HYPOTENSIVE AGENTS
: 07120110031
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................2
BAB II
FISIOLOGI...........................................................................................2
2.1 Fisiologi Tekanan Darah...................................................................5
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah....................................6
2.3 Regulasi Tekanan Darah.................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan resistensi yang dihasilkan oleh darah terhadap
luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah biasa diukur dalam satuan milimeter
merkuri (mmHg). Pada ilmu anestesi pengetahuan mengenai fisiologi jantung
serta tekanan darah sangatlah penting karena sepanjang operasi tekanan darah
harus dijaga. 1
Pada beberapa kondisi seperti pada prosedur bedah saraf, prosedur
ortopedi besar seperti artroplasti total, operasi pada tumor besar, operasi kepala
dan leher dilakukan tehnik controlled hypotension.2 Controlled hypotension adalah
menurunkan tekanan darah arteri secara elektif. Keunggulan utama dari teknik ini
adalah untuk minimalisir jumlah kehilangan darah pada saat operasi dan memberi
visualisasi yang lebih baik saat pembedahan. Hal ini dapat dilakukan dengan
teknik memposisikan pasien dan pemberian obat-obat hipotensif.3
Referat ini akan membahas mengenai obat-obat yang dapat diberikan
untuk menurunkan tekan darah.
BAB II
FISIOLOGI
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah.
Sistem ini berfungsi untuk mengangkut nutrisi kedalam jaringan dan hasil akhir
metabolisme tubuh untuk dibuang. Selain itu sistem sirkulasi juga membawa
hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Secara umum, sistem ini
befungsi untuk mempertahankan kondisi optimal dalam tubuh.1,3
Jantung merupakan suatu organ yang terdiri atas dua pompa yang bekerja
secara paralel, yaitu jantung sisi kanan dan kiri, dimana pada tiap sisinya terdiri
atas atrium dan ventrikel. Jantung memompa darah ke dalam sistem peredaran
darah yang terdiri atas dua jenis, yaitu sistem peredaran darah pulmonal dan
sistem peredaran darah sistemik atau perifer. Ventrikel kanan jantung menerima
darah vena yang terdeoksigenasi dan kemudian memompanya ke dalam sistem
peredaran darah pulmonal yang terdiri atas sistem vena yang memiliki tekanan
rendah, sampai ke paru-paru dimana akan terjadi pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida dalam darah. Sedangkan ventrikel kiri menerima darah yang
teroksigenasi dari vena pulmonal dan memompanya melalui peredaran darah
sistemik yang terdiri atas arteri yang bertekanan tinggi ke dalam jaringan tubuh
untuk metabolisme.1,3
Tiap jenis pembuluh darah yang terdapat pada sistem sirkulasi memiliki peran
masing-masing dalam sistem peredaran darah, yaitu :1
1. Arteri : Mengangkut darah di bawah tekanan tinggi ke dalam jaringan.
Untuk alasan ini, arteri memiliki dinding pembuluh darah yang kuat, dan
darah dalam arteri mengalir dalam kecepatan tinggi.
2. Arteriol : Merupakan cabang kecil dari sistem arteri yang bertindak
sebagai saluran darah dari arteri menuju kapiler. Arteriol memiliki dinding
otot yang kuat. Kemampuannya untuk mengalami konstriksi atau dilatasi
membuatnya dapat mengatur jumlah aliran darah ke dalam jaringan sesuai
dengan kebutuhan jaringan.
meningkat
Dalam waktu beberapa jam dan hari, ginjal memiliki peran tambahan
dalam mengontrol tekanan darah melalui sekresi hormon dan mengatur
volume darah.
2.1 Fisiologi Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan resistensi yang dihasilkan oleh darah terhadap
luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah biasa diukur dalam satuan milimeter
merkuri (mmHg) dan terkadang dapat juga diukur dalam satuan sentimeter air (cm
H2O).1,3
Oleh karena jantung memompa darah secara terus menerus ke dalam aorta,
tekanan darah pada aorta sangatlah tinggi, rata-rata sekitar 100 mm Hg. Pompa
jantung yang bersifat pulsatil juga menyebabkan tekanan darah arteri untuk
berubah-ubah dari tekanan sistolik sekitar 120 mmHg ke tekanan diastolik sekitar
80 mmHg. Seiring dengan mengalirnya darah dari arteri ke vena, tekanan terus
menurun secara progresif, menjadi sekitar 35 mmHg pada ujung arteriol dan
sekitar 10 mmHg pada vena.1
CVP biasanya dapat diabaikan. Berdasarkan hubungan ini, tampak jelas bahwa
hipotensi merupakan akibat dari penurunan SVR, CO, atau keduanya. Sehingga
untuk menjaga tekanan darah arteri, adanya penurunan dari salah satu antara SVR
ataupun CO harus dikompensasi oleh peningkatan yang lainnya.3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Berdasarkan rumus Ohms law yang menyatakan bahwa MAP = SVR x
CO, maka faktor-faktor yang menimbulkan perubahan pada curah jantung dan
juga systemic vascular resistance mempengaruhi tekanan darah.
kenaikan detak jantung yang terjadi pada saat melakukan aktivitas fisik.
Chemoreceptor : Memantau perubahan kimia dalam darah
Baroreceptor : Memantau peregangan arteri dan pembuluh darah yang
disebabkan oleh tekanan dari darah yang mengalir. Terletak pada arkus
aorta dan arteri karotid.
Informasi dari reseptor-reseptor ini nantinya akan memberikan input
kepada cardiovascular center dan respon atas perubahan yang terjadi nantinya
akan diteruskan melalui persarafan otonom.4
Impuls parasimpatis mencapai jantung melalui saraf vagus (X) kanan dan
kiri. Akson vagal berakhir di SA node, AV node, dan miokardium atrium.
Stimulasi saraf parasimpatis pada jantung menyebabkan sekresi hormon
asetilkolin. Hormon ini memiliki dua efek utama pada jantung yaitu mengurangi
irama dari sinus node dan mengurangi eksitabilitas pada otot-otot atrium dan A-V
node, sehingga memperlambat transmisi impuls jantung ke ventrikel dan
memperlambat detak jantung.4
Neuron simpatik berjalan dari medulla oblongata hingga spinal cord.
Persarafan simpatik jantung kemudian keluar pada regio thorakal dan
menginervasi SA node, AV node, dan sebagian besar bagian dari miokardium.
Stimulasi saraf simpatis menyebabkan sekresi hormon norepinephrine yang
berikatan pada reseptor -1 pada serat otot jantung. Pada SA node, hal ini
Preload
Preload dapat didefinisikan sebagai awal peregangan miosit
jantung sebelum jantung berkontraksi. Karena panjang sarkomer pada
jantung tidak dapat ditentukan, maka biasanya EDV dianggap sebagai
preload. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi EDV, yaitu durasi dari
ventrikular diastole dan venous return atau aliran balik vena. Ketika detak
jantung meningkat, durasi diastole menjadi lebih pendek sehingga
ventrikel berkontraksi sebelum terisi penuh oleh darah, menurunkan EDV.
Sebaliknya, peningkatan aliran balik vena ke jantung meningkatkan EDV
Circumferential Stress=
PR
2H
10
11
Tekanan darah arteri juga diregulasi sistem neural (Gambar 2), sistem
hormonal (Gambar 3) dan autoregulasi.4
2.31 Sistem Neural
Tekanan darah dari menit ke menit diatur terutama oleh sistem saraf
otonom. Adanya perubahan tekanan darah akan terdeteksi secara sentral (oleh
hipotalamus dan batang otak) dan secara perifer (oleh baroreseptor). Tekanan
darah arteri yang menurun meningkatkan respon saraf simpatis, meningkatkan
sekresi epinefrin dari kelenjar adrenal dan menurunkan respon vagal. Ketiganya
menyebabkan vasokonstriksi dari pembuluh darah sistemik yang menyebabkan
detak jantung serta kontraktilitas jantung meningkat sehingga tekanan darah pun
meningkat.1,4
Terdapat dua baroreseptor, satu terletak di bifurkasi dari common carotid
artery dan yang lainnya terletak di arkus aorta. Baroreseptor di arteri karotis
mengirim sinyal afferent ke pusat peredaran darah di batang otak sedangkan
baroreseptor di aorta mengirim sinyal afferent sepanjang nervus vagus. Diantara
keduanya, carotid baroreceptor memiliki peran lebih penting dalam
meminimalisir perubahan tekanan darah yang disebabkan oleh peristiwa akut,
seperti contohnya perubahan postur.4
Peningkatan tekanan darah meningkatkan baroreceptor discharge dan
tonus vagal serta menghambat vasokonstriksi sistemik. Hal ini disebut sebagai
refleks baroreseptor. Sebaliknya penurunan tekanan darah menurunkan
baroreceptor discharge dan tonus vagal serta menyebabkan vasokonstriksi
sistemik sehingga kembali meningkatkan tekanan darah. 4
Adaptasi terhadap perubahan akut pada tekanan darah terjadi dalam 1 2
hari, sehingga refleks ini tidak efektif untuk mengontrol tekanan darah dalam
jangka panjang.1
12
Sistem Hormonal
Hormon membantu mengatur tekanan darah dan aliran darah dengan cara
13
14
BAB III
HYPOTENSIVE AGENTS
Obat ideal yang digunakan untuk menginduksi hipotensi diharapkan memiliki
karakteristik sebagai berikut :2
16
beracun
memiliki efek minimal pada aliran darah ke organ vital.
tidak meningkatkan ukuran otak atau mempengaruhi autoregulasi serebral
selama prosedur pembedahan saraf
Walaupun belum terdapat obat yang memenuhi seluruh kriteria diatas, banyak
obat anestesi serta obat-obat vasoaktif yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah, seperti contohnya :
1. anestesi spinal dan epidural
2. anestesi volatile
3. Anestesi Intravena
4. Muscle Relaxant
5. Nitrovasodilator
6. obat -adrenergic receptor antagonist
7. obat -adrenergic receptor antagonist
8. combined - and -adrenergic receptor antagonist
9. calcium channel entry blocking drugs
10. angiotensin-converting enzyme inhibitor
17
sehingga aliran darah balik ke jantung dan juga curah jantung untuk menurun. Hal
ini menyebabkan terjadinya hipotensi.3
3.2 Anestesi Volatile
Halotane
Halotane adalah obat anestesi inhalasi berhalogen yang pertama digunakan
dalam praktek klinis. Ini merupakan agen ampuh yang biasa digunakan untuk
maintenance anestesi. Halotan tidak berbau menyengat dan karena itu dapat
ditoleransi dengan baik untuk induksi inhalasi anestesi.3,5
Halotan menyebabkan pengurangan tekanan darah arteri yang tergantung
dengan dosis. Tekanan arteri rata-rata biasanya menurun sekitar 20% sampai 25%
pada konsentrasi MAC halotan. Penurunan tekanan darah terutama adalah hasil
dari depresi miokard yang menyebabkan penurunan curah jantung. Depresi
miokard terjadi akibat gangguan pada pertukaran antara natrium-kalsium dan
pemanfaatan kalsium intraseluler yang menyebabkan peningkatan tekanan pada
atrium kanan. Halotan juga menyebabkan vasodilatasi pada arteri koroner
sehingga aliran darah koroner menurun. Perfusi miokard yang memadai biasanya
tetap dipertahankan oleh karena kebutuhan oksigen yang juga menurun. Halotan
menumpulkan refleks baroreseptor dan menyebabkan perlambatan konduksi pada
sinoatrial node yang mengakibatkan timbulnya bradikardia. Perubahan tekanan
darah serta denyut jantung umumnya menghilang setelah beberapa jam
administrasi halotan, mungkin karena stimulasi simpatis secara progresif.3,5
Isoflurane
Isoflurane adalah anestesi inhalasi yang umum digunakan di seluruh dunia.
Isoflurane biasanya digunakan untuk maintenance anestesi setelah induksi dengan
agen lain karena baunya yang menyengat. Induksi dapat dicapai dalam waktu
kurang dari 10 menit dengan konsentrasi inhalasi dari 3% isoflurane di O2;
konsentrasi ini dikurangi menjadi 1-2% untuk maintenance anestesi. Penggunaan
18
19
20
21
3+). Nitroprusside kemudian terurai membentuk lima ion sianida dan NO . Ion
sianida dimetabolisme oleh enzim rhodanase di hati membentuk tiosianat, yang
kemudian dieksresikan hampir seluruhnya dalam urin. 3,5
Nitrogliserin
Nitrogliserin melemaskan otot polos pembuluh darah, dan menyebabkan
vasodilatasi vena yang lebih mendominasi dibandingkan dengan vasodilatasi
arteri.3 Mekanisme kerjanya diduga mirip dengan natrium nitroprusside.
Pemberian nitrogliserin umumnya diencerkan hingga konsentrasi 100 mcg / mL
dan diberikan sebagai infus intravena kontinu dengan rate 0,5-10 mcg / kg /menit.
Nitrogliserin bisa juga diberikan secara sublingual (mencapai efek puncak dalam
4 menit) atau transdermal. Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan
toleransi akibat berkurangnya reaktan yang diperlukan untuk pembentukan NO,
adanya sekresi vasokonstriktor sebagai respon kompensasi atau ekspansi
volume.3
Nitrogliserin mengurangi kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan
pasokan oksigen miokard oleh beberapa mekanisme:3
perfusi endokard.
Vasodilatasi mengurangi afterload sehingga menurunkan ESV serta
kebutuhan oksigen.
Nitrogliserin mendistribusikan aliran darah koroner ke daerah iskemik dari
subendokardium.
Mengurangi spasme arteri koroner
Efek dari nitrogliserin pada aliran darah otak dan tekanan intrakranial
23
24
tubuh seperti di mata, paru-paru, pembuluh darah, rahim, usus, dan sistem
genitourinari. Aktivasi reseptor ini meningkatkan konsentrasi ion kalsium
intraseluler, yang menyebabkan kontraksi otot polos. Miokardium memiliki
reseptor -1 yang memiliki efek inotropik positif. Efek dari stimulasi reseptor -1
pada sistem kardiovaskular adalah vasokonstriksi, yang meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer, afterload ventrikel kiri serta tekanan darah arteri.3
Berbeda dengan -1 reseptor, -2 reseptor terletak terutama pada
presynaptic. Aktivasi adrenoseptor ini menghambat aktivitas adenilat siklase
sehingga mengurangi jumlah ion kalsium yang memasuki terminal saraf, yang
kemudian mengurangi sekresi dari norepinefrin. Dengan demikian, -2 reseptor
berperan dalam menciptakan umpan balik negatif yang menghambat sekresi lanjut
norepinefrin dari neuron. Selain itu, otot polos pembuluh darah juga memiliki
postsynaptic -2 reseptor yang menyebabkan vasokonstriksi.3
Obat-obatan adrenergik antagonis berikatan dengan adrenoseptor dan
menginhibisi kerja dari adrenergik agonis.
Phentolamine
Phentolamine adalah antagonis reseptor -1 adrenergik yang memiliki
afinitas yang sama untuk kedua reseptor -1 dan -2. Antagonisme dari reseptor
-1 dan relaksasi otot polos menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan
tekanan darah arteri. Penurunan tekanan darah menimbulkan refleks takikardia.
Refleks takikardia ini ditingkatkan oleh efek antagonisme dari -2 reseptor dalam
jantung yang meningkatkan pelepasan norepinefrin dan menghilangkan umpan
balik negatif.3,5
Efek kardiovaskular ini biasanya dapat terlihat dalam waktu 2 menit dan
berlangsung hingga 15 menit. Seberapa besar respon dari blokade reseptor ini
tergantung pada derajat tonus simpatis yang ada sebelumnya. Adanya refleks
takikardia dan hipotensi postural membatasi kegunaan phentolamine dalam
25
26
Propanolol
Propranolol berinteraksi dengan reseptor -1 dan -2 dengan afinitas yang
sama, tidak memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik, dan tidak memblokir
reseptor. Tekanan darah arteri diturunkan oleh beberapa mekanisme seperti
penurunan kontraktilitas miokard, menurunkan denyut jantung, dan mengurangoi
sekresi renin. Curah jantung dan kebutuhan oksigen miokard juga berkurang.
Propranolol memperlambat konduksi atrioventrikular dan menstabilkan membran
miokard. 3
Propranolol berikatan dengan protein dan dimetabolisme oleh hati. Waktu
paruh berkisar sekitar 100 menit. Efek samping dari propranolol antara lain adalah
bronkospasme (-2 antagonism), gagal jantung kongestif, bradikardia, dan blok
jantung atrioventrikular (-1 antagonisme).5
Untuk pengobatan hipertensi dan angina, dosis awal propranolol umumnya
adalah 40 sampai 80 mg per hari per oral.5 Dosis kemudian dapat dititrasi secara
perlahan hingga mencapai respon yang optimal. Untuk pengobatan angina, dosis
dapat ditingkatkan pada interval kurang dari 1 minggu. Pada hipertensi, respon
penurunan tekanan darah terlihat dalam beberapa minggu. Pada pasien dengan
anestesi propanolol dapat diberikan dengan dosis awal sebesar 0,5 mg, dapat
ditambahkan 0,5 mg setiap 3-5 menit. Total dosis tidak melebihi 0,15 mg / kg.3
Esmolol
Esmolol merupakan obat selektif -1 reseptor antagonis yang memiliki
durasi kerja singkat. Esmolol mengurangi denyut jantung dan tekanan darah.
Esmolol telah berhasil digunakan untuk mencegah takikardi dan hipertensi yang
terjadi akibat respon terhadap rangsangan perioperatif, seperti intubasi, stimulasi
bedah, dan saat emergence. Esmolol 0,5-1 mg / kg dapat menurunkan kenaikan
tekanan darah dan denyut jantung yang biasanya menyertai terapi
electroconvulsive, tanpa secara signifikan mempengaruhi durasi kejang. Esmolol
memiliki efektifitas seimbang dengan propranolol dalam mengendalikan denyut
28
ventrikel pada pasien dengan atrial fibrilasi atau flutter. Pada dosis tinggi esmolol
dapat menghambat -2 reseptor di bronkus dan pembuluh darah otot polos.3,5
Onset kerja serta hilangnya efek dari blokade -reseptor pada penggunaan
esmolol sangat cepat; Efek puncak terjadi dalam 6-10 menit setelah pemberian
loading dose, dan efek menghilang dalam waktu 20 menit setelah obat
diberhentikan.5
Untuk terapi jangka pendek seperti untuk melemahkan respon
kardiovaskular pada saat laringoskopi atau intubasi, esmolol dapat diberikan
sebagai bolus dengan dosis 0,2-0,5 mg / kg. Pengobatan jangka panjang biasanya
dimulai dengan dosis muatan 0,5 mg / kg diberikan dalam 1 menit, diikuti dengan
infus kontinu dengan dosis 50 mcg / kg / menit untuk mempertahankan efek
terapi. Jika ini gagal untuk menghasilkan respon yang cukup dalam 5 menit, dosis
muatan dapat diulang dan infus dinaikkan dengan pertambahan 50 mcg / kg /
menit setiap 5 menit hingga dosis maksimal 200 mcg / kg / menit.5
Metoprolol
Metoprolol adalah selektif -1 reseptor antagonis tanpa aktivitas
simpatomimetik intrinsik. Tersedia dalam bentuk oral dan intravena. Dapat
diberikan intravena secara bertahap dengan dosis 2-5 mg setiap 2-5 menit,
dititrasi sesuai dengan tekanan darah dan detak jantung. Untuk pengobatan
hipertensi, dosis awal yang biasa diberikan adalah 100 mg per hari, dibagi dalam
dua dosis. Dosis dapat ditingkatkan dalam interval seminggu hingga mencapai
kontol tekanan darah yang optimal. Kondisi seperti infark miokard akut, denyut
jantung < 45 x/ menit, first degree heart block, tekanan darah sistolik <100 mm
Hg, atau gagal jantung merupakan kontraindikasi dari pemberian metoprolol.2,5
Nebivolol
Nebivolol adalah -blocker generasi baru yang memiliki afinitas tinggi
terhadap -1 reseptor. Obat ini memiliki kemampuan untuk menyebabkan
29
30
Phenylalkylamines (verapamil)
Benzothiazepines (diltiazem)
Diphenylpiperazines
Diarylaminopropylamine (bepridil)
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall J, Guyton A. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 11th
ed. Philadelphia. Elsevier Inc; 2006
2. Ronald D. Miller. Miller: Anesthesia. 5th ed. Philadelphia. Churchill
Livingstone, Inc.; 2000
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhails Clinical
Anesthesiology. 5th ed. USA. McGraw-Hill Education; 2013
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed.
USA. John Wiley & Sons, Inc; 2009
5. Goodman L, Gilman A, Brunton L, Lazo J, Parker K. Goodman &
Gilman's the pharmacological basis of therapeutics. 11th ed. New York:
McGraw-Hill; 2006.
32