Anda di halaman 1dari 13

Konsep Dasar HEMODINAMIK

14/09/2015 Opini

Pengertian: Hemodinamik (………by definition, is the study of the


motion of blood through the body), demikian salah satu literature
mendefinisikannya. Secara sederhana dapat diartikan bahwa
hemodinamik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume,
jantung dan pembuluh darah di dalam tubuh.

Sebagaimana diketahui bahwa penilaian hemodinamik dapat


dilakukan secara invasive dan non invasive. Pada tulisan ringkas ini
saya kali ini terfokus pada pemantauan hemodinamik non invasiv
yang lebih sederhana karena pembahsana mengenai pemantauan
invasif sangatlah kompleks dan umumnya dilakukan di ruangan
intensif rumah sakit yang sudah sangat canggih.
Pada pembahasan pemanatauan hemodinamik non invasif dapat
diterapkan diseluruh layanan baik itu pre hospital, unit rawat jalan,
bangsal perawatan umum dan ruang gawat darurat.

Adapun Komponen hemodinamik secara umum terfokus pada tiga


komponen utama yang meliputi:
1. Volume (darah dan cairan) sebagai diibaratkan sebagai isi / air
2. Pembuluh darah (arteri, vena dan kapiler) diibaratkan sebagai pipa
3. Dan Jantung sebagai pompa

Untuk membantu memahami kerja komponen hemodinamik ini, kita


perlu untuk membayangkan dan menganaligikan proses yang terjadi
di dalam tubuh kita sebagaimana seperangkat alat pompa air yang ada
dirumah, mengapa demikian? Karena sistem kerjanya sangat mirip
dengan sistem yang bekerja dalam mengalirkan darah di dalam tubuh
demikian pula dengan gangguan yang mungkin muncul sangat identik
secara konsep pemahamannya. Misalkan, ketika ada masalah dengan
sumber air, mesin pompaya bisa saja berfungsi / berbunyi asalkan
aliran listriknya tersedia akan tetapi setelah keran air di buka yang ada
ternyata tidak ada setetes airpun yang keluar atau mengalir. Pada
konsep hemodinamik gangguan seperti ini dimana elektrikal jantung
seperti sistem konduksi dapat dikerja juga jantung masih dapat
berkontrkasi dengan noormal akan tetapi ketika nadi diraba untuk
mendeteksi kardiak out put ternyata tidak ada maka kondisi ini dapat
diklasifikasikan dengan gangguan Pulseless Electrical Activity.

Lebih jauh kita kupas lebih dalam lagi bagian-bagian komponen


tersebut

Ad. 1. Volume
Tubuh manusia terdiri atas 60%-70% cairan yang bervariasi pada
setiap orang tergantung pada banyaknya lemak dalam tubuh. Semakin
banyak tabungan lemak semakin kurang komposisi cairan.
Katakanlah kandungan cairan di dalam tubuh sekitar 60%, yang
terbagi menjadi 2 komponen Utama yaitu: CIS (cairan intrasel) 40%,
CES (cairan ekstra sel) 20%. Dimana komponen CES ini dibagi lagi
menjadi dua; cairan interstitial 15% dan intravaskuler 5%.
Walaupun volume intravaskuler hanya 5% akan tetapi peranannya
sangatlah penting. Volume atau cairan merupakan tempat dimana
terdapat bahan-bahan terlarut ada didalamnya. Ada begitu banyak
komponen dalam setiap tetes cairan/darah yang beredar dalam sistem
peredaran darah, sebut saja salah satunya adalah oksigen. Tubuh
sangatlah bergantung pada oksigen karena hakikat kehidupan sebuah
sel berasal dari oksigen sedangkan suplai oksigen juga sangatlah
tergantung pada aliran darah.

Ad. 2. Pembuluh darah sebagai pipa.

-Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang


umumnya kaya akan oksigen kecuali arteri pulmonal yang menuju ke
paru-paru kaya akan CO2. diantara ciri khas pipa arteri ini adalah
berdenyut yang dikenal sebagai nadi atau pulse yang merupakan
tekanan pada dinding arteri sebagai hasil dari cardiac out put atau
kontraksi dari ventrikel.

-Vena merupakan pembuluh darah sebagai kebalikan dari arteri yaitu


membawa darah menuju ke jantung yang umumnya kaya akan CO2
kecuali vena pulmonalis yang kaya akan O2 yang berasal dari kedua
paru.

-Kapiler merupakan pipa kecil penghubung antara arteri dan vena.


Walaupun selang ini kecil namun bukan berarti fungsinya kecil, justru
sebaliknya pemantauan sederhana fungsi hemodinamik didapatkan
dari kapiler ini seperti akral dingin, CRT (capillary refill time,
kelembaban serta warna kulit) merupakan indikator yang jelas akan
baik buruknya fungsi pembuluh kapiler.

Terlepas dari perbedaan karakteristik tiga pembuluh darah tersebut


mereka memiliki persamaan yaitu menyimpan darah dalam jumlah
tentu. selain itu ketiga pembuluh tersebut memiliki kemampuan untuk
berkontriksi (mengecil) dan berdilatasi (melebar) yang berfungsi
sebagai respon kompensasi tubuh atas gangguan yang terjadi. Akan
tetapi terkadang respon ini merupakan berlanjut dari kondisi fisiologis
menjadi patologis yang akan memperburuk kondisi pasien jika tidak
segera ditangani. Misalkan pada kondisi pasien yang mengalami
hipovolemia atau kekurangan cairan, maka pembuluh darah akan
berkontriksi sebagai upaya untuk memaksimalkan seluruh cairan yang
tersisa untuk dialirkan kejantung, paru dan otak. Termasuk respon
vasokontriksi ini menyebabkan berkurangnya aliran darah menuju ke
ginjal dengan itulah mengapa pasien yang mengalami hipovolum
akan cenderung mengalami penurunan produksi urine bahkan
terkadang tidak ada selama berjam-jam. Sedangkan apabila kita
melihat pada monitor jantung akan terlibat heart rate / laju jantung
yang cepat diikuti penurunan tekana darah (takikardi + hipotensi).

Ad. 3. Jantung.
Ini tentunya merupakan bagian yang sangat menarik untuk di
eksplorasi lebih jauh, sebagaimana pada topik bahsan saya
sebelumnya mengenai “interupsi CPR” yang menjadi intinya adalah
jangan melupakan jantung lebih berhenti berkontraksi walau hanya 10
detik saja.
Komponen penunjang fungsi jantung terdiri dari dua fungsi Utama:

a.Fungsi mekanikal.
Fungsi mekanikal jantung disusun oleh dua komponen penting yaitu ;
Volume (isi) dan lapisan-lapisan otot jantung. Penilaian fungsi
mekanikal jantung ini dapat dilakukan dengan menilai cardiac out put
(CO) yang secara sederhana dapat dilakukan melalui pengecekan
nadi. Tapi ingat, nadi sangatlah berbeda dengan heart rate atau laju
jantung!. Rumus CO= stroke volume 9volume sekuncup) x heart rate
(laju jantung).

b.Fungsi elektrikal.
Untuk melaksanakan fungsi elektrikal ini, jantung ditunjang oleh
sebuah sistim konduksi dan sejumlah elektrolit diantaranya Natrium,
Kalium, Cloride dan calcium. Adapun sistem konduksi jantung
dimulai dari Sino atrial Node sebagai sumber listrik Utamajantung
yang secara terus menerus berdenyut 60-100 kali/menit, kemudian
Atrio-ventrikular (AV) Node, Bundle of his, Bundle branch kiri dan
kanan serta serabut purkinje.

Secara sederhana penilaian fungsi elektrikal jantung dapat dilihat


melalui monitor jantung dan EKG. Biasanya nilai indikator yang
dapat kita nilai adalah heart rate atau laju jantung. Suatu kekeliruan
besar apabila hendak menilai fungsi mekanikal jantung melalui heart
rate atau sebaliknya, menilai elektrikal jantung melalui pengecekan
nadi. Ini adalah suatu kekeliruan walaupun sebenarnya keduanya
saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan, namun hakekatnya
sangatlah berbeda.

Sebagai contoh pasien mengalami henti jantung, algorithm PEA


(pulseless electrical activity), Pada pengecekan nadi, nadi tidak teraba
sedangkan pada monitor heart rate ada bahkan tidak jarang normal;
irama sinus. Lalu apa maknanya? yang mengalami masalah adalah
mekanikal jantung sedangkan fungsi elektrikalnya bagus. Dengan
demikian fokus penanganannya adalah memperbaiki mekanikal
jantung bukan elektrikalnya. Lalu apa yang dilakukan dengan PEA;
tidak perlu pusing; kalau rekan-rekan masih ingat atau pernah
membaca postingan saya mengenai iklan teh botol sosro sebelumnya
”apapun makanannya, minumannya tetap teh botol sosro”. Apapun
algorithmnya/irama jantungnya jika nadi tidak teraba; lakukan
kompresi jantung kemudian berikan adrenalin 1 mg setiap 3-5 menit.

Pertanyaannya, mengapa diberikan adrenalin? Karena adrenalin salah


satu efeknya meningkatkan kontrakasi jantung dan memicu
vasokontriksi pembuluh darah. Berarti efek adrenalin mempengaruhi
mekanikal jantung bukan? Anda kembali membayangkan bagaiman
jika hendak mencuci kendaraan katakanlah mobil namun aliran airnya
kecil atau lemah. Untuk memaksimalkan aliran air pada selang
tersebut anda akan mencoba memencet ujung selang sehingga secara
otomatis tekanan air pada selang berubah menjadi kencang dan kuat.
Sederhana bukan? Absolutely. It is simple.
Satu contoh kasus lagi; pasien mengalami VF (ventrikel Takikardi
(VT)tanpa nadi atau Ventrikel Fibrillasi (VF); dimana nadi tidak
teraba sedangkan heart rate berdenyut lebih dari 150x/menit bahkan
bisa mencapai 300x/menit. Berarti masalah terjadi tidak hanya pada
mekanikal tapi juga pada elektrikal. Lalu apa yang akan anda
dilakukan? Jawabannya ya TEH BOTOL SOSRO lagi; CPR, lanjut
adrenalin dan berikan obat anti disritmia seperti amiodarone.

Namun demikian, uraian singkat tentang obat-obat resusitasi jantung


ini bukan merupakan rujukan utama, ini hanya merupakan pendekatan
yang digunakan untuk menyederhanakan dalam memahami konsep
dan inti resusitasi jantung, sebab pada pembahasan lebih lanjut
mengenai obat-obatan jantung kita akan berbicara tentang obat yang
memiliki efek pada keduanya; baik mekanikal maupun elektrikal
secara lebih detail.

Masih tentang komponen jantung, saya ingin pula sedikit mengulas


mengenai beberapa istilah dalam perjantungan, seperti istilah;
inotropik, chronotrop dan dhronotrop. Hal ini penting karena fakta
dilapangan masih banyak petugas kesehatan yang belum memahami
istilah-istilah penting ini.
Inotropik adalah golongan obat yang memiliki efek pada kontraksi
jantung. Kontraksi jantung berarti kardiac out put dan kardiak out put
berarti nadi.
Golongan ini dibagi menjadi dua yaitu; inotropik positif dan inotropik
negatif. Inotropik positif memiliki efek menaikkan kontraksi jantung
sehingga menaikkan pula kardiak out put sehingga berefek pada
naiknya tekanan darah pasien. Beberapa jenis obat yang salah satu
kandungannya adalah inotropik posi diantaranya seperti adrenalin,
dopamin, digoksin, dobutamin, khususnya obat golongan beta
adrenergik. Sedangkan negatif inotrop memiliki efek menurunkan
kontraksi jantung dan cardiac out put seperti beta blocker.
Berikutnya adalah chronotrop yaitu obat-obatan yang memiliki efek
pada konduksi listrik jantung dari SA Node ke AV Node. Golongan
inipula dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Yang memiliki
efek positif seperti sulfas atropin sedangkan yang memiliki efek
negatif chronotrop misalnya digoksin. Why digoksin? Jangan heran,
digoksin adalah salah satu obat yang memiliki efek positif inotrop dan
negatif kronotrop, berarti digunakan pada pasien seperti apa? Coba
anda tebak atau perhatikan kapan dokter merespkan obat digoksin ini.
Istilah yang ketiga adalah dhronotrop. Golongan ini memiliki efek
pada konduksi listrik di AV node menuju serabut purkinje. Dianya
dibagi pula menjadi dua; positif dan negatif.

Sebelum masuk pada pemantauan hemodinamik non invasif ada


baiknya kita mengulas beberapa istilah terkait; diantaranya:
-Cardiac out put adalah jumlah darah yang keluar melalui ventrikel
kiri dalam setiap menitnya. Rumusnya; CO=SVxHR
-strok volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang keluar
melalui ventrikel kiri dalam setiap kali kontraksi jantung. Rumusnya:
SV=End Sistolik volume – end diastolik volume, nilainya berkisar 70
cc.
-MAP: Mean arterial pressure atau disebut sebagai tekanan rata-rata
arteri. Nilainya berkisar 70-100 mmHg.
-Tekanan nadi; adalah jumlah tekanan sistolik dikurang nilai tekanan
diastolik. Nilai normal berkisar 30-40 mmHg.
-Preload: merupakan tahanan pada dinding ventrikel sebelum tekanan
sistolik yang diakibatkan oleh volume darah yang masuk pada
ventrikel.
-Afterload merupakan tahanan pada ventrikel pada setiap kali
kontraksi.
-Tahanan atau resistensi perifer
Untuk memudahkan memahami arti pre dan after load anda bisa
membayangkan ketika anda akan meniup sebuah balon untuk mainan
anak anda. Bila anda hendak membuat balon ukuran besar tentunya
anda harus berusaha mengisi udara pada rongga mulut anda sebanyak
mungkin, inilah yang disebut preload, tekanan pada dinding rongga
mulut karena volume udara. Kemudian terkadang setelah balon
dikembangkan, ketika akan dilepaskan dari bibir/mulut kita tiba-tiba
ukuran balon yang semula besar tiba-tiba menciut dan menjadi kecil.
Mengapa demikian? Karena tekanan balik dari karet balon yang
membuat demikian. Inilah yang disebut sebagai afterload. Afterload
ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti kekentalan cairan
dan komplian pembuluh darah.

Satu lagi yang perlu kami uraikan sedikit disini yang juga memiliki
pengaruh pada jantung adalah sistem saraf otonom; simpatik dan
parasimpatik. Secara sederhana simpatik berarti memiliki efek
meningkatkan seperti gas pada kendaraan bermotor sedangkan
simpatik memperlambat seperti fungsi rem pada motor atau mobil
anda.

Penilaian hemodinamik sederhana.


Setelah menguraikan konsep dasar hemodinamik, tibalah saatnya kita
diskusi mengenai komponen penilaian hemodinamik.
Secara sederhana komponen tersebut dapat kami jabarkan sebagai
berikut:

-Nadi: merupakan hasil dari kardiac out put, kardiak out put
merupakan hasil dari mekanikal jantung, mekanikal jantung
ditentukan oleh volume dan otot jantung. Sehingga kalau nadi tidak
normal berarti akar permasalahannya ada volume atau pompanya. Cek
dan koreksi cairannya dan perbaiki pompanya.
Pada management pre-hospital nilai cardiac output dan tekanan darah
dapat dinilai hanya dengan nadi tanpa harus menggunakan tensi
meter. Apakah mungkin mengecek tensi tanpa tensi meter?
Absolutely, we can. Ketika anda dapat meraba nadi radialis pasien
berarti tekanan sistolik berkisar diatas 90 mmHg, jika yang teraba
hanya nadi karotisnya berarti tekanan sistoliknya hanya berkisar 80
mmHg. Lalu apa yang dinilai pada nadi? cek nadi, ada atau tidak?.
Reguler atau tidak? Kuat atau lemah, tekanan nadi berkisari 30-40
mmHg atau tidak?

-Tekanan darah. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, TD


merupakan hasil dari CO. Yang perlu diingat dan diperhatikan disini
selain apakah TD masih dalam rentang normal atau tidak adalah
berapa nilai tekanan nadinya, semakin menyempit atau melebar
merupakan tanda awal dari kondisi pasien yang akan masuk pada
kondisi syok. Satu lagi pada pengkajian TD ini adalah MAP . Hal ini
juga sangat penting, penurunan atau peingkatan nilai MAP dari
normal merupakan indikasi prognosis pasien yang kurang baik. MAP
yang rendah dari 60 mmHg menandakan perfusi organ/ jaringan yang
menurun yang berdampak pada kondisi iskemik sedangkan yang lebih
dari 100 mmHg mengarahkan pada tingginya tekanan pada jaringan
atau organ, ini tentunya akan membawa dampak yang besar pula pada
jaringan.

-Heart Rate atau denyut jantung. Sebagaimana penjelasan sebelumnya


bahwa heart rate merupakan hasil dari aktivitas listrik jantung yang
dipengaruhi oleh sistem konduksi dan elektrolit. Normalnya adalah
antara 60-100 x/ menit pada dewasa. Rate dibawah 60 atau diatas 100
merupakan indicator penting adanya tanda dari gangguan
hemodinamik. Pada gangguan hemodinamik awal umumnya dapat di
deteksi dengan menilai heart rate, misalkan adanya kondisi
kekurangan cairan / hipovolum maka mekanisme kompensasi tubuh
dengan cra manikkan heart rate yang juga berdampak pada
meningkatnya denyut nadi. Selanjutnya nadi akan berkontriksi dengan
harapan darah dimaksimalkan ke jantung, otak dan paru. Mekanisme
ini dijelaskan pada Renin, Angiotension, Aldosterol System (RAA
System) semoga pada topik diskusi selanjutnya topik ini bisa kita
bahas bersama.

-Indikator perfusi perifer; warna kulit, CRT, kelembaban dan suhu


badan. Sebagaimana kita ketahui bahwa hemodinamik sangat
berkaitan erat dengan komponen Sirkulasi, pada pendekatan trauma
”Circullation” berada pada urutan ketiga setelah airway dan Breathing
sedangkan pada management henti jantung tersaksikan ”Circullation”
berada pada komponen pertama. Pada trauma misalnya, penilaian
komponen ”C” ini tdak hanya mengecek nadi dan perdarahan tapi
juga masuk di dalamnya adalah mengecek CRT, warna kulit dan suhu
tubuh. Mengapa demikian? Karena jika hemodinamik baik maka
perfusi jaringan di perifer / kapiler juga baik dan demikian sebaliknya.
Jika ditemukan CRT lebih dari 2 detik, warna kulit pucat serta suhu
tubuh yang teraba pucat dan dingin menandakan adanya gangguan
perfusi yang biasa disebut syok. Tanda ini biasanya mengarahkan
pada kecurigaan adanya gangguan volume.
-Pernapasan. Walaupun hemodinamik identik dengan jantung, cairan
dan pembuluh darah bukan berarti kita melupakan organ vital lainnya
seperti paru dan pasti juga otak tentunya. Hal ini bisa dijelaskan
secara sederhana bahwa; darah yang dialirkan melaui sistem sirkulasi
kejaringan berisi oksigen sebagai kebutuhan vital sel. Gangguan pada
distribusi cairan memberikan dampak pula pada jumlah oksigen yang
disuplai ke sel dan jaringan akibatnya dapat terjadi penimbunan CO2,
sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu yang merangsang
sehingga kita dapat bernapas adalah tingginya kadar CO2 didalam
darah. Sehingga pada pasien yang mengalami gangguan hemodinamik
akan terlihat takipnoe / pernapasan diatas 20x permenit pada dewasa,
akan tetapi pada kondisi yang lanjut dimana tubuh tidak mampu lagi
berkompensasi pernapasan lambat laun akan menurun hingga apnoe.

-Produksi urine. Sama halnya dengan paru dan organ lain, ginjal dapat
mengekspresikan gangguan hemodinamik yang sedang terjadi.
Produksi urine normal pada dewasa berkisar antara 0,5 – 1 cc
/kgBB/jam, angka inilah merupakan salah satu rujukan yang sangat
penting saat menilai hemodinamik pasien. Pasien yang mengalami
hipovolume akan cenderung terjadinya penurunan produksi urine
hingga anuria. Mekanisme ini merupakan respon fisiologis tubuh pada
RAAS, dimana terjadi peningkatan reabsorbsi Natrium dan juga H20
diginjal disisi lain juga adalah karena terjadinya vasokontrik
pembuluh darah dginjal sehingga aliran darah menuju ginjal
berkurang.
-saturasi oksigen (SPO2). merupakan indikator lain yang dinilai
ketika memonitor hemodinamik. Pulse oximeter merupakan alat
pendeteksi jumlah oksigen yang tersaturasi dengan hemoglobin.
Normalnya berkisar antara 95%-100%. Nilai dibawah 95%
memberikan indikasi dimana terjadi hipoksia atau kekurangan
pasokan oksigen, akan tetapi indikator nilai SP02 ini jangan sampai
dijadikan sebagai sandaran utama, sebab terkadang nilai saturasi
dibawah 90 akan tetapi kondisi pasien masih stabil. Mengapa
demikian? terkadang cara pemasangan probe kurang tepat atau tempat
dimana probe saturasi dipasang berada dilengan yang mana terpasang
juga tensimeter.
-GCS. Glasgow Coma Scale adalah indikator penting berikutnya.
Walaupun pada gangguan hemodinamik awal, perubahan GCS
biasanya tidak ditemukan. Adanya penurunan nilai GCS mengindikasi
bahwa kondisi gangguan hemodinamik sudah berlangsung lama atau
bisa juga belum lama akan tetapi berlangsung secara drastis.
Penurunan GCS yang drastis membutuhkan tindakan penanganan
yang segera, terpadu dan terintegrasi.

Pada bagian ahir tulisan ringkas ini saya ingin menyertakan indikator
perubahan hemodinamik yang perlu segera ditangani yang disebut
sebagai hemodinamik unstable, yaitu:
-hipotensi
-penurunan kesadaran,
-chest pain
-sesak napas
– tanda-tanda gagal jantung Akut

Demikian pembahsan ringkas mengenai pemantauan hemodinamik


sederhana semoga bermanfaat.

Ditulis oleh Muhlis Katili.

 Menu Utama
o Halaman Depan
o Sejarah PPNI Sulteng
o Visi Misi PPNI Sulteng
o Pengurus PPNI Sulteng
o Prog. Kerja PPNI Sulteng
o Album Foto PPNI Sulteng
o Buku Tamu

 Daftar STR dan NIRA


o Surat Tanda Registrasi
o Nomor Induk Registrasi Anggota
o Mekanisme pengurusan STR dan NIRA

 Link Info PPNI


o Kode Etik Perawat
o Pendidikan Keperawatan
o Standar Askep
o Standar Kompetensi
o Standar Praktek
o UU Keperawatan
o Peraturan Pemerintah

 Download File

STR LULUSAN INSTITUSI LUAR SULAWESI TENGAH


16.92 KB

Download

UU Tenaga Kesehatan 1.60 MB

Download

UU Keperawatan 94.64 KB

Download

Jabatan Fungsional Perawat & Angka Kredit 267.27 KB

Download

Permenkes tentang praktek perawat 36.91 KB


Download

 Kumpulan Download

 Cari
Search

 Kalender

Agustus 2018
S S R K J S M
« Mei
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

 Foto Slide
 Video Dokumentasi

 Kontak Sekretariat

Jl. Bulu Masomba No. 02


Kel. Kawatuna, Kota. Palu
Tlp/Fax: (0451) 452563
Email:
ppnisulteng@yahoo.co.id

 Group FB PPNI Sulteng

Unable to display Facebook posts.


Show error

 FB dan Email

 Statistik

Pages

Pages|Hits |Unique

o 24 jam terakhir: 0
o 7 hari terakhir: 0
o 30 hari terakhir: 0
o Online now: 0

oracle ebooks
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah
http://www.ppni-sulteng.or.id/konsep-dasar-hemodinamik/

Anda mungkin juga menyukai