Profesi
Oleh:
SILVIA RAHMAWATI
P1337420916029
B. Etiologi
a. Trauma
1) Mekanik
Nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan luka.
2) Thermis
Nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsang akibat panas,
dingin, misal karena api dan air.
3) Khemis
Timbul karena dari zat kimia yang berasal dari asam atau basa kuat.
4) Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang mengenai reseptor rasa nyeri
yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
b. Neoplasma
1) Jinak
2) Ganas
c. Peradangan
Nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan contoh abses.
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.
e. Trauma psikologi.
C. Faktor Pencetus
Nyeri dapat timbul akibat kondisi-kondisi seperti dibawah ini:
1. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikinin, prostaglandin, bermacam-macam
asam)
2. Pembengkakan Jaringan
3. Spasmus Otot
4. Kehamilan
5. Inflamasi
6. Keletihan
7. Kanker
D. Patofisiologi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium.
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor
mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa
oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls
syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta yang bermielinasi dan serabut C
yang tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. impuls syaraf
akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornus dorsalis medulla
spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornus dorsalis melepaskan
neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis
dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls
nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat. Setelah impuls
syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul
respon reflek protektif (Potter and Perry,2006).
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, dapat menunjukan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
G. Pathway
Nosiseptor melepaskan
impuls -delta dan C
Reseptor nyeri
Saraf motorik
Respon nyeri
Posisi menghindari nyeri
Nyeri
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
fekal. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji
ada kesulitan atau tidak.
4) Pola istirahat tidur
Pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
5) Pola aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien
6) Pola persepsi kognitif
Klien berisiko rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image).
7) Pola konsep diri
Klien mempunyai identitas diri yang dianutnya, baik di dalam keluarga
dan saudara juga di dalam masyarakat. Apa yang diinginkannya
menjadi konsep diri dalam hidupnya.
8) Pola peran dan hubungan
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap.
9) Pola reproduksi dan seksual
Meliputi aktivitas seksual klien dan pola reproduksinya meliputi
perencanaan untuk mempunyai anak atau keturunan dan keputusan
untuk menikah dan mempunyai anak berapa.
10) Pola pertahanan diri dan koping
Mekanisme atau cara yang dilakukan klien dalam mengatasi berbagai
masalah dalam hidupnya, baik koping konstruktif maupun koping
destrukitf.
11) Keyakinan dan sistem nilai
Terkait agama dan kepercayaan yang dianut klien, serta usaha klien
untuk tetap melakukan aktivitas spiritualnya selama sehat maupun sakit.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi. Fokus pemeriksaan ditujukan kepada daerah yang mengalami
gangguan. Pemeriksaan meliputi kesadaran, tanda-tanda vital dan
pemeriksaan head to toe.
e. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung ditegakkannya diagnosa
medis maupun diagnosa keperawatan selama klien dirawat di pelayanan
kesehatan yang akan memberikan informasi yang jelas terkait kelainan yang
ada pada klien.
I. ANALISA DATA
NO TGL DATA PROBLEM ETIOLOGI
Data Subjektif : Nyeri Akut Agen Cedera Fisik
Pasien mengatakan
merasakan sakit dan
nyeri pada bagian
post operasi di
anusnya yang
mengalami hemoroid.
P: Klien mengatakan
sakit dan nyeri di
bagian post operasi
bagian anusnya yang
mengalami hemoroid.
Menjadi lebih buruk
apabila bergerak.
Q: Nyeri yang
dirasakan seperti di
tusuk-tusuk.
R: Nyeri tidak
menjalar ke bagian
tubuh lain, nyeri
tekan (+).
S : Skala nyeri 8.
T: Nyeri yang
dirasakan terus
menerus.
Klienmengatakan
masih nyeri dan
terlihat menahan
nyeri
Data Objektif :
Keadaan umum
(cukup), nyeri skala
8, kesadaran (compos
mentis), klien terlihat
menahan meringis
menahan nyeri, nyeri
tekan (+). Tekanan
darah: 110/70 mmHg,
Nadi: 82 x/menit,
Suhu: 36,4oC.
2 17 April Data Subyektif : Defisit Penurunan
2012 Pasien mengatakan Perawatan motivasi, nyeri, dan
takut untuk BAB Diri: ansietas berat.
karena luka post Eliminasi
operasi hemoroid
yang ada di anusnya,
takut BAB karena
nyeri yang
dirasakannya.
Data Obyektif:
Terlihat luka post
operasi hemoroid
yang ada di anusnya,
perut pasien terasa
keras biladitekan,
pasien belum pernah
BAB sejak tanggal 16
April 2012.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan penurunan
motivasi, nyeri, dan ansietas berat.
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Tgl/Jam No. DP Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pemberian Analgetik
3x24 jam diharapkan nyeri akut dapat a. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan
berkurang/terkontrol, dengan kriteria hasil: berat nyeri sebelum memberikan pengobatan.
1. Tingkat kenyamanan, dengan indikator: b. Cek catatan medis untuk jenis obat dosis, dan
Indikator frekuensi pemberian analgetik.
Tujuan
1 2 3 4 5 c. Kaji adanya alergi obat.
Melaporkan kepuasan
x d. Evaluasi kemampuan pasien untuk berpartisipasi
dengan kontrol gejala
Mengekspresikan dalam pemilihan jenis analgetik, rute, dan dosis
kepuasan hati dengan x yang akan digunakan.
lingkungan fisik e. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
Mengekspresikan pemberian analgetik narkotik saat pertama kali
kepuasan hati dengan x atau jika muncul tanda yang tidak biasanya.
hubungan sosial f. Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Mengekspresikan
g. Dokumentasikan respon analgetik dan efek yang
kepuasan dengan kontrol x
muncul.
nyeri
Ket : skala 1 (tidak adekuat), 2 ( sedikit adekuat), 3
(moderat adekuat), 4 (substansi adekuat), 5 (total
adekuat).
Berman, Audrey. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier and Erbs
Techniques in Clinical Nursing.Jakarta: EGC