Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

“ Pasien dengan Resiko Bunuh Diri “


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen : dr.C.E.Munthe, SpKJ, M.Kes

Disusun oleh :

Elisabeth Tahapary

Almendo Latuihamallo

Yolita Leuhery

Oktovin Riri

Febrilya Putirulan

Allen Pattipeilohy

Voldy Kalay

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (masalah utama)

Resiko bunuh diri

2. Proses terjadinya masalah


a. Definisi

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).

b. Klasifikasi
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal
tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien
telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai
diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
• Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
• Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
• Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

c. Mitos
 Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan
tidak perlu dianggap serius.
 Fakta: Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
 Mitos: Bunuh diri tidak memberi tanda.
 Fakta: Delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku
sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
 Mitos: Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada pasien.
 Fakta: Hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah
pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri pasien.
 Mitos: Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan.
 Fakta: Tidak ada data dan hasil riset yang menyokong pendapat ini karena pola
perilaku bunuh diri bersifat individual.
d. Faktor predisposisi

Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.

e. Stressor pencetus
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang memalukan,
seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang
mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri,
juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.

e. Penilaian stressor

Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh karena
itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien
f. Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar memilih
untuk bunuh diri.

g. Mekanisme koping

Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang


berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah

h. Rentang respon

RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI

Respon adaptif respon maladaptif


peningkatan pengambilan perilaku pencederaan bunuh diri
diri resiko yang destruktif-diri diri
meningkatka n tidak
pertumbuhan langsung

3. a. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping keluarga tidak efektif kegagalan perpisahan

i. Data yang perlu dikaji

Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mental mengalami depresi, cemas, dan
perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, dan respon kurang dan gelisah
perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering mengalami menunjukkan sikap agresif
kehilangan secara bertubi-tubi dan
bersamaan

menderita penyakit yang prognosisnya tidak koperatif dalam menjalani


kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, perasaan berbicara lamban, keletihan, menarik
gagal dan tidak berharga diri dari lingkungan sosial
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan

4. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri

5. Rencana tindakan keperawatan


Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Intervensi Rasional


pasien tidak melakukan pindahkan benda yang prioritaskan tertinggi
aktivitas yang mencederai membahayakan diberikan pada aktivitas
dirinya penyelamatan hidup
pasien

observasi dengan ketat perilaku pasien harus


diawasi sampai kendali
diri memadai untuk
keamanan

siapkan lingkungan yang memberikan kenyamanan


aman pada pasien

pasien dapat identifikasi kekuatan perilaku bunuh diri


mengidentifikasi aspek pasien mencerminkan depresi
positif pada dirinya
yang mendasar dan terkait
dengan harga diri rendah
serta kemarahan terhadap
diri sendiri
ajak pasien untuk berperan dijadikan sebagai salah
serta dalam aktivitas yang satu cara mengendalikan
disukai dan dapat
dilakukannya perilaku ingin bunuh
diri

pasien akan bantu pasien mengenal mekanisme koping


mengimplementasikan mekanisme koping yang maladaptive harus diganti
tidak adaptif dengan mekanisme koping
respons protektif-diri yang yang sehat untuk
adaptif mengatasi stress dan
ansietas

identifikasi alternatif cara untuk menumbuhkan dan


koping meningkatkan mekanisme
koping pasien

pasien akan bantu orang terdekat isolasi sosial


mengidentifikasi sumber untuk berkomunikasi menyebabkan harga diri
dukungan sosial yang secara konstruktif dengan rendah dan depresi,
bermanfaat pasien mencetuskan perilaku
destruktif-diri

tingkatkan hubungan meningkatkan


keluarga yang sehat kepercayaan diri pasien
dan mencegah
perilaku destruktif-diri
pasien akan mampu libatkan pasien dan orang pemahaman dan peran
menjelaskan rencana terdekat dalam serta dalam perencanaan
pengobatan dan rasionalnya perencanaan asuhan pelayanan kesehatan
meningkatkan kepatuhan
jelaskan karakteristik dari pemahaman dalam proses
kebutuhan pelayanan perawatan dan pengobatan
meningkatkan kepatuhan
kesehatan dan mendukung proses
yang telah diidentifikasi, penyembuhan
kebutuhan asuhan
keperawatan, diagnosis
medis, pengobatan, dan
medikasi yang
direkomendasikan

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Redika Aditama
Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba Medika

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien:
2. Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
• Mengamankan pasien dari tindakan bunuh diri
• Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk bunuh diri
4. Tindakan keperawatan
• Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
• Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
• Melakukan kontrak treatment
• Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
• Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“ assalamualaikum, selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Rizka Yunita,
mbak dapat memanggil saya Rizka. Saya perawat di ruang ini yang akan merawat
mbak”.
“Nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?”

2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana kabar mbak hari ini?“
“Mbak sepertinya terlihat bingung dan gelisah. Apakah mbak mau menceritakan
pada saya apa yang mbak rasakan?”
“Saya dapat menjamin kerahasiaan dari setiap informasi yang mbak ceritakan
kepada saya”.
3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
Topik:
“Baik mbak, hari ini kita akan mendiskusikan tentang kondisi kesehatan mbak.
Bagaimana mbak, apakah mbak setuju dengan topik kita kali ini? “

Waktu:

“Untuk pertemuan kita pertama kali ini, mbak bisa berdiskusi berapa lama? Sesuai
dengan permintaan mbak, kita berdiskusi mengenai keadaan mbak selama 15
menit ya, jadi nanti kita akan selesai berdiskusi pada pukul jam
09.45”.

Tempat:
“ Mbak ingin kita berdiskusi dimana? Baik mbak, mari kita berdiskusi di ruangan
ini ya”

b. KERJA
“ Bagaimana perasaan mbak setelah peristiwa ini terjadi? Apakah dengan adanya
masalah ini, mbak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah mbak merasa
kehilangan percaya diri? Apa merasa tidak berharga?” “Apakah mbak merasa
sulit untuk berkonsentrasi? Apakah mbak, berniat untuk mencederai diri? Apa
yang mbak rasakan?”
(Jika pasien menyampaikan keinginan bunuh diri,segera lakukan tindakan
keperawatan untuk melindungi pasien)
“Saya akan memeriksa seluruh isi kamar mbak ya, untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan diri mbak”.
“Karena mbak, tampak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka saya
tidak membiarkan mbak sendiri ya”.
“Apa yang mbak lakukan saat keinginan untuk bunuh diri muncul? Kalau
keinginan untuk bunuh diri muncul, mbak langsung minta bantuan perawat di
ruangan atau keluarga untuk menemani mbak diruangan sehingga mbak tidak
sendirian diruangan,. Jadi, mbak jangan sendirian dikamar ya…”

c. TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah mengetahui cara mengendalikan
perasaan ingin bunuh diri?”

Obyektif:
“Coba mbak sebutkan kembali cara tersebut?”
“Bagus sekali mbak, sekarang mbak sudah mengerti cara mengendalikan perasaan
ingin bunuh diri.”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
“Baik mbak, tadi kita sudah berdiskusi iya mbak tentang cara mengendalikan
perasaan ingin bunuh diri. Tugas untuk mbak yaitu berlatih cara mengendalikan
perasaan bunuh diri ya mbak. Nanti pada pertemuan selanjutnya, saya akan
melihat jadwal kegiatan latihan mbak ya. Mari kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan hariannya ya mbak”.

3. Kontrak yang akan datang (topic, waktu, dan tempat)


“Sudah 15 menit ya mbak, kita berdiskusi. Baiklah mbak, topik pertemuan kita
selanjutnya akan mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki mbak”.
“Untuk pertemuan selanjutnya, mbak mau kita berdiskusi jam berapa?”
“Nanti mbak mau kita berdiskusi dimana?”
“Baik mbak, kita akan bertemu lagi bsok ya, jam 09.00 di ruangan ini”.
“Terima kasih ya mbak” (sambil menjabat tangan pasien).

4. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh


diri

a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang


mengancam atau mencoba bunuh diri

b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

Anda mungkin juga menyukai