Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Putri Herlina Aryanti

24.19.1382

STASE KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

A. Masalah Utama
Gangguan presepsi sensori halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan
sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut
ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego,
pikiran dan perasaannya sendiri (Sadock, 2016).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun (Marion, 2015).
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara internal atau eksternal
disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distrarsi atau kelainan berespon
terhadap stimulus (Nurjanah, 2014).
2. Rentang Respon
Halusinasi merupakan respon maladaptive individu yang berada dalam rentang
respon neurologi (Stuart, 2001).Ini merupakan respon persepsi paling mal adaptif.Jika
pasien sehat persepsinya akurat mampu mengidentifikasi stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera.Klien dengan halusinasi
menginterpretasikan dengan stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus itu
tidak ada.Diantara kedua respon itu adalah respon individu yang karena suatuhal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya
yang disebut dengan ilusi.Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang di
dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai dengan timulus yang
diterima. Rentang respon tersebut digambarkan sesuai gambar :

Responadatif Responmaladaptif

 PikiranLogis  Pikirankadangmenyi  Kelainanpikiranataudel


 Persepsiakurat mpang usi
 Emosikonsistenden  Ilusi  Halusinasi
ganpengalaman  Reaksiemosionalberle  Ketidakmampuanmeng
 Perilakusesuai bih/berkurang alamiemosi
 Hubungan social  Menarikdiri  Ketidakteraturan
 Isolasisocial

Respon Adaptif
a) Pikiran logis adalah pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima
b) Persepsi adalah pandangan dari seseorang tentang peristiwa secara cermat
c) Perilaku sesuai merupakan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu
tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
normal
Hubungan social adalah hubungan dengan seseorang atau orang lain dalam pergaulan
ditengah-tengah masyarakat
Respon Transisi
a) Pikiran kadang menyimpang merupakan kegagalan dalam menampilkan (mengabstrakan)
dalam mengambil kesimpulan
b) Ilusi adalah kesalahan dalam menginterpretasikan stimulus dari luar yang nyata.
Reaksi emosional berlebih/berkurang merupakan reaksi emosi yang diekspresikan dengan
sikap yang tidak sesuai
c) Perilaku ganjil/hubungan tak lazim adalah perilaku yang aneh dan tidak enak dipandang,
membinggungkan, kesukaran mengelola dan tidak mengenal orang lain.
d) diri: Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Respon Maladaptif
a) Kelainan pikiran atau delusi Adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita social.
b) Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seorang
pasien yang menjadi dalam keadaan sadar/terbangun
c) Ketikmampuan mengalami emosi dalah ketidak mampuan atau menurunya kemampuan
untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
d) merupakan ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan
e) Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negative dan mengancam (Stuart, 2016).
3. Manifestasi Klinis
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori : Halusinasi dapat beresiko
mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Tanda dan gejala
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai
4. Kemungkinan Penyebab
a. Gangguan mental
Gangguan mental merupakan penyebab halusinasi yang sering terjadi,
contohnya: demensia, delirium, skizofrenia
b. Narkoba
Seseorang bisa berhalusinasi setelah mengkonsumsi alcohol yang terlalu banyak
dan mengandung kokain
c. Obat obatan
Konsumsi obat obatan yag berlebih juga bisa menyebabkan halusinasi karena
ada beberapa obat yang ketika berlebih bisa mempengaruhi fungsi presepsi
sensori
5. Kemungkinan Akibat Bila Masalah Utama Tidak Diatasi

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri.

C. Masalah Keperawatan dan Data yang Pelu Dikaji


1. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembagan terlambat
1) Usia bayi, tdak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman
2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang terselesaikan
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
1) Komunikasi peran ganda
2) Tidak ada komunikasi
3) Tidak ada kehangatan
4) Komunikasi dengan emosi berlebihan
5) Komunikasi tertutup
6) Orang tua membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas, dan komflik
orang tua.

c) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi,
harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negative dan
koping destruktif.

d) Faktor sosial budaya


Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu
tinggi.

e) Faktor biologis
Adanya kejadian fisik berupa atropi otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar,
dan bentuk sel koteks limbik.

f) Faktor genetik
Ada pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota terdahulu yang mengalami
skizofrenia dan kembar monozigot.

2. Perilaku
Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-angguk seperti
mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau
membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu
arah, menarik diri.

3. Fisik
a) ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan aktifitas fisik yang berlebihan atau kegiatan ganjil.

b) Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras dan penggunaan obat-obatan serta zat halusinogen dan
tingkah laku merusak diri.

c) Riwayat kesehatan
Skizofrenia delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan
obat.

d) Riwayat skizofrenia dalam keluarga

e) Fungsi system tubuh


Perubahan barat badan, hipotermi (demam), neurological perubahan mood,
disorientasi ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan temperature.

4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negative atau bermusuhan,
kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

a) Isi halusinasi
1) Mendengar atau melihat apa?
2) Suaranya berkata apa?
b) Waktu terjadinya halusinasi
1) Kapan halusinasi terjadi?
c) Situasi pencetus
1) Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
d) Respon terhadap halusnasi
1) Bagaimana perasaan pasien kalau ada halusinasi
2) Apa yang dilkukan jika halusinasi muncul?
e) Faktor presipitasi
Sosial budaya

Stress lingkungan mengakibatkan respon neurologis maladapatif

1) Penuh kritik
2) Kehilangan harga diri
3) Gangguan hubungan interpersonal
4) Tekanan ekonomi
f) Status mental
Persepsi: Halusinasi

1) Pendengaran
2) Penglihatan
3) Perabaan
4) Pengecapan
5) Penghidup

g) Status intelektual
Gangguan persepsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan, isi pikir.

Data yang perlu dikaji dari setiap jenis halusinaasi yaitu:

a) Halusinasi pendengaran
1) Data objektif
Bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedangkan telinga kearah
tertentu, menutup telinga

2) Data subjektif
Mendengarsuara-suara kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap, mendengar suara yang menyruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

b) Penglihatan
1) Data objektif
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas

2) Data subjektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu, atau
monster

c) Perabaan
1) Data objektif
Menggaruk-garuk kulit

2) Data subjektif
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik

d) Pengecapan
1) Data objektif
Sering meludah-ludah

2) Data subjektif
Merasa seperti urin, darah atau feses

e) Penciuman
1) Data objektif
Menghidu seperti sedang mencium bau-bauan tertentu, menutup hidung

2) Data subjektif
Membaui bau-bauan seperti darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan

D. Diagnosa Keperawatan
Gangguan presepsi sensori halusinasi
E. Rencana Tindakan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1 Gangguan TUM : Selama perawatan diruangan, SP 1
presepsi sensori pasien tidak memperlihatkan - Bantu klien mengenal
halusinasi gangguan presepsi halusinasi dengan halusinasi (isi, waktu
criteria hasil(TUK): terjadinya, frekuensi,
 Membina hubungan saling status pencetus, perasaan
percaya saat terjadi halusinasi)
 Dapatmengidentifikasi isi, - Latih mengontrol
waktu, frekuensi, situasi halusinasi dengan cara
pencetus, perasaa. menghardik. Tahapan
tindakannya meliputi:
 Mampu memperagakan cara o Jelaskan cara
dalam mengntrol halusinasi menghardik
halusinasi
o Peragakan cara
menghardik
o Minta pasien untuk
memperagakan ulang
o Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan perilaku
klien
o Masukkan dalam
jadwal kegiatan klien
SP 2
- Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 1)
- Latih keluarga merawat
pasien
RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 2)
- Latih keluarga merawat
pasien
RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan
pasienRTL keluarga:
o Follow up
o Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Johnson Marion, dkk, 2015. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby

Keliat, budi A. 2015. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta

Maramis, W.f. 2005.  Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:Airlangga


University Press.

Mccloskey & Bulechek, 2016. Nursing Intervention Classification (NIC)

Nurjanah, Intansari, 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Mocomedia :


Yogyakarta

Santosa, Budi. 2015. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing
Intervention

Stuart GW, Sundeen, 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai