OLEH:
IDA AYU PUTU TRISNA DEWI
P07120014006
C. Pohon Masalah
Panas
Impuls nyeri
0 = Tidak Nyeri
Konsus dorsalis
1-3 = Nyeri Ringan
Saraf Perifer
4-6 = Nyeri Sedang
Medulla spinalis
7-9 = Nyeri Berat Terkontrol
Korteks serebri
Skala nyeri
Timbul nyeri
Resistensi ketidakseimbangan Krisis situasional
nutrisi
Akibat nyeri
Keterbatasan ruang
Gangguan tidur
Defisit perawatan
Perubahan nafsu Gangguan
diri (ADL)
makan mobilitas
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat Penyakit dan Keluhan
Pada riwayat penyakit, penting ditentukan dahulu keluhan utama misalnya nyeri, rasa
baal, kelemahan dan lokasi keluhan. Ditanyakan pula aktivitas maupun posisi kepala
yang meningkatkan maupun mengurangi keluhan,maupun adanya riwayat cedera.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
2.1 Observasi, perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit.
2.2 Palpasi, pada palpasi, apabila didapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otak
maupun radiks saraf yang terkena, dapat pula disertai hipertonus maupun
spasme pada sisi otot yang nyeri.
2.3 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
2.4 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal.
2.5 Pemeriksaan lab sebagai data penunjang.
2.6 CT-Scan (cedera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
Yaitu dengan pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
kortikal terhadap nyeri.
Ada tiga jenis analgesik :
Analgesik non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
NSAID non narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang,
seperti nyeri yang terkait dengan artritis reumatoid, prosedur pengobatan gigi dan
prosedur bedah minuor, episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah.
Analgesik narkotik atau opiat
Analgesik opiat umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat,
seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna. Ini bekerja pada sistem saraf pusat
untuk menghasilkan kombinasi efek yang mendepresi dan menstimulasi.
Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
Adjuvan, seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot meningkatkan kontrol nyeri,
seperti depresi dan mual. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atauu
disertai analgesik. Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan kerusakan
koordinasi, keputusan, dan kewaspadaan mental.
Analgesik dan Indikasi Terapi (Potter, Patricia A. 2006)
Kategori Obat Indikasi
Analgesik Non-narkotik
Asetaminofen (Tylenol) Nyeri pascaoperasi ringan
Asam asetilsalisilat Demam
NSAID
Iboprofen (Motrin, Nuprin) Dismenore
Naproksen (Naprosyn) Nyeri kepala vaskular
Indometasin (Indocin) Artritis reumatoid
Tolmetin (Tolectin) Cedera atletik jaringan lunak
Piroksikam (Feldene) Gout
Ketolorok (Toradol) Nyeri pascaoperasi
Nyeri traumatik berat
Analgesik Narkotik
Meperidin (Demerol) Nyeri kanker (kecuali meperidin)
Metilmorfin (Kodein) Infark miokard
Morfin sulfat
Fentanil (Sublimaze)
Butofanol (Stadol)
Hidromorfon HCl (Dilaudid)
Adjuvan
Amitriptilin (Elavil) Cemas
Hidroksin (Vistaril) Depresi
Klorpromazin (Thorazine) Mual
Diazepam (Valium) Muntah
2. Non-farmakologi
2.1 Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak percayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
Ketidakpercayaan.
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi
nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan
dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan
kepada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih
memahami tentang nyerinya.
Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi
nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang
dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang
nyerinya.
Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan
menganjurkan pasien untuk mengekpresikan bagaimana mereka menangani
nyeri.
Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,kembangkan pola
aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup
Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat
digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapiutik. Beberapa teknik
pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama,memijat secara
perlahan,menyanyi berirama,aktif mendengarkan musik,membayangkan hal-
hal yang menyenangkan, dan sebagainya.
2.2 Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :
Teknik latihan pengalihan (Distraksi)
Misalnya dengan menonton televisi, berbincang-bincang dengan orang lain,
atau mendengarkan musik.
Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru
dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil
terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
Stimulasi kulit
Misalnya dengan menggosok dengan halus pada daerah nyeri, menggosok
punggung, menggunakan air hangat dan dingin, atau memijat dengan air
mengalir.
2.3 Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus
nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode
stimulus listrik meliputi:
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa elektrode di luar.
Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator, merupakan alat
stimulator sumsum tulang belakangg dan epidural yang diimplankan di
bawah kulit dengan transistor timah penerima yang dimasukkan ke dalam
kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit intraclavcula atau
abdomen, yaitu elektrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum
sumsum tulang belakang.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnosa medis, sumber biaya, hubungan antara
pasien dengan penanggung jawab.
2. Pengkajian Kasus
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah riwayat
nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas nyeri, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
P (pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
Q (quality) dari nyeri, apakah terasa tumpul, tajam, tersayat,
R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri,
S (severty) adalah keparahan atau intensitas nyeri,
T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
4.1 Bernapas
4.2 Nutrisi
4.3 Eliminasi
4.4 Aktivitas
4.5 Istirahat tidur
4.6 Berpakaian
4.7 Pengaturan suhu tubuh
4.8 Personal Hygiene
4.9 Rasa Aman Nyaman
4.10 Komunikasi
4.11 Spiritual
4.12 Rekreasi
4.13 Bekerja
4.14 Pengetahuan atau belajar
5. Data pengkajian fisik
5.1 Keadaan umum pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit
5.2 Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
5.3 Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
6. Data pemeriksaan penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien
baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
H. Intervensi Keperawatan
Hari/tanggal
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
/jam
Disesuaikan 1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji jenis dan tingkat 1. Mengetahui skala nyeri
dengan berhubungan asuhan keperawatan nyeri pasien. yang dirasakan pasien
perencanaan dengan sesuai dengan dapat menentukan
faktor fisik, kebutuhan pasien tindakan yang tepat
biologis, atau diharapkan nyeri untuk pasien.
kimia. pasien dapat
terkontrol atau 2. Berikan obat yang 2. Untuk menentukan
berkurang, sesuai dianjurkan untuk keefektifan obat.
dengan kriteria : mengurangi nyeri,
1. Pasien bergantung pada
mengungkapkan gambaran nyeri pasien.
berkurangnya Pantau adanya reaksi
nyeri. yang tidak diinginkan
2. Pasien mampu terhadap obat. Sekitar
mengontrol nyeri. 30-40 menit setelah
3. Tanda-tanda vital pemberian obat, minta
normal (TD: pasien untuk menilai
120/80 mmHg, N: kembali rasa nyerinya.
60-100 x/menit, R:
16-20 x/menit). 3. Bantu pasien untuk 3. Untuk menurunkan
4. Ekspresi wajah mendapatkan posisi yang ketegangan otot dan
pasien tenang. nyaman, dan gunakan mendistribusikan
bantal untuk menyokong kembali tekanan pada
bagian yang sakit bila bagian tubuh.
diperlukan.
5. Untuk meningkatkan
5. Anjurkan pasien untuk
kualitas hidupnya.
menggunakan aktivitas
pengalihan atau
rekreasional dan
tindakan pengurang
nyeri noninvasif.
6. Untuk memberikan
6. Ciptakan suatu rencana
penguatan dan
penatalaksanaan nyeri
meningkatkan kekuatan
untuk pasien. Jelaskan
terhadap rencana.
kepada pasien.
7. Konsultasikan dengan
7. Pasien mungkin
perawat psikiatrik pada
memerlukan bantuan
saat menyusun rencana
tambahan dalam
pemulangan.
mengatasi faktor
psikologis yang
berhubungan dengan
nyeri.
I. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan perencanaan.
J. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan tujuan dan hasil.
K. Referensi
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 13.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A., & Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Taylor, Cynthia M., & Ralph, Sheila Sparks. 2010. Diagnosis Keperawatan: Dengan
Rencana Asuhan, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Mengetahui
Pembimbing Institusi