DENGAN HALUSINASI
Disusun Oleh :
NIM :22089142024
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Sutejo,2020) yaitu :
1) Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan
diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter
otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami
gangguan jiwa cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor
keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
2) Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari
halusinai dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego
seseorang yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
d. Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi
sosial dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan
untuk beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam
upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan memburuk.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Harkomah (2019), perilaku klien yang terkait dengan
halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Bicara sendiri.
2) Senyum sendiri.
3) Ketawa sendiri.
4) Menggerakkan bibir tanpa suara.
5) Pergerakan mata yang cepat
6) Respon verbal yang lambat.
7) Menarik diri dari orang lain.
8) Berusaha untuk menghindari orang lain.
9) Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12) Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13) Sulit berhubungan dengan orang lain.
14) Ekspresi muka tegang.
15) Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17) Tampak tremor dan berkeringat.
18) Perilaku panik.
19) Agitasi dan kataton.
20) Curiga dan bermusuhan.
21) Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22) Ketakutan.
23) Tidak dapat mengurus diri.
24) Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
5. Fase-fase Halusinasi
Menurut Harkomah (2019 tahap halusinasi ada lima fase yaitu:
Tahap halusinasi Karakteristik
Stage I: Slep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin
Fase awal seeprang sebelum menghindari lingkungan, takut diketahui orang
muncul halusinasi lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah
makin terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, minsalnya kekasih hamil, terlibat
narkoba, dihianati kekasih, masalah kekampus,
drop out, dst. Masalah terasa menekan karena
teraakumulasi sedangkan support sistem kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Sulit idur berlngsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara umum dia adanya perasaaan yang cemas, kesepian,
terima sebagai sesuatu yang perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba
alami memusatkan pemikiran pada timbulnya
kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat dia control bila
kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecendrungan klien merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering
Secara umum halusinasi adatang dan mengalami biasa. Klien mulai
mendatanngi klien merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan
mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya
gengan objek yng dipersepsikan klien mulai
menarik diri dari oang lain, dengn intensitas
waktu yang lama.
Stage IV: Controling Severa Klien mencoba melawan suara-suara atau
Level Of Anxiety sensori abnormalyang datang. Klien dapat
Fugsi sensori menjadi tidak merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.
releven dengan kenyataan Dari sinilah mulai fase gangguan pisikotik.
Stage V: Conquering Panic Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai
Level Of Anxiety terasa terancamengan datangnya suara-suara
Klien mengalami gangguan terutama bila klien tidak dapat menuruti
dalam menilai lingkungannya ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung
selama minimal empat jam atau seharian bila
klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.
6. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Harkomah (2019) halusinasi terdiri dari delapan jenis.
Penjelasan secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi
adalah sebagai berikut:
1) Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut
ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar
atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan
3) Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai
kombinasi moral
4) Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu.
5) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
di bawah kulit.
6) Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia
dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7) Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8) Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu
yang dialaminya seperti impian.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia
biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik
antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg,
im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya
klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile.
Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x
100mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
1x100 mg pada malam hari saja (Yosep, 2011).
b. Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c. Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik diri dia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita untuk
mengadakan permainan atau pelatihan bersama (Maramis, 2005).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan
Halusinasi yaitu ( Keliat, 2010):
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi.
Stimulus yang disediakan : baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada
orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap
stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan,
berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan
tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan
respons. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik,
seni menyanyi, menari. Jika hobby klien diketahui sebelumnya,
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
Persepsi:
Halusinasi: (Pendengaran, Pengelihatan, Perabaan, Pengecapan, dan Penghidu)
Jelaskan:
Jenis Halusinasi :.............................................................................................................
Isi Halusinasi :.............................................................................................................
Waktu Halusinasi :.............................................................................................................
Frekuensi Halusinasi :.............................................................................................................
Situasi Halusinasi :.............................................................................................................
Respon Klien :.............................................................................................................
Masalah Keperawatan klien: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Masalah Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal).
2) Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
3) Isolasi Sosial
Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal
Effect
Core Problem
Isolasi sosial
Causa
Diharapkan klien
melaksanakan
program
pengobatan.
Menilai
kemampuan klien
dalam
pengobatannya
sendiri.
Dengan mengetahui
efek samping obat
klien akan tahu apa
yang harus
dilakukan setelah
minum obat.
Program
pengobatan dapat
berjalan sesuai
rencana
Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.
Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi dalam bentuk Strategi Pelaksanaan
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi kliem 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien keluarga dalam perawatan klien
3) Mengidentifikasin waktu halusinasi klien 2) Mmemberikan pendidikan kesehatan
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi tentang pengertian halusinasi, jenis
klien halusinasi yang dalam klien, tanda dan
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat gejala halusinasi
menimbulkan halusinasi klien 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
halusinasi klien
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Melatih keluarga memperaktikkan cara
klien merawat klien dengan halusinasi
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi 2) Melatih keluarga memperaktikkan cara
dengan cara bercakap-cakap dengan merawat klien dengan halusinasi
orang lain
3) Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Membantu keluarga membuat jadwal
klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi (discharge planning)
dengan cara melakukan kegiatan 2) Menjelaskan pollow up klien setelah
3) Menganjurkan klien memasukan dalam pulang
jadwal kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2) Memasukan penkes tentang
penggunakan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian
A: SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lakukan SP2P
gangguan
persepsi sensori:
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke-2 pada hari
senin, 09 juli
20122, pukul
11.00 diruang
perawatan pasien
Klien:
Memotivasi
klien mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardis dan
melatih sesuai
jadwal
11.00 1 Gangguan SP2P Melaksanakan SP2P S: “Selamat
persepsi gangguan gangguan persepsi pagi, baik pak”
sensori: persepsi sensori: halusinasi saya bangun jam
halusinasi sensori: pendengaran: 6 pagi, mandi
pendengaran halusinasi 1) Mengevaluasi jadwal dan merapikan
pendengaran kegiatan harian klien tempat tidur,
2) Melatih klien latihan
mengendalikan menghardik jam
halusinasi dengan 11 dan 3 sore”.
cara bercakap-cakap “pergi-pergi,
dengan orang lain saya tidak mau
3) Menganjurkan klien dengar kamu,
memasukan kedalam kamu suara
jadwal kegiatan palsu” “ pak
harian perawat tolong
ajak saya
ngobrol supaya
halusinasi saya
hilang”.”
Masukan jam 10
pagi saya pak”
O:
Klien mampu
menyebutkan
kegiatan
harianya
Kontak mata
ada
Klien
kooperatif
Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardiks
Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap
Klien dapat
dapat
memasukan
latihan
menghardik
kedalam
jadwal
harianya yaitu
pada pukul
10.00
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke 3 pada hari
selasa, 10 juli
2012, pukul
09.00 diruang
perawatan pasien
Klien:
Memotivasi
klien mengobrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
sesuai dengan
jadwal harian.
Selasa 10 1 Gangguan SP3P Melakukan SP3P S: “selamat
juli 2012 persepsi Gangguan gangguan persepsi pagi”,”saya
09.00 sensori: persepsi sensory: Halusinasi bangun jam 6
halusinasi sensori: pendengaran pagi, mandi dan
pendengaran halusinasi 1) Mengevaluasi jadwal merapikan
pendengaran kegiatan harian klien temapt tidur,
2) Melatih klien latihan
mengendalikan menghardik jam
halusinasi dengan 11 dan 3 sore
cara melakukan kemarin sudah
kegiatan saya lakukan
3) Menganjurkan klien pak, kalau jam
memasukan dalam 10 nantik saya
jadwal kegiatan latihan bercakap-
harian cakap”
“masukan jam
8.30 pagi saya
pak”
O:
Klien
mampu
menyebutkan
kegiatan
hariannya
yaitu
mencuci
tempat
makan
Klien
memasukank
egiatan
menyuci
tempat
makan ke
dalam jadwal
harian klien
pada pukul
08.30
Bicara
ngelantur
Kontak mata
ada
A: SP4P
tercapai
P:
Perawat:
Lamnjutkan
SP4P budaya
gangguan
persepsi sensori:
halusinasi
Pendengaran
pada pertemuan
ke-4 pada hari
selasa 10 juli
2012, pukul
11.00 di ruang
perawatan klien
Klien:
Memotivasi
klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
melaksanakan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
harian.
11.00 1 Gangguan SP4P Melakukan SP4P S: “selamat pagi,
persepsi Gangguan Gangguan persepsi baik pak,” saya,
sensori: persepsi sensori: halusinasi latihan
halusinasi sensori: pendengaran menghardik jam
pendengaran halusinasi 1) Mengevaluasi jadwal 11 sudah saya
pendengaran kegiatan harian klien lakukan pak, dan
2) Memasukan penkes jam 10 saya
tentang penggunakan latihan bercakap-
obat secara teratur cakap dengan
3) Menganjurkan klien bapak”
memasukan kedalam “masukan jam 8,
jadwal kegiatan 12 dan 6 sore
harian saja pak”
“ untuk
mengontrol
halusinasi saya
pak”
Saya mau
minum oabat
CPZ dan haldol
pak”
“warna oare
namanya CPZ
minumnya 1 kali
sehari yaitu
malam hari dan
warna merah
muda namanya
haldol
minumnya 2 kali
sehari, yaitu pagi
dan siang”
O:
Klien
mampu
melakukan
jadwal harian
yang sudah
dibuat
Klien
memasukan
minum obat
kedalam
jadwal harian
klien pada
pukul 08.00,
12.00 dan
18.00
Kontak mata
ada
Klien
mampu
menunjukan
dan
menyebutkan
jenis obat
Afek sesuai
Klien
kooperatif
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lnjutkan SP
budaya
gangguan
persepsi sensori:
halusinasi pada
hari rabu 11 juli
2012, pukul
09.00 di ruang
perawaatan klien
Klien:
Memotivasi
klien mengontrol
halusinasi
dengan cara
minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Ma’rifatulah (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Indomedika Pustaka.
Keliat, Budi Anna. (2018) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. 2018. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Sutejo (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Syahdi,D., & Pardede .,J.A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia : Studi Kasus
Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pad Pasien Halusinasi di
Rumah Sakit Jiwa.