Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN J I W A P A D A N Y . E D E N G A N
H A L U S I N A S I D I D E S A SRIKATON KECAMATAN
NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG

Disusun Oleh :

ALISSA KHOTRUNADA MUNAWAROH

202006001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN J I W A P A D A N Y . E D E N G A N
H A L U S I N A S I D I D E S A SRIKATON KECAMATAN
NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. E dengan halusinasi di
Desa Srikaton Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung, disusun oleh :

Nama : Alissa Khotrunada Munawaroh

NIM : 20200601

Prodi : Pendidikan Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktek pendidikan profesi ners
departemen keperawatan jiwa, yang dilaksanakan pada tanggal 09 November – 28
November 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Nian Afrian Nuari,S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Alissa Khotrunada)


1. KONSEP HALUSINASI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apaun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik, ataupun histerik.

Halusinasi sebagai “hallucination are defined as false sensory impressions or


experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.

Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat


stimulus (Yosep, 2009).

B. Klasifikasi
Menurut Maramis, terdapat beberapa jenis halusinasi diantaranya :
a. Halusinasi Penglihatan (visual, optik )
Tak terbentuk (sinar, kalipan atau pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang
atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
b. Halusinasi Pendengaran (auditif, akustik)
Suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
c. Halusinasi Penciuman ( olfaktorik )
Mencium sesuatu bau
d. Halusinasi Pengecap (gustatorik)
Merasa atau mengecap sesuatu
e. Halusinasi Peraba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah
kulitnya
f. Halusinasi Kinestetik
Merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”
g. Halusinasi Viseral
Perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi Hipnagogik
Terdapat ada kalanya pada seseorang yang normal, tepat sebelum tertidur
persepsi sensorik bekerja salah
i. Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnagogik, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali
dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian
yang normal
j. Halusinasi Histerik
Timbul pada nerosa histerik konflik emosional

C. Manifestasi Klinis
Perilaku yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara, senyum dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan respon verbal
yang lambat
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan
takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Expresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
k. Tampak tremor dan berkeringat

D. Etiologi Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, faktor predisposisi dapat
meliputi :
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan intrapersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan
2) Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP)
4) Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang seringditerima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
5) Faktor genetik Gen
Penelitian menunjukkan bahwa, anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi extra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut apat meningkatkan stred dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

E. Rentang Respon Halusinasi


a. Tahap I (Non – Psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien. Karakteristik nya meliputi :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran

Perilaku yang muncul :


1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi

b. Tahap II ( Non – Psikotik)


Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristiknya meliputi :
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalamn
tersebut
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain

Perilaku yang muncul :


1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD
2) Perhatian terhadap lingkungan menurun
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita

c. Tahap III (Psikotik)


Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat,
dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi . karakteristiknya meliputi :
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2) Isi halusinasi menjadi atraktif
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir

Perilaku yang muncul


1) Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak tremor dan berkeringat

d. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya dan biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul :
1) Resiko tinggi mencederai
2) Agitasi / kataton
3) Tidak mampu merespon rangsang yang ada

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Persepsi Sensorri : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Faktor predisposisi Faktor Presipitasi


- Biologis - Biologis
- Psikologis - Stres Lingkungan
- Sosial budaya - Sumber Koping

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan , kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh
atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiqp perawat masuk kekamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu.
Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan.
Diruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
an mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas. Misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter


Seringkali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaik-baiknya secara
persuasif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikaan
betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada


setelah pasien kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatai masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien

d. Memberikan aktivitas pada pasien


Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolahraga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien kekehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Pasien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain
didekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar
pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktifitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga
pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran
yang diberikan tidak bertentangan
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tanggal
dirawat, nomor rekam medis
2) Faktor predisposisi, meliputi
a. Faktor biologis
Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis maladaptif yang ditunjukkan melalui
hasil penelitian pencitraan otak, zat kimia otak dan penelitian pada
keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi yang
menunjukkan peran genetik
b. Faktor psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian
c. Sosial budaya
Biasanya stres yang menumpuk dapat menunjang awitan halusinasi
dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab
utama gangguan
3) Faktor presipitasi
Faktor pencetus yang yang meliputi sikap persepsi merasa perasaan, afek
pasien, interaksi selama wawancara. Persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri, tidak mampu, putus asa, tidk percaya diri,
merasa gagal, merasa malang, merasa kehilangan, rendah diri, perilaku
agresif, kekerasan, ketidakadekuatan, pengobatan dan penanganan gejala
stres. Pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stres seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang laindan menyebabkan ansietas
4) Psikososial
Yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan sosial dan spiritual
5) Status mental
Meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam
6) Mekanisme koping
Mekanisme koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun maladaptive
7) Aspek medic
Terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui adalah :


a. Jenis halusinasi
Berikut adalahjenis-jenis halusinasi, data objektif dan subyektifnya,
data obyektif dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien

Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif

Halusinasi pendengaran - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau


- Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
- Menyedengkan telinga kearah - Mendengar suara yg
tertentu bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu
Halusinasi penglihatan -menunjuk-nunjuk kearah - melihat bayangan, sinar,
tertentu bentuk geometris, bentuk
-Ketakutan pada sesuatu yang kartoon, melihat hantu atau
tidak jelas monster

Halusinasi penghiduan - Menghidu seperti sedang - Membaui bau bauan


membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,
- Menutup hidung fesces, kadang-kadang
bau itu menyenangkan

Halusinasi pengecapan - Sering meludah - Merasakan rasa seperti


- Muntah darah, urin, feces
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk permukaan - Mengatakan ada serangga
kulit dipermukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik

b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat diketahui dari pengkajian tentang jenis
halusinasi
c. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi itu muncul?
Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa?
Freksuensi terjadinya halusinasi, apakah terus menerus atau hanya
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada wkatu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul

B. Diagnosa Keperawatan
1) Harga Diri Rendahkronis.
2) Koping Individu Tidak Efektif.
3) Isolasisosial.
4) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi.
5) Resiko Perilaku Kekerasan

C. Intervensi Atau Rencana Tindakan


Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian
permasalahan dari diagnosis tertentu. Tujuan umumdapat dicapai jika
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimilki klien (Direja, 2011).

1. Harga diri rendah kronis.

a. Tum: Klien dapat meningkatkan hargadirinya.


b. Tuk:
a) Klien mampu membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yangdimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yangdigunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimilki
e) Klien dapat melakukankegiatan.
c. Intervensi:
a) Bina hubunganterapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilki klien.
c) Beri kesempatan klien untukmencoba.
d) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.
e) Utamakan memberikan pujianrealistik.
f) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa
digunakan.
g) Rencanakanbersama.
h) Beri reinforcement positif atas usahaklien.

2. Koping individu tidak efektif


a. Tum : Klien dapat meningkatkan koping individu
b. Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b) Klien dapat mengenali dan mengekspresikanemosinya
c) Klien dapat memodifikasi pola kognitif yangnegatif
d) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanismekoping
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas
yangterjadwal
c. Intervensi:
a) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan
bersifatempati
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat
sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi, simpati)
c) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif
d) Beri waktu untuk klien beresponpujian
e) Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya
f) Gunakan tehnik komunikasiterapeutik
g) Bantu klien mengekspresikanperasaanya
h) Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untukmengontrol
i) Diskusikan masalah yang dihadapiklien
j) Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan interupsi/subsitusi
k) Bantu meningkatkan pemikiran yang positif
l) Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya
m) Kenalkan realitas
n) Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber koping
o) Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan
emosional
p) Beri batasan perilakumaladaptif
q) Beri klien aktivitas yangproduktif
r) Beri latihan fisik sesuai bakatnya
s) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari –hari
t) Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya.

3. Isolasi sosial.
a. Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan oranglain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasisosial.
d) Klien dapatberkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan
dengan orang lain(perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan
orang kedua (pasienlain).
c. Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabattangan.
c) Jelaskan tujuaninteraksi.
d) Jelaskan kontrak yang akandibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikapempati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkanperasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan
atauberinteraksi.
i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknikberkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik pembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap denganperawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu
ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.

4. Perubahan sensori persepsi :halusinasi


a. Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi
b. Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengenal halusinasi.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi.
d) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan.
e) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinansi.
f) Klien dapat memanfaatkan obat denganbaik.

c. KriteriaHasil:

a) Ekspresi wajah bersahabat

b) Menunjukan rasa senang


c) Ada kontak mata

d) Mau berjabat tangan

e) Mau menyebutkan nama

f) Mau menjawabsalam

g) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat

h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya

i) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata

j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya


halusinasi

k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol


halusinasinya.

l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat.

m) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk


mengendalikan halusinasi.

n) Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis, dan efek


samping.

o) Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat.

p) Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa konsultasi.

q) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.


d. Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
b) Sapa klien dengan ramah
c) Perkenalkan diri dengan sopan.
d) Tanya nama lengkap klien.
e) Jelaskan tujuan pertemuan.
f) Jujur dan tepati janji.
g) Tujukan sikapempati.
h) Beri perhatian kepadaklien.
i) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi.
j) Bantu klien mengenalhalusinasi.
k) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinansi.
l) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
m) Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian padaklien.
n) Bantu klien melatih cara memutushalusinansi.
o) Beri kesempatan untuk melakukan cara yangdilatih
p) Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami
halusinansi.
q) Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang gejala
halusinasi yang dialami.
r) Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskan halusinansi.
s) Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri.
t) Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri.
u) Beri reinforcement karena sudah berinteraksi.
v) Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaatobat.
w) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan
manfaat.
x) Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat, efek
samping obat
y) Bantu klien minumobat.
(Sumber Yosep, 2011)

5. Resiko perilakukekerasan
a. Tum: Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasaan
baik secara fisik, sosial, verbal, dan spiritual.
b. Tuk:
a) Bina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
c. Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi
terapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkanperasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekanlatihan.

D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata implementasi seringkali jauh berbeda dengan
rencana (Direja, 2011).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis,
perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.

Anda mungkin juga menyukai