. Pembicaraan Klien bicara cepat dan klien dapat menjawab ssetiap
peertnyan yang diajukan perawat sesuai dengan topik pembicaraan,
klien tidak menunjukkan adanya tanda- tanda kerusakan komunikasi
verbal.
Masalah perawatan: tidak ada masalah
3) . Aktivitas motorik Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih
karena masuk rumah sakit jiwa & merasa diasingkan dari keluarganya,
klien suka menyendiri, pandangan kosong. Masalah keperwatanya :
intoleransi aktifitas .
4) Alam perasaan Klien mengatakan tidak berguna dan sangat sedih karena
masuk Rumah Sakit Jiwa dan merasa diasingkan dari keluargannya, klien
sudah menyendiri, pandangan kosong.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
5) Afek Klien dapat berespon sesuai stimulus yangdiberikan
6) Interaksi selama wawancara Selama wawancara klien kurang koperatif,
sering menunduk & kurang mau menatap lawan bicaranya
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial: menarik diri
7) Persepsi Klien mengatakan sering melihat bayangan seperti setan yang
sering mengikutinya dan klien pernah mengamuk, memukul orang tuanya
karena menyangka orangtuanya adalah setan yang akan membunuhnya,
kontak mata singkat, suara pelan & suka menyediri, dan sering bicara
sendiri. Masalah keperawatan: Resiko terhadap kekerasan Halusinasi
penglihatan
8) Proses pikir Klien berbicara sesuai topik pembicaraan, klien berbicara
singkat
Masalah keperawaran: tidak ada masalah
9) Isi pikir Tidak dijumpai adanya gangguan isi pikir Masalah keperawatan:
tidak dijumpai masalah
10) Tingkat kesadaran
Klien dalam keadaan baik, karena disointrai, klien bisa membedakan
waktu, tempat dan orang.
11) Memori
Memori klien masih baik karena masih mengigat kejadian- kejadian yang
terjdi diceritakan pada perawat baik dulu & sekarang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12) Tingkat konsentrasi & berhitung Klien masih mampu berhitung tanpa
bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian Klien mampu membedakan pekerjaan apabila
diberikan pilihan pekerjaan mana yang harus dilakukan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
14) Daya titik diri Klien dalam perawatan & mengetahui bahwa ia sakit
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
X. Aspek Medik
Diagnosa Medik: Skizofrenia paranoid: hausinasi penglihatan.
Therapy:
1. Injeksi cholupromazine (CPZ) 100 mg 3x1)
2. Halloperidol 5 mg 3x1
3. Trihexiphenidil THP0 2mg 2x2 mg
N DATA MASALAH
O
1 Ds : - Klien mengatakan tidak Resiko terjadinya tindakan kekerasan yang
bisa tidur pada malam hari dirasakan pada lingkungan, orang lain &
karena melihat bayangan- diri sendiri.
bayangan seperti setan. -
Membuang/merusak
barangbarang, jalan
mondarmandir.
Do : - Kontak mata singkat -
Suara pelan - Klien suka
menyendiri
2 Ds: - Klien mengatakan sering Perubahan sensori persepsi halusinasi
melihata bayang- bayang setan penglihatan
yangmenyerupai ayahnya yang
akan membunuhnya Do: -
Kontak mata singkat - Sering
menunduk
3 Ds: - Klien mengatakan malas Isolasi menarik diri
bergaul dan berbicara dengan
orang lain. Do: - Kurang aktif
dalam aktifitas
4 Ds: - Klien mengatakan Gangguan konsep diri harga diri rendah
kurang Gangauan konsep diri:
16 diperhatikan keluarga -
Klien mengatakan dikucilkan
dalam keluarga - Klien
mengatakan malu berteman
Do: - Sering menyendiri -
Klien banyak berdiam diri -
Ekspresi tenang H
5 Ds: - Klien mengatakan Koping keluarga inefektif
kurang perhatian orang tua -
Klien mengatakan orang tua
jarang mengunjunginya Do: -
Klien lebih sering sendirian di
rumah
Gangguan
sensori/persepsi
halusinasi penglihatan
(core problem)
Koping
keluarga in
efektif
XIV. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan /Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Implementasi
1 Resiko terjadinya tidakan TUM Tidak terjadi 1.1. Klien dapat 1.1.1 Bina 1.1.1 Hubungan
kekerasan b/d halusinasi tindakan kekerasan yang ungkapkan hubungan saling saling percaya sebagai
penglihatan diarahkan pada perasannya dan percaya dasar interaksi yang
lingkungan keadaannya saat ini Salam terapeuntik antara
TUK 1: secara verbal terapeuntik perawat dan klien
klien dapat membina Perkenalkan diri
hubungan saling Jelaskan tujuan
percaya. interaksi
Ciptakan
lingkungan yang
tenang
Buat kontrak
yang jelas
Tepati waktu
1.1.2 Dorong dan 1.1.2 Ungkapan
beri kesempatan perasaan klien kepada
klien untuk perawat sebagai bukti
mengungkapkan bahwa klien mulai
perasaannya mempercayai perawat
1.1.3 Dengarkan 1.1.3 Rasa empati
ungkapan klien akan meningkatkan
dengan empati hubungan saling
percaya
TUK. 2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakan 2.1.1 Mengurangi
mengenal halusinasin ya membedakan hal kontak sering dan waktu kosong bagi
nyata dan hal yang singkat secara klien sehingga dapat
tidak nyata setelah bertahap : mengurangi frekwensi
3-4 kali pertemuan 5 menit setiap 1 halusinasi
dengan jam
menceritakan halhal 10 menit setiap 1
yang nyata jam
15 menit setiap 1
jam
2.1.2 Observasi 2.1.2 Halusinasi harus
tingkah laku diperkenalkan terlebih
verbal / non verbal dahulu oleh perawat
yang b/d agar intervensi efektif
halusinasi : bicara
sendiri
Isi bicara
Mata melotot
Tiba-tiba pergi
2.1.3 Mungkin tidak
Tertawa tiba-tiba
mampu
2.1.3 Gambarkan
2.1.3 Mungkin tidak
tingkah laku
mampu untuk
halusinasi pada
mengungkapkan
klien “ apa yang
persepsinya, maka
terlihat atau
perawat dapat
terdengar”
memfasilitasi klien
untuk
mengungkapkan
secara terbuka
2.1.4 Terima 2.1.4 Meningkatkan
halusinasi sebagai orientasi realita klien
hal yang nyata bagi dan rasa percaya klien
klien, tetapi tidak
bagi perawatTidak
membenarkan dan
tidak menyangkal
Bersama klien
mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan dan
tidak halusinasi:
sifat, isi, waktu, dan
frekuensi halusinasi
Bersama klien
menentukan faktor
pencetus halusinasi,
apa yang terjadi
sebelum halusinasi
2.2 Klien dapat 2.2.1 Peran serta aktif
menyebutkan klien sangat
situasi yagn menentukan
menimbulkan dan
tidak menimbulkan
halusinasi sefat, isi,
waktu, prekuensi
halusinasi 3x
pertemuan
TUK 3. Klien dapat Klien dapat 3.1.1 Identifikasi 3.1.1 Tindakan yang
mengontrol halusinasi menyebutkan bersama klien biasanya merupakan
nya tindakan apa yang tindakan apa yang upaya mengatasi
bisa dilakukan bila dilakukan bila halusinasi
sedang sedang 3.1.2 Memberikan hal
berhalusinasi berhalusinasi yang 23 Klien dapat
setelah 3x pertemua 3.1.2 Beri pujian menyebutkan 2 dari 3
terhadap ungkapan cara memutuskan
klien tentang halusinasi
tindakannya 3.2.1 Diskusikan cara
memutuskan
halusinasi
3.2.2 Dorong klien
untuk menyebutkan
kembali cara
memutuskan
halusinasi positif atau
pengakuan akan
meningkatkan harga
diri klien
Klien dapat 3.2.1 Diskusikan 3.2.1 Dengan
menyebutkan 2 dari cara memutuskan halusinasi yang
3 cara memutuskan halusinasi terkontrol oleh klien
halusinasi maka resiko
kekerasan tidak
terjadi
3.2.2 Dorong klien 3.2.2 Pengulangan
untuk menyebutkan hasil diskusi yang
kembali cara dapat dilakukan klien
memutuskan merupakan suatu
halusinasi tanda konsentrasi
pikir dapat difokuskan
3.2.3 Pujian
merupakan pengakuan
yang dapat
meningkatkan
motivasi dan harga
diri klien
3.3.1 Dorong klien 3.3.1 Memberi
memilih tindakan kesempatan pada
apa yang akan klien untuk
dilakukan memutuskan tindakan
3.3.2 Dorong klien meningkatkan harga
untuk mengikuti diri klien
TAK 3.3.2 Memberi
3.3.3 Beri pujian kesempatan dan
bila dapat membantu melupakan
melakukannya halusinasinya dan
meningkatkan dengan
konsentrasi klien
3.3.3 Pujian
merupakan pengakuan
yang dapat
memotivasi klien
mengulangi hal positif
TUK 4 4.1 Klien minum 4.1.1 Diskusikan 4.4.1 Meningkatkan
.Klien dapat obat secara teratur dengan klien pengetahuan dan
memanfaatk an obat sesuai aturan tentang obat untuk motivasi klien untuk
untuk mengontrol minum obat setelah mengontrol minum obat secara
halusinasi nya 3 x pertemuan halusinas teratur
4.1.2 Bantu klien
untuk memastikan
klien telah minum
obat secara teratur
untuk mengontrol
halusinasinyua
TUK 5. 5.1.Klien dapat 5.1.1 Dorong klien 5.1.1 Sebagai upaya
Klien dapat dukungan dukungan keluarga untuk memberi tahu latihan klien sebelum
keluarga dalam dalam mengontrol keluarga ketika berada dirumah
mengontrol halusinasi halusinasi setelah di timbul halusinasi 5.1.2 Keluarga
nya rumah mampu merawat klien
dengan halusinasi
paling efektif
mendukung
kesembuhan klien
dengan masalah
halusinasi
5.1.2 Lakukan
kunjungan keluarga
(home visite).
Kenalkan keluarga
pada halusinasi
klien bantu dalam
memutuskan
tindakan untuk
mengontrol
halusinasi klien,
ajarkan cara
merawat klien di
rumah,
informasikan cara
memodifikasi
lingkungan agar
mendukung
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
dalam mengontrol
halusinasi klien
2 Perubahan sensori persepsi : TUK 2 1.1 Klien dapat 1.1.1 Diskusikan - Mengidentifik asi
halusinasi penglihatan b/d isolasi Klien dapat mampu menyubutkan dengan klien hal-hal positif yang
soscal : menarik diri berhubungan dengan kemampuan yang kelebihan yang masih dimiliki klien -
orang lain tanpa merasa ada pada dirinya dimilikinya Mengingatkan klien
rendah diri setelah 2x pertemua 1.2.1 Diskusikan bahwa klien manusia
1. Klien dapat kelemahan yang biasa yang
memperluas kesadaran dimilikinya mempunyai
diri 1.2.2 Beritahu klien kekurangan
bahwa manusia
tidak ada yang
sempurna, semua
memiliki kelebihan
dan kekurangan
1.2.3 Beritahu klien
bahwa kekurangan
bisa ditutup dengan
kelebihan yang
dimilikinya
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Diskusikan - Untuk mengetahui
menyelidiki diriny menyebutkan dengan klien ideal sampai sejauh mana
citacita dan harapan dirinya : apa realistis dari harapan
yagn sesuai dengan harapan klien
kemampuannya selama di RS,
setelah 1x rencana klien
pertemuan setelah pulang, dan
cita-cita yang ingin
dicapai
Regimen terapecitik inefektif b/d TUM : Penatalaksanaan 1.1 Keluarga dapat 1.1.1 BHSP dan - Hubungan saling
koping keluarga regimen terapetik efektif mengekspresikan keluarga dan percaya yang baik
TUK : 1. Keluarga dapat perasaannya selama anggpta keluarga merupakan dasar yang
mengenal masalah yang merawat anggota lain, terutama kuat bagi keluarga
dikemukakan dalam keluarga yang sakit, anggota keluarga dalam
merawat klien di rumah terjalin BHSP dengan apa adanya, mengekspresikan
dengan cara antara perawat dan dengarkan keluhan peranannya
mengungkapkan keluarga dan keluarga dengan
perasaannya anggota lainnya empati, hindari
respon mengkritik
saat keluarga
mengekspresikan
perasaannya
2. Keluarga dapat 2.1 Keluarga dapat 2.1 Diskusikan - Menentukan
mengambil keputusan menyebutkan dengan keluarga intervensi yang akan
untuk melakukan dalam sumber pendukung tentang tindakan digemakan / diberikan
merawat klien dengan yang biasa yang selama ini - Meningkatkan harga
cara mengidentifikasi digunakan telah digunakan diri dan percaya diri
sumber koping yang 2.2 Beri pada keluarga
dimiliki keluarga reinforcement
positif bila keluarga
mengemukakan
tindakan positif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN