KEPERAWATAN J I W A P A D A N Y . E D E N G A N
H A L U S I N A S I D I D E S A SRIKATON KECAMATAN
NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG
Disusun Oleh :
202006001
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. E dengan halusinasi di
Desa Srikaton Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung, disusun oleh :
NIM : 20200601
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktek pendidikan profesi ners
departemen keperawatan jiwa, yang dilaksanakan pada tanggal 09 November – 28
November 2020
Mengesahkan,
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apaun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik, ataupun histerik.
B. Klasifikasi
Menurut Maramis, terdapat beberapa jenis halusinasi diantaranya :
a. Halusinasi Penglihatan (visual, optik )
Tak terbentuk (sinar, kalipan atau pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang
atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
b. Halusinasi Pendengaran (auditif, akustik)
Suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
c. Halusinasi Penciuman ( olfaktorik )
Mencium sesuatu bau
d. Halusinasi Pengecap (gustatorik)
Merasa atau mengecap sesuatu
e. Halusinasi Peraba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah
kulitnya
f. Halusinasi Kinestetik
Merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”
g. Halusinasi Viseral
Perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi Hipnagogik
Terdapat ada kalanya pada seseorang yang normal, tepat sebelum tertidur
persepsi sensorik bekerja salah
i. Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnagogik, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali
dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian
yang normal
j. Halusinasi Histerik
Timbul pada nerosa histerik konflik emosional
C. Manifestasi Klinis
Perilaku yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara, senyum dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan respon verbal
yang lambat
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan
takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Expresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
k. Tampak tremor dan berkeringat
D. Etiologi Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, faktor predisposisi dapat
meliputi :
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan intrapersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan
2) Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP)
4) Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang seringditerima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
5) Faktor genetik Gen
Penelitian menunjukkan bahwa, anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi extra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut apat meningkatkan stred dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
d. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya dan biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul :
1) Resiko tinggi mencederai
2) Agitasi / kataton
3) Tidak mampu merespon rangsang yang ada
F. Pohon Masalah
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan , kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh
atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiqp perawat masuk kekamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu.
Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan.
Diruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
an mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas. Misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat diketahui dari pengkajian tentang jenis
halusinasi
c. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi itu muncul?
Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa?
Freksuensi terjadinya halusinasi, apakah terus menerus atau hanya
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada wkatu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul
B. Diagnosa Keperawatan
1) Harga Diri Rendahkronis.
2) Koping Individu Tidak Efektif.
3) Isolasisosial.
4) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi.
5) Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi sosial.
a. Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan oranglain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasisosial.
d) Klien dapatberkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan
dengan orang lain(perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan
orang kedua (pasienlain).
c. Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabattangan.
c) Jelaskan tujuaninteraksi.
d) Jelaskan kontrak yang akandibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikapempati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkanperasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan
atauberinteraksi.
i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknikberkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik pembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap denganperawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu
ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
c. KriteriaHasil:
f) Mau menjawabsalam
5. Resiko perilakukekerasan
a. Tum: Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasaan
baik secara fisik, sosial, verbal, dan spiritual.
b. Tuk:
a) Bina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
c. Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi
terapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkanperasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekanlatihan.
D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata implementasi seringkali jauh berbeda dengan
rencana (Direja, 2011).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis,
perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.