Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. SM DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHEPALGIA EC SOL INTRAKRANIAL


DI RUMAH SAKIT DKT JAMBI

DISUSUN OLEH :
1. ARDIYANSA 7. DANI ANDIKA
2. RINI SEPTIANTI 8. FEBRIANSYAH
3. DURAHMAN SAYUTI 9. HERWINDA
4.SEKARTI KANI SANTI 10. RATNA SARI
5.TRI UTOMO 11. SITI MARIAM
6.HERLINDA 12. TAMI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN CHEPALGIA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit
kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
(Brunner & Suddart).

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. ANATOMI
Otak merupakan satu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Otak terdapat dalam rongga tengkorak yang
melindungi otak dari cedera.
Berdasarkan daerah atau lobusnya otak terbagi menjadi 4 lobus yaitu : frontalis (untuk
berpikir) temporalis (menerima sensasi yang datang dari telinga), parietalis (sensasi
perabaan, perubahan temperatur) oksipitalis (menerima sensasi dari mata).
Otak selain dilindungi oleh tengkorak juga dilindungi selaput yang disebut munigen
berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan memelihara
otak. Munigen terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a. Durameter
Membran luar yang liat, tebal, tidak elastis.Dura melekat erat dengan permukaan
dalam tengkorak oleh karena bila dura robek dan tidak segera diperbaiki dengan
sempurna maka akan timbul berbagai masalah. Dura mempunyai aliran darah yang
kaya. Bagian tengah dan posterior di suplay oleh arteri munigen yang bercabang dari
arteria karotis interna dan menyuplay fasa arterior arteria munigen yaitu cabang dari
arteria oksipitalis menyuplay darah ke fasa posterior.
b. Araknoid
Merupakan bagian membran tengah bersifat tipis, halus, elastis dan menyerupai
sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding
araknoid terdapat pleksus khoroid yng bertanggung jawab memproduksi cairan
serebrospinal (CSS). Terdapat juga membran araknoid villi yang mengabsorbsi CSS.
Pada orang dewasa normal CSS yang diproduksi 500 ml perhari, tetapi 150 ml
diabsorbsi oleh villi.
c. Piamater
Membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang menutupi
otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak dan sangat kaya dengan pembuluh
darah.
Otak merupakan organ kompleks yang dominasi cerebrum. Otak merupakan struktur
kembar yaitu lateral simetris dan terdiri dari 2 bagian yang disebut hemisferium.
Belahan kiri dari cerebrum berkaitan dengan sisi kanan tubuh dan belahan kanan
cerebrum berkaitan dengan sisi kiri tubuh.
Otak terbagi menjadi 3 bagian besar :
a. Cerebrum (otak besar)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Substansia grisea terdapat
pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba menutupi dinding
serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi substansia grisea yang
terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi kortex serebri, nukleus dan basal
gangglia. Substansia alba terdiri dari sel-sel syaraf yang menghubungkan bagian–
bagian otak yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telesefalon) tensi jaringan
SSP. Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi yaitu terhadap fungsi
individu dan intelegensia.
b. Batang otak (trunkus serebri), terdiri dari :
a) Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat di antara serebelum dan
mesensepalon. Diensepalon berfungsi untuk vasokontruktor (mengecilkan
pembuluh darah), respiratory (membantu proses pernapasan), mengontrol
kegiatan reflek dan membantu pekerjaan jantung.
b) Mesensefalon, berfungsi sebagai membantu pergerakan mata dan mengangkat
kelopak mata, memutar mata dan pusat pergerakan mata.
c) Pons varoli, sebagai penghubung antara kedua bagian serebellum dan juga
medula oblongata dengan serebellum pusat saraf nervus trigeminus.
d) Medula oblongata, bagian batang otak yang paling bawah yang berfungsi
untuk mengontrol pekerjaan jantung, mengecilkan pembuluh darah, pusat
pernapasan dan mengontrol kegiatan refleks.
e) Serebelum Terletak dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentoreum yang memisahkan dari bagian
posterior serebrum. Semua aktivitas serebrum berada dibawah kesadaran
fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tenus-tenus kekuatan kontraksi
untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
f) Diensefalon Istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-struktur
disekitar vertikel dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon
memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi
reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut.
Diensefalon dibagi menjadi 4 wilayah yaitu :
a. Talamus
- Berfungsi sebagai pusat sensorik primitif (dapat merasakan nyeri, tekanan, rabaan getar
dan suhu yang ekstrim secara samar-samar).
- Berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh karena hubungan fungsinya
terhadap pusat motorik utama dalam korteks motorik serebri, serebelum dan gangglia
basalis.
b. Hipotalamus Letak dibawah talamus
- Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah lakumdan emosi.
- Berperan penting dalam pengaturan hormon (hormon anti diuretik dan okstoksin
disintesis dalam nukleus yang terletak dalam hipotalamus).
- Pengaturan cairan tubuh dan susunan elektrolit, suhu tubuh, fungsi endokrin dari tingkah
laku seksual dn reproduksi normal dan ekspresi ketenangan atau kemarahan, lapar dan
haus.
c. Subtalamus Merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting fungsinya
belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan
diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus.
d. Epitalamus Berupa pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon.
Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan agaknya berperan pada beberapa
dorongan emosi dasar dan ingarasi informasi olfaktorius

2. FISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah
kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka
nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan
periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang
peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus
venosus serta arteri- arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri
tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
a) Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
b) Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah
dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
c) Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan
lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang
menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
d) Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska
contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
e) Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster
headache) dan radang (arteritis temporalis)
f) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
g) Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis),
baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi)
dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
h) Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan
depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.

1. ETIOLOGI
Sakit kepala kronis sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum:
a. Penggunaan obat yang berlebihan.
Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain seperti
acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering
dipakai untuk jangka waktu lama. Menggunakan terlalu banyak obat dapat
menyebabkan kondisi yang disebut rebound sakit kepala
b. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis. Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko
untuk berkembang menjadi sakit kepala kronis.
c. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala kronis. Mendengkur,
yang dapat mengganggu pernapasan di malam hari dan mencegah tidur nyenyak, juga
merupakan faktor risiko.
d. Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat tampaknya dapat
dihubungkan dengan penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.
e. Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas ketika ditambahkan
ke beberapa obat sakit kepala, terlalu banyak kafein dapat memiliki efek yang
berlawanan. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat memperburuk gejala sakit
kepala, kafein yang berlebihan dapat menciptakan efek rebound.
f. Penyakit atau infeksi,
Seperti meningitis, saraf terjepit di leher, atau bahkan tumor.

2. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan
serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui
jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak
terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia
kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami
dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien
untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala
dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada
wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan
perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan
autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
2. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan
dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam
satu hari atau beberapa hari.
3. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan
ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang
panjang.

b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang
menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata
berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat
dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan
sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan
histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot- otot leher dan kulit
kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini
perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar
sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada
berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan
yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

b. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
c. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini
tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak,
karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF

4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis meliputi depresi,
cemas, gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya.

5. DIAGNOSA PEMBANDING
a) Influenza
b) Hipertensi
c) ISPA
d) Sinusitis
e) Tumor otak

6. PENATA LAKSANAAN
Penatalaksanaannya dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis
(Wikipedia, 2010) :
a. Secara Farmakologis
1) Penggunaan obat analgesic
Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat. Banyak orang
mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri seperti aspirin,
asetaminofen, senyawa aspirin, ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa
jenis obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone)
bila digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit kepala.
Obat penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit kepala
menjadi lebih re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan terus-menerus (sakit
kepala rebound). Ini benar-benar dapat membuat tubuh kurang responsif terhadap
pengobatan pencegahan. Oleh karena itu, obat analgesik sering disarankan untuk sakit
kepala yang tidak kronis di alami.
2) Profilaksis (pencegahan) obat
Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati chepalgia kronis
disebut obat-obatan profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala. Obat-
obatan profilaksis direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis karena percobaan
bervariasi membuktikan bahwa obat mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan
yang berhubungan dengan sakit kepala kronis. Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan
menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak, sering mencegah otak dari
menafsirkan sinyal rasa sakit. Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin
(gabapentin), Tizanidine (Zanaflex), fluoxetine (Prozac), amitriptyline (Elavil), dan
topiramate (Topamax). Dalam pengujian, gabapentin ditemukan untuk mengurangi
jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% . Tizanidine ditemukan untuk
mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu, intensitas sakit kepala, dan
durasi sakit kepala berarti. Melalui penelitian, Fluoxetine menghasilkan peringkat
suasana hati lebih baik dan “peningkatan yang signifikan dalam-bebas hari sakit kepala.”
Satu studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka waktu 28 hari
menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate. Obat lain
untuk mencegah sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX),
yang diberikan melalui suntikan.

b. Secara Non farmakologis


1) Terapi Fisik
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu
mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi
sakit kepala kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh
bagian atas, termasuk punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan
meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat memperburuk sakit kepala. Selama sesi
latihan, terapis menggunakan terapi manual, seperti pijat, peregangan, atau gerakan
bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode lain untuk mengendurkan otot
termasuk penggunaan rangsangan panas, kantong es, dan “rangsangan listrik.” Terapis
juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-latihan di rumah untuk memperkuat
dan peregangan otot- otot yang dapat memicu sakit kepala. Dalam terapi fisik, pasien
harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan dan melakukan perubahan atau dia
gaya hidupnya untuk itu menjadi perbaikan.
2) Akupunktur
Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan penurunan
frekuensi sakit kepala.
3) Relaksasi
Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan
seseorang untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh stres.Latihan relaksasi
mencakup 2 metode yaitu :
a. Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
b. Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah,
mencegah pembentukan sakit kepala.

4) Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan relaksasi.
Salah satu biofeedback tes paling umum adalah electromyograph (EMG), yang
mengevaluasi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot. Biofeedback juga dapat
mengukur aktivitas otak listrik melalui uji yang disebut electroencephalograph
(EEG). Tes lain, yang disebut termograf, mengukur suhu kulit, karena ketika
seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan temperatur yang
lebih tinggi. Cara lain adalah BVP biofeedback, yang mengajar pasien bagaimana
mengatur dan mengurangi amplitudo nadi dengan membatasi arteri. Ketika
tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, yang diukur dengan
pengujian electrodermograph tangan. Metode Biofeedback telah terbukti dapat
digunakan. Sebuah penelitian yang melibatkan lima belas sesi perawatan
ditemukan bahwa biofeedback berhasil dalam mengurangi baik frekuensi dan
tingkat keparahan sakit kepala di debit dan dari waktu ke waktu. Biofeedback
memungkinkan penderita sakit kepala untuk mengidentifikasi masalah dan
kemudian berusaha untuk menguranginya.

5) Perubahan dalam diet


Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau
minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten
menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda. Banyak bahan kimia
dalam makanan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk kafein,
monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine, dan alkohol. Beberapa
makanan dan minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan untuk
menghindari termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan
produk susu fermentasi, kacang, dan alkohol.

6) Terapi perilaku dan terapi psikologis


Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stress dan mengajarkan
pasien dengan sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka,
atau menyesuaikan sikap untuk mengurangi ketegangan yang mengarah ke sakit
kepala. Perlakuan terutama berfokus pada “emosional, mental, perilaku, dan
faktor-faktor sosial” sebagai dampak sakit kepala mereka. Pasien hanya
disarankan untuk menghindari stres ketika mereka berbagi beban atau masuk akal
dengan orang lain.

D. DISCHARGE PLANING
1. Istirahat yang cukup
2. Diet MSG ( penyedap rasa), caffein dan garam
3. Banyak makan sayur dan buah
4. Rajin berolahraga
5. Minum obat sesuai dosis
6. Control sesuai jadwal

II. KONSEP KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama ( sakit kepala hebat )
c. Riwayat penyakit dahulu ( Hipertensi ringan )
d. Riwaya keluarga ( anggot keluarga ada yang mengidap penyakit hipertensi )
e. Riwayat sosial ( klien dapat berinteraksi dgn baik kepada orang lain )

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
Data Subyektif
a) Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b) Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c) Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d) Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval
diantara sakit kepala.
e) Awal serangan sakit kepala.
f) Ada gejala prodomal atau tidak
g) Ada gejala yang menyertai.
h) Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i) Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j) Ada alergi atau tidak.

Data Obyektif
a) Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b) Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c) Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d) Suhu badan
e) Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya
ialah:
a) Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
b) Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c) Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d) Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e) Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f) Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g) Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada
sakit kepala yang psikogenis.
h) Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i) Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan
makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga
alkohol.
j) Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja
dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k) Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l) Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Gangguan rasa nyaman: sakit kepala b.d. peningkatan vaskuler serebral. HYD: - Sakit
kepala berkurang
- Ekspresi wajah rileks
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg).

Intervensi:
1. Kaji tanda verbal dan non verbal pasien, tanyakan keluhan sakit kepala. R/ Mengetahui
tingkat berat ringannya nyeri.
2. Monitor TD, S, N, P tiap 4 jam. R/ Peningkatan TD, S, N, P menunjukan peningkatan
tekanan pembuluh darah otak.
3. Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit kepala. R/ Mencari
alternatif lain untuk mengurangi sakit kepala.
4. Meminimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat menyebabkan sakit kepala
misalnya batuk yang panjang, mengejan waktu bab. R/ Aktivitas yang meningkatkan
vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala dengan adanya peningkatan vaskuler serebral.
5. Beri lingkungan yang nyaman. R/ Membantu untuk mengurangi rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
6. Beri obat analgetik sesuai program medik. R/ Menurunkan/mengontrol nyeri.

b.Gangguan perfusi jaringan sistemik b.d. peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
HYD:
- Tekanan darah berkurang sampai batas normal (120/80 mmHg).
- Kapilary refill kembali dalam 2 detik.
- Nadi perifer teraba.
- Kulit hangat dan tidak pucat.

Intervensi:
1. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang, seperti kulit
pucat, suhu dingin, capillary refill lama.
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan capillary refill lama berkaitan dengan
vasokonstriksi mencerminkan penurunan curah jantung.
2. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok.
R/ Merokok bisa meningkatkan CO2 dalam tubuh dan mengurangi O2.
3. Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit kepala. R/ Memonitor
adanya peningkatan tahanan perifer.
4. Bila penglihatan pasien terganggu orientasikan pasien pada lingkungan, benda-benda,
dekatkan bel, pasang pengaman hek tempat tidur.
R/ Membantu mengorientasikan pada lingkungan dan mencegah cidera.

c. Gangguan pola tidur b/d sakit kepala


HYD : kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi Intervensi :
1. Kaji pola tidur
R/ untuk mengetahui sejauh mana gangguan istirahat klien
2. Batasi pengunjung
R/ memberikan kesempatan klien untuk beristirahat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/ memberikan ketenangan pada klien
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat tidur R/ untuk mengatasi gangguan
tidur klien

d. Kecemasan b.d gejala yang ada, kemungkinan cacat berat, meninggal dunia, lingkungan baru.
HYD: Pasien mengalami penurunan kecemasan yang ditandai dengan:
• Pergerakan tubuh dan ekspresi wajah rileks.
• Pernyataan rasa takut berkurang. Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat kecemasan dari tanda fisik dan ungkapan verbal. R/ Tingkat kecemasan
setiap orang berbeda.
2. Kaji TTV.
R/ Mengetahui perubahan tanda vital dengan tepat.
3. Bina hubungan saling percaya antara pasien dan keluarga. R/ Memberi support pada
pasien.
4. Anjurkan keluarga memberi dukungan pada pasien. R/ Memberi support pada pasien.
5. Dengarkan dan beri kesempatan bagi pasien untuk mengungkapkan perasaan. R/
Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat.
6. Informasikan kepada pasien bahwa tanda dan gejala yang dialami seperti sakit kepala,
pusing akan teratasi bila tekanan darah terkontrol.
R/ Tingkat kecemasan pasien berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Gaya Baru.


Dr. Syaifuddin BAC 1992. Anatomi Fisiologi. EGC. Jakarta.
Doengoes Moorhouse Geissler, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan EGC. Jakarta.
Soeparman Sarwono W. 1994. Ilmu Penyakit Dalam Gaya Baru. Jakarta.
LAPORAN KASUS CHEPALGIA
DENGAN GANGGUAN RASA NYERI
DI RUMAH SAKIT DKT JAMBI

I.PENGKAJIAN Data Subjektif


A. Identitas
Identitas Klien
Nama : Ny. Sm
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : menikah
Suku/Bangsa : -/Indonesia
Diagnosa Medis : Chepalgia ec SOL Intrakranial
Tanggal MRS : 20 april 2018
Tanggal Pengkajian : 22 april 2018
No. RM : 4078304
Alamat : Jambi

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
a) Keluhan pada saat masuk Rumah Sakit
Nyeri kepala skala 5(skala 0-10) dirasakan sejak 3 bulan yang lalu disertai batuk.2 minggu
sebelum masuk RS,pasien ke RS DKT dan dilakukan CT Scan. 2 hari sebelum masuk
Rspasien mengeluh nyeri kepala tidak berkurang dan terasa di seluruh kepala. Bertambah
saat bangun tidur. Keluhan lain yang menyertai perasaan lemah,nafsu makan menurun dan
nyeri dada
b) Keluhan pada saat pengkajian
Di dapatkan riwayat batuk 2 bulan yang lalu(saat ini tidak ada keluhan batuk) bunyi nafas
vesikuler,TD 120/70 mmhg,nadi 72x/menit,suhu 36,4C,pernafasan 18x/menit.
1. Provocative/Palliative
Pasien merasakan nyeri yang disebabkan penyakit yang sedang dideritanya, yaitu
Chepalgia ec Sol intrakranial
2. Quality
Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk benda tajam
3. Regional
Pasien merasakan nyeri pada seluruh kepala dan bertambah saat bangun tidur
4. Severity Scale
Nyeri yang dirasakan pasien dengan skala nyeri 5(nyeri benar benar mengganggu dan
tidak bisa didiamkan dalam waktu lama) dengan kriteria nyeri:
- Skala 0, tidak nyeri
- Skala 1, nyeri sangat ringan
- Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit
- Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi
- Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi)
- Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama
- Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatan
- Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas
- Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi
perubahan perilaku
- Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun
untuk menyembuhkan nyeri
- Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak
sadarkan diri

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengatakan nyeri di seluruh kepala sejak 3 bulan yang lalu di sertai batuk. 2
minggu sebelum masuk RS,pasien ke RS DKT dan dilakukan CT Scan. 2 hari sebelum masuk
RS pasien mengeluh nyeri kepala tidak berkurang dan terasa di seluruh kepala dengan nyeri
skala 5,bertambah saat bangun tidur.keluhan lain yang menyertai perasaan lemah,nafsu
makan menurun dan nyeri dada. Pasien akhirnya dibawa ke RS. pada tanggal 20 april 2018
dan didiagnosa medis oleh dokter pasien menderita Chepalgia ec SOL intrakranial. Kemudian
pasien dimasukkan ke Ruang rawat untuk menjalani perawatan.

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan pernah berobat dan di lakukan CT Scan di RS DKT sekitar 2 minggu
yang lalu dengan keluhan nyeri kepala di sertai batuk

4. Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien belum pernah ada yang menderita penyakit yang sama yang sedang
diderita pasien saat ini.
c) Data Psikososial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik secara verbal, dapat berbicara dengan lancar.
2. Pola interaksi
Pasien berorientasi baik dengan perawat, pasien sangat kooperatif dan tidak menolak jika
diberikan obat. Jika ditanya tentang perkembangan kesehatannya pasien mengatakan
sangat ingin sembuh dari penyakitnya.
3. Kebutuhan spiritual
Agama yang dianut pasien adalah agama Islam. Kegiatan spiritual yang dapat dilakukan
pasien saat berada di Rumah Sakit adalah berdo’a

d) Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Kebiasaan Sebelum Masuk RS Sewaktu di RS


Makan
Frekuensi 3 x sehari dengan porsi 3 x sehari dengan porsi normal
Jenis sedikit,sulit makan
Nasi, lauk-pauk, sayur, Bubur biasa, telur rebus, lepat
dan lain-lain
Alergi Tidak Ada Tidak Ada
Keluhan Sulit Makan Porsi Makan di Habiskan
Istirahat
Tidur Siang Tidak Ada Tidak Teratur
Tidur Malam 2-3 Jam/hari 3-4 jam/hari, tidak nyenyak
Keluhan Susah tidur karena nyeri kepala 6-7 jam/hari, nyenyak

Data Objektif
A. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis (sadar penuh). GCS 15
E4V6M5,reflek bisep++/++,trisep++/++,patella++/++,achiles++/++,babinski -/-

B. Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 72x/menit
R : 18x/menit
T : 36,4 ºC

C. Data Antopometri
- Berat badan SMRS : 53 Kg
- Berat badan sekarang : 48 Kg
D. Head to Toe
1) Kepala
Bentuk kepala simetris antara dextra dan sinistra, nyeri/sakit kepala.
2) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, pasien mengalami penurunan fungsi
penglihatan
3) Mulut
mukosa bibir kering
4) Telinga
Bentuk simetris antara dextra dan sinistra
5) Leher
Bentuk leher simetris,
6) Dada
Bentuk dada simetris antara dextra dan sinistra, nyeri dada, tidak ada batuk lagi,
bunyi nafas vesikuler, frekuensi 18x/menit,
7) Kulit
turgor kulit baik (kembali dalam waktu <2 detik saat dicubit)
8) Jantung
Tidak ada nyeri
9) Ekstremitas atas-bawah
Ekstremitas atas dan bawah cukup bersih, tidak ada kelainan tulang dan sendi,MRI
kepala metastase temporoparietal kiri dd astrocytoma kekuatan otot
5555 5555
555 555
10) Genitalia
Pasien mengatakan keadaan alat reproduksinya dalam keadaan baik,

F. Data Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Pemeriksan laboratorium klinik (21 april 2018)

Darah lengkap Hasil Nilai Normal


Hb 10.7 gr/dl 12-18 gr/dl
Leukosit 24,8 /mm3 4.000-10.000 /mm3
Monosit -

Albumin 3.10 g/dl

LED 98.0 mm
Netrofil 92 %

Limfosit 4%

2. Terapi
Ranitidin 2x50 mg,dexametason 4x5mg,Tramadol 3x100mg,neurodex 3x1 tablet

II. DATA FOKUS


- PQRST : Pasien merasakan nyeri yang disebabkan penyakit yang sedang dideritanya yaitu
Chepalgia ec SOL intrakranial, nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk benda
tajam, nyeri dirasakan pada seluruh bagian kepala,dengan skala nyeri 5 (0- 10) nyeri
benar benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama ,
pasien merasakan nyeri yang luar biasa.

- Inspeksi : Pasien tampak gelisah, meringis, dan tampak menahan rasa sakit, kondisi
pasien terlihat lemah, respirasi 18 x/menit.

III. ANALISIS DATA


DS : Pasien merasakan nyeri yang disebabkan oleh Chepalgia ec, nyeri SOL intrakranial
nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk benda tajam, nyeri dirasakan pada
seluruh bagian kepala,dengan skala nyeri 5 (0- 10) nyeri benar benar mengganggu
dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama , pasien merasakan nyeri yang luar
biasa.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


- Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan pasien merasakan nyeri yang disebabkan oleh Chepalgia ec, nyeri SOL
intrakranial nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk benda tajam, nyeri
dirasakan pada seluruh bagian kepala,dengan skala nyeri 5 (0- 10) nyeri benar benar
mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama , pasien merasakan nyeri
yang luar biasa. TD : 120/70 mmHg, N : 72 x/menit, R : 18 x/menit, T : 36,4 º

V. INTERVENSI
- Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :
berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
- Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus,
trauma servikal, hipertensi atau trauma.
- Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi
jantung/pernafasan, tekanan darah.
- Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
- Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
- Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
- Berikan kompres dingin dan hangat pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
- Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

VI. IMPLEMENTASI
- meneliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :
berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
- mencatatatat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi
sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
- Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi
jantung/pernafasan, tekanan darah.
- Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
- Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
- Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
- Berikan kompres dingin dan hangat pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
- Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai