Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KESANTUNAN BERTINDAK TUTUR”


Dosen Pengampu : Dr. Izhar, M.Pd.

Disusun Oleh : KELOMPOK 4


ERIKA RETNOSARI 2022406403042
DEVI NUR KHOLIFAH 2022406403024
DYAH PRAMESTI ISTIQOMAH 2022406403004
NITA YULIANA 2022406403003
JULYTA LAURA NADIFA 2022406403007
KHOLIS NURHAYATI 2022406403014
WULAN AGUSTIN 2022406403013
MUHAMMAD ROHMAN 2022406403035
ANDIKA WAHYUDI 2022406403023
FAJAR ANGGI SAPUTRA 2022406403041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


TAHUN AKADEMIK 2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dalam proses penulisan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan


dan hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur
yang penulis miliki. Namun demikian berkat adanya bantuan serta sumbangan
tenaga dan pikiran dari berbagai pihak maka makalah ini dapat terwujud. Perlu
diketahui bahwa makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas dari Ibu Dra.
Lisdwiana Kurniati, M.Pd.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan
penulisan. Semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya dan mendapat pahala yang berlipat ganda. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca, khususnya kepada penulis sendiri.

Pringsewu, 19 Desember 2023

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Tutur...............................................................................................

B. Jenis-Jenis Tindak Tutur...............................................................................................

C. Konteks Tindak Tutur...................................................................................................

D. Klasifikasi Tindak Tutur...............................................................................................

E. Strategi Kesantunan Bertindak Tutur............................................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesantunan merupakan tindakan yang menunjukkan kesadaran dan


pertimbangan akan wajah seseorang. Pada saat bertutur, kesantunan menjadi hal
utama dalam memilih bentuk ujaran selain dari maksud yang sebenarnya.
Kesantunan dalam berbahasa diwujudkan dalam bentuk dan cara yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Kesantunan
dapat dikatakan sebagai suatu keinginan yang tulus untuk berbuat baik kepada
orang lain.

Kesantunan dapat diwujudkan dengan mengikuti prinsip-prinsip kerja


sama dan mematuhi maksim-maksimnya. Suatu tuturan dianggap tidak santun
karena melanggar prinsip kesantunan berbahasa. Kesantunan ada kalanya dapat
tercipta melalui pelanggaran maksim. Pada saat berkomunikasi, terkadang tidak
terlepas dengan cara pengucapan yang memunculkan bentuk tuturan kasar, baik
berupa olok-olok maupun sindiran yang menyakitkan hati lawan tutur.

Namun, kesediaan untuk menerima orang lain dengan cara simpati dan
saling menghargai tampaknya masih jauh dari kesantunan yang semestinya
dengan menghindari sifat buruk yang ada dalam diri setiap orang. Oleh karena itu,
manusia hendaknya melawan sifat-sifat buruk yang dapat menyakitkan hati orang
lain dengan cara memahami situasi dan kondisi untuk melakukan pertuturan yang
sebenarnya dituturkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam


makalah ini adalah apa yang dimaksud dengan kesantunan tindak tutur.

C. Tujuan Penulisan.

Mahasiswa dapat memahami tentang kesantunan tindak tutur.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat
sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur
merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan,
prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang
bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan. Misalnya menurut ketentuan hukum
yang berlaku di suatu Negara katakanlah Indonesia , “Saya memerintahkan anda
untuk meninggalkan gedung ini segera”. Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan
dengan tuturan “Mohon anda meninggalkan tempat ini sekarang juga” atau cukup
dengan tuturan “Keluar”. Ketiga contoh tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai
perintah apabila konteksnya sesuai.

Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang


mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian
mendasari lahirnya teori tindak tutur. Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur
sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Sedangkan Cohen (dalam
Hornberger dan McKay (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai sebuah
kesatuan fungsional dalam komunikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur
merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan
fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.

B. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Berkenaan dengan jenis tuturan, Rahardi (2018:77-78)

mengklasifikasikan tindak tutur atas tiga klasifikasi sebagaimana yang

dicetuskan oleh Searle, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak

tutur perlokusi.

2
1) Tindak Tutur Lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindakan proposisi yang berada pada kategori

mengatakan sesuatu (an act saying somethings). Oleh karena itu, yang

diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi tuturan yang diungkapkan oleh

penutur. Wujud tindak lokusi adalah tuturan-tuturan yang berisi pernyataan atau

tentang sesuatu.

Leech (2011:316) menyatakan bahwa tindak bahasa ini lebih kurang dapat

disamakan dengan sebuah tuturan kalimat yang mengandung makna dan acuan

tertentu.

2) Tindak Tutur Ilokusi

Wijana (1996:19) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah

tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu,

dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Leech (2011:326)

menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan

dengan memperluas subkategori.

Subkategori tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung

daya untuk melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan

mengatakan sesuatu (an act of doing somethings in saying somethings). Adapun

maksud yang disampaikan dalam tindakan dapat berupa: menanyakan,

menegaskan, memprediksi, meminta, menyuruh, mengingatkan, melarang,

mengajak, menolak, mengadu, menawarkan, memotivasi, memprotes,

menasihati, memuji, memperingatkan, membenarkan, menyetujui,

menyimpulkan, dan menyarankan.

3
Searle dalam Rahardi (2018:80) yang diadaptasi pula di dalam Leech (2011)

membedakan tindak ilokusi menjadi lima bagian sebagai berikut.

a) Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif, yakni ilokusi penutur terikat pada kebenaran preposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengemukakan

pendapat, melaporkan, menuntut, mengakui, menunjukkan, memberikan

kesaksian, menyebutkan, dan berspekulasi. Berikut ini contoh tuturan asertif

jenis pemberitahuan. (6) Bagaimana kalau liburan semester depan kita ke

Yogyakarta? Tuturan di atas merupakan usulan untuk memberitahukan mitra

tutur bahwa penutur mengusulkan suatu tempat yang penutur ketahui, tempat

tersebut merupakan kota dengan tempat wisata yang fenomenal.

b) Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur ilokusi direktif merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan

untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan mitra tuturnya. Dengan

demikian, tindak tutur direktifadalah ilokusi yang bertujuan

menghasikan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur,

(tindak ilokusi ini oleh Leech disebut dengan tindak tutur ilokusi impositif),

seperti memesan, memerintah, meminta, merekomendasikan, dan menasihati.

c) Tindak Tutur Komisif

Tindak Tutur komisitif, yakni ilokusi penutur terikat pada suatu tindakan di masa

4
depan, misalnya menjanjikan, menawarkan, berkaul, bersumpah, mengancam,

dan menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur komisif. (16) Adik mau

dibelikan apa jika kakak sudah bekerja nanti? Tuturan (16) Adik mau dibelikan

apa jika kakak sudah bekerja nanti? berupa komisif penawaran. Pada tuturan

di atas penutur terikat suatu tindakan di masa depan berupa penawaran

akan membelikan sesuatu kepada adiknya.

d) Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif, yakni ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap

psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya

mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam,

berbelasungkawa mengeluh, menyanjung, memuji, menyalahkan, dan

mengkritik. Ilokusi ekspresif terdapat pada contoh tuturan berikut. (17) Saya

belasungkawa atas meninggalnya nenekmu. Tuturan (17) Saya belasungkawa

atas meninggalnya nenekmu. berupa ilokusi ekspresif yang mengungkapkan

sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi.

e) Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan

kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan, misalnya memecat, memberi

nama, menjatuhkan hukuman, mengangkat, mengesankan, memutuskan,

membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan,

mengampuni, dan memaafkan.

3) Tindak Tutur Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh

5
tuturan penutur terhadap mitra tutur. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara

sengaja atau tidak sengaja diciptakan oleh penuturnya (Rahardi, 2018:69).

Tindakan perlokusi lebih mementingkan hasil sebab tindak tutur ini dikatakan

berhasil jika mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur.

Tindak perlokusi mencakup : meyakinkan, menipu, memperdayakan,

membohongi, memohon maaf, mengajurkan, menjengkelkan, mengganggu,

mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati, melakukan,

mengilhami, membingungkan, membuat penyimak mikirkan tentang suatu hal,

mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar, menarik perhatian,

menjemukan, dan membosankan.

C. Konteks Dalam Tindak Tutur

Menurut para ahli, konteks berkenaan dengan pragmatik mempunyai pengaruh

dalam mengkaji makna kalimat. Yule (dalam Sigit, 2019:14) membagi konteks

ke dalam dua bentuk.

1) Konteks Linguistik

Konteks linguistik atau ko-teks merupakan sekelompok kata lain yang digunakan

dalam frasa atau kalimat yang sama. Misalnya kata “bisa” mempunyai dua arti,

dapat bermakna “racun ular” apabila terdapat dalam kalimat “Saya terkena bisa

yang disemburkan ular kobra tadi siang.” Apabila dipakai dalam kalimat “Adik

bisa meraih peringkat pertama.”, kata “bisa”dalam kalimat tersebut bermakna

dapat.

2) Konteks Fisik

Konteks fisik adalah pemahaman terhadap tindak tutur yang dibaca dan

6
didengar, berkenaan erat dengan waktu dan tempat menemui pernyataan-

pernyataan linguistik. Sebagai contoh kata “panas” dalam tuturan “Wah, sangat

panas di sini.” Jika kalimat tersebut diucapkan ketika seseorang sedang berada

dalam suatu ruangan yang penuh dan tidak ber-AC pada siang hari, maknanya

suhu yang panas. Namun, bila orang yang mengucapkan berada di tengah

perdebatan seseorang, maka kata “panas” bermakna situasi yang menegangkan.

D. Klasifikasi Tindak Tutur

Sistem klasifikasi mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan

oleh tindak tutur; deklarasi, refresentatif, ekspresif, direktif, dan komisif.

Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui

pertuturan. Seperti contoh dalam dibawah ini menggambarkan, penutu harus

memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan

suatu deklarasi secara tepat.

Contoh :

Pendeta : Sekarang saya menyebut anda berdua suami istri.

Wasit : Anda keluar!

Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.

Refresentatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini

penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasa, kesimpulan dan

pendeskripsian, seperti yang digambarkan dalam contoh dibawah ini yang

merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang

menggambarkannya.

Contoh :

7
- Bumi itu datar

- Suatu hari cerah yang hangat

Pada waktu menggunakan refresentatif, penutur mencocokan kata-kata

dengan dunia (kepercayaannya).

Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-

pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan,

kesukaan, kebencian, kesenangan atau kesengsaraan. Seperti yang

digambarkan contoh dibawah ini, tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh

sesuatu yanv dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya

menyangkut pengalam penutur.

Contoh :

- Sungguh, saya minta maaf

- Selamat

Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata

dengan dunia ( perasaanya).

Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk

menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini

dinyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini

meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, seperti

contoh dibawah ini dan bentuknya dapat berubah kalimat positif dan

negatif.

Contoh :

8
-Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit

-Jangan menyentuh itu!

Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia

dengan kata (lewat pendengar).

Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk

mengikatkan dirinya terhadap Tindakan-tindakan di masa yang akan

datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh

penutur. Tindak tutur ini berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar, seperti

contoh di bawah ini yang dapat ditampilkan sendiri oleh penutur sebagai

anggota kelompok.

Contoh :

-Saya akan kembali

-Kami tidak akan melakukan itu

Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk

menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur).

E. Strategi Kesantunan Tindak Tutur

Kesantunan dalam bertindak tutur adalah aspek penting dalam

berkomunikasi. Berikut beberapa strategi kesantunan dalam bertindak tutur:

1. Menggunakan Bahasa yang Santun: Pilih kata-kata dan frasa yang sopan dan

tidak kasar dalam berbicara atau menulis.

2. Mengucapkan Salam: Memulai percakapan dengan salam seperti "Selamat

pagi" atau "Halo" menunjukkan kesopanan.

3. Menggunakan Kata "Tolong" dan "Terima Kasih": Mengucapkan "tolong"

9
ketika meminta bantuan dan "terima kasih" ketika menerima bantuan adalah

tanda kesantunan.

4. Menggunakan Kalimat Permintaan dengan Lembut: Saat meminta sesuatu,

sampaikan dengan lembut dan tidak memerintah.

5. Memberi Respon yang Sopan: Saat menerima permintaan atau pertanyaan,

berikan respon dengan sopan dan menghindari jawaban yang kasar atau

menghina.

6. Mendengarkan dengan Sabar: Berikan perhatian saat orang lain berbicara dan

hindari mengganggu atau memotong pembicaraan mereka.

7. Menghormati Privasi Orang Lain: Hindari bertanya tentang hal-hal pribadi

yang sensitif jika tidak diundang untuk melakukannya.

8. Menghormati Budaya dan Nilai: Pahami budaya dan nilai-nilai orang lain, dan

berbicaralah dengan menghormati perbedaan tersebut.

9. Hindari Sarcasm yang Menyakiti: Hindari penggunaan sindiran yang dapat

menyakiti perasaan orang lain.

10. Menjaga Kontrol Emosi: Hindari marah atau frustasi dalam berbicara, dan

pertahankan kontrol emosi Anda.

11. Meminta Izin: Jika perlu, minta izin sebelum melakukan sesuatu yang dapat

memengaruhi orang lain.

12. Menggunakan Bahasa Tubuh yang Tepat: Ekspresi wajah, gerakan tubuh,

dan kontak mata juga berperan dalam kesantunan.

13. Menyampaikan Kritik dengan Bijaksana: Jika Anda perlu memberikan kritik,

lakukan dengan cara yang bijaksana dan membangun.

10
Strategi-strategi ini membantu menciptakan lingkungan komunikasi yang

lebih santun dan menghormati orang lain dalam berbagai konteks.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral

dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur

merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan,

prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan

Rahardi (2018:77-78) mengklasifikasikan tindak tutur atas tiga klasifikasi

sebagaimana yang dicetuskan oleh Searle, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur

ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.

Konteks dalam tindak tutur ada 2 yaitu, Konteks Linguistik dan Konteks Fisik.

Sistem klasifikasi mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh

tindak tutur; deklarasi, refresentatif, ekspresif, direktif, dan komisif.

Kesantunan dalam bertindak tutur adalah aspek penting dalam berkomunikasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yule George. 2006. PRAGMATIK. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

http://repo.uinsatu.ac.id/16782/6/BAB%202.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai