Di susun oleh :
IJUL SUARDI
A. MASALAH UTAMA
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi
social. Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain.
c. Komunikasi kurang / tidak ada.
d. Tidak ada kontak mata.
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari.
f. Berdiam diri di kamar.
g. Mobilitas kurang.
h. Posisi janin saat tidur.
4. Tanda dan gejala
Gejala dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a. Tahap 1 (comforting)
1) Tertawa tidak sesuai dengan situasi.
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara.
3) Bicara lambat.
4) Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan.
b. Tahap 2 (condemning)
1) Cemas.
2) Konsentrasi menurun.
3) Ketidakmampuan membedakan realita.
c. Tahap 3 (controlling)
1) Pasien cenderung mengikuti halusinasi.
2) Kesulitan berhubungan dgn orang lain.
3) Perhatian dan konsentrasi menurut.
4) Afek labil.
5) Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4 (consquering)
1) Pasien mengikuti halusinasi.
2) Pasien tidak mampu mengendalikan diri.
3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata.
4) Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
5. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri
merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan
berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala :
a. Data obyektif :
1. Mata merah.
2. Pandangan tajam.
3. Otot tegang.
4. Nada suara tinggi.
5. Suka berdebat.
6. Sering memaksakan kehendak.
7. Merampas makanan, memukul jika tidak senang.
b. Data subyektif
1. Mengeluh merasa terancam.
2. Mengungkapkan perasaan tak berguna.
3. Mengungkapkan perasaan jengkel.
4. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung.
C. POHON MASALAH
Isolasi social
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi.
2. Isolasi sosial : menarik diri.
F. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : perubahan sensori persepsi: halusinasi.
a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar
untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya.
2. Diagnosa II : isolasi social: menarik diri.
a. Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi:
halusinasi.
b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
G. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya
di mulai dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih
bagaimana cara yang biasa terpakti efektif mengatasi atau mengontrol
halusinasi.
Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :
1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.
Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien
yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting
karena keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai
salah satu gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu
mengetahu caraPerawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis
sehingga Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat
secara tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
H. EVALUASIKEPERAWATAN
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :
1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
2. Mampu melaksistrian program pengobatan berkelanjutan
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam
membantu klien mengatasi masalahnya
I. CARA MENGONTROL HALUSINASI
Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi,Perawat dapat melati pasien dengan empat cara yang
sudah terpakti dapat mengendalikan halusinasi.keempat cara mengontrol
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul.Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.Pasien juga harus
dilatih untuk minum obat secara teratursesuai dengan program terapi
dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami
putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan.Jka kekambuhan
terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu.
Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan Perawatagar
pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,benar
pasien, benar cara, benar waktu ,dan benar dosis).
3. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap- cakap dengan orang lain dapat membantu mengotrol
halusinasi.Ketika pasien bercakap- cakap dengan orang lain, terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain.
4. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menybapakkan diri melakukan aktivitas yang teratur.Dengan beraktifitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering
kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan
cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan
intervensi Perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal,yaitu
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-harisesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi
sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan
terhadap prilaku pasien yang positif
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertabapaka sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah pak Tn. A, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara
yang muncul yaitu cara minum obat yang benar, apakah bapakk
bersedia?
Pasien : saya bersedia pak ( sambil mengannguk)
Pearabapakat :Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baik pak
Perawat : bapak mau berbincang-bincang
dimana?
Adik pasien : Saya kurang baik, Sus. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak
bapakk alami dan bantuan apa yang bisabapakk berikan.Kita mau
diskusi di mana, Pak? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
b. Kerja
Perawat : Baiklah pak. Apa yang bapakk rasakan ketika melihatkakak bapak?
Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.
Adik :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi
kakak saya tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Pak. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan
halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya. Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa
sendiri,atau marah-marah tanpa sebab. Jadi kalau kakak bapakk
mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan
beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak bapakk
agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara
lain: Pertama, dihadapan kakak bapakk, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja bapakk percaya
bahwa kakak bapakk tersebut memang mendengar suara, tetapi
bapakk sendiri tidak mendengarnya.Kedua, jangan biarkan kakak
bapakk melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya.Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat
bersama- sama.Tentang kegiatan, saya telah melatih kakak
bapakk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.Tolong
bapakk pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia
lakukan.Sampai disini apakah bapakk sudah mengerti?Apakah
ada yang ingin bapakk tanyakan?
Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus
katakan :Pak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu,
Pak. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak
mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Pak.
Perawat :Bagus pak. Bapakk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan
c. Terminasi:
Perawat :Bagus sekali Pak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan kakak bapakk. Jam berapa kita bertemu?
Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.
Perawat :Baiklah, Pak. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya
pak. Saya permisi dulu.Assalamu’alaikum wr wb
Stuart GW, Sundeen, Paku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999.
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999.
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003.