“ HALUSINASI”
Disusun Oleh:
Samratul Qalbi Assani (P07120421081)
A. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
b. Tahap 2 (condemning)
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3
1) Pasien cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dgn orla
3) Perhatian dan konsentrasi menurut
4) Afek labil
5) Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Pasien tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
C. PENYEBAB
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara
lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan
kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri
dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada
dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus
eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan
stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu
terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala :
1. Aspek fisik :
a) Makan dan minum kurang
b) Tidur kurang atau terganggu
c) Penampilan diri kurang
d) Keberanian kurang
2. Aspek emosi :
a) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
b) Merasa malu, bersalah
c) Mudah panik dan tiba-tiba marah
3. Aspek sosial
a) Duduk menyendiri
b) Selalu tunduk
c) Tampak melamun
d) Tidak peduli lingkungan
e) Menghindar dari orang lain
f) Tergantung dari orang lain
4. Aspek intelektual
a) Putus asa
b) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
c) Kurang percaya diri
D. AKIBAT
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah
sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang
dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala :
1. Data obyektif :
a) Mata merah
b) Pandangan tajam
c) Otot tegang
d) Nada suara tinggi
e) Suka berdebat
f) Sering memaksakan kehendak
g) Merampas makanan, memukul jika tidak senang
2. Data subyektif
a) Mengeluh merasa terancam
b) Mengungkapkan perasaan tak berguna
c) Mengungkapkan perasaan jengkel
d) Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung
E. POHON MASALAH
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
Fase Terminasi
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak
setelah kita berbincang-bincang?
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong
bapak sekarang menceritakan ulang apa yang sudah kita
bicarakan tadi?
2) Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan) : Baiklah, tolong
bapak sekali lagi nanti kalau masih mendengar suara-suara
itu, bapak usahakan untuk mengahrdik seperti cara yang
sudah saya ajarkan tadi. Nanti saya akan memasukkan ke
dalam jadwal harian bapak.
3) Kontrak yang akan datang :
Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap?
Waktu : Bagaimana kalau besok pagi setelah kegiatan jalan
pagi?
Tempat : Bagaimana kalau di ruang makan?
2. PERTEMUAN KEDUA
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi klien
a) S : Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan,
merusak barang dan mengamuk
b) O : Klien nampak mondar-mandir, senyum-
senyum sendiri dan bicara sendiri
2) Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
3) Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasi dgn bercakap-cakap
4) Tindakan keperawatan
Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
SP II :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dgn bercakap-
cakap
3) Anjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-
cakap halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.
b. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
Fase orientasi
1) Salam Terapeutik : Selamat pagi Pak Sehri, masih ingat
dengan nama saya?
2) Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada pagi hari
ini? Apa yang pak Sehri rasakan saat ini? Apakah masih
mendengar suara-suara istrinya? Jam berapa? Waktu pak
Sehri sedang apa? Lantas apa kemarin saat halusinasinya
muncul, pak Sehri sudah berusaha untuk menghardik?
3) Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol dgn
bercakap-cakap?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau
masih kurang bisa kita tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang makan sini saja?
Fase kerja
Fase terminasi
3. PERTEMUAN KETIGA
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi klien
a) S : Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan,
merusak barang dan mengamuk
b) O : Klien nampak mondar-mandir, senyum-senyum
sendiri dan bicara sendiri
2) Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
3) Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasi dgn berkegiatan
4) Tindakan keperawatan
Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
SP III:
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dgn berkegiatan
c) Anjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap
halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.
Fase kerja
Fase terminasi
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000