OLEH :
2114901174
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MEMBERIKAN KIE PENYULUHAN PADA KELUARGA PASIEN
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
I. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan
budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai
kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan,
serta mengelola konflik dan stres tersebut (Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Satu dari empat orang di dunia akan terkena gangguan jiwa pada satu
tahap dalam kehidupannya, demikian laporan organisasi kesehatan dunia
WHO pada tahun 2012. Sekitar 450 juta orang kini telah menderita gangguan
seperti itu, sehingga menempatkan penyakit jiwa sebagai penyakit utama
dunia. Pengobatan memang dapat dilakukan, tetapi hampir dua pertiga dari
penderita gangguan jiwa tidak pernah mencari bantuan profesional kesehatan
yang dapat menanganinya. Hal ini terjadi karena cap buruk yang diberikan
masyarakat terhadap gangguan jiwa (Suliswati, 2016).
Belum lagi diskriminasidalam memperlakukan mereka, serta
ketidakpedulian masyarakat dalam penceahan gangguan jiwa. Gangguan jiwa
bukanlah kesalahan seseorang. Pada kenyataannya jika ada kesalahan, maka
hal ini biasanya lebih mengarah pada bagaimana cara kita merespon orang
yan mengalami gangguan mental (suliswati, 2016).
Paradigma baru diperlukan dalam menangani penyandang gangguan
jiwa. Diperlukan pengetahuan yang cukup bagi setiap orang yang memiliki
kecenderungan gangguan jiwa beserta keluarganya untuk mendeteksi secara
dini gejala gangguan jiwa, kekambuhan ataupun perawatannya. Peran
keluarga juga merupakan pendukung yang sangat penting untuk kesembuhan
klien dengan gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa dengan perubahan persepsi
sensori : Halusinasi tidaklah sedikit di Indonesia. Banyak yang datang ke
Rumah Sakit Jiwa karena merasa adanya bisikan-bisikan, melihat, merasakan
hal-hal yang sebenarnya orang lain tidak merasakan. Dalam hal ini diperlukan
adanya suatu pendidikan kesehatan baik terhadap klien maupun keluarga
untuk mengurangi adanya gejala dari gangguan jiwa khususnya Halusinasi
yang bisa dilakukan di rumah (Townsend, 2014).
Keluarga Tn. S
D. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
E. Media
1) Leaflet
F. Materi
1. Pengertian Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferse (DMP).
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang
mengalami gangguan jiwa cenderung mangalami gangguan
jiwa dan faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem
yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab terjadinya
halusinasi. Isi dari halusinai dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan
fungsi ego seseorang yang pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan impuls
yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
d. Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan
interaksi sosial dan menganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya
keinginan untuk beribadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri.
4. Tanda dan Gejala Halusinasi
G. Kegiatan Penyuluhan
Langkah-
No Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan sasaran
Langkah
1. Pendahuluan 3 menit - Salam Pembukaan Keluarga dan pasien
- Perkenalan Diri antusias atas
- Penyampaian Tujuan kedatangan perawat
c. Penyebab
halusinasi
H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a. Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai Halusinasi
b. Pemateri sudah siap dalam melakukan penyuluhan
c. Kewajiban Pengorganisasian
Penyaji
1. Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
2. Mampu menjelasakan materi secara sistematis
3. Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
4. Mampu menjawab pertanyaan dari keluarga
Fasilitator
1. Mampu memfasilitasi sasaran
Observer
1. Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
1. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan keluarga
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
2. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
3. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
4. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada keluarga yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali pengertian dan tanda gejala halusinasi 80%.
b. Peserta penyuluhan mau untuk menerapkan
perawatan yang baik bagi pasien dengan Halusinasi 75%.
DAFTAR PUSTAKA