Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

RASA NYERI

Oleh :
Adi Tryo Widyanto
Nim: 21102002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
TAHUN AJARAN
2024/2025
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Muhammad, 2007). Menurut Internasional
Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi tidak nyaman.Nyeri adalah nyeri sangat tidak menyenangkan dan
merupakansensasi yang asangat personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain.Nyeri
dapat memenuhi pikiran seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sulit untuk
dikomunikasikan oleh seorang klien. Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejala nyeri merupakan
masalah yang memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan psikologis
bagi kesehatan dan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai situasi darurat yang patut
mendapat perhatian dan penanganan yang tepat.
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).

2. ETIOLOGI
a. Faktor resiko
1) Nyeri akut
a) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b) Menunjukkan kerusakan
c) Posisi untuk mengurangi nyeri
d) Muka dengan ekspresi nyeri
e) Gangguan tidur
f) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
g) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2) Nyeri kronis
a) Perubahan berat badan
b) Melaporkan secara verbal dan non verbal
c) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
d) Kelelahan
e) Perubahan pola tidur
f) Takut cedera
g) Interaksi dengan orang lain menurun
b. Faktor predisposisi
1) Trauma
2) Peradangan
3) Trauma psikologis
c. Faktor presipitasi
1) Lingkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) emosi
3. FAKTOR YANG BERPENGARUH
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari seseorang
yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh
pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung
tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti
nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan
fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

4. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga
individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan
stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dengan skala nyeri.pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada
nyeri tekan abdomen.
 Rontgen
 Pemeriksaan Laboratorium
 CT Scan
 MRI
 Pemeriksaan Rontgen Thorax
 Pemeriksaan EKG

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
Pemberian obat analgesic yang dilakukan guna mengganggu atau memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan #ara mengurangi
kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika.
a. Analgesik narkotika
Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan
depresi pada fungsi vital&seperti respirasi. Analgesik narkotik terdiri dari
berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat
memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini
mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengakti2kan penekan nyeri
endogen pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun& penggunaan obat
ini menimbulkan efek menekan pusat pernafasandi medulla batang otak
sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status
pernanasan jika menggunakan
analgesik jenis ini (Smeltzer& Bare, 2001).
b. Analgesik Non Narkorik
Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal dimasyarakat adalah
aspirin&asetaminofen dan bahan anti inflamasi nonsteroid. golongan aspirin
digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer&kemungkinan
menghambat sintesis prostagladin yang memiliki khasiat setelah 15 sampai 20
menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga menghambat
agregasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat
meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis
yang tinggi.
2. Non Farmakologi
a. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter dan Perry&,2006). Pasien
dianjurkan untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara
dan menghembuskannya secara perlahan melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
b. Stimulus Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan Farmakologik dalam bentuk yang
dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul,cairan infeks,i dan sebagainya.
Plasebo umumnya terdiri dari larutan gula, larutan salin normal atau air biasa
(Tamsuri, 2007).
c. Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami (Priharjo, 1996).Teknik ini dapat dilakukan
dengan nonton televisi berbincang-bincang dengan orag lain atau
mendengarkan musik .
d. Stimulasi kulit
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b) Menggosok punggung
c) Menggunakan air hangat dan dingin
d) Memijat dengan air mengalir

6. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nyeri merupakan kejadian yang bersifat individu sehingga dalam pengumpulan
data, perawat perlu secara seksama mendengar keluhan – keluhan pasien secara verbal.
Nyeri dikaji menurut lokasi, intensitas, waktu, durasi dan kualitas serta perilaku non
verbal pasien.
a. Ciri – ciri nyeri dan faktor – faktor pencetus
Dalam mengkaji perawat perlu memastikan lokasi nyeri secara jelas meliputi dimana
nyeri itu dirasakan, misalnya nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah. Untuk dapat
lebih memperjelas dapat pula digunakan istilah – istilah seperti proximal, distal, medial
dan lateral. Intensitas nyeri dinyatakan nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri.
Waktu dan durasi dinyatakan dengan sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama terasa,
apakah nyeri berulang, bila nyeri berulang maka dalam selang waktu berapa lama, dan
kapan nyeri berakhir. Kualitas nyeri dinyatakan sesuai dengan apa yang diutarakan pasien
misalnya nyeri seperti “dipukul – pukul”, nyeri seperti “diiris – iris pisau”, dll. Perilaku
non verbal pada pasien yang mengalami nyeri dapat diamati oleh perawat misalnya
ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkeram, memejamkan mata rapat – rapat,
menggigit bibir bawah, dll. Perawat perlu melaporkan faktor pencetus nyeri, misalnya
nyeri terasa setelah latihan / bekerja berat, nyeri timbul pada saat hujan / udara dingin,
dll.
b. Riwayat nyeri
Riwayat nyeri sebelumnya merupakan data yang penting untuk diketahui. Riwayat
nyeri harus meliputi lokasi, intensitas, durasi, dll. Perawat perlu mengetahui berapa lama
pasien telah menderita nyeri, bagaimana pengaruhnya terhadap aktifitas sehari – hari,
cepat, atau lambat dan hal – hal apa saja yang dapat mengurangi nyeri.

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri


Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain lingkungan, umur, kelelahan,
riwayat sebelumnya, mekanisme pemecahan masalah, kepercayaan / agama, budaya dan
tersedianya orang – orang yang memberi dukungan. Nyeri dapat diperberat dengan
adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebih misalnya kebisingan, cahaya sangat
terang dan kesendirian. Toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertambahan
usia, misal semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah usia seseorang
maka semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan usaha
mengatasinya.Kelelahan juga meningkatkan nyeri dan banyak orang merasa lebih
nyaman setelah tidur.
d. Pengkajian karakteristik nyeri dengan pengekatan PQRST
Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri,
apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila
beraktivitas.
Quality : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau gambaran klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
Region : dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa
sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar / menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
Severity ( scale ) of pain : seberapa jauh rasa nyeri dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri deskriptif dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
aktivitas sehari – hari.
Time : berapa lama nyeri berlangsung ( bersifat akut atau kronis ), kapan, apakah ada
waktu – waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.
e. Perhitungan skala nyeri
Skala numerik → digunakan untuk pasien dewasa
0 : no pain / tidak nyeri.
1 – 3: mild = nyeri ringan → tidak mengganggu aktivitas.
4 – 6 : moderate = nyeri sedang → mengganggu aktivitas.
7 – 9 : severe = nyeri berat → tidak bisa melakukan aktivitas.
10 = nyeri sangat berat
Skala ekspresi wajah → digunakan untuk pasien anak – anak.
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif.Karena
nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-
masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri
seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :
1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
2. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.

P Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya nyeri


Q Quality atau kualitas nyeri
R Region atau daerah perjalanan ke daerah lain
S Saverity atau keganasan, yaitu intensitasnya
T Time atau waktu yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab

Saat ini ada beberapa jenis skala nyeri yang bisa digunakan sebagai cara mengukur rasa
sakit. Selain dengan angka, ada skala nyeri jenis lain yang mengukur menggunakan gambar
hingga warna, seperti berikut ini.
1. Numeric rating scale (NRS)

Skala nyeri jenis ini adalah yang paling sering digunakan. Saat mengukur rasa nyeri, dokter
akan meminta Anda untuk memilih angka dari 0-10, dengan penjabaran sebagai berikut:
Keterangan :
 0 : tidak nyeri
 1-3 : nyeri ringan
 4-6 : nyeri sedang
 7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
 10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2. Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

Visual Analog Scale (VAS)

Tidakada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia hingga
wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut
Batasan karakteristik:
 Ekspresi wajah nyeri
 Fokus menyempit
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri
(McGill Pain Questionnaire)
 Mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek,menangis, waspada)
 Perubahan posisi untuk mengindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Sikap melindungi area nyeri
Faktor yang berhubungan:
 Agen cedera biologis
 Agen cedera fisik
 Agen cedera kimiawi
b. Nyeri Kronis
Batasan Karakteristik:
 Anoreksia
 Ekspresi wajah nyeri
 Fokus pada diri sendiri
 Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri
(McGill Pain Questionnaire)
 Laporan tentang perilaku nyeri / perubahan aktivitas
 Perubahan pola tidur
Faktor yang berhubungan:
Agen pencedera
 Cedera medulla spinalis
 Cedera otot
 Cedera tabrakan Distress
 Emosi
 Gangguan genetic
 Gangguan imun
 Gangguan iskemik
 Gangguan metabolic
 Gangguan musculoskeletal kronis
 Gangguan pola tidur
 Inflitrasi tumor
 Keletihan
 Kerusakan system saraf

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Indicator Rencana Tindakan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeriakut (D.0077) Tujuan : Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Obektif :
selama 3x24 jam nyeri teratasi. 1.) Identifikasi
Kriteria Hasil : Lokasi,Karakteristik,
Tingkat Nyeri (L.08066) Durasi,Frekuensi,Ku
Indikator S S antitas Intensitas
A T Nyeri.
Keluhan Nyeri 2 5 2.) Indentifikasi Skala
Meringis 2 5 Nyeri
Sikap Protektif 2 5 3.) Indentifikasi Respon
Nyeri Non
Keterangan : Farmakologi
1. Meningkat
No Diagnosa Indicator Rencana Tindakan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
2. Cukup Meningkat Terapeutik :
3. Sedang 1.) Pertimbangkan jenis
4. Cukup Menurun dan sumber nyeri
5. Menurun Dalam Pemeliharaan
Strategi mendeteksi
nyeri

Etiologi :
1.) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2.) Ajarkan skala nyeri
secara mendiri

Kolaborasi :
1.) Kolaborasi
pemberian analgetik,
Jika perlu.

2 Intoleransi Tujuan : Terapi Aktivitas (I.05180)


Aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Objektif :
selama 3x24 jam nyeri teratasi 1.) Identivikasi defisit
Toleransi Aktivitas (L.05047) tingkat aktifitas
Indikator S.A S.T 2.) Identivikasi
1. Keluhan Lelah 1 5 kemampuan
berpartisipasi dalam
2. Perasaan Lemah 1 5
aktoifitas tertentu.

Terapeutik :
Keterangan :
1.) Libatkan keluarga
1. Meningkat
dalam aktivitas bila
2. Cukup Meningkat
perlu
3. Sedang
2.) Fasilitas
4. Cukup Menurun
mengembangkan motivasi
5. Menurun
No Diagnosa Indicator Rencana Tindakan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Etiolog :
1.) Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
keluarga

K:
1.) Rujuk pada pusat
atau program
aktifitas komunitas,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai