Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

MAKALAH HALUSINASI

DI SUSUN OLEH :
Tiara 20201440120087
Muhammad Rifqi 202021440120051
Raudatul Aliah 20201440120072
Muhammad Noor Adzhar Saputra 20201440120037
Zahwa Navisa 20201440120093
Wullan Dilla Munandari 20201440120089
Siti Sa’adah 20201440120086
Gusti Egi Saputra 20191440119014
Yusuf Al-Faridzi Natawiyanta 20201440120092

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN

MARTAPURA

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA

KEPERAWATAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan
oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di
14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus
gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian
tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat
mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian
meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

B. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Pengertian Halusinasi
2. Untuk menjelaskan klasifikasi halusinasi
3. Untuk menjelaskan Tanda – Gejala Halusinasi
4. Untuk menjelaskan Etiologi Halusinasi
5. Untuk menjelaskan Rentang Respon Halusinasi
6. Untuk menjelaskan Pohon Masalah Halusinasi
7. Untuk menjelaskan Penatalaksanaan Halusinasi
8. Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi

1
C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Jelaskan klasifikasi halusinasi?
3. Jelaskan tanda-gejala dari halusinasi?
4. Jelaskan etiologi halusinasi?
5. Jelaskan rentang respon halusinasi?
6. Jelaskan pohon masalah halusinasi?
7. Jelaskan penatalaksanaan halusinasi?
8. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien halusinasi?
9. Jelaskan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan?

D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Studi Pustaka
2. Diskusi kelompok
3. Browsing internet

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or
experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
(Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep, 2009).

2. Klasifikasi
Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
a. Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :
tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang
atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
b. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
c. Halusinasi pencium (olfaktorik) :
mencium sesuatu bau
d. Halusinasi pengecap (gustatorik) :
merasa/mengecap sesuatu
e. Halusinasi peraba (taktil) :
merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah
kulitnya
f. Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
g. Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi hipnagogik :

3
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensorik bekerja salah
i. Halusinasi hipnopompik :
seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
j. Halusinasi histerik :
timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

3. Tanda- gejala halusinasi


Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999)
dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal
yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain.
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan
takut.
h. Sulit berhubungan dengan orang lain.
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
j. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku

4. Etiologi halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi dapat
meliputi :
1) Faktor Perkembangan

4
Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan dan hubungan
intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan

2) Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarknya.

3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).

4) Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanay peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan menagkibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas

5) Faktor GenetikGen
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi seringg menjasi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik

5
5. Rentang Respon Halusinasi
a. Tahap I ( Non – psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini merupakan hal yang menyenangkan
bagi klien.
Karakteristik :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan kecemasan
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.

Prilaku yang muncul :

1) Tersenyum atau tertawa sendiri


2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi

b. Tahap II ( Non – psikotik )


Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik :
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain

Prilaku yang muncul :

1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD


2) Perhatian terhadap lingkunagn menurun
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai dan realita

6
c. Tahap III ( Psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat kecemasnan berat,
dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2) Isi halusinasi menjadi atraktif
3) Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir

Prilaku yang muncul :

1) Klien menuruti perintah halusinasi


2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4) Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak temor dan berkeringat

d. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Prilaku yang muncul :
1) Risiko tinggi mencederai
2) Agitasi / kataton
3) Tidak mampu merespons rangsang yang ada

6. Pohon masalah

7
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga
bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-

8
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Fiktif
Tn. Sudi di rawat di RSJ Magelang dengan riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu
kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. Setelah menikah selama tiga bulan, istri
meniggalkanya dan klien sudi merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak
mau makan kemudian klien dirawat di RSJ Jakarta Selatan selama 8 bulan.
Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan
mendengar suara – suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas dan
piring, sehingga dibawa oleh keluargnya ke RSJ Magelang. Saat ini klien mendengar suara
– suara dan klien menanyakan perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, krena dia
yang sering mengajaknya berbicara.

1. PENGKAJIAN
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan
menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan, Tanggal
Pengkajian, No. Rekam medik.                        
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi

9
d. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
f. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek (ekspresi wajah),
interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik
diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah, aktivitas diluar
rumah,
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Aspek medik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan persepsi
sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori
c. Isolasi sosial
d. Gangguan konsep diri
e. Koping individu tidak efektif

3. PERENCANAAN

DIAGNOSA 1 : Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUJUAN UMUM : Klien dapat mengenal hakusinasinya sehingga tidak mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUJUAN KHUSUS: KRITERIA HASIL : INTERVENSI
TUK 1 : 1.1 Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling
Klien dapat membina bersahabat, menunjukan rasa percaya dengan
hubungan saling percaya. senang, ada kontak mata, menggunakan prinsip

10
mau berjabat tangan, mau komunikasi terapeutik.
menyebutkan nama, mau 2. Sapa klien dengan ramah
menjawab salam, klien baik verbal maupun non
duduk berdampingan dengan verbal.
perawat, mau mengutarakan 3. Tanyakan nama lengkap
masalah yang dihadapinya. klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
4. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
5. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 2.1 Klien dapat menyebutkan 1. Adakan kontak sering
Klien dapat mengenal waktu, isi, frekuensi dan singkat secara
halusinasinya. timbulnya halusinasi. bertahap.
2. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinasi-nya
3. Bantu klien mengenal
halusinasinya.
4. Jika menemukan klien
yang sedang halusinasi-
nya, tanyakan apakah ada
suara yang didengar. Jika
klien menjawab ada,
lanjutkan; apa yang
dikatakan.
5. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa
11
menuduh atau
menghakimi
2.2 Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien
mengungkapkan perasaan apa yang dirasakan jika
terhadap halusinasinya. terjadinya halusinasi
(marah/takut, sedih,
senang) beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan.
TUK 3 : 3.1 Klien dapat menyebutkan 1. Identifikasi bersama klien
Klien dapat mengontrol tindakan yang biasanya cara tindakan yang
halusinasinya. dilakukan untuk dilakukan jika terjadi
mengendalikan halusinasinya (tidur,
halusinasinya. marah, menyibukan diri,
dll).
2. Diskusikan manfaat dan
cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat beri
pujian.
3.2 Klien dapat memilih cara 1. Bantu klien memilih dan
mengatasi halusinasi seperti melatih cara memutus
yang telah didiskusikan halusinasi secara
dengan klien. bertahap.
3.3 Klien dapat 1. Beri kesempatan untuk
melaksanakan cara yang melakukan cara yang
telah dipilih untuk telah dilatih. Evaluasi
mengendalikan hasilnya dan beri pujian
halusinasinya. jika berhasil.
TUK 4: 4.1 Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien untuk
Klien dapat dukungan dari hubungan saling percaya memberi tahu keluarga
keluarga dalam mengonrol dengan perawat. jika mengalami
halusinasinya. halusinasi.
TUK 5 : 5.1 Klien dan keluarga dapat 1. Diskusikan dengan klien

12
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan manfaat, dosis dan keluarga tentang
obat dengan baik. dan efek samping obat. dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
5.2 Klien memahami akibat 1. Diskusikan akibat
berhentinya minum obat berhentinya minum obat-
tanpa konsultasi obat tanpa konsultasi.

DIAGNOSA II : Perubahan persepsi-sensorik


TUJUAN UMUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
TUJUAN KHUSUS: KRITERIA HASIL : INTERVENSI
TUK 1 : 1.1 Klien dapat  1. Kaji pengetahuan klien
Klien dapat menyebutkan menyebutkan penyebab tentang perilaku menarik
penyebab menarik diri. menarik diri yang berasal diri dan tanda-tandanya.
dari : Diri sendiri, Orang lain 2. Berikan kesempatan pada
dan Lingkungan klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
3. Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 2: 2.1Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan tentang manfaat dan
keuntungan berhubungan dengan orang lain. keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan dengan orang lain.
kerugian tidak berhubungan 2. Beri kesempatan pada
dengan orang lain klien untuk

13
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.
3. Diskusikan bersama klien
tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain.
TUK 3 : 3.1 Klien dapat 1. Kaji kemampuan klien
Klien dapat melakukan mendemonstrasikan membina hubungan
hubungan sosial secara hubungan sosial  secara dengan orang lain.
bertahap bertahap antara : 2. Dorong dan bantu klien
o Klien dan perawat. untuk berhubungan
o Klien dan perawat dan dengan orang lain secara
klien. bertahap
o Klien dan perawat dan 3. Bantu klien untuk

keluarga. mengevaluasi manfaat

o Klien dan perawat dan berhubungan.

kelompok 4. Diskusikan jadwal


kegiatan harian yang
dapat dilakukan bersama
klien dalam mengisi
waktu.
5. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
harian.
TUK 4 : 4.1 Keluarga dapat : 1. Bina        hubungan saling
Klien dapat memberdayakan o Menjelaskan perasaannya. percaya dengan keluarga :
sistem pendukung atau o Menjelaskan cara o Salam, perkenalkan
keluarga mampu merawat klien menarik diri.
mengembangkan diri. o Sampaikan tujuan.
kemampuan klien untuk o Mendemon-strasikan cara o Buat kontrak.
berhubungan dengan orang perawatan klien menarik 2. Eksplorasikan perasaan
lain
14
diri. keluarga.
Berpartisipasi dalam 3. Diskusikan dengan
perawatan klien menarik diri. anggota keluarga tentang :
o Perilaku menarik diri.
o Penyebab perilaku
menarik diri.
o Akibat yang akan
terjadi jika perilaku
menarik diri tidak
ditanggapi.
4. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain.
5. Anjurkan   anggota
keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk
klien minimal satu  kali
seminggu.

DIAGNOSA III : Isolasi  sosial


TUJUAN UMUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal.
TUJUAN KHUSUS KRITERIA HASIL INTERVENSI
TUK 1 : 1.1 Setelah 4x pertemuan 1. Diskusikan kemampuan
Klien dapat mengidentifikasi klien dapat mengidentifikasi dan aspek positif yang
kemampuan dan aspek positif kemampuan dan aspek positif dimiliki klien.
yang dimiliki yang dimiliki : 2. Setiap bertemu klien
o Aspek intelektua dihindari memberi
o Aspek sosial budaya. penilaian negatif.
o Aspek fisik.
3. Utamakan memberi
o Aspek emosional/ke-
pribadian klien. pujian yang realistis.
TUK 2 : 2.1 Setelah 6X pertemuan 1. Diskusikan dengan klien

15
klien dapat kemampuan yang masih
Klien dapat menilai menyebutkan dapat digunakan selama
kemampuan yang digunakan kemampuan yang dapat sakit.
digunakan. 2. Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
TUK 3 : 3.1 Setelah 10 kali 1. Beri kesempatan pada
Klien dapat melakukan pertemuan klien dapat klien untuk mencoba
kegiatan sesuai kondisi sakit melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah
dan kemampuannya kondisi sakit dan direncanakan.
kemampuan. 2. Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah.
TUK 4 : 4.1 Setelah 12 kali pertemuan 1. Beri pendidikan kesehatan
Klien dapat memanfaatkan klien dapat memanfaatkan pada keluarga tentang
sistem pendukung yang ada. sistem pendukung yang ada cara merawat klien
di keluarga. dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
di rumah.

4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan
menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan
keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah
sakit.

16
5. EVALUASI
DIAGNOSA I :
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengonrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

DIAGNOSA II :
1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3. Dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
4. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

DIAGNOSA III :

1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

6. DOKUMENTASI
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan
yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan
yang diberikan untuk perawatan klien (Potter & Perry, 2005). Dokumentasikan semua
tindakan beserta respon klien (Keliat, 2005).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan


terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya
perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus,
membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi,
pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang
mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas
kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang
diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal
ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting
dalam proses penyembuhan klien.

B. Saran

Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus halusinasi
yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan bagaimana
cara penanganannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Stuart. Gail wiscartz. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC

http://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-jiwa/halusinasi/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/5/Chapter%20I.pdf

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/

19

Anda mungkin juga menyukai