Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“RESIKO BUNUH DIRI”

Disusun Oleh :
Samratul Qalbi Assani (P07120421081)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (masalah utama)


Resiko bunuh diri

2. Proses terjadinya masalah


a. Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh
diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana
individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah
kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh
diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri
keputusasaan (Stuart, 2006).

b. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1) Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang
ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak
akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara
non verbal.
2) Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3) Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh
diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1) Bunuh diri anomik]
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2) Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3) Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

c. Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
1) Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2)   Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4)  Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
d. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.

e. Stressor pencetus
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,
kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media
untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan
perilaku bunuh diri.

f. Penilaian stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh
karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien

g. Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara
sadar memilih untuk bunuh diri.

h. Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
i. Rentang respon
RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI
Respon adaptif respon maladaptive
peningkatan pengambilan perilaku pencederaan bunuh diri
diri resiko yang destruktif- diri
meningkatkan diri tidak
pertumbuhan langsung

3. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah

4. Data yang perlu dikaji


Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mental mengalami depresi, cemas, dan
perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, dan respon kurang dan gelisah
perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering menunjukkan sikap agresif
mengalami kehilangan secara
bertubi-tubi dan bersamaan
menderita penyakit yang tidak koperatif dalam menjalani
prognosisnya kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, perasaan berbicara lamban, keletihan,
gagal dan tidak berharga menarik diri dari lingkungan sosial
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan
5. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

6. Rencana tindakan keperawatan


Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Intervensi Rasional


pasien tidak pindahkan benda yang prioritaskan tertinggi
melakukan membahayakan diberikan pada
aktivitas yang aktivitas penyelamatan
mencederai hidup pasien
dirinya observasi dengan ketat perilaku pasien harus
diawasi sampai kendali
diri memadai untuk
keamanan
siapkan lingkungan yang aman memberikan
kenyamanan pada
pasien
pasien dapat identifikasi kekuatan pasien perilaku bunuh diri
mengidentifikasi mencerminkan depresi
aspek positif pada yang mendasar dan
dirinya terkait dengan harga
diri rendah serta
kemarahan terhadap
diri sendiri
ajak pasien untuk berperan dijadikan sebagai salah
serta dalam aktivitas yang satu cara
disukai dan dapat dilakukannya mengendalikan
perilaku ingin bunuh
diri
pasien akan bantu pasien mengenal mekanisme koping
mengimplementa mekanisme koping yang tidak maladaptive harus
sikan respons adaptif diganti dengan
protektif-diri mekanisme koping
yang adaptif yang sehat untuk
mengatasi stress dan
ansietas
identifikasi alternatif cara untuk menumbuhkan
koping dan meningkatkan
mekanisme koping
pasien
pasien akan bantu orang terdekat untuk isolasi sosial
mengidentifikasi berkomunikasi secara menyebabkan harga
sumber dukungan konstruktif dengan pasien diri rendah dan depresi,
sosial yang mencetuskan perilaku
bermanfaat destruktif-diri
tingkatkan hubungan keluarga meningkatkan
yang sehat kepercayaan diri pasien
dan mencegah perilaku
destruktif-diri
pasien akan libatkan pasien dan orang pemahaman dan peran
mampu terdekat dalam perencanaan serta dalam
menjelaskan asuhan perencanaan pelayanan
rencana kesehatan
pengobatan dan meningkatkan
rasionalnya kepatuhan
jelaskan karakteristik dari pemahaman dalam
kebutuhan pelayanan kesehatan proses perawatan dan
yang telah diidentifikasi, pengobatan
kebutuhan asuhan meningkatkan
keperawatan, diagnosis medis, kepatuhan dan
pengobatan, dan medikasi yang mendukung proses
direkomendasikan penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP )
untuk 7 DiagnosisKeperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai