Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN


NAYAMAN “NYERI”

DISUSUN OLEH :

Indri Selfina 462018094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2021/2022
1. Pengertian
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan suasana pemenuhan kebutuhan
keamanan yang dilakukan dengan tujuan menjaga agar tubuh bebas dari kecelakaan baik
pasien, perawat atau petugas lainya yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman dan aman. Kenyamanan atau rasa nyaman ialah keadaan yang melibatkan
terpenuhnya rasa nyaman dan tentram yang merupakan dasar rasa nyaman dan nyaman.
(keadaan yang mampu merasakan kepuasan da;am penampulan setiap hari), merasa lega
atau terpenuhnya kebutuhan (Jordan Sue, 2016)
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk,panas terbakar,melilit,seperti
emosi,perasaan takut dan mual (Andarmoyo,S. 2013).
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya.
Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri
dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau
faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Mubarak 2010).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan rasa
aman dan nyaman (Nyeri) merupakan suatu keadaan yang bebas dari cidera baik secara
fisik maupun psikis dalam suasana tentram dan aman. Efek dari ketidaknyamanan ialah
dimana individu mengalami keadaan dan sensai yang tidak menyenangkan.

2. Klasifikasi
Nyeri diklasifikasikan berdasarkan asalnya dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri
neuropatik (Herlman, 2012) :
a. Nyeri Nosiseptif (Nyeri akut)
Nyeri nosiseptif (nociceptive pain) merupakan nyeri yang diakibatkan oleh
aktivasi atau sensitasi nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
menghantarkan stimulus noxious. Nyeri nosiseptif perifer dapat terjadi karena
adanya stimulus yang mengenai kulit, tulung, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-
lain. Hal ini dapat dapat terjadi pada nyeri post operatif dan nyeri kanker. Dilihat
dari sifat nyerinya maka nyeri nosiseptif merupakan.
b. Nyeri Neuropatik (Nyeri kronis)
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cidera atau abnormalitas yang didapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral. Nyeri neuropatik bertahan lebih lama
dan merupakan proses input saraf sensorik yang abnormal oleh sistem perifer.
Pasien akan mengalami nyeri seperti rasa terbakar, tringling, shooting, shock like,
hypergesia, atau allodynia.
2. Menurut tempatnya
a. Perifer Pain (Pinggiran) Nyeri ini dirasakan di bagian permukaan tubuh (pada
daerah perifer) misalnya : nyeri pada tangan, kaki dan permukaan kulit.
b. Deep Pain (Nyeri bagian dalam) dirasakan pada struktur tubuh yang dalam.
Contohnya :nyeri lambung, otot, sendi.
c. Reffered Pain ( Pengalihan nyeri) akibat dari nyeri ini penyakit bagian tubuh yang
ditransmisikan pada bagian tubuh lainya bukan asal nyeri. Contohnya : nyeri pada
pundak, luka pada leher.
3. Menurut sifatnya
a. Steody : nyeri yang datang terus – menerus
b. Proximal : nyeri ini diketahui waktunya akan dirasakan
c. Incidental : nyeri muncul secara tidak menetu.

4. Etiologi
a. Biologis : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan
tubuh.
b. Zat kimia : penyebab nyeri karena bahan kimia.
c. Fisik : penyebab fisik karena trauma fisik.
d. Psikologi : penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan
organic, nekrosis traumatic, eulzofronia. (SDKI, 2016)

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gangguan nyeri menurut Wahit cahyatin 2012, yaitu :
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Depresi

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah (Yudianta 2015):
a. Arti Nyeri.
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-
lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi Nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif dari seseorang
yang merasakan nyeri.
c. Toleransi Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan,
hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan
lain-lain.
d. Reaksi terhadap Nyeri.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi
arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia.

6. Pathogenesis
Terlampir

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboraturium , Pemeriksaan HB, leukosit, trombosit dan hematokrit.
b. Pemeriksaan USG, untuk data penunjang bila nyeri tekan diabdomen.
c. Rontgen, untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
d. CT SCAN (cidera kepala). untuk mengetahui pembuluh dara yang pecah di otak.

8. Penatalaksanaan Medis
Non Farmakologi (Prof. Dr Soerojo 2015)
a. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru-paru, memelihara pertukaran gas,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik dan emosional,
menurunkan kecemasan dan mengurangi nyeri. Tehnik sangat sederhana tetapi
bila dilakukan dengan baik dapat mengurangi rasa nyeri.
Caranya yaitu tarik nafas dalam dari hidung kemudian mengeluarkannya secara
berlahan melalui mulut. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan.
b. Distraksi ( pengalihan selain nyeri )
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain nyeri. Metode nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami. Contohnya diantaranya : menonton TV, membaca buku,
ngobrol dengan keluarga dan lain – lain.
c. Aromaterapi
Terapi dengan menggunakan wewangian alamiah yang mengandung unsur-unsur
herbs dengan pendekatan sistem keseimbangan alam. Terapi dengan wewangian
membuat efek rileks, menghilangkan stress dan membuat pikiran menjadi
tenang. Wewangian tertentu diyakini dapat mempengaruhi sistem syaraf
terutama otak untuk bekerja memproduksi penetral yang menyebabkan nyeri
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah terapi dengan menggunakan hypnosis.
e. Teknik Imajinasi Terbimbing
Adalah membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan seperti
pengalaman hidup yang indah, membayangkan berwisata dan lain – lain.
f. Teknik Rangsangan dan Pijatan
Tehnik rangsangan berupa kompres air hangat pada daerah sekitar nyeri dapat
melebarkan pembuluh darah yang mengalir ke area nyeri. Sehingga rasa nyeri
dapat berkurang.
Farmakologi (Analgesik Non Narkotik)
a. Nyeri ringan I (Farmakologi I)
Aspirin 325-650 mg 4 jam sekali
Asetaminofen 325-650 mg 4-6 jam sekali.
b. Nyeri ringan (Farmakologi II)
Ibuprofen 200 mg 4-6 jam sekali
Ketoprofen 12,5 mg 4-6 jam sekali
Sodium awalan 440 mg selanjutnya 220 mg 8-12 jam sekali
c. Nyeri sedang (Farmakologi III)
Asetaminofen 4-6 jam sekali
Ibuprofen 4-6 jam sekali
Sodium naproksen 8-12 jam sekali
d. Nyeri sedang (Farmakologi IV)
Tramadol 50-100 mg 4-6 jam sekali
e. Nyeri berat (Farmakologi VII)
Morvin bila terapi non narkotik tidak efektif pada riwayat terapi narkotik pada
nyeri
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan
kodein.

9. Prognosa
Secara umum dapat dinyatakan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak
menyenangkan bagi tubuh,nyeri bersifat subjektif (tergantung persepsi masing- masing
individu) dan tidak dapat diukur secara objektif oleh orang lain baik melalu tes
labolatorium maupun dengan diagnosis,sering dipersepsikan atau salah memahami
(Prasetyo, 2010).

10. Proses Keperawatan


A. Pengkajian
Menurut Yudianta 2015 pengkajian pada nyeri harus akurat dan penting untuk
dapat melakukan penatalaksanaan nyeri yang efektif. Sehingga perlunya mengkaji
semua faktor yang mengakibatkan nyeri seperti faktor psikologis, fisiologis,
sosiokultural, emosional.
Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan PQRST :
P ( provokating) : sumber nyeri atau pemicu terjadinya nyeri
Q (quality) : untuk mengkaji kualitas nyeri yang dirasakan apakah
tajam atau tumpul.
R (region) : tempat atau daerah nyeri dirasakan.
S ( severity) : mengkaji intensitas , dan keparahan dari nyeri
T ( Time) : untuk mengkaji lama nyeri sirasakan
1. Riwayat Nyeri.
Lokasi Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk
menunjukan area nyerinya.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan terpercaya untuk
menentukan intensitas nyeri klien. Skala nyeri
a. 0 : nyeri tidak ada 0 : tidak nyeri
b. 1 – 3 : nyeri ringan 1 – 3 : nyeri ringan
c. 4 – 6 : nyeri sedang.4 – 6 : nyeri sedang
d. 7 – 9 : nyeri sangat dirasakan, tapi masih bisa dikontrol.
e. 10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol.
3. Kualitas nyeri
Minta pada pasien untuk mengatakan dan menjelaskan nyeri yang dirasakan.
Apakah seperti di tusuk – tusuk atau di pukul-pukul. -tusuk, dan sebagainya
4. Pola nyeri
Mengkaji waktu nyeri dirasakan, dueasi, interval dan kekambuhan nyeri.
5. Faktor predisposisi
Akitifitas yang mepengaruhi munculnya nyeri. Misalnya aktifitas yang
berlebihan, selain itu lingkungan , stressor fisik, dan emosional dapat memicu
timbulnya nyeri.
6. Gejala yang menyertai
Pada gejala ini mual, dan muntah, pusing dan diare. Hal ini dapat disebabkan
karena awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.
7. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas klien akan
membantu memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan
yang dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan,
hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas di
waktu senggang, serta status emosional.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami,
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi renspons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).
Menurut Carpenito, 2013 Potter & Perry, 2013, diagnosis keperawatan
dibedakan menjadi tiga, yaitu: diagnosis aktual (menggambarkan respons klien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan), diagnosis risiko (menggambarkan respons klien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang dapat menyebabkan klien
berisiko mengalami masalah kesehatan), dan diagnosis promosi kesehatan
(menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan
kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik).
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Intervensi keperawatan terdiri dari
tiga komponen, yaitu: label (nama dari intervensi keperawatan yang merupakan
kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi keperawatan), definisi
(menjelaskan tentang makna dari label intervensi keperawatan) dan tindakan
(rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan, terdiri dari tindakan observasi,
tindakan terapeutik, tindakan edukasi, dan tindakan kolaborasi) (SIKI, 2018).
Penentuan intervensi keperawatan ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya: karakteristik diagnosis keperawatan, luaran (outcome) keperawatan
yang diharapkan, kemampulaksanaan intervensi keperawatan, kemampuan
perawat, penerimaan pasien dan hasil penelitian (DeLaune & Ladner, 2011; Potter
& Perry, 2013)

D. Implementasi
Implementasi merupakan aktivitas yang terlihat setelah adanya
pengarahan yang sah dari suatu program yang meliputi upaya mengelola input.
Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino 2006) mendefinisikan “implementasi
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan yang diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Tindakan-
tindakan yang dimaksud mencakup usaha untuk mengubah keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang
ditetapkan oleh program.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah "identification, clarification, and application of defensible
criteria to determine an evaluation object's value (worth or merit) in relation to
those criteria". Artinya evaluasi adalah proses identifikasi, klarifikasi, dan
penerapan kriteria untuk menentukan nilai suatu objek evaluasi (nilai/manfaat)
berkaitan dengan kriteria tersebut (Fitzpatrick, Sanders, & Worthen 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Yudiyanta, Novita Khoirunnisa, Ratih Wahyu Novitasari. 2015. Assessment Nyeri. Departemen
Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. CDK-226/
vol. 42 No. 3, Tahun. 2015
Mubarak, W, I & Chayatin, N (2012). Ilmu Keperawatan majemen nyeri . Jakarta : Salemba
Medika.

Prasetyo, sigit (2010) konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu

DeLaune & Ladner. (2011). Fundamental of Nursing, Standard and Practices (4th ed). USA:
Delmar, Cengage Learning.

Herlman, T. Heather. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Fitzpatrick, Sanders, & Worthen 2011 The flawed four-level evaluation model. Human Resource
Development Quarterly, (7), 5-21.

Carpenito, L. J. (2013). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 14th Ed.


Philadelphia: Wolter Kluwer – Lippincott Williams & Wilkins.

Prof. Dr Soerojo 2015. Nyeri dan penanganan. Rumah sakit jiwa Magelang. Desember 23, 2015

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((Cetakan III) 1 ed). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((Cetakan II) 1 ed). Jakarta: DPP PPNI.

Andarmoyo,S.2013 . Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta:ArRuzz.

Mubarak,W.L.,& Nurul Chayatin. (2010). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teoti
dam Aplikasi Dalam Praktek, Jakarta: EGC
Jordan, sue. 2016. Kebutuhan Rasa Nyaman Manajemen Nyeri.. EGC. Jakarta: 588
halaman
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016). Definisi dan Indikator
Diagnostik. Indonesia Persatuan Perawat Indonesia Edition Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai