Disusun Oleh :
oleh diri sendiri maupun orang lain. Melalui terapi perilaku individu
2) Terapi Kelompok
Penelitian yang dilakukan Bregman (1984) menyatakan bahwa
Assertiveness Training berpengaruh positif terhadap kemampuan
berkomunikasi secara asertif dengan melibatkan aspek nonverbal.
Metode Assertiveness Training akan memotivasi klien untuk lebih
berperan aktif berfikir dan berlatih terhadap kemampuan sosial atau
verbal yang diajarkan.
Adapun langkah-langkah dalam strategi latihan asertif adalah sebagai
berikut:
a. Rasionalstrategi.
Yaitu konselor memberikan rasional/ menjelaskan maksud penggunaan
strategi.Konselor memberikan overview tahapan-tahapan implementasi
strategi.
b. Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan.
Yaitu konselor meminta klien menceritakan secara terbuka
permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau
dipikirkan pada saat permasalahan timbul.
c. Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi
target.Yaitu konselor dank lien membedakan perilaku asertif dan
perilaku tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang
diharapkan.
d. Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model
perilaku yang lebih baik.
Klien bermain peran sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.Konselor member umpan balik secara verbal, pemberian
model perilaku yang lebih baik, pemberian penguat positif dan
penghargaan.
e. Melaksanakan latihan dan praktik
Klien mendemonstrasikan perilaku yang asertif sesuai dengan target
perilaku yang diharapkan.
f. Mengulang latihan
Klien mengulang latihan kembali tanpa bantuan pembimbing
g. Tugas rumah dan tindak lanjut
Konselor member tugas rumah pada klien, dan meminta klien
mempraktekkan perilaku yang diharapkan dan memeriksa perilaku
target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Terminasi
Konselor menghentikan program bantuan
3) Terapi Keluarga : Terapi Psikoedukasi Keluarga.
Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan
keluarga karena dalam pelaksanaan terapi mengandung unsur
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan
teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala-gejala
penyimpangan perilaku serta peningkatan dukungan bagi anggota
keluarga itu sendiri. Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan
pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan pengobatan,
meningkatkan kemampuan keluarga dalam upaya menurunkan angka
kekambuhan, mengurangi beban keluarga, melatih keluarga untuk lebih
bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar anggota
keluarga dan orang lain.
Berdasarkan evidance based practicepsikoedukasi keluarga
adalah terapi yang digunakan untuk memberikan informasi pada
keluarga untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam merawat
anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa, sehingga
diharapkan keluarga akan mempunyai koping yang positif terhadap
stress dan beban yang dialaminya (Goldenberg & Goldengerg, 2004).
Dengan melakukan psikoedukasi maka seorang perawat akan dapat
langsung memberikan pelayanan yang efektifdan efisien untuk
menyelesaikanmasalah kepada keluarga dengan anggota keluarga
perilaku kekerasan.
4) Komplenter
Terapi musik adalah suatu proses yangterencana bersifat
preventif, dalam usahapenyembuhan terhadap penderita yangmengalami
kelainan atau hambatan dalampertumbuhannya, baik fisik motorik,sosial
emosional, maupun mentalintelegensi. Terapi musik
menggunakanmusik atau elemen musik oleh seseorangterapis untuk
meningkatkan,mempertahankan dan mengembalikankesehatan mental,
fisik, emosional dan spiritual (Suryana, 2012). Menurut Bernhard
(2003), jenisjenismusikdibedakanmenjadidua yaitu:musik klasik dan
musik non klasik. Musikklasik merupakan sebuah musik yangdibuat dan
ditampilkan oleh orang yangterlatih secara profesional
melaluipendidikan musik.musik non klasik yangbiasa diajarkan adalah
musik pop, jazz, rock dan blues.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspaningrum dkk (2015)
menyatakan terapimusik klasik Mozart berpengaruh terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasienhalusinasi di RSJ Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
8.2.Interpersonal Therapy Pada RBD
Interpersonal Theraphy adalah sebuah psikoterapi yang memiliki batasan
waktu yang jelas, berfokus pada hubungan interpersonal dan meiliki
tujuan untuk menghilangkan gejala dan meningkatkan fungsi interpersonal
individu (Robertson, Rushton, dan Wurm, 2008). Prinsip utama dalam
terapi interpersonal adalah bahwa depresi dan distress muncul dalam
sebuah konteks interpersonal. Depresi mungkin memiliki berbagai macam
penyebab dan etiologi, namun trigger dari kemunculan episode-episode
depresif yang dialami oleh klien melibatkan adanya gangguan dalam
attachment dengan figure-figur yang menurut klien signifikan, atau
hambatan dalam menjalankan peran social tertentu.
Terdapat beberapa hal dalam pelaksanaan terapi interpersonal yang
mungkin ditemukan pula dalam bentuk psikoterapi lain. Pada terapi
interpersonal, terapis juga melakukan klarifikasi mengenai keadan mood
dari klien terkait dengan peristiwa interpersonal, analisis pola komunikasi,
dan proses pengambilan keputusan, peningkatan kemampuan
interpersonal dan beberapa pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh
klien (Verdeli& Weissman, dalam Corsini & Wedding, 2011). Terapi
interpersonal juga memiliki prinsip-prinsip yang serupa dengan Cognitive
Behavioral Therapy (CBT), dimana terapi berfokus pada peristiwa yang
here and now, terstruktur, menggunakan teknik-teknik serupa, dan
berusaha membantu klien untuk mengoptimalkan pilihan-pilihan yang
dimiliki klien untuk mengatasi masalahnya. Meskipun demikian, terapi
interpersonal tidak fokus untuk berusaha mencari tahu automatic distorted
thoughts klien seperti yang dilakukan dalam CBT melalui pemberian
pekerjaan rumah yang sistematis. Terapi interpersonal juga lebih berfokus
untuk membantu klien mengeksplorasi dan memodifikasi pola-pola
komunikasi yang maladaptive yang dapat menyebabkan dan
memeprtahankan distress yang klien alami (Verdeli & Weissman, dalam
Corsini & Wedding, 2011).
8.3.Psychodinamic Therapy pada RBD
Dengan menggunakan model dynamic interpersonal terapy yang terdiri
dari 3 fase yaitu (Luyten, P., De Meulemeester, C., & Fonagy, P. 2019):
Fase 1 (sesi 1-4)
Melibatkan pasien dalam perawatan adalah fokus pertama dari fase awal.
Pasien biasanya datang menolak penjelasan psikologis untuk kondisinya
dan memiliki riwayat negative dengan para profesional kesehatan. Satu-
satunya cara bagi terapis untuk melakukannya melawan perasaan ini
adalah dengan validasi empati dan perasaan kuat dari pembatalan pasien,
dalam kombinasi dengan mengakui realitas penderitaan mereka. sebagian
dicapai oleh terapis dan pasien memutuskan bersama pada focus terapi
yang akan dijalankan. mengacu pada pola hubungan atau kelekatan afektif
kognitif berulang yang berhubungan dengan timbulnya dan lamanya
gejala pasien.
Fase 2 (sesi 5-12)
terdiri dari bekerja melalui rencana terapi yang telah disusun di sesi awal
dan memperkuat kemajuan terapeutik. Tujuan ini dicapai dengan proses
bersama dimana pasien dibantu untuk mengenali pola perlekatan
interpersonal tipikal dalam kehidupan sehari-hari, dengan fokus pada
kapasitas pasien untuk merenungkan dampak dari pola ini pada diri yang
diwujudkan, orang lain, dan hubungan diri dengan orang lain. Di dinamyc
interpersonal terapi, terapis secara aktif mendorong dan mendukung
perubahan. Di fase tengah terapis menggunakan rangkuman penuh
intervensi psikodinamik: (1) mendukung intervensi (jaminan, dukungan,
dan empati); (2) intervensi yang menumbuhkan mentalisasi; (3) intervensi
ekspresif seperti pandangan teoritis, yang termasuk terbatas fokus pada
hubungan transferensi saat yang tepat, (4) teknik pengarahan (mis.,
mendorong pasien untuk mengubah cara dia berinteraksi dengan orang
lain)
Fase 3 (sesi 13-16)
Berfokus pada pemberdayaan pasien untuk melanjutkan proses perubahan
terapi sendiri. Ini dimulai dengan berbagi draft "selamat tinggal" surat
yang ditulis oleh terapis. Surat ini memberikan gambaran umum tentang
(1) masalah yang muncul, (2) focus terapi, (3) apa yang telah dicapai
dalam hal berubah, dan (4) apa yang belum tercapai. Surat ini sering
memancing reaksi emosional yang sangat kuat pada pasien.
9. Evaluasi Keperawatan
Proses evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan
keperawatan dan strategi rencana tindakan keperawatan selanjutnya. Evaluasi
tindakan pada pasien untuk menilai adanya penurunan atau peningkatan tanda
dan gejala harga diri rendah pasien serta kemampuan pasien dalam
meningkatkan harga diri rendah dengan menyadari kemampuan positif yang
pasien miliki (Wuryaningsih, Windarwati, Dewi, Deviantony & Hadi, 2018).
Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar, A. 2016."Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa".Indomedika pustaka.Yogyakarta. hal.226
Stuart, G. W., Keliat (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Edisi Indonesia: Elsevier. Hal 221
Yusuf, A.H., Fitryasari, R., & Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan. Salemba Medika. Hal.96
Videbeck, S.L. (2020). Psychiatric-Mental Health Nursing. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
NANDA, (2012).Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Cetakan
2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riris, R.O., Hamid, A.Y., & Putri, Y.S.E. (2014). Manajemen Kasus Spesialis
Keperawatan Jiwa Klien Risiko Perilaku Kekerasan Dengan Pendekatan
Model Adaptasi Roy Dan Johnson’sbehavioral System Model Unit Intensive
Rs Mm Di Bogor . Jurnal Keperawatan Jiwa .No. 2(2). Hal. 129-137
Damayanti dan Iskandar.(2014). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika
Aditama
Bernhard, S.L. (2003). Panduan Bagi Orang Tua Les Musik UntukAnda. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Suryana, D. (2012). Terapi Musik. Jakarta: Wsite
Cuijpers, Pim; Geraedts, Anna S.; van Oppen, Patricia; Andersson, Gerhard;
Markowitz, John C.; van Straten, Annemieke (2011). Interpersonal
Psychotherapy for Depression: A Meta-Analysis. American Journal of
Psychiatry. 168 (6): 581–92. doi:10.1176/appi.ajp.2010.10101411.
Wade, Carole., Tavris, Carol & Garry, Maryanne. 2014. “Psikologi: Edisi
Kesebelas Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Stuart, G. W. (2011). Principles and Practice of Psychiatric Nursing(9 ed.). Missouri:
Mosby, inc
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing(9 ed.). Missouri:
Mosby, inc
Wuryaningsih, Windarwati, Dewi, Deviantony & Hadi.(2018). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: UPT Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jember