NYAMAN: NYERI
NIM :22089142024
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
B. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni
nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul
secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan
dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikosomatis.
C. ETIOLOGI NYERI
1. Faktor Resiko.
a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas
panjang, mengeluh)
b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus
pada diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
E. PATOFISIOLOGI NYERI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka
terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim
proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung
saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan
ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2017).
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen.
b) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
c) Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
d) CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh
darah yang pecah di otak.
H. PENATALAKSANAAN NYERI
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Monitor TTV
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c) Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang)
d) Kompres hangat
e) Mengajarkan teknik relaksasi
2. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien
I. KOMPLIKASI
a. Oedema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan
nyeri yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif
dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka
perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti
factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural.
Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni riwayat nyeri
untuk mendapatkan data dari klien dan observasi langsung pada respon
perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRT:
a) P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri.
b) Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
c) R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
d) S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.
e) T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
2. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan
klien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka
terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.
Langkah ini akan membantu perawt memahami makna nyeri bagi klien
dan bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :
1). Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan
dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian
tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama
untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri Akut
1). Tujuan: Setelah dilakukan selama 1x24 jam tindakan diharapkan
nyeri berkurang.
2). Kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang
b. Ekspresi wajah tenang
c. Tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, R:
16-20 x/menit).
d. Klien dapat istirahat dan tidur normal sesuai dengan usianya.
Intervensi Rasional
a. Pantau/catat karakteristik a.Variasi penampilan dan perilaku
nyeri, catat laporan pasien karena nyeri
verbal, petunjuk nonverbal terjadi sebagai temuan pengkajian.
dan respon b.Nyeri sebagai pengalaman subjektif
hemodinamik. dan harus
b. Ambil gambar lengkap digambarkan oleh pasien.
terhadap nyeri dari pasien Bantu
termasuk lokasi, intensitas pasien untuk menilai
(0-10), lamanya, kualitas nyeri dengan membandingkannya
(dangkal atau menyebar) dengan
dan penyebaran. pengalaman nyeri.
c. Anjurkan pasien untuk c.Penundaan pelaporan nyeri
melaporkan nyeri dengan menghambat peredaran
segera. nyeri/memerlukan peningkatan dosis
d. Bantu melakukan teknik obat. Selain itu, nyeri berat dapat
relaksasi atau distraksi menyebabkan syok dengan
( misalnya: nafas merangsang sistem syaraf simpatis,
dalam/perlahan, perilaku mengakibatkan kerusakan lanjut dan
distraksi. Visuaisasi dan mengganggu diagnostik serta
bimbingan imajinasi. hilangnya nyeri.
e. Periksa tanda vital sebelum d. Membantu dalam penurunan
atau sesudah persepsi/respon nyeri.
penggunaan obat narkotik. Memberikan kontrol situasi,
f. Berikan obat analgesik meningkatkan perilaku positif.
sesuai indikasi. e. Hipotensi/depresi pernafasan dapat
terjadi sebagai akibat pemberian
narkotik.
f. Membantu proses penyembuhan
pasien.
b. Nyeri kronis
1). Tujuan: Setelah dilakukan selama 2x24 jam tindakan diharapkan
nyeri teratasi sebagian.
2). Kriteria hasil:
- Skala nyeri dalam rentang 1-3.
- Raut muka tidak menahan nyeri.
- Klien sudah tidak memegangi area yang nyeri.
Intervensi Rasional
- Catat karakteristik nyeri. - Mempermudah dalam
- Berikan posisi semi fowler. tindakan pengobatan
- Ajarkan teknik relaksasi. kepada klien.
- Kolaborasi pemberian obat - Membantu memberikan
analgesik rasa nyaman kepada
sesuai dengan indikasi. klien.
- Menambah pengetahuan
pasien dalam
mengurangi
rasa nyeri.
- Membantu pasien dalam
mengurangi rasa nyeri.
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien
mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA