OLEH :
NIM. P07120319083
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara,
bayangan, bau – bauan, pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011)
Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman
sensori yang salah. Halusinasi juga dinyatakan sebagai persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa rangsangan dari luar (Direja,
2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, 2015). Pasien
gangguan jiwa mengalami peribahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusnasi yang membuat pasien tidak dapat
menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari – hari (Yusuf, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi merupakan gangguan
persepsi seseorang yang melibatkan panca indra sehingga seseorang tersebut
mengalami suatu persepsi suatu hal tanda adanya stimulus atau rangsangan
dari luar.
2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut (Yosep, 2011) adalah:
1) Biologis
a) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom
keberapa masih dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan
kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak
yang kedua orangtuanya tidak menderita, kemungkinan terkena
penyakit adalah satu persen. Sementara pada anak yang salah satu
orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika
kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35
persen. Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar
50%, sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan
15%.
b) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik.Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang
dengan kadar serotonin
c) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma,
penurunan oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi,
malnutrisi, stres, ibu perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan,
infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. anak yang dilahirkan
dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami
pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak yang
dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga memungkinkan
terjadinya gangguan pernapasan
d) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
e) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang
tidur, gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan
aktivitas, malas untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
f) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat
terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
g) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester
3 kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena
mengganggu fisiologi otak.
1) Psikologis
a)Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan
kurangnya suplay oksigen terganggu dan glukosa sehingga
mempengaruhi fungsi kognitif sejak kecil misalnya: mental
retardasi (IQ rendah).
(1) Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi
dalam keluarga, seperti : Komunikasi peran ganda, tidak
ada komunikasi, komunikasi dengan emosi berlebihan,
komunikasi tertutup.
ADAPTIF MALADAPTIF
Subjektif : Objektif :
1) Mendengar suara bisikan atau 1) Distorsi sensori
melihat bayangan 2) Respon tidak sesuai
2) Merasakan sesuatu melalui 3) Bersikap seolah melihat,
indera perabaan, penciuman, mendengar, mengecap,
perabaan atau pengecapan meraba, atau mencium sesuatu
Subjektif : Objektif :
1) Menyatakan kesal 1) Menyendiri
2) Melamun
3) Konsentrasi buruk
4) Disorientasi waktu, tempat,
orang atau situasi
5) Curiga
6) Melihat ke satu arah
7) Mondar – mandir
8) Bicara sendiri
5. Pohon Masalah
6. Penatalaksanaan Medis
b. Anti Ansietas
Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
Mekanisme kerja : Meradakan ansietas atau ketegangan yang
berhubungan dengan situasi tertentu.
Efek samping :
1) Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih,
depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas.
2) Anoreksia, mual, muntah, diare, kontipasi, kemerahan, dan gatal-
gatal.
c. Anti Depresan
Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, ainequan, ofranil,ludiomil,
pamelor, vivacetil, surmontil.
Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.
Efek samping :
1) Tremor, Gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas,
lemas, dan insomnia.
2) Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen,
diare, hepatitis, icterus
3) retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.
d. Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamine
Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,
suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.
e. Anti Parkinson
Jenis : Levodova, trihexpenidyl (THP)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan .... (sesuai dengan jenis
halusinasi yang dialami pasien)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
TGL/
DIAGNOSA KEP. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
JAM
Gangguan persepsi TUM : Setelah ... x interaksi Bina hubungan saling percaya dengan : Hubungan saling
sensori Pasien diharapkan pasien dapat 1. Sapa klien dengan ramah dan baik percaya merupakan
mampu membina hubungan secara verbal dan non verbal. dasar untuk
mengontrol saling percaya dengan 2. Perkenalkan diri dengan sopan. kelancaran
halusinasi kriteria hasil : 3. Tanyakan nama lengkap klien hubungan interaksi
1. Ekspresi wajah dan nama panggilan yang selanjutnya.
TUK 1 : bersahabat, disukai klien.
Pasien dapat menunjukkan 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
membina rasa senang, ada 5. Jujur dan menepati janji.
hubungan kontak mata, mau 6. Tunjukkan sikap empati dan
saling berjabat tangan, mau menerima klien apa adanya.
percaya menyebutkan nama, 7. Beri perhatian pada klien dan
mau menjawab salam, perhatikan kebutuhan dasar klien
mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
TUK 2 : Setelah ... x interaksi 1. Adakan sering dan singkat secara 1. Kontak sering
Pasien dapat diharapkan pasien bertahap. dan singkat
mengenal mampu mengenal 2. Observasi tingkat laku pasien terkait selain upaya
halusinasi halusinasi dengan dengan halusinasinya. Bicara dan membina
kriteria hasil: tertawa tanpa stimulus, memandang hubungan saling
a) Pasien dapat ke kiri dan ke kanan seolah – olah percaya juga
menyebutkan waktu, ada teman bicara dapat
isi dan frekuensi 3. Bantu pasien mengenal memutuskan
timbulnya halusinasi. halusinasinya dengan cara : halusinasinya.
b) Pasien dapat a. Jika pasien yang sedang 2. Mengenal
mengungkapkan halusinasi tanyakan apakah ada halusinasi
perasaan terhadap suara yang di dengar. memungkinkan
halusinasinya. b. Jika pasien menjawab ada pasien untuk
lanjutkan apa yang akan menghindari
dikatakan. faktor timbulnya
c. Katakan bahwa perawat percaya halusinasi
pasien mendengar suara itu, 3. Mengenal
namun perawat sendiri tidak halusinasi
mendengarnya (dengan nada memungkinkan
sahabat tanpa menuduh/ pasien untuk
menghakimi) menghindari
d. Katakan pada pasien bahwa ada timbulnya
juga pasien lain yang sama halusinasi
seperti dia. 4. Dengan
e. Katakan bahwa perawat akan mengetahui
membantu pasien. waktu, isi dan
4. Diskusikan dengan pasien tentang : frekuensi
a. Situasi yang munculnya
menimbulkan/tidak halusinasi
menimbulkan halusinasi mempermudah
b. Waktu dan frekuensi terjadinya tindakan
halusinasi (pagi, siang, sore keperawatan
dan malam atau jika sendiri, yang akan
jengkel, sedih) dilakukan
5. Diskusikan dengan pasien apa yang perawat.
dirasakan jika terjadi halusinasi 5. Untuk
(marah, takut, sedih, tenang) beri mengidentifikasi
kesempatan mengungkapkan pengaruh
perasaan halusnasi pada
pasien.
TUK 3 : Setelah .... x interaksi 1. Identifikasi bersama pasien 1. Upaya untuk
Pasien dapat diharapkan pasien dapat tindakan yang dilakukan jika memutus siklus
mengontrol menilai kemampuan terjadi halusinasi (tidur, marah, halusinasi
halusinasinya yang digunakan dengan menyembunyikan diri sendiri dan sehingga
kriteria hasil: lain - lain) halusinasi tidak
1. Pasien dapat 2. Diskusikan manfaat cara yang berlanjut
menyebutkan digunakan pasien, jika bermanfaat 2. Reinforcement
tindakan yang beri pujian. dapat
biasanya dilakukan 3. Diskusikan cara baru untuk meningkatkan
untuk mengendalikan memutus/mengontrol timbulnya harga diri
halusinasinya halusinasi : pasien.
2. Pasien dapat a. Katakan “saya tidak mau 3. Memberikan
menyebutkan cara dengan kamu” pada saat alternatif
baru halusinasi muncul pilihan untuk
3. Pasien dapat memilih b. Menemui orang lain atau mengontrol
cara mengatasi perawat, teman atau anggota halusinasi
halusinasi seperti keluarga yang lain untuk 4. Memotivasi
yang telah bercakap – cakap atau dapat
didiskusikan dengan mengatakan halusinasi yang meningkatkan
pasien didengar. keinginan
4. Pasien dapat c. Membuat jadwal sehari – hari pasien untuk
mengetahui aktivitas agar halusinasi tidak sempat mencoba
kelompok muncul memilih salah
d. Meminta satu cara untuk
keluarga/teman/perawat, jika mengendalikan
tampak bicara sendiri halusinasi dan
4. Bantu pasien memilih cara dan dapat
melatih cara untuk memutus meningkatkan
halusinasi secara bertahap, misalnya harga diri
dengan : pasien.
a. Membersihkan rumah dan alat – 5. Memberi
alat rumah tangga kesempatan
b. Mengikuti keanggotaan sosial di kepada pasien
masyarakat (pengajian, gotong untuk mencoba
royong) cara yang telah
c. Mengikuti kegiatan olah raga di dipilih
kampung (jika masih muda) 6. Stimulasi
d. Mencari teman untuk mengobrol persepsi dapat
5. Beri kesempatan untuk melakukan mengurangi
cara yang telah dilatih. Evaluasi perubahan
hasilnya dan beri pujian jika interpretasi
berhasil realitas akibat
6. Anjurkan pasien mengikuti terapi halusinasi.
aktivitas kelompok, orientasi realita
dan stimulasi persepsi
TUK 4 : Setelah .... x interaksi 1. Membina hubungan saling percaya 1. Hubungan
Pasien dapat diharapkan Pasien dapat dengan menyebutkan nama, tujuan saling percaya
dukungan dukungan dari keluarga pertemuan dengan sopan dan merupakan
dari keluarga dengan kriteria hasil: ramah dasar untuk
dalam 1. Keluarga dapat saling 2. Anjurkan pasien menceritakan memperlancar
mengontrol percaya dengan halusinasinya kepada keluarga. hubungan
halusinasinya perawat. Untuk mendpatkan bantuan interaksi
2. Keluarga dapat keluarga dalam mengontrol selanjutnya.
menyebutkan halusinasinya. 2. Untuk
pengertian, tanda dan 3. Diskusikan halusinasinya pada saat mengetahui
tindakan untuk berkunjung tentang : pengetahuan
mengendalikan a. Pengertian halusinasi keluarga
halusinasi b. Gejala halusinasi yang dialami tentang
pasien halusinasi dan
c. Cara yang dapat dilakukan menambah
pasien dan keluarga untuk pengetahuan
memutus halusinasi keluarga cara
d. Cara merawat anggota merawat
keluarga yang berhalusinasi di anggota
rumah, misalnya beri kegiatan, keluarga yang
jangan biarkan sendiri, makan mempunyai
bersama, bepergian bersama. masalah
e. Beri informasi waktu follow halusinasi
up atau kapan perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak
terkontrol, dn resiko
mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan.
TUK 5 : Setelah .... x interaksi 1. Diskusikan dengan klien dan 1. Dengan
Pasien dapat diharapkan pasien dapat keluarga tentang dosis dan frekuensi menyebutkan
memanfaatka memanfaatkan obat serta manfaat minum obat dosis, frekuensi
n obat dengan baik dengan 2. Anjurkan klien minta sendiri obat dan manfaat
dengan baik kriteria hasil : pada perawat dan merasakan obat diharapkan
1. Pasien dan manfaatnya. klien
keluarga dapat 3. Anjurkan klien untuk bicara dengan melaksanakan
menyebutkan dokter tentang mafaat dan efek program
manfaat, dosis samping obat yang dirasakan. pengobatan.
dan efek samping 4. Diskusikan akibat berhenti minum 2. Menilai
obat. obat tanpa konsultasi dengan dokter. kemampuan
2. Pasien dapat 5. Bantu klien menggunakan obat klien dalam
mendemonstrasikan dengan prinsip 5 benar (benar dosis, pengobatannya
penggunaan obat benar obat, benar waktunya, benar sendiri.
dengan benar. caranya, benar pasiennya). 3. Dengan
3. Klien mendapat mengetahui efek
informasi tentang samping klien
efek dan efek akan tahu apa
samping obat. yang harus
4. Klien dapat dilakukan
memahami akibat setelah minum
berhenti minum obat obat.
tanpa konsutasi. 4. Program
5. Klien dapat pengobatan
menyebutkan dapat berjalan
prinsip 5 benar dengan lancar.
penggunaan obat. 5. Dengan
mengetahui
prinsip
penggunaan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Yusuf, Ah, PK, Rizky Fitryasari, dan Nihayati, Hanik Endang.2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, Mei
2020
Clinical Teacher/CT Mahasiswa