TINJAUAN TEORI
Analisa Gas Darah (AGD) atau Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting penderita sakit kritis atau seseorang yang mempunyai
penyakit komplikasi untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran
oksigen, karbondiosida, dan status asam-basa dalam darah arteri.
1
turun hingga kurang dari 7,35 dan alkalemia jika pH darah lebih
PCO2 (respiratorik)
2
dimana sejumlah normal CO2 dihasilkan oleh jaringan tidak
3
4. Saturasi oksigen (SO2)
Oksigenasi (3 dan 4) harus tetap diperiksa pada pasien
+
pembentukan ion hidrogen (H ) dari faktor endogen (misal: laktat,
+
protein diet (gagal ginjal). Peningkatan H dalam tubuh dibuffer
4
+
dapat terjadi akibat kehilangan H (muntah) atau dari peningkatan
5
3. Pembuangan CO2. CO2 adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus dihasilkan oleh sel.
Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2
tersebut dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernafasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit ke menit.
6
Asidosis meningkatkan kadar konsentrasi K dalam darah, sehingga
fungsi sel dan enzim tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan
aritmia ventrikuler.
Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga
afinitas Hb-O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit
sehingga terjadi hipoksemia.
Kenaikan pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia serta
vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi di otak maka aliran
darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan
intra cranial. Penurunan pCO2 (<25 mmHg) akan mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jaringan
turun. Bila hal ini terjadi di otak, maka akan terjadi hipoksemia otak.
Dalam gangguan keseimbangan asam basa, tubuh melakukan proses
yang disebut dengan kompensasi. Kompensasi adalah proses
mengatasi gangguan asam-basa primer (gangguan utama yang
menyebabkan perubahan pH) oleh gangguan asam-basa sekunder
(normalisasi rasio HCO3-:PCO2) yang bertujuan membawa pH darah
mendekati pH normal. Kompensasi ini dilakukan oleh
penyangga/buffer tubuh, alat respirasi dan organ ginjal.
Yang perlu diketahui dan digaris bawahi dari proses dalam tubuh ini,
kompensasi ini tidak pernah membawa pH ke rentang normal.
7
pH dan Respiratori HCO3- (
PCO2 asidosis BEecf)
pH dan Respiratori HCO3-
PCO2 alkalosis (BEecf)
dkk, 2009).
disebabkan karena:
8
1.6 Indikasi Analisa Gas Darah
kronis.
2. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
9
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema,
tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
3. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam
paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-
persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru"
ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang
berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung,
disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada
sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
4. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran
alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam
ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler
, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-
akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah
dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi
kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner &
Suddart 616)
5. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan
10
karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55
tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
6. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur
atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
7. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu curah jantung, volume darah dan pembuluh darah. Jika
salah satu dari ketiga faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga
terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolisme sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada
pasien.
8. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon
inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai
dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan
karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan
beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
9. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan
oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress
11
fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen
akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup
atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest
adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan
kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest
dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang
serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah.
12
allens negatif. Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah
perifer pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau yang disebut dengan Arterial Blood
Gas (ABG) analysis atau Blood Gas Analisa (BGA) adalah sebuah
pemeriksaan atau tes yang mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam darah, dan keasaman (pH) dalam darah.
1. Pra-analitik
1.1 Alat-Alat :
a) Spuit Disposable 2.5 cc
b) Perlak/alas
c) Antikoagulan Heparin / Lithium Heparin
d) Kapas alkohol
e) Bak spuit
f) Bengkok
g) Penutup udara dari karet
h) Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
i) Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi
13
ukuran arteri kecil, sulit memperoleh kondisi pasien dengan
curah jantung yang rendah.
14
jantung yang rendah. Kesulitannya sirkulasi kolateral sedikit
sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan, sulit
untuk bekerja aseptis, pada orang tua (gangguan pada dinding
arteri sebelah dalam), letaknya dekat dengan vena paha (salah
tusuk).
15
5. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit
basah dengan heparin dan kelebihan heparin dibuang melalui
jarum, dilakukan secara perlahan sehingga pangkal jarum
penuh dengan heparin dan tidak ada gelembung udara
6. Pastikan denyutan/pulpasi dari arteri terbesar kemudian dengan
memakai tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas
daerah yang akan ditusuk, dan titik maksimum denyut
ditemukan
7. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut
dengan kapas alkohol
8. Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm
ditusukkan pada daerah distal dari jari pemeriksa dengan
menekan arteri. Jarum ditusukkan dengan membentuk sudut
30o dengan permukaan lengan dengan posisi lubang
jarum/bevel menghadap ke atas
9. Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah
10. Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan (jangan
terlalu cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu-
satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya
pemompaan darah dalam spuit dengan kekuatan sendiri
11. Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml),
cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan
penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien
yang mendapat antikoagulan)
12. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar
spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
16
sampai mencederai nervus medius yang letaknya
berdampingan dengan arteri brakhialis
2. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
3. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
4. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
5. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum
menghadap ke atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang
menekan pembuluh darah
6. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit
atau lebih hingga perdarahan berhenti
Catatan : Penambahan lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc
darah.
2. Analitik
Sampel darah arteri diperiksa dengan menggunakan alat BGA.
3. Pasca Analitik
1. Langkah-Langkah Mengevaluasi Hasil
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi nilai gas
darah arteri adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pH
pH <7,35 = asidosis
pH >7,45 = alkalosis
pH = 7,4 = normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar
normal atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi
ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan
yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbang dimana
tubuh mampu memperbiki pH baik dengan perubahan
respiratorik maupun metabolik (tergantung pada masalah
utama).
b. Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi
PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan pH
17
pH >7,4 = alkalosis
- Jika PaCO2< 40 mmHg : gangguan primer adalah
alkalosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien
mengalami hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang
dikeluarkan)
- Jika HCO3 >24 mEq/L : gangguan primer adalah
alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh
memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi
alkali, bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari
sistem buffer asam karbonik bikarbonat)
pH <7,4 = asidosis
- Jika PaCO2 >40 mmHg : gangguan utama adalah
asidosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien
mengalami hipovalensi dan karenanya menahan terlalu
banyak CO2, suatu substansi asam)
- Jika HCO3 <24 mEq/L : gangguan primer adalah
asidosis metabolik (situasi ini timbul jika kadar
bikarbonat dalam tubuh turun, baik karena kehilangn
langsung bikarbonat atau karena penambahan asam
seperti asam laktat atau keton
c. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi
Hal ini dengan melihat nilai selain gangguan primer. Jika
nilai ini bergerak kearah yang sama dengan nilai primer,
kompensasi sedang berjalan.
18
Nilai normal Analisa Gas Darah :
Arteri Vena
pH 7,35 7,45 7,31 7,41
PC 4,7 6,0 5,5 6,8
O2 35 45 41 51
(kP 22 28 23 29
PO 10,6 13,3 4,0 5,3
2 80 100 30 40
(kP >95 75
BE -2 - +2 -3 - +3
19
1.9 Pemeriksaan Blood Gas Analyzer
Prinsip :
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel
secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemencaran system infra-red dimana akan menghasilkan
perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi
signal analog (420).
Cara Pengoperasian
1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara
tekan calibrate kemudian enter. alat akan melakukan kalibrasi secara
otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan
tekan status untuk mengetahui kondisi apakah PH, PCO 2 dan PO2
kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila
kondisinya UC (Un Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate
kemudian enter.
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah
siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample
20
akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan
tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang
akan masuk sendiri.
21
4. Udara masuk kedalam spuit
5. Spesimen terpapar udara
6. Penundaan test
7. Sampel tidak disimpan dalam suhu dingin saat transport
8. Sampel tidak dihomogenkan secara adekuat sebelum analisis
9. Ada gelembung udara pada sampel yang di analisis
10. Ada bekuan pada sampel
11. Menganalisis sampel yang sudah beku
1) Faktor pasien
a) Suhu
Setiap derajat demam : PO2 turun 7%, PCO2 naik 3%.
Kelarutan & afinitas oksigen Hb turun.
b) Respirasi (O2 inspirasi )
Frekuensi nafas, kadar O2, setting ventilator konstan selama
15 menit atau 20-30 menit terakhir.
2) Faktor Spesimen
a) Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg.
Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
b) Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi
gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2
(kelebihan heparin 20% dari jumlah spesimen:
penurunan palsu PCO2 sebanyak 16%), sedangkan
pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c) Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang
hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
22
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa
jam.
d) Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan
tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
23
7. Pemeliharaan secara hati-hati dan tepat waktu disertai dengan
spesimen yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang akurat.
8. Frekuensi maintenance berhubungan langsung dengan performa
kerja alat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ketut Jayati Utami. Tesis. Korelasi Positif Nilai Analisis Gas Darah Vena
Sentral Dengan Analisis Gas Darah Arteri Pada Pasien Kritis Di
Ruang Terapi Intensif. 2014: Universtas Udayana Denpasar. Diakses dari
www.pps.unud.ac.id/thesis/.../unud-990-2054943610-tesis
%20utami.pdf pada hari Selasa, 27 Oktober 2015.
Delost, Maria. 2014. Blood Gas and Critical Care analyte Analysis Chapter 6.
Diakses dari pada hari Selasa, 27 Oktober 2015.
Edijanto. Analisis Asam Basa : Cara Interpretasi Dan Contoh Kasus. Surabaya : Unair.
Afifah, Efy. Pemeriksaan Astrup/Analisa Gas Darah. Jakarta: UI. Diakses dari
staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf pada hari Selasa,
24
27 Oktober 2015.
http://nurulbutterfly.blogspot.co.id/2013/06/analisa-gas-darah-agd.html
pada hari Senin, 5 Oktober 2015
Pras, A. 2012. 6 Langkah Mudah Membaca Analisa Gas Darah. Diakses dari
http://thisisyourway.blogspot.co.id/2012/12/6-langkah-mudah-membaca-
analisa-gas.html pada hari Senin, 5 Oktober 2012.
25