PELAKSANAAN HALUSINASI
OLEH
BIRGITTA PRANIWI
231030230548
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
I. MASALAH UTAMA
a. Definisi
Halusinasi identik dengan skizofrenia, seluruh klien skizofrenia
diantaranya mengalami halusinasi, suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal persepsi palsu. Berbeda
dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi sebagai suatu yang nyata
(Herawati, 2020)
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo,
2017).
Halusinasi adalah persepsi terhadap suatu stimulus ekternal dimana
stimulus tersebut pada kenyataanya tidak ada (Stuart Sundeen, 2015).
4) Fase-fase
a. Comforting (halusinasi menyenangkan, cemas ringan). Pada fase ini klien
mengalami kecemasan, kesepian rasa bersalah, takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan.
b. Condeming (cemas sedang). Kecemasan meningkat berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada
halusinasi, pemikiran menonjol seperti gambaran suara dan sensasi
c. Controling (pengalaman sensori berkuasa, cemas berat). Halusinasi lebih
menonjol, menguasai dan mengontrol, klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya pada halusinasinya.
d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi, panik). Pengalaman sensori
bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari halusinasi (Stuart &
Laraia, 2015 dikutip dalam Muhith 2015).
5) Rentang Respon Neurobiologis Halusinasi
a. Respon adaptif yaitu adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang
konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan
sosial yang harmonis.
b. Respon maladaptive yang meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses
emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan isolasi sosial (Stuart, 2013).
6) Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, antara lain:
a. Regresi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung akan
menghindari masalah yang di hadapinya.
b. Proyeksi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung sulit
mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal yang di rasakannya.
IV.
Gangguan DS :
Persepsi Sensori :
1. Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan
Halusinasi
2. Klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk
pendengaran
bercakap-cakap
3. Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya
untuk melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam
dirinya atau orang lain
DO :
1. Fase Orientasi
Salam terapeutik : “Assalamualaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Intan
Mariska Sapitri. Saya Mahasiswa praktek dari STIKES WDH PAMULANG yang akan dinas
disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang.
Saya akan merawat ibu selama disini. Nama ibu siapa? senangnya dipanggil apa? bagaimana
perasaan ibu hari ini?
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya ? Saya percaya ibu mendengar suara
tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah ibu mendengarnya terus-menerus
atau sewaktu-waktu ? Kapan yang paling sering ibu mendengar suara itu ? Berapa kali dalam
sehari ibu mendengarnya ? Pada keadaan apa suara itu terdengar ? Apakah waktu sendiri ? Apa
yang ibu rasakan ketika ibu mendengar suara itu ? Bagaimana perasaan ibu Ketika mendengar
suara tersebut ? Kemudian apa yang ibu lakukan ? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu
hilang ? Apa yang ibu alami itu namanya halusinasi. Ada empat cara mengontrol halusinasi
yaitu: menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas, minum obat.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu
bersedia ? Bagaimana kalau kita mulai ya bu …
Baiklah saya akan praktekan dahulu baru ibu mempraktekan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini ibu jika suara itu muncul katakan dengan keras “ Pergi-pergi saya tidak mau
dengar, kamu suara palsu “ sambil menutup kedua telinga ibu. Seperti ini ya bu. Coba sekarang
ibu ulangi Kembali seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali ibu, coba sekali lagi ibu waah
bagus sekali ibu.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? Ibu merasa senang tidak dengan
latihan tadi ? Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang ibu simpulkan pembicaraan kita
tadi ? Coba sebutkan cara untuk mencegah suara agar tidak muncul lagi. Kalau suara -suara itu
muncul lagi, silahkan ibu coba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya, mau
jam berapa saja latihannya ?”
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;
Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1,
CV. Agung Seto; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC ; Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
Fitria, N. 2009 Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuliuan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurjannah, I. 2008. Penanganan Klien Dengan Masalah Psikiatri kekerasan. Yogyakarta:
MocoMedika