Anda di halaman 1dari 10

RESUME TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

MONITORING HEMODINAMIK DI ICU / ICCU

DISUSUN OLEH :

1. Anggita Rachma Putri (201701004)


2. Fauziah Zain Muttaqin (201701018)
3. Galih Ekky Sapta P (201701021)
4. Mutiarani Ragil Ayu P (201701027)
5. Nindiya Erly Agustina (201701028)
6. Riswanda Imawan (201701030)
7. Yola Oktarina (201701039)

POLTEKKES KEMENKES MALANG PRODI D III KEPERAWATAN


KAMPUS VI PONOROGO
TAHUN 2019/2020
Resume monitoring hemodinamik di ICU/ICCU

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik
fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009). Tujuan pemantauan
hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan
memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik
tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi
kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat
memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi
jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi sehingga manifestasi
klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani
secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Jevon & Ewens. (2009).
http://repository.unimus.ac.id/1764/5/BAB%202.pdf

Adapun manfaat monitoring hemodinamik adalah

1. Deteksi dini : identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti : gagal jantung dan tamponade.
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat obatan dan dukungan
mekanik.
3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan index.
Boldt J. Hemodynamic monitoring in the intensive care unit. Critical Care 2002, 6:6:52-59

Adapun Komponen hemodinamik secara umum terfokus pada tiga komponen utama yang
meliputi:
1. Volume (darah dan cairan) sebagai diibaratkan sebagai isi / air
Tubuh manusia terdiri atas 60%-70% cairan yang bervariasi pada setiap orang tergantung pada
banyaknya lemak dalam tubuh. Semakin banyak tabungan lemak semakin kurang komposisi
cairan. Katakanlah kandungan cairan di dalam tubuh sekitar 60%, yang terbagi menjadi 2
komponen Utama yaitu: CIS (cairan intrasel) 40%, CES (cairan ekstra sel) 20%. Dimana
komponen CES ini dibagi lagi menjadi dua; cairan interstitial 15% dan intravaskuler 5%.
Walaupun volume intravaskuler hanya 5% akan tetapi peranannya sangatlah penting. Volume
atau cairan merupakan tempat dimana terdapat bahan-bahan terlarut ada didalamnya. Ada begitu
banyak komponen dalam setiap tetes cairan/darah yang beredar dalam sistem peredaran darah,
sebut saja salah satunya adalah oksigen. Tubuh sangatlah bergantung pada oksigen karena
hakikat kehidupan sebuah sel berasal dari oksigen sedangkan suplai oksigen juga sangatlah
tergantung pada aliran darah.

2. Pembuluh darah (arteri, vena dan kapiler) diibaratkan sebagai pipa

-Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang umumnya kaya akan oksigen
kecuali arteri pulmonal yang menuju ke paru-paru kaya akan CO2. diantara ciri khas pipa arteri
ini adalah berdenyut yang dikenal sebagai nadi atau pulse yang merupakan tekanan pada dinding
arteri sebagai hasil dari cardiac out put atau kontraksi dari ventrikel.

-Vena merupakan pembuluh darah sebagai kebalikan dari arteri yaitu membawa darah menuju ke
jantung yang umumnya kaya akan CO2 kecuali vena pulmonalis yang kaya akan O2 yang
berasal dari kedua paru.

-Kapiler merupakan pipa kecil penghubung antara arteri dan vena. Walaupun selang ini kecil
namun bukan berarti fungsinya kecil, justru sebaliknya pemantauan sederhana fungsi
hemodinamik didapatkan dari kapiler ini seperti akral dingin, CRT (capillary refill time,
kelembaban serta warna kulit) merupakan indikator yang jelas akan baik buruknya fungsi
pembuluh kapiler.

Terlepas dari perbedaan karakteristik tiga pembuluh darah tersebut mereka memiliki persamaan
yaitu menyimpan darah dalam jumlah tentu. selain itu ketiga pembuluh tersebut memiliki
kemampuan untuk berkontriksi (mengecil) dan berdilatasi (melebar) yang berfungsi sebagai
respon kompensasi tubuh atas gangguan yang terjadi. Akan tetapi terkadang respon ini
merupakan berlanjut dari kondisi fisiologis menjadi patologis yang akan memperburuk kondisi
pasien jika tidak segera ditangani. Misalkan pada kondisi pasien yang mengalami hipovolemia
atau kekurangan cairan, maka pembuluh darah akan berkontriksi sebagai upaya untuk
memaksimalkan seluruh cairan yang tersisa untuk dialirkan kejantung, paru dan otak. Termasuk
respon vasokontriksi ini menyebabkan berkurangnya aliran darah menuju ke ginjal dengan itulah
mengapa pasien yang mengalami hipovolum akan cenderung mengalami penurunan produksi
urine bahkan terkadang tidak ada selama berjam-jam. Sedangkan apabila kita melihat pada
monitor jantung akan terlibat heart rate / laju jantung yang cepat diikuti penurunan tekana darah
(takikardi + hipotensi).

3.Jantung sebagai pompa


Komponen penunjang fungsi jantung terdiri dari dua fungsi Utama:

a.Fungsi mekanikal.
Fungsi mekanikal jantung disusun oleh dua komponen penting yaitu ; Volume (isi) dan lapisan-
lapisan otot jantung. Penilaian fungsi mekanikal jantung ini dapat dilakukan dengan menilai
cardiac output (CO) yang secara sederhana dapat dilakukan melalui pengecekan nadi. Tapi ingat,
nadi sangatlah berbeda dengan heart rate atau laju jantung!. Rumus CO= stroke volume 9volume
sekuncup) x heart rate (laju jantung).

b.Fungsi elektrikal.
Untuk melaksanakan fungsi elektrikal ini, jantung ditunjang oleh sebuah sistim konduksi dan
sejumlah elektrolit diantaranya Natrium, Kalium, Cloride dan calcium. Adapun sistem konduksi
jantung dimulai dari Sino atrial Node sebagai sumber listrik Utamajantung yang secara terus
menerus berdenyut 60-100 kali/menit, kemudian Atrio-ventrikular (AV) Node, Bundle of his,
Bundle branch kiri dan kanan serta serabut purkinje.

Secara sederhana penilaian fungsi elektrikal jantung dapat dilihat melalui monitor jantung dan
EKG. Biasanya nilai indikator yang dapat kita nilai adalah heart rate atau laju jantung. Suatu
kekeliruan besar apabila hendak menilai fungsi mekanikal jantung melalui heart rate atau
sebaliknya, menilai elektrikal jantung melalui pengecekan nadi. Ini adalah suatu kekeliruan
walaupun sebenarnya keduanya saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan, namun
hakekatnya sangatlah berbeda.
Sebagai contoh pasien mengalami henti jantung, algorithm PEA (pulseless electrical activity),
Pada pengecekan nadi, nadi tidak teraba sedangkan pada monitor heart rate ada bahkan tidak
jarang normal; irama sinus. Lalu apa maknanya? yang mengalami masalah adalah mekanikal
jantung sedangkan fungsi elektrikalnya bagus. Dengan demikian fokus penanganannya adalah
memperbaiki mekanikal jantung bukan elektrikalnya. Lalu apa yang dilakukan dengan PEA (
Pulseless electrical activity) Apapun algorithmnya/irama jantungnya jika nadi tidak teraba;
lakukan kompresi jantung kemudian berikan adrenalin 1 mg setiap 3-5 menit. Mengapa
diberikan adrenalin? Karena adrenalin salah satu efeknya meningkatkan kontrakasi jantung dan
memicu vasokontriksi pembuluh darah. Berarti efek adrenalin mempengaruhi mekanikal jantung
bukan? Anda kembali membayangkan bagaiman jika hendak mencuci kendaraan katakanlah
mobil namun aliran airnya kecil atau lemah. Untuk memaksimalkan aliran air pada selang
tersebut anda akan mencoba memencet ujung selang sehingga secara otomatis tekanan air pada
selang berubah menjadi kencang dan kuat. Satu contoh kasus lagi; pasien mengalami VF
(ventrikel Takikardi (VT) tanpa nadi atau Ventrikel Fibrillasi (VF); dimana nadi tidak teraba
sedangkan heart rate berdenyut lebih dari 150x/menit bahkan bisa mencapai 300x/menit. Berarti
masalah terjadi tidak hanya pada mekanikal tapi juga pada elektrikal. Tindakan nya meliputi
CPR, lanjut adrenalin dan berikan obat anti disritmia seperti amiodarone.

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam perjantungan

1. Inotropik adalah golongan obat yang memiliki efek pada kontraksi jantung. Kontraksi
jantung berarti kardiac out put dan kardiak out put berarti nadi.Golongan ini dibagi
menjadi dua yaitu; inotropik positif dan inotropik negatif. Inotropik positif memiliki efek
menaikkan kontraksi jantung sehingga menaikkan pula kardiak out put sehingga berefek
pada naiknya tekanan darah pasien. Beberapa jenis obat yang salah satu kandungannya
adalah inotropik posi diantaranya seperti adrenalin, dopamin, digoksin, dobutamin,
khususnya obat golongan beta adrenergik. Sedangkan negatif inotrop memiliki efek
menurunkan kontraksi jantung dan cardiac out put seperti beta blocker.
2. chronotrop yaitu obat-obatan yang memiliki efek pada konduksi listrik jantung dari SA
Node ke AV Node. Golongan inipula dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Yang
memiliki efek positif seperti sulfas atropin sedangkan yang memiliki efek negatif
chronotrop misalnya digoksin. Digoksin adalah salah satu obat yang memiliki efek positif
inotrop dan negatif kronotrop.
3. Dhronotropyaitu obat dengan golongan ini memiliki efek pada konduksi listrik di AV
node menuju serabut purkinje. Dianya dibagi pula menjadi dua; positif dan negatif.

Sebelum masuk pada pemantauan hemodinamik non invasif ada baiknya kita mengulas beberapa
istilah terkait; diantaranya:

1. Cardiac out put adalah jumlah darah yang keluar melalui ventrikel kiri dalam setiap
menitnya. Rumusnya; CO=SVxHR
2. strok volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang keluar melalui ventrikel
kiri dalam setiap kali kontraksi jantung. Rumusnya: SV=End Sistolik volume – end
diastolik volume, nilainya berkisar 70 cc.
3. MAP: Mean arterial pressure atau disebut sebagai tekanan rata-rata arteri. Nilainya
berkisar 70-100 mmHg.Rumusnya (sistol + 2 Diastol ) : 3.
4. Tekanan nadi; adalah jumlah tekanan sistolik dikurang nilai tekanan diastolik. Nilai
normal berkisar 30-40 mmHg.
5. Preload: merupakan tahanan pada dinding ventrikel sebelum tekanan sistolik yang
diakibatkan oleh volume darah yang masuk pada ventrikel.
6. Afterload merupakan tahanan pada ventrikel pada setiap kali kontraksi.
7. Tahanan atau resistensi perifer
Untuk memudahkan memahami arti pre dan after load anda bisa membayangkan ketika
anda akan meniup sebuah balon untuk mainan anak anda. Bila anda hendak membuat
balon ukuran besar tentunya anda harus berusaha mengisi udara pada rongga mulut anda
sebanyak mungkin, inilah yang disebut preload, tekanan pada dinding rongga mulut
karena volume udara. Kemudian terkadang setelah balon dikembangkan, ketika akan
dilepaskan dari bibir/mulut kita tiba-tiba ukuran balon yang semula besar tiba-tiba
menciut dan menjadi kecil. Mengapa demikian? Karena tekanan balik dari karet balon
yang membuat demikian. Inilah yang disebut sebagai afterload. Afterload ini sangat
ditentukan oleh beberapa faktor seperti kekentalan cairan dan komplian pembuluh darah.
Satu lagi yang perlu kami uraikan sedikit disini yang juga memiliki pengaruh pada jantung
adalah sistem saraf otonom; simpatik dan parasimpatik. Secara sederhana simpatik berarti
memiliki efek meningkatkan seperti gas pada kendaraan bermotor sedangkan simpatik
memperlambat seperti fungsi rem pada motor atau mobil anda.

Penilaian hemodinamik sederhana.Setelah menguraikan konsep dasar hemodinamik, tibalah


saatnya kita diskusi mengenai komponen penilaian hemodinamik.Secara sederhana komponen
tersebut dapat kami jabarkan sebagai berikut:

1. Nadi: merupakan hasil dari kardiac output, kardiak output merupakan hasil dari
mekanikal jantung, mekanikal jantung ditentukan oleh volume dan otot jantung. Sehingga
kalau nadi tidak normal berarti akar permasalahannya ada volume atau pompanya. Cek
dan koreksi cairannya dan perbaiki pompanya.Pada management pre-hospital nilai
cardiac output dan tekanan darah dapat dinilai hanya dengan nadi tanpa harus
menggunakan tensi meter. Apakah mungkin mengecek tensi tanpa tensi meter? Tentu
saja bisa. Ketika anda dapat meraba nadi radialis pasien berarti tekanan sistolik berkisar
diatas 90 mmHg, jika yang teraba hanya nadi karotisnya berarti tekanan sistoliknya hanya
berkisar 80 mmHg. Lalu apa yang dinilai pada nadi? cek nadi, ada atau tidak?. Reguler
atau tidak? Kuat atau lemah, tekanan nadi berkisari 30-40 mmHg atau tidak?
2. Tekanan darah. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, TD merupakan hasil dari CO.
Yang perlu diingat dan diperhatikan disini selain apakah TD masih dalam rentang normal
atau tidak adalah berapa nilai tekanan nadinya, semakin menyempit atau melebar
merupakan tanda awal dari kondisi pasien yang akan masuk pada kondisi syok. Satu lagi
pada pengkajian TD ini adalah MAP . Hal ini juga sangat penting, penurunan atau
peingkatan nilai MAP dari normal merupakan indikasi prognosis pasien yang kurang
baik. MAP yang rendah dari 60 mmHg menandakan perfusi organ/ jaringan yang
menurun yang berdampak pada kondisi iskemik sedangkan yang lebih dari 100 mmHg
mengarahkan pada tingginya tekanan pada jaringan atau organ, ini tentunya akan
membawa dampak yang besar pula pada jaringan.
3. Heart Rate atau denyut jantung. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa heart rate
merupakan hasil dari aktivitas listrik jantung yang dipengaruhi oleh sistem konduksi dan
elektrolit. Normalnya adalah antara 60-100 x/ menit pada dewasa. Rate dibawah 60 atau
diatas 100 merupakan indicator penting adanya tanda dari gangguan hemodinamik. Pada
gangguan hemodinamik awal umumnya dapat di deteksi dengan menilai heart rate,
misalkan adanya kondisi kekurangan cairan / hipovolum maka mekanisme kompensasi
tubuh dengan cra manikkan heart rate yang juga berdampak pada meningkatnya denyut
nadi. Selanjutnya nadi akan berkontriksi dengan harapan darah dimaksimalkan ke
jantung, otak dan paru. Mekanisme ini dijelaskan pada Renin, Angiotension, Aldosterol
System (RAA System) semoga pada topik diskusi selanjutnya topik ini bisa kita bahas
bersama.
4. Indikator perfusi perifer; warna kulit, CRT, kelembaban dan suhu badan. Sebagaimana
kita ketahui bahwa hemodinamik sangat berkaitan erat dengan komponen Sirkulasi, pada
pendekatan trauma ”Circullation” berada pada urutan ketiga setelah airway dan Breathing
sedangkan pada management henti jantung tersaksikan ”Circullation” berada pada
komponen pertama. Pada trauma misalnya, penilaian komponen ”C” ini tdak hanya
mengecek nadi dan perdarahan tapi juga masuk di dalamnya adalah mengecek CRT,
warna kulit dan suhu tubuh. Mengapa demikian? Karena jika hemodinamik baik maka
perfusi jaringan di perifer / kapiler juga baik dan demikian sebaliknya. Jika ditemukan
CRT lebih dari 2 detik, warna kulit pucat serta suhu tubuh yang teraba pucat dan dingin
menandakan adanya gangguan perfusi yang biasa disebut syok. Tanda ini biasanya
mengarahkan pada kecurigaan adanya gangguan volume.
5. Pernapasan. Walaupun hemodinamik identik dengan jantung, cairan dan pembuluh darah
bukan berarti kita melupakan organ vital lainnya seperti paru dan pasti juga otak
tentunya. Hal ini bisa dijelaskan secara sederhana bahwa; darah yang dialirkan melaui
sistem sirkulasi kejaringan berisi oksigen sebagai kebutuhan vital sel. Gangguan pada
distribusi cairan memberikan dampak pula pada jumlah oksigen yang disuplai ke sel dan
jaringan akibatnya dapat terjadi penimbunan CO2, sebagaimana kita ketahui bahwa salah
satu yang merangsang sehingga kita dapat bernapas adalah tingginya kadar CO2 didalam
darah. Sehingga pada pasien yang mengalami gangguan hemodinamik akan terlihat
takipnoe / pernapasan diatas 20x permenit pada dewasa, akan tetapi pada kondisi yang
lanjut dimana tubuh tidak mampu lagi berkompensasi pernapasan lambat laun akan
menurun hingga apnoe.
6. Produksi urine. Sama halnya dengan paru dan organ lain, ginjal dapat mengekspresikan
gangguan hemodinamik yang sedang terjadi. Produksi urine normal pada dewasa berkisar
antara 0,5 – 1 cc /kgBB/jam, angka inilah merupakan salah satu rujukan yang sangat
penting saat menilai hemodinamik pasien. Pasien yang mengalami hipovolume akan
cenderung terjadinya penurunan produksi urine hingga anuria. Mekanisme ini merupakan
respon fisiologis tubuh pada RAAS, dimana terjadi peningkatan reabsorbsi Natrium dan
juga H20 diginjal disisi lain juga adalah karena terjadinya vasokontrik pembuluh darah
dginjal sehingga aliran darah menuju ginjal berkurang.
7. saturasi oksigen (SPO2). merupakan indikator lain yang dinilai ketika memonitor
hemodinamik. Pulse oximeter merupakan alat pendeteksi jumlah oksigen yang tersaturasi
dengan hemoglobin. Normalnya berkisar antara 95%-100%. Nilai dibawah 95%
memberikan indikasi dimana terjadi hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen, akan
tetapi indikator nilai SP02 ini jangan sampai dijadikan sebagai sandaran utama, sebab
terkadang nilai saturasi dibawah 90 akan tetapi kondisi pasien masih stabil. Mengapa
demikian? terkadang cara pemasangan probe kurang tepat atau tempat dimana probe
saturasi dipasang berada dilengan yang mana terpasang juga tensimeter.
8. GCS. Glasgow Coma Scale adalah indikator penting berikutnya. Walaupun pada
gangguan hemodinamik awal, perubahan GCS biasanya tidak ditemukan. Adanya
penurunan nilai GCS mengindikasi bahwa kondisi gangguan hemodinamik sudah
berlangsung lama atau bisa juga belum lama akan tetapi berlangsung secara drastis.
Penurunan GCS yang drastis membutuhkan tindakan penanganan yang segera, terpadu
dan terintegrasi.

http://www.ppni-sulteng.or.id/konsep-dasar-hemodinamik/

Anda mungkin juga menyukai