DISUSUN OLEH :
EVA MURDIANINGSIH (120044)
TELOGOREJO SEMARANG
2022
A. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertenangan dengan realita social ( Harnawati,2015)
Menurut Towsend (1998) dalam buku Damaiyanti dan iskandar (2015), waham
adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami sesuatu kekacauan dalam
pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif.
B. RENTAN RESPON WAHAM
Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
C. ETIOLOGI
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana sesorang melemparkan
kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya peka dan
mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali
disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci ,kaku, cinta
pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh dan keras kepala. Kecintaan pada diri
sendiri, angkuh, dan keras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat seseorang
berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham
besar (Darmayanti dan Iskandar, 2015).
Faktor penyebab waham dikutip dari Fitria (2014) :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan perkembangan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas
yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektualdan emosi tidak efektif.
1
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
Kenyataan
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik
e. faktor genetic
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti,
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
D. POHON MASALAH
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
2
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak
makan, perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan
tidak sesuai, menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.
1. Waham Kebesaran
DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali,
artisdan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengertim pasien mudah marah dan pasien mudah tersinggung
2. Waham Curiga
DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu,Pasien
mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.
DO : Pasien tampak waspada,Pasien tampak menarik diri,Perilaku pasien
tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain
tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
3. Waham Agama
DS : Pasien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak bingung
karena harus melakukan isi wahamnya,Inkoheren (gagasan satu dengan
yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti)
4. Waham Somatik
DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik ,Pasien
mengatakan merasa khawatir sampai panic
DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren ( gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengerti Pasien tampak bingung ,Pasien mengalami
perubahan pola tidur , Pasien kehilangan selera makan
5. Waham Nihilistik
DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengerti ) , Pasien tampak bingung, Pasien mengalami
perubahan pola tidur , Pasien kehilangan selera makan
6. Waham Bizzare
a. Sisip Pikir :
3
1) DS : Pasien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan,Pasien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak
bingung , Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti) , Pasien
mengalami perubahan pola tidur
b. Siar Pikir
1) DS :Pasien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan,Pasien mengatakan merasa khawatir sampai panik ,Pasien
tidak mampu mengambil keputusan
2) DO : Pasien tampak bingung , Perilaku pasien tampak seperti isi
wahamnya , Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti) ,Pasien
tampak waspada ,Pasien kehilangan selera makan
c. Kontrol Pikir
1) D S : -Pasien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar ,Pasien tidak
mampu mengambil keputusan
2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya,Pasien tampak
bingung , Pasien tampak menarik diri ,Pasien mudah tersinggung ,Pasien
mudah marah ,Pasien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri ,Pasien
mengalami perubahan pola tidur ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain
tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
F. KOMPLIKASI
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan perilaku
kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga rentan melakukan
perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia
diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan
sehingga individu akan menyingkir dari hubungan 13 interpersonal dengan orang
lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama gangguan
sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku kekerasan, harga diri rendah
dan isolasi sosial (Tumanggor,2021)
G. MACAM-MACAM WAHAM
Menurut Yosep (2014), ada beberapa tanda gejala waham adalah sebagai
berikut :
4
1. Waham kebasaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “saya ini titisan bung
karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara”.
2. Waham curiga
Menyakini bahwa ada seseorang tau atau kelompok yang berusaah merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisis mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhada suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Tuhan telah menunjuk
saya menjadi wali”.
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Sumsum tulang saya
kosong, saya pasti tererang kanker”.
5. Waham nihilstik
Meyakini bahwa sirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya sudah menghilang
dari dunia ini”.
6. Waham sisip pikir
keyakinan pasien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
7. Waham siar pikir
keyakinan pasien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir
keyakinan pasien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya
B. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium
masih efektif dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan
bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat
5
juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
b. Haloperidol Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif
untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering
membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan
jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik
berlebih memiliki kelainan tingkah laku seperti: Impulsif, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
c. Karbamazepin Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang
psikomotor, dan neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain atau obat lain yang digunakan
untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal
1) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini menggunakan penggunaan obat anti
psikotik untuk pasien waham.
2) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal Risperidone
tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg. Keuntungan
3) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25-100mg. Efektif
untuk menghilangkan gejala positif.
4) Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham. Dia
cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung
asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh
karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan
diri yang potensial, Hal ini berarti penatalaksanaannya penekanankan
pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang
berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya sewaktu- waktu sebelum
waktu yang berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial
5) ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah sebuah
prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan kejang
singkat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang
dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia
katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika
obat-obatan tidak membantu meredakan episode katatonik.
6) Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien
waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak
sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk
6
terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah.
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
7
5) Harga diri Adanya gangguan konsep diri :harga diri rendah karena
perasaan negative terhadap diri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan
merasa gagal mencapai tujuan.
6) Hubungan Sosial Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan
sosial yang tidak haramonis.
7) Spiritual Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham
agama meyakini agamanya secara berlebihan. Kegiatan Ibadah Biasanya
pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.
8) Status Mental.
9) Penampilan Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai
dengan waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian
seperti seorang ustadz.
10) Pembicaraan Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu
mengarah ke wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi
pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
11) Aktivitas Motorik Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan
aktivitas yang berlebihan.
12) Alam Perasaan
2. Pohon masalah
Kerusakan komunikasi verbal
3. Masalah keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir : Waham
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Koping Individu Inefektif
8
4. Intervensi keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan
1) klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap
2) klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara
harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya, yaitu:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
klien
2) Membantu orientasi realitas
a. Tidak mendukung dan membantah waham klien
b. Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman
c. Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari Jika klien
terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti
membicarakannya.
3) Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien sesuai
dengan realitas.
a) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
b) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional klien.
c) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
d) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
e) Mendiskusikan tentang obat yang diminum Melatih minum obat
yang benar.
9
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan keperawatan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan
yang dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan)
1) SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya: mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi, melatih
latihan orientasi realita.
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
b) Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita:
panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan
c) Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
d) Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal
kegiatan harian
2) SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
a) Menjelaskan kemampuan positif yang dimiliki klien
b) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien
c) Melatih kemampuan positif yang dipilih
d) Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam
jadual kegiatan harian
3) SP 3 Pasien : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6
benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
a) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis,
frekuensi, cara, orang dan kontinuitas minum obat).
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
dengan klien
c) Melatih klien cara minum obat secara teratur
d) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan harian.
4) Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
a) Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
akibat wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
10
b) Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
c) Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam
jadwal kegiatan harian
a. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien waham
a.Tujuan keluarga mampu
1) Mengenal masalah waham
2) Mengambil keputusan untuk merawat klien waham
3) Merawat klien waham
4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien waham
b. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan) pada keluarga
1) SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien
a) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien waham
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan
2) SP 2 Keluarga : Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien
waham
a) Menjelaskan cara merawat klien waham
b) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
latihan orientasi realita
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
minum obat dengan prinsip 6 benar.
d) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi karena waham dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan
e) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien latihan
kemampuan positif yang dimiliki
3) SP 3 Keluarga : Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi
pada klien waham
a) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
waham
b) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien waham
4) SP 4 Keluarga : Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk follow up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah
kekambuhan
a) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
11
b) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
c) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
d) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk ke pelayanan
kesehatan.
L. Strategi Pelaksanaan
1. Pada Klien
SP.1 Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi mas, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES Karya husada semarang
yang akan merawat mas, Nama Saya Eva Murdianingsih, senang dipanggil Eva Nama
mas siapa? Mas senang dipanggil siapa?”
Validasi
”Bagaimana perasaan mas hari ini? Apa yang mas R rasakan saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
”Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang dirasakan mas
saat ini. Bagaimana kalau20 menit.”Apakah mas bersedia?”
KERJA
“Saya mengerti mas merasa bahwa mas adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus mas rasakan?
Jadi mas merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri mas sendiri?”
“Siapa menurut mas yang sering mengatur-atur diri mas?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?”
“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut mas”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”Apa saja tadi
yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”
Bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
RTL
12
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
13
“Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas R minum, setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang mas R teruskan kemampuan bermain catur
tersebut…….”
14
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan mas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
RTL
Besok kita ketemu lagi untuk melakukan aktivitas terjadwal?Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
15
2. Pada Keluarga
SP.1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya
masalah; dan obat pasien
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi pak/bu, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES Karya Husada Semarang
yang akan merawat mas R, Nama Saya Eva Murdianingsih senang dipanggil Eva Nama
bapak/ibu siapa?Bapak/ibu senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas R dan cara
merawat mas R di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan mas R ini?
yang terjadi pada mas R ini merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu
akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu
berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama: “Bapak/Ibu
mengerti mas R merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji R jika ia melakukan hal-hal yang
baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
R”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan R tentang kebutuhan yang diinginkan R,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. R khan punya kemampuan ya..“ (kemampuan yang pernah dimiliki
oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan
pujian) “Pak, bu, R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
16
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan R kambuh kembali” (Libatkan
keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Mas R sudah
mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
R di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.”
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat R sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
17
“Sekarang coba cara memotivasi mas R minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat R”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada R?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat mas R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk mas R”
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat R sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP.3 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien waham
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi pak/bu, masih ingatkah dengan saya?”Ya saya perawat Eva’’.
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana?” “Apakah latihan yang kemarin
sudah dipraktekan ke mas R?” “iya bagus”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Sesuai janji kemarin kita bertemu lagi ya pak/bu?”. Sekarang kita akan mendiskusikan
tentang dampak yang dapat terjadi pada mas R jika tidak dapat menerima realita atau
kenyataan, bagaimana?
“Apakah bapak/ibu ssetuju?”
“Disini saya ya, waktunya tidaqk lama sekitar 10 menit”.
KERJA
“Jadi mas R menganggap bahwa dirinya adalah seorang nabi yang pada kenyataannya
bukan seperti itu.”
Jika keadaan ini terus menerus terjadi tanpa ada yang memaparkan realita kehidupan ke
mas R, mas R akan hidup layaknya seperti apa yang dia fikirkan, tanpa sadar mas R
melakukan hal itu.”
Disini tugas bapak/ibu sebagai orang tua sangat diperlukan untuk memaparkan realita
kehidupan mas R bahwa mas R adalah seorang manusia biasa bukan seorang nabi.
Bagaimana apakah bapak ibu mengerti?”
18
“Bagus. Butuh ketekunan keuletan serta kesabaran untuk menjelaskan kepada mas R, baik
dijelaskan tiap harinya agar mas R mengingat kebenaran atas dirinya sediri.”
TERMINASI
Evaluasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melakukannya?
RTL
“Alangkah baiknya besok kita bertemu lagi, untuk membahas tentang kesiapan bapak/ibu
dalam merawat mas R selama dirumah nanti.
19
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”
RTL
“Jika mas R menunjukan tanda dan gejala yang aneh aneh lagi seperti mengaku sebagai
nabi, langsung saja periksakan lagi mas R ke rumah sakit”
“Terima kasih, sampai jumpa”.
20
DAFTAR PUSTAKA
Erawati,E., Keliat, B. A., Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Metakognitif
terhadap intensitas waham dan kemampuan metakognitif di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang. FIK UI : Depok
FKUI dan WHO., (2012). Modul praktek keperawayan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
(Cetakan I). Fakultasi Kedokteran Universitasi Indonesia dan WHO.
Utari, D. (2019). asuhan keperawatan jiwa pada Ny.H dengan risiko perilaku kekerasan di
desa Juli Seutuy Bireuen. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.