Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

HALUSINASI
DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

EVA MURDIANINGSIH (120044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TELOGOREJO SEMARANG
2022
A. DEFINISI
Menurut Muhith halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa dimana
pasien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan, pengecapan, atau perabaan. Pasien mengalami stimulus yang
sebenarnya tidak ada. (Aji, Hendaru Mengku Wisnu,2019)
Caroline, Keliat dan Sabri (2012) meneliti bahwa dengan pelaksanaan
standar asuhan keperawatan (SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif klien
meningkat 47%, psikomotor meningkat 48%. Pelaksanaan standar asuhan
keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi
sebesar 14%.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013; Laraia, 2012).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

B. RENTAN RESPON HALUSINASI


Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon psikosossial Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.Perilaku tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negative mengancam (Damaiyanti,2012).

C. ETIOLOGI
Menurut (Sutejo,2017) faktor yang dapat memperngaruhi resiko bunuh diri antara
lan :
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
control dan kaehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih mudah stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian , dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik
neurokimia. Akibat sstres berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak, misalanya terjadi ketidak
seimbangan acetylchoin dan dopamine.
4. Faktor Psikososial
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien
lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dalam alam nyata
yang menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil
studi menunjukan bahwa factor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan akibat kelelahan fisik seperti
kelelahan yang luar yang biasa , penggunaan obat –
obatan ,demam dan kesulitan tidur diwaktu yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual
Klien dengan gangguan halusinasi mengalami penurunan fungsi
ego. halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan
comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asik dengan halusinasinya
seolah – olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien
halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.

D. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Core problem
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : Manarik diri Penyebab

E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala halusinasi menurut (Aji,Hendaru Mengku Wisnu 2019).
dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Tanda dan
gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Data Obyektif
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. \Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah.
k. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
2. Data Subyektif
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g. Merasa takut atau senang
h. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian.
i. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

Tanda dan Gejala pasien Halusinasi adalah sebagai berikut :


1. Data Subjektif
a. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
b. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan , penciuman, atau
pengecapan
c. Menyatakan kesal
2. Data Objektif
a. Respon tidak sesuai
b. Bersikap seolah melihat , mendengar, mengecap, meraba, dan
mencium sesuatu.
c. Menyendiri
d. Melamun
e. Konsentrasi buruk
f. Disorientasi aktu, tempat, orang atau situasi
g. Curiga
h. Melihat ke satu arah
i. Monda mandir
j. Bicara sendiri. ( SDKI, 2017)

G. KOMPLIKASI
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga rentan
melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien
skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh
lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan 13 interpersonal
dengan orang lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama
gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku kekerasan, harga
diri rendah dan isolasi

H. PENATALAKSANAAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada gangguan
Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis psikosis, adapun tindakan
penatalaksanaan dilakukan dengan berbagai terapi (Tumanggor, S. 2021). yaitu :
1. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat dapat
membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala perilaku kekerasan,
halusinasi, dan harga diri rendah. Sehingga pasien skizofrenia harus patuh minum
obat secara teratur dan mau mengikuti perawatan.
a. Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah,
agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait skizofrenia dan
gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP)
Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson dan
pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.
1. Dosis
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam
sampai keadaan akut teratasi.
2. Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet:
a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari
3. Dalam keadaan fase kronis diberikan tablet:
a) Haloperidol 2x0,5 – 1 mg perhari
b) Klorpromazin 1x50 mg sehari (malam) 12 c) Triheksifenidil 1-2x2 mg
sehari d) Psikosomatik
2. Terapi kejang listrik (Electro Compulsive Therapy), yaitu suatu terapi fisik atau
suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal secara artifisial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples
pada pelipis. Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi
pada setiap pasien tergantung pada masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil
pengkajian selama tindakan. Pada pasien Skizofrenia biasanya diberikan 30 kali.
ECT biasanya diberikan 3 kali seminggu walaupun biasanya diberikan jarang atau
lebih sering. Indikasi penggunaan obat: penyakit depresi berat yang tidak berespon
terhadap obat, gangguan bipolar di mana pasien sudah tidak berespon lagi terhadap
obat dan pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak mendapatkan
pertolongan.
3 Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan terapeutik, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur terhadap
klien.

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Konsep asuhan keperawatan menurut (Ilham, T. V. 2017).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki
(Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai
diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
c) Hubungan sosial :
klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
d) Spiritual Nilai dan keyakinan
biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan agama dan
budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di rumah
sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak
logis, berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek :
afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f) Interaksi
selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang
tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g) Persepsi Halusinasi
Apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi lainnya
yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini
sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan
eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati,
tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan
apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung Kemampuan mengorganisir dan
konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar
berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan
perhatian, mengalami masalah dalam memberikan perhatian.
m) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai,
dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan
diucapkan adalah salah.
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai
dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan
merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi
dan insiatif klien
8) Kebutuhan persiapan klien pulang
a) Makan Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki
minat dan kepedulian.
b) BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan
klien untuk membersihkan diri.
c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran
keluarga dan sistem pendukung sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam
rumah seperti menyapu.
9) Aspek medis
a) Diagnosa medis : Skizofrenia
b) Terapi yang diberikan Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi
biasanya diberikan antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine
(CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenski phenidol (THP),
triplofrazine arkine.

2. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Core problem
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : Manarik diri Penyebab

3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social
4. Intervensi keperawatan
1. Tindakan keperawatan Halusinasi (Pasien)
a. Tujuan pasien mampu :
1) Mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, respon. Mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
2) Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
3) Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
4) Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
b. Tindakan Keperawatan
1) SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.
2) SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua: bercakap-cakap dengan orang lain.
3) SP 3 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat).
4) SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga: Melaksanakan aktivitas terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan
aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan
aktifitas, menyusun jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual
yang telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan,
memberikan reinforcement.
2. Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)
a. Tujuan keluarga mampu :
1) Mengenal masalah merawat pasien di rumah.
2) Menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala
halusinasi dan proses terjadinya).
3) Merawat pasien dengan halusinasi.
4) Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien dengan
halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien dengan
halusinasi.
b. Tindakan keperawatan
1) SP 1 keluarga : Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
2) SP 2 Keluarga : Pendidikan Kesehadan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi, proses
terjadinya halusinasi
3) SP 3 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien yang
mengalami halusinasi. Jelaskan dan latih cara merawat anggota
keluarga yang mengalami halusinasi: menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, melakukan aktivitas.
4) SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjut

B. Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan (Pasien)
SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi bapak, Saya Eva Murdianingsih, Mahasiswa keperawatan STIKES
Telogorejo SEMARANG yang akan merawat bapak, senang dipanggil Eva, Nama
bapak siapa? Bapak senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
”Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
”Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiadan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”

TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiadan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiadan harian pasien).
RTL (Rencana Tindak Lanjut)
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam
lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


bercakap-cakap dengan orang lain
ORIENTASI:
Salam terapeutik
“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Eva pak.
Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya?
Bagus.
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau
di mana? Di sini saja?
KERJA:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan saya, karena saya sedang dengar suara-suara. Begitu mas
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya!”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini
kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiadan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
RTL
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga
yaitu membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat
pagi”

SP 3 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
Salam terapeutik
“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Eva dari STIKES
Karya Husada Semarang pak.
Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah
sudah dipakai 2 cara yang telah kita latih?bagus!!
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tendang
obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya pak?”
KERJA
“Pak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Mas juga harus teliti
saat menggunakan obat-obadan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan
obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya
bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiadan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah dadang.
RTL
Besok kita ketemu lagi untuk melakukan aktivitas terjadwal?Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Eva dari STIKES
Karya Husada Semarang pak.
Validasi
Bagaimana perasaan hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah
sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus!
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiadan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita
duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.”
KERJA
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiadannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiadan hari ini (latih kegiatan tersebut).
Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan.
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiadan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam).
RTL
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita ketemu untuk melihat manfaat
4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
2. Strategi Pelaksanaan (Keluarga)
SP 1 keluarga : Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu!. Saya Eva, perawat yang merawat Tn.S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Tn.S ?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tendang apa masalah yang bapak/ibu alami dalam
merawat Tn.S.”
“Kita mau diskusi di mana?Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu
Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang menjadi masalah bapak/ibu dalam merawat Tn.S? Oh, jadi ibu/bapak
tidak tau apa penyakit Tn.S sehingga ibu/bapak tidak tau bagaimana cara
merawat Tn.S. Ibu/bapak juga takut ketika melihat Tn.S bicara sendiri dan tertawa
sendiri.
“Jangan takut bu penyakit yang dialami Tn.S adalah penyakit halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya atau tidak
nyata.”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi?”
RTL
“Baiklah besok kita akan bertemu lagi untuk membahas apa sebenarnya penyakit
halusinasi itu ya bu”. ”Jam berapa kita bertemu?”bagaimana jika jam 10.00.”
baiklah.

SP 2 Keluarga : Pendidikan Kesehadan tendang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, danda dan gejala
halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya Eva, perawat
yang merawat Tn.S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa itu halusinasi dan cara merawat
Tn.S.“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat pak? Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh pak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Danda-dandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah danpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/IBu Sengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau pak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan pak , jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar
suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan pak, melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiadan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tendang
kegiadan, saya telah melatih pak untuk membuat jadwal kegiadan sehari-hari.
Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu pak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat danpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah mela mas Z tih untuk minum
obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam,
ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi bapak
dengan cara menepuk punggung bapak. Kemudian suruhlah bapak menghardik
suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi bapak. Sambil menepuk punggung
pak , katakan : bapak sedang apa kamu?bapak ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu dadang? Ya..Usir suara itu,bapak Tutup
telinga baPak Dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi Tn.S?“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat
bapak?”Bagus sekali Bu.”
RTL
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Tn.S ”
”Jam berapa kita bertemu?”Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 3 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan


pasien
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi”. Masih ingatkan dengan saya? Iya betul saya Eva perawat yang
merawat Tn.S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”Apakah Ibu/bapak masih ingat bagaimana
cara memutus halusinasi bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Tn.S. Mari kita datangi Tn.S”.
KERJA:
”Selamat pagi Tn.S, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan
suara-suara yang sering Tn.S dengar. Untuk itu pagi ini istri Tn.S datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang Tn.S dengar. Nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan
mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang mas alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga
dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan
keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak ? Senang dibantu Ibu? Nah
Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong
istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan ibu ke ruang
perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan bapak?”Di ingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. Ibu dapat
melakukan cara itu bila bapak mengalami halusinasi”.
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tendang jadwal
kegiadan harian bapak . Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.”

SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan


ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya Eva perawat yang
merawat Tn.S.”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan jadual
selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiadan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang diterampilkan
oleh bapak selama di rumah. Misalnya kalau mas terus menerus mendengar suara-
suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”.
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara
merawat bapak Bagus, jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

Carolina, Keliat, BA, Sabri, L (2012). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi
di RS Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta.

Hastuti (2012). Efektivitas rational emotive behaviour therapy berdasarkan profile


multimodal therapy pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan
perilaku kekerasan dan halusinasi di RSMM Bogor. FIK UI : Depok

Ilham, T. V. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Di Kelurahan


Surau Gafang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Jurnal
Keperawatan, 1(1), 1–170. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=en&as_sdt=0,5&as_vis=1&q=Asuhan+keperawatan+pada+klien+halusinas
i+di+kelurahan+surau+gadang+wilayah+kerja+puskesmas+nanggalo+kota+pa
dang&btnG=

Keliat B. A. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC. Keliat,

Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah


Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan Rumah
Sakit Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Riau).

Stuart,G.W. (2012). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.


Missouri: Mosby.

SDKI (2017).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Tim Pokja SDKI DPP


PPNI.

Sutejo (2017).Halusinasi Pada Remaja. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Syaiful Anwar(2019).Guidelines For Therapeutic Plasma Exchange in Critical


Care. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Purwokerto.

Tumanggor, S. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.Y dengan Masalah


Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran. Journal of Chemical Information
and Modeling, 43(1), 7728. https://osf.io/6f7x3

Anda mungkin juga menyukai