Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Pada

Departemen/Stase Jiwa

Disusun oleh :
Tami Dwi Lestari
JNR0200082

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
TAHUN AJARAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
B. Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala
1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari proses panca indera
tanpa adanya rangsangan eksternal.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Etiologi
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi
social. Isolasi social adalah percobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
f. Berdiam diri di kamar
g. Mobilitas kurang
3. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara
sendiri, pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman
sensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,
perubahan.

Jenis Halusinasi Karakteristik Tanda dan Gejala


Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang
jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya baubau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering
akibat stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Kanestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

C. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Herediter atau genetika, riwayat penyakit, trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA.
2. Psikologis
Kegagalan berulang, korban kekerasan, kurangnya kasih sayang, atau
overprotektif.
3. Sosial Budaya
Penolakan yang berulang, sosial ekonomi rendah, perceraian, perpisahan,
terisolasi oleh lingkungan, dan tidak bekerja.

D. Faktor Presipitasi
1. Riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak
2. Kekerasan dalam keluarga
3. Kegagalan-kegagalan dalam hidup
4. Kemiskinan
5. Adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan pasien
6. Konflik antar masyarakat

E. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(Effect)

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


(Core Problem)
Isolasi Sosial
(Causa)

F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang barang.
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri


Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori b.d Halusinasi

H. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN RASION INTERVENSI


KEPERAW AL
ATAN
1. Gangguan Tujuan Umum : 1. 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prin
persepsi klien tidak mencederai 2. Klien dapat mengenal halusinasinya
sensori b.d diri sendiri, orang lain a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
halusinasi dan lingkungan b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halu
Tujuan khusus : stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seola
1. Klien dapat c. Bantu klien mengenal halusinasinya
membina hubungan d. Diskusikan dengan klien : Situasi yang menimbulkan/
saling percaya e. Diskusikan dengan klien : Waktu dan frekuensi ter
dasar untuk malam)
kelancaran f. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika te
hubungan interaksi senang) beri kesempatan klien mengungkapkan peras
seanjutnya 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
2. Klien dapat a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dila
mengenal marah, menyibukkan diri dll)
halusinasinya b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika b
3. Bantu klien c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timb
mengenal d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halu
halusinasinya e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dil
4. Klien mendapat f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
dukungan dari g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stim
keluarga dalam 4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontro
mengontrol a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika men
halusinasinya b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pa
5. Klien 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
memanfaatkan obat a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, f
dengan baik b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat da
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaa
dirasakanDiskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa k
d. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 bena

I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Di Masa Pandemi Covid-19


Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam
dua tahun penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat
pada penderita psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan
pasien kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri
dari:
4. Terapi aktivitas
a. Terapi music
Focus; mendengar; memainkan alat musik; bernyanyi. yaitu menikmati
dengan relaksasi music yang disukai pasien.
b. Terapi seni
Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa pekerjaan
seni.
c. Terapi menari
Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d. Terapi relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif meningkatkan
partsipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
e. Terapi social
Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain.

f. Terapi kelompok
1) Terapi group (kelompok terapeutik)
2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
3) TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi
a) Sesi 1 : Mengenal halusinasi
b) Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c) Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d) Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e) Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
g. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana d idalam keluarga( Home
Like Atmosphere). (Prabowo,2014: 134- 136)

J. Daftar Pustaka
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
2. Jakarta. EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA:
Mosby Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai