Anda di halaman 1dari 16

Lo.

3 Proses Fisiologis Pada Sirkulasi Darah di Seluruh Tubuh


Karakteristik Fisik Sirkulasi

Pembuluh Darah Volume Darah (%) Luas Penampang


(cm2)
Aorta Sirkulasi Sistemik = 84 2,5
Arteri Kecil Vena= 64 20
Arteriol Arteri= 13 40
Kapiler Arteriol dan Kapiler=7 2500
Venula Jantung dan Paru = 16 250
Vena Kecil Paru= 9 80
Vena Cava Jantung =7 8

Luas Penampang vena jauh lebih besar daripada arteri (empat kali arteri yang sepadan).Perbedaan ini
menjelaskan kapasitas penyimpanan darah yang besar divena dibandingkan dengan arteri.Oleh karena
sejumlah volume aliran darah (flow=F) yang sama harus melewati setiap bagian sirkulasi dalam setiap
menitnya ,maka kecepatan aliran darah (Velocity=v) berbanding terbalik dengan luas penampang
pembuluh darah (cross-sectional area=A). Hal ini dapat dirumuskan dalam ,V=F/A.

Tekanan Pada Berbagai Sirkulasi

Tekanan darah di aorta menjadi tinggi hal ini dikarena jantung memompa darah secara kontinu kedalam
aorta serta sifat pemompaan jantung yang pulsatif.Oleh sebab itu tekanan arteri berganti-ganti antara nilai
tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80mmHg.
Prinsip Dasar Fungsi Sirkulasi

1.Aliran darah ke sebagian besar jaringan tubuh dikendalikan sesuai dengan kebutuhan jaringan.

Bila jaringan tubuh menjadi aktif ,otomatis jaringan tubuh ini membutuhkan lebih banyak suplai zat
makanan sehingga aliran darah akan lebih banyak dibandingkan pada keadaan istirahat( kadang-kadang
20 sampai 30 kali nilai istirahatnya).Namun jantung normal tidak dapat meningkatkan curah jantung lebih
dari empat sampai tujuh kali.Oleh sebab itu ,tidak mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke seluruh
tubuh hanya karena jaringan tertentu membutuhkan peningkatan aliran itu.

Sehingga pembuluh mikro pada setiap jaringan terus menerus memonitor kebutuhan jaringan.Seperti
tersedianya oksigen dan zat makanan lain serta akumulasi karbon dioksida dan produk-produk buangan
lainnya,dan pembuluh darah mikro kemudian mengatur aliran darah local secara langsung,dengan
berdilatasi atau berkontraksi.Hal ini dilakukan untuk mengendalikan aliran darah local secara tepat hingga
mencapai nilai yang diperlukan untuk aktivitas jaringan.Selain itu pengendalian saraf terhadap sirkulasi
dari system saraf pusat dan hormone yang menyediakan bantuan tambahan bagi dalam pengendalian
aliran darah jaringan.

2.Curah Jantung Merupakan Penjumlahan Seluruh Aliran Darah Lokal .

Darah yang Mengalir ke suatu jaringan akan dikembalikan ke jantung melalui vena.Kemudian ,Jantung
merespon kebutuhan jaringan melalui,darah yang di vena akan dipompa ke arteri untuk diedarkan seluruh
tubuh.Hal ini dibantu oleh sinyal saraf khusus agar dapat memompa darah sesuai dengan jumlah aliran
darah yang dibutuhkan.

3.Pada umumnya,pengendalian tekanan arteri tidak bergantung pada pengendalian aliran darah lokal
atau pengendalian curah jantung.

Sistem sirkulasi dilengkapi dengan system pengendalian yang luas terhadap tekanan darah
arteri.sebagai contoh,Jika pada saat tertentu tekanan menjadi sangat menurun dibawah nilai normalnya
sekitar 80mmHg ,dalam waktu beberapa detik refleks saraf akan menimbulkan serangkaian perubahan
sirkulasi untuk meningkatkan tekanan kembali menuju normal.Sinyal-sinyal saraf ini terutama (a)
Meningkatkan daya pemompaan jantung, (b) Menyebabkan kontraksi pada sistem vena penampung besar
untuk menyediakan lebih banyak darah bagi jantung, dan (c) menyebabkan kontriksi yang merata pada
arteriol dibanyak jaringan sehingga lebih banyak darah terakumulasi didalam arteri-arteri besar,untuk
meningkatkan tekanan arteri.
Hubungan Timbal Balik Antara Tekanan,Aliran dan Tahanan.

Aliran darah dapat melalui pembuluh darah ditentukan oleh dua faktor: 1) perbedaan tekanan yang
mendorong aliran darah melalui jaringan dan (2) resistensi aliran darah di pembuluh darah tertentu. Darah
mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan lebih rendah; semakin besar perbedaan
tekanan, semakin besar aliran darah. Tetapi semakin tinggi resistensi, semakin kecil aliran darah.

Aliran melalui pembuluh darah dapat dihitung dengan rumus berikut atau yang disebut dengan hokum
∆P
ohm: F= . F adalah aliran darah,∆ P adalah perbedaan perbedaaan tekanan (P 1- P2)antara kedua
R
ujung pembuluh darah,dan R adalah tahanan.Rumus ini menyatakan bahwa aliran darah berbanding lurus
terhadap perbedaan tekanan tetapi berbanding terbalik dengan tahanan.

A. Aliran Darah

Jumlah aliran darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu disirkulasi dalam periode waktu
tertentu,dinyatakan dalam millimeter per menit atau liter per menit tetapi dapat juga dinyatakan dalam
millimeter per detik.Secara keseluruhan aliran darah pada sirkulasi total orang dewasa ,dalam keadaan
istirahat adalah sekitar 5000 mL/menit.

1) Aliran Darah Laminar di dalam Pembuluh.

Bila darah mengalir dengan laju tetap melalui pembuluh darah yang panjang dan licin ,darah akan
mengalir dalam aliran streamline/laminar ,dengan setiap lapisan darah tetap berjarak sama dari dinding
pembuluh.Demikian pula pada bagian tengah dari darah akan tetap berada dibagian tengah
pembuluh.Aliran ini berlawanan dengan aliran turbuler ,yakni darah mengalir kesemua arah dalam
pembuluh dan secara kontinu bercampur didalam pembuluh.

Profil kecepatan parabolik selama aliran laminar.Bila timbul aliran laminar ,kecepatan aliran ditengah
pembuluh jauh lebih besar daripada yang mendekati dinding luar.Penyebab profil parabolik,molekul
cairan yang mengenai dinding bergerak lambat karena perlekatan dengan dinding pembuluh.Lapisan
molekul berikutnya meluncur dibawah lapisan sebelumnya.Lapisan ketiga dibawah lapisan ke
dua ,lapisan keempat dibawah lapisan ketiga,begitu seterusnya.Oleh karena itu cairan yang berada
dibagian tengah dapat bergerak secara cepat karena ada banyak lapisan molekul yang meluncur diantara
bagian tengah pembuluh dan dinding pembuluh ,sehingga setiap lapisan yang mendekat ke tengah
pembuluh secara progresif akan mengalir lebih cepat daripada lapisan diluarnya.
2) Aliran Darah Turbulen Pada Kondisi yang Sama.

Ketika laju aliran darah menjadi terlalu besar ,bila aliran darah melewati suatu obstruksi
dipembuluh,bila aliran belok tajam atau darah mengalir dipermukaan kasar ,aliran dapat menjadi turbulen
atau terganggu.Aliran turbulen biasanya membentuk pusaran darah yang disebut arus eddy.Arus eddy ini
serupa dengan pusaran air yang sering kita lihat disungai beraliran cepat pada tempat yang terdapat
hambatan.

Bila timbul arus eddy ,darah mengalir dengan tahanan yang jauh lebih besar daripada bila mengalir
laminar,karena arus eddy sangat memperbesar seluruh gesekan aliran dalam pembuluh.Kecenderungan
untuk timbul aliran turbulen berbanding lurus dengan kecepatan aliran darah,diameter pembuluh darah
dan berat jenis darah ,dan berbanding terbalik dengan visikositas darah.

v .d. p
Sesuai dengan persamaan berikut; ℜ= . Ket: Re adalah bilangan reynold dan merupakan
n
ukuran kecendurungan terjadinya turbulensi,v adalah kecepatan pembuluh darah (cm/detik) ,d adalah
diameter pembuluh(cm), ρ adalah berat jenis dan n adalah viskositas (poise).

Beberapa keadaan yang berperan menimbulkan aliran turbulen: (1) kecepatan aliran darah yang tinggi,
(2) sifat pulsatil aliran ,(3) perubahan mendadak diameter pembuluh yang besar.Namun demikian pada
pembuluh darah kecil bilangan reynold hamper tidak pernah cukup tinngi untuk menyebabkan aliran
turbulen.

B.Tekanan Darah

Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg .Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah
terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.Bila seseorang mengatakan tekanan darahnya 50mmHg ,hal
ini berarti daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai
setinggi 50mm.
Kontraksi ventrikel menghasilkan tekanan darah , tekanan hidrostatik yang diberikan oleh darah pada
dinding pembuluh darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung ,volume darah, dan resistensi
vaskular.Tekanan darah atau Blood Pressure (BP) tertinggi di aorta dan arteri sistemik besar; pada orang
dewasa muda yang beristirahat, tekanan darah meningkat menjadi sekitar 110 mmHg selama sistol
(kontraksi ventrikel) dan turun menjadi sekitar 70 mmHg selama diastol (relaksasi ventrikel). Tekanan
darah sistolik (SBP) adalah tekanan tertinggi yang dicapai di arteri selama sistol, dan tekanan darah
diastolik (DBP) adalah tekanan arteri terendah selama diastol.Saat darah meninggalkan aorta dan
mengalir melalui sirkulasi sistemik, tekanannya turun secara progresif seiring dengan meningkatnya jarak
dari ventrikel kiri. Tekanan darah menurun menjadi sekitar 35 mmHg saat darah mengalir dari arteri
sistemik melalui arteriol sistemik dan masuk ke kapiler, di mana fluktuasi tekanan menghilang. Di ujung
vena kapiler, tekanan darah turun menjadi sekitar 16 mmHg. Tekanan darah terus turun saat darah
memasuki venula sistemik dan kemudian vena karena pembuluh ini terjauh dari ventrikel kiri. Akhirnya,
tekanan darah mencapai 0 mmHg saat darah mengalir ke ventrikel kanan.

Tekanan arteri rata-rata atau Mean arterial pressure (MAP)

Tekanan darah rata-rata di arteri, kira-kira sepertiga dari jarak antara tekanan diastolik dan sistolik.
Dapat diperkirakan sebagai berikut: MAP = TD diastolik + 1/3 (TD sistolik TD diastolik) Jadi, pada
seseorang dengan tekanan darah 110/70 mmHg, MAP sekitar 83 mmHg [70 + 1/3(110 70 )]. Kita telah
melihat bahwa curah jantung sama dengan denyut jantung dikalikan dengan volume sekuncup. Cara lain
untuk menghitung curah jantung adalah dengan membagi tekanan arteri rata-rata (MAP) dengan resistensi
(R): CO = MAP/ R.Jika curah jantung meningkat karena terhadap peningkatan volume sekuncup atau
denyut jantung, maka tekanan arteri rata-rata meningkat selama resistensi tetap stabil. Juga, penurunan
curah jantung menyebabkan penurunan tekanan arteri rata-rata jika resistensi tidak berubah.

Tekanan darah juga tergantung pada volume total darah dalam sistem kardiovaskular. Volume normal
darah pada orang dewasa adalah sekitar 5 liter (5,3 qt). Setiap penurunan volume ini, seperti dari
perdarahan, menurunkan jumlah darah yang disirkulasikan melalui arteri setiap menit. Penurunan
sederhana dapat dikompensasi oleh mekanisme homeostatis yang membantu mempertahankan tekanan
darah tetapi jika penurunan volume darah lebih besar dari 10% dari total, tekanan darah turun.
Sebaliknya, segala sesuatu yang meningkatkan volume darah, seperti retensi air dalam tubuh, cenderung
meningkatkan tekanan darah.

C.Tahanan Aliran Darah ( Resistensi Vaskular)

Resistensi Vaskular adalah perlawanan terhadap aliran darah karena gesekan antara darah dan dinding
pembuluh darah. Resistensi pembuluh darah tergantung pada (1) ukuran lumen pembuluh darah, (2)
viskositas darah, dan (3) panjang total pembuluh darah.

1. Ukuran lumen. Semakin kecil lumen pembuluh darah, semakin besar resistensinya terhadap aliran
darah. Resistansi berbanding terbalik dengan pangkat empat diameter (d) lumen pembuluh darah
(Rα1/d4). Semakin kecil diameter pembuluh darah, semakin besar resistensi yang diberikannya terhadap
aliran darah. Misalnya, jika diameter pembuluh darah berkurang setengahnya, resistensinya terhadap
aliran darah meningkat 16 kali. Vasokonstriksi mempersempit lumen, dan vasodilatasi memperlebarnya.
Biasanya, fluktuasi dari waktu ke waktu dalam aliran darah melalui jaringan tertentu disebabkan oleh
vasokonstriksi dan vasodilatasi arteriol jaringan. Saat arteriol melebar, resistensi menurun, dan tekanan
darah turun. Saat arteriol menyempit, resistensi meningkat, dan tekanan darah meningkat.

2. Viskositas darah. Viskositas ( ketebalan) darah sebagian besar bergantung pada rasio sel darah merah
terhadap volume (cairan) plasma, dan sebagian kecil pada konsentrasi protein dalam plasma. Semakin
tinggi viskositas darah, semakin tinggi resistensi. Setiap kondisi yang meningkatkan kekentalan darah,
seperti dehidrasi atau polisitemia (jumlah sel darah merah yang sangat tinggi), sehingga meningkatkan
tekanan darah. Penipisan protein plasma atau sel darah merah, karena anemia atau perdarahan,
menurunkan viskositas dan dengan demikian menurunkan tekanan darah.

3. Panjang total pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah melalui pembuluh berbanding lurus
dengan panjang pembuluh darah. Semakin panjang pembuluh darah, semakin besar resistensinya. Orang
gemuk sering mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) karena pembuluh darah tambahan di jaringan
adiposa mereka meningkatkan panjang total pembuluh darah mereka. Diperkirakan 650 km (sekitar 400
mil) pembuluh darah tambahan berkembang untuk setiap kilogram ekstra (2,2 lb) lemak.

Resistensi vaskular sistemik (SVR), juga dikenal sebagai resistensi perifer total (TPR), mengacu pada
semua resistensi vaskular yang ditawarkan oleh pembuluh darah sistemik. Diameter arteri dan vena besar,
sehingga resistensinya sangat kecil karena sebagian besar darah tidak bersentuhan fisik dengan dinding
pembuluh darah. Pembuluh darah terkecil—arteriol, kapiler, dan venula—menyumbang paling banyak
resistensi. Fungsi utama arteriol adalah untuk mengontrol SVR—dan karena itu tekanan darah dan aliran
darah ke jaringan tertentu—dengan mengubah diameternya. Arteriol perlu melakukan vasodilatasi atau
vasokonstriksi hanya sedikit untuk memiliki efek yang besar pada SVR. Pusat utama regulasi SVR adalah
pusat vasomotor di batang otak .

1) Tahanan Pembuluh Darah Perifer Total dan Tahanan Pembuluh Darah Paru Total.

Perbedaaan tekanan darah dari arteri sistemik sampai ke vena sistemik adalah sekita 100mmHg.Oleh
karena itu tahanan diseluruh sirkulasi sistemik ,yang disebut tahanan perifer total adalah sekitar
100/100 ,atau 1 PRU.Sedangakan pada sistem paru,rata-rata tekanan arteri pulmonalis adalah sekitar
16mmHg dan rata-rata tekanan atrium kiri adalah sekitar 2mmHg ,sehingga selisih tekanan adalah
14mm.Oleh karena itu bilah curah jantung normal yakni sekitar 100mL/detik,tahanan pembuluh darah
paru total kira-kira sebesar 0,14 PRU(sekitar sepertujuh tahanan sirkulasi sistemik).

“Konduktans” Darah dalam Pembuluh Berbanding Terbalik dengan Tahanan.

Konduktans,merupakan ukuran aliran darah melalui pembuluh pada perbedaab tekanan tertentu

1
( mm/detik).Konduktans=
Tahanan

Sedikit Perubahan pada diameter pembuluh akan sangat mengubah konduktans.Perubahan kecil pada
diameter pembuluh akan menyebabkan perubahan luar biasa terhadap kemampuan pembuluh untuk
menghantarkan darah bila aliran darah bersifat laminar.

Konduktans= Diameter 4
Hukum Poiseuille

Penyebab peningkatan besar dalam konduktansi ketika diameter meningkat dapat dijelaskan dengan
mengacu pada Gambar 14-8B, yang memperlihatkan penampang melintang pembuluh besar dan kecil.
Cincin konsentrik di dalam pembuluh mengindikasikan bahwa kecepatan aliran dalam setiap lingkaran
berbeda dengan lingkaran didekatnya akibat laminar. Artinya darah yang ada dilingkaran yang
menyentuh dinding pembuluh hampir tidak mengalir karena perlekatannya pada endotel vaskular.
Lingkaran darah berikutnya yang menuju ke pusat pembuluh akan tergelincir diatas lingkaran pertama
dan, oleh karena itu, mengalir lebih cepat. Lingkaran ketiga, keempat, kelima, dan keenam juga mengalir
dengan kecepatan yang semakin meningkat. Dengan demikian, darah yang berada di dekat dinding
pembuluh darah mengalir perlahan, sedangkan yang di tengah pembuluh mengalir jauh lebih cepat.

Dalam pembuluh kecil, pada dasarnya semua darah berada di dekat dinding, sehingga aliran darah
sentral yang mengalir sangat cepat tidak ada. Dengan menggabungkan kecepatan semua cincin konsentris
dari aliran darah dan mengalikannya dengan luas cincin, rumus yang diperoleh dari penjelasn diatas
π ∆ P r4
sebagai hukum Poiseuille: F ¿ dimana F adalah laju darah aliran, P adalah perbedaan tekanan
8nl
antara ujung pembuluh, r adalah jari-jari pembuluh, l adalah panjang pembuluh,dan n adalah viskositas
darah.

Aliran Balik Vena

volume darah yang mengalir kembali ke jantung melalui vena sistemik, terjadi karena tekanan yang
dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Perbedaan tekanan dari venula (rata-rata sekitar 16
mmHg) ke ventrikel kanan (0 mmHg), meskipun kecil, biasanya cukup untuk menyebabkan aliran balik
vena ke jantung. Jika tekanan di atrium atau ventrikel kanan meningkat, aliran balik vena akan menurun.
Salah satu penyebab peningkatan tekanan di atrium kanan adalah katup trikuspid yang tidak kompeten
(bocor), yang memungkinkan darah memuntahkan (mengalir mundur) saat ventrikel berkontraksi.
Hasilnya adalah penurunan aliran balik vena dan penumpukan darah pada sisi vena dari sirkulasi sistemik.
Ketika Anda berdiri, misalnya, di akhir kuliah anatomi dan fisiologi, tekanan yang mendorong darah ke
atas pembuluh darah di tungkai bawah Anda hampir tidak cukup untuk mengatasi gaya gravitasi yang
mendorongnya kembali ke bawah. Selain jantung, dua mekanisme lain "memompa" darah dari tubuh
bagian bawah kembali ke jantung:
(1) pompa otot rangka

(2) pompa pernapasan. Kedua pompa bergantung pada keberadaan katup di vena. Pompa otot rangka
bekerja sebagai berikut : 1 Saat Anda berdiri dalam keadaan istirahat, baik katup vena yang lebih dekat ke
jantung (katup proksimal) dan yang lebih jauh dari jantung (katup distal) di bagian kaki ini adalah
terbuka, dan darah mengalir ke atas menuju jantung. 2 Kontraksi otot kaki, seperti saat Anda berjinjit atau
mengambil langkah, menekan vena. Kompresi mendorong darah melalui katup proksimal, suatu tindakan
yang disebut pemerahan. Pada saat yang sama, katup distal di segmen vena yang tidak terkompresi
menutup karena beberapa darah didorong ke sana. Orang yang tidak dapat bergerak karena cedera atau
penyakit tidak memiliki kontraksi otot kaki ini. Akibatnya, aliran balik vena mereka lebih lambat dan
mereka dapat mengembangkan masalah sirkulasi.

(3) Tepat setelah relaksasi otot, tekanan turun di bagian vena yang sebelumnya terkompresi, yang
menyebabkan katup proksimal menutup. Katup distal sekarang terbuka karena tekanan darah di kaki lebih
tinggi daripada di kaki, dan vena terisi dengan darah dari kaki. Katup proksimal kemudian membuka
kembali. Pompa pernapasan juga didasarkan pada kompresi dan dekompresi vena secara bergantian.
Selama inhalasi, diafragma bergerak ke bawah, yang menyebabkan penurunan tekanan di rongga dada
dan peningkatan tekanan di rongga perut. Akibatnya, vena abdomen terkompresi, dan volume darah yang
lebih besar bergerak dari vena abdomen yang terkompresi ke vena toraks yang terdekompresi dan
kemudian ke atrium kanan. Ketika tekanan berbalik selama pernafasan, katup di vena mencegah aliran
balik darah dari vena toraks ke vena perut.

Kecepatan Darah

Aliran Sebelumnya kita telah melihat bahwa aliran darah adalah volume darah yang mengalir
melalui jaringan apa pun dalam periode waktu tertentu (dalam mL/menit). Kecepatan aliran darah (dalam
cm/s) berbanding terbalik dengan luas penampang. Kecepatan paling lambat di mana total luas
penampang terbesar . Setiap kali arteri bercabang, luas penampang total dari semua cabangnya lebih besar
dari luas penampang pembuluh aslinya, sehingga aliran darah menjadi lebih lambat dan lebih lambat saat
darah bergerak lebih jauh dari jantung, dan paling lambat dalam aliran darah. kapiler. Sebaliknya, ketika
venula bersatu membentuk vena, luas penampang total menjadi lebih kecil dan aliran menjadi lebih cepat.
Pada orang dewasa, luas penampang aorta hanya 3-5 cm2 , dan kecepatan rata-rata darah di sana adalah
40 cm/detik. Di kapiler, luas penampang total adalah 4500–6000 cm2 , dan kecepatan aliran darah kurang
dari 0,1 cm/detik. Pada gabungan dua vena cavae, luas penampangnya sekitar 14 cm2 , dan kecepatannya
sekitar 15 cm/s. Dengan demikian, kecepatan aliran darah menurun saat darah mengalir dari aorta ke
arteri ke arteriol ke kapiler, dan meningkat saat meninggalkan kapiler dan kembali ke jantung. Laju aliran
yang relatif lambat melalui kapiler membantu pertukaran bahan antara darah dan cairan interstisial.
Waktu sirkulasi adalah waktu yang dibutuhkan setetes darah untuk mengalir dari atrium kanan, melalui
sirkulasi pulmonal, kembali ke atrium kiri, melalui sirkulasi sistemik turun ke kaki, dan kembali lagi ke
atrium kanan. Pada orang istirahat, waktu sirkulasi normalnya sekitar 1 menit.

Kontrol Tekanan Darah dan Aliran Darah

Beberapa sistem umpan balik negatif yang saling berhubungan mengontrol tekanan darah dengan
mengatur detak jantung, volume sekuncup, resistensi vaskular sistemik, dan volume darah. Beberapa
sistem memungkinkan penyesuaian cepat untuk mengatasi perubahan mendadak, seperti penurunan
tekanan darah di otak yang terjadi saat Anda bangun dari tempat tidur; yang lain bertindak lebih lambat
untuk memberikan pengaturan tekanan darah jangka panjang. Tubuh mungkin juga memerlukan
penyesuaian distribusi aliran darah. Selama latihan, misalnya, persentase yang lebih besar dari total aliran
darah dialihkan ke otot rangka.

Peran Pusat Kardiovaskular

Peran pusat kardiovaskular/cardiovascular (CV) di medula oblongata membantu mengatur denyut


jantung dan volume sekuncup. Pusat CV juga mengontrol sistem umpan balik negatif saraf, hormonal,
dan lokal yang mengatur tekanan darah dan aliran darah ke jaringan tertentu. Kelompok neuron yang
tersebar di dalam pusat CV mengatur denyut jantung, kontraktilitas (kekuatan kontraksi) dari ventrikel,
dan diameter pembuluh darah. Beberapa neuron merangsang jantung (pusat kardiostimulasi); lain
menghambat jantung (pusat cardioinhibitory). Yang lain lagi mengontrol diameter pembuluh darah
dengan menyebabkan penyempitan (pusat vasokonstriktor) atau pelebaran (pusat vasodilator); neuron ini
disebut secara kolektif sebagai pusat vasomotor. Karena neuron pusat CV berkomunikasi satu sama lain,
berfungsi bersama, dan secara anatomis tidak terpisah dengan jelas,

Pusat kardiovaskular menerima input baik dari daerah otak yang lebih tinggi dan dari reseptor sensorik.
Impuls saraf turun dari korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus untuk mempengaruhi pusat
kardiovaskular. Misalnya, bahkan sebelum Anda mulai berlari, detak jantung Anda mungkin meningkat
karena impuls saraf yang disampaikan dari sistem limbik ke pusat CV. Jika suhu tubuh Anda meningkat
selama perlombaan, hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke pusat CV. Vasodilatasi yang dihasilkan
dari pembuluh darah kulit memungkinkan panas menghilang lebih cepat dari permukaan kulit.

Tiga jenis utama reseptor sensorik yang memberikan input ke pusat kardiovaskular adalah proprioseptor,
baroreseptor, dan kemoreseptor. Proprioceptor memantau pergerakan sendi dan otot dan memberikan
masukan ke pusat kardiovaskular selama aktivitas fisik. Aktivitas mereka menyumbang peningkatan
cepat dalam detak jantung pada awal latihan. Baroreseptor memantau perubahan tekanan dan peregangan
di dinding pembuluh darah, dan kemoreseptor memantau konsentrasi berbagai bahan kimia dalam darah.
Output dari pusat kardiovaskular mengalir sepanjang neuron simpatis dan parasimpatis dari ANS . Impuls
simpatis mencapai jantung melalui saraf akselerator jantung. Peningkatan stimulasi simpatis
meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas; penurunan stimulasi simpatis menurunkan denyut
jantung dan kontraktilitas. Stimulasi parasimpatis, disampaikan sepanjang saraf vagus (X), menurunkan
denyut jantung. Dengan demikian, pengaruh simpatis (stimulator) dan parasimpatis (penghambatan) yang
berlawanan mengendalikan jantung.

Pusat kardiovaskular juga terus mengirimkan impuls ke otot polos di dinding pembuluh darah melalui
saraf vasomotor . Neuron simpatis ini keluar dari medula spinalis melalui semua nervus toraks dan satu
atau dua nervus spinalis lumbal pertama dan kemudian masuk ke ganglia trunkus simpatis.Dari sana,
impuls menyebar di sepanjang neuron simpatik yang mempersarafi pembuluh darah di visera dan area
perifer. Daerah vasomotor pusat kardiovaskular secara terus menerus mengirimkan impuls melalui rute-
rute ini ke arteriol di seluruh tubuh, tetapi terutama pada kulit dan visera abdomen. Hasilnya adalah
keadaan sedang dari kontraksi tonik atau vasokonstriksi, yang disebut tonus vasomotor, yang mengatur
tingkat resistensi vaskular sistemik saat istirahat.

Regulasi Neural Tekanan Darah

Sistem saraf mengatur tekanan darah melalui umpan balik negatif yang terjadi sebagai dua jenis
refleks: refleks baroreseptor dan refleks kemoreseptor.Refleks Baroreseptor Baroreseptor, reseptor
sensorik yang peka terhadap tekanan, terletak di aorta, arteri karotis interna (arteri di leher yang
mensuplai darah ke otak), dan arteri besar lainnya di leher dan dada. Mereka mengirim impuls ke pusat
kardiovaskular untuk membantu mengatur tekanan darah. Dua refleks baroreseptor yang paling penting
adalah refleks sinus karotis dan refleks aorta.

Baroreseptor di dinding sinus karotis memulai refleks sinus karotis , yang membantu mengatur tekanan
darah di otak. Sinus karotis adalah pelebaran kecil dari arteri karotis interna kanan dan kiri tepat di atas
titik di mana mereka bercabang dari arteri karotis komunis . Tekanan darah meregangkan dinding sinus
karotis, yang merangsang baroreseptor. Impuls saraf merambat dari baroreseptor sinus karotis melalui
akson sensorik di saraf glossopharyngeal (IX) ke pusat kardiovaskular di medula oblongata. Baroreseptor
di dinding aorta asendens dan lengkung aorta memulai refleks aorta, yang mengatur tekanan darah
sistemik.

Ketika tekanan darah turun (hipotensi) , baroreseptor diregangkan lebih sedikit, dan mereka mengirim
impuls saraf pada tingkat yang lebih lambat ke pusat kardiovaskular. Sebagai tanggapan, pusat CV
menurunkan stimulasi parasimpatis jantung melalui akson motorik saraf vagus dan meningkatkan
stimulasi simpatis jantung melalui saraf akselerator jantung. Konsekuensi lain dari peningkatan stimulasi
simpatis adalah peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medula adrenal. Saat jantung
berdetak lebih cepat dan lebih kuat, dan saat resistensi vaskular sistemik meningkat, curah jantung dan
resistensi vaskular sistemik meningkat, dan tekanan darah meningkat ke tingkat normal.

Sebaliknya, ketika peningkatan tekanan terdeteksi, baroreseptor mengirimkan impuls pada tingkat yang
lebih cepat. Pusat CV merespon dengan meningkatkan stimulasi parasimpatis dan mengurangi stimulasi
simpatis. Penurunan yang dihasilkan dalam denyut jantung dan kekuatan kontraksi mengurangi curah
jantung. Pusat kardiovaskular juga memperlambat kecepatan pengiriman impuls simpatis di sepanjang
neuron vasomotor yang biasanya menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi yang dihasilkan menurunkan
resistensi vaskular sistemik.

Berpindah dari posisi tengkurap (berbaring) ke posisi tegak menurunkan tekanan darah dan aliran darah
di kepala dan bagian atas tubuh. Refleks baroreseptor, bagaimanapun, dengan cepat melawan penurunan
tekanan. Terkadang refleks ini bekerja lebih lambat dari biasanya, terutama pada orang tua, dalam hal ini
seseorang bisa pingsan karena berkurangnya aliran darah otak setelah berdiri terlalu cepat.

Refleks Kemoreseptor

Kemoreseptor, reseptor sensorik yang memantau komposisi kimia darah, terletak dekat dengan
baroreseptor sinus karotis dan lengkungan aorta dalam struktur kecil yang disebut badan karotis dan
badan aorta. Kemoreseptor ini mendeteksi perubahan kadar O2, CO2, dan H+ dalam darah. Hipoksia
(penurunan ketersediaan O2), asidosis (peningkatan konsentrasi H+), atau hiperkapnia (kelebihan CO2)
merangsang kemoreseptor untuk mengirim impuls ke pusat kardiovaskular. Sebagai tanggapan, pusat CV
meningkatkan stimulasi simpatis ke arteriol dan vena, menghasilkan vasokonstriksi dan peningkatan
tekanan darah. Kemoreseptor ini juga memberikan masukan ke pusat pernapasan di batang otak untuk
mengatur laju pernapasan.

Regulasi Hormon

Beberapa hormon membantu mengatur tekanan darah dan aliran darah dengan mengubah curah
jantung, mengubah resistensi vaskular sistemik, atau menyesuaikan volume darah total:

1. Sistem Renin-angiotensin-aldosteron (RAA). Ketika volume darah turun atau aliran darah ke ginjal
berkurang, sel-sel juksta glomerulus di ginjal mengeluarkan renin ke dalam aliran darah. Secara
berurutan, renin dan enzim pengubah angiotensin (ACE) bekerja pada substratnya untuk menghasilkan
hormon aktif angiotensin II, yang meningkatkan tekanan darah dalam dua cara. Pertama, angiotensin II
adalah vasokonstriktor kuat; itu meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi pembuluh
darah sistemik. Kedua, merangsang sekresi aldosteron, yang meningkatkan reabsorpsi ion natrium (Na+)
dan air oleh ginjal. Reabsorpsi air meningkatkan volume darah total, yang meningkatkan tekanan darah.

2. Epinefrin dan norepinefrin. Sebagai respons terhadap stimulasi simpatis, medula adrenal melepaskan
epinefrin dan norepinefrin. Hormon-hormon ini meningkatkan curah jantung dengan meningkatkan
kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung. Mereka juga menyebabkan vasokonstriksi arteriol dan vena di
kulit dan organ perut dan vasodilatasi arteriol di otot jantung dan rangka, yang membantu meningkatkan
aliran darah ke otot selama latihan.

3. Hormon antidiuretik (ADH). Hormon antidiuretik (ADH) diproduksi oleh hipotalamus dan dilepaskan
dari hipofisis posterior sebagai respons terhadap dehidrasi atau penurunan volume darah. Di antara
tindakan lain, ADH menyebabkan vasokonstriksi, yang meningkatkan tekanan darah. Untuk alasan ini
ADH juga disebut vasopresin. ADH juga mendorong pergerakan air dari lumen tubulus ginjal ke dalam
aliran darah. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dan penurunan output urin.

4. Peptida natriuretik atrium (ANP). Dilepaskan oleh sel-sel di atrium jantung, atrial natriuretic peptide
(ANP) menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan vasodilatasi dan dengan mempromosikan
hilangnya garam dan air dalam urin, yang mengurangi volume darah.
Autoregulasi Aliran Darah

Di setiap tempat tidur kapiler, perubahan lokal dapat mengatur vasomotion. Ketika vasodilator
menghasilkan pelebaran arteriol lokal dan relaksasi sfingter prekapiler, aliran darah ke jaringan kapiler
meningkat, yang meningkatkan kadar O2. Vasokonstriktor memiliki efek sebaliknya. Kemampuan
jaringan untuk secara otomatis menyesuaikan aliran darahnya agar sesuai dengan kebutuhan
metabolismenya disebut autoregulasi .

Dinding pembuluh darah dalam sirkulasi sistemik melebar sebagai respons terhadap O2 yang rendah.
Dengan vasodilatasi, pengiriman O2 meningkat, yang mengembalikan tingkat O2 normal. Sebaliknya,
dinding pembuluh darah di sirkulasi paru menyempit sebagai respons terhadap kadar O2 yang rendah.
Respon ini memastikan bahwa sebagian besar darah melewati alveoli (kantung udara) di paru-paru yang
berventilasi buruk oleh udara segar. Dengan demikian, sebagian besar darah mengalir ke area paru yang
berventilasi lebih baik.

Memeriksa Sirkulasi

Detak

Ekspansi bergantian dan rekoil arteri elastik setelah setiap sistol ventrikel kiri menciptakan
gelombang tekanan yang disebut denyut nadi. Denyut nadi paling kuat di arteri yang paling dekat dengan
jantung, menjadi lebih lemah di arteriol, dan menghilang sama sekali di kapiler. Denyut nadi dapat
dirasakan di arteri mana pun yang terletak di dekat permukaan tubuh yang dapat ditekan terhadap tulang
atau struktur keras lainnya.

Denyut nadi biasanya sama dengan denyut jantung, sekitar 70 hingga 80 denyut per menit saat istirahat.
Takikardia (takikardea= cepat) adalah detak jantung atau denyut nadi istirahat yang cepat lebih dari 100
denyut/menit. Bradikardia (bradikardea; brady- = lambat) adalah detak jantung atau denyut nadi istirahat
yang lambat di bawah 50 denyut/menit. Atlet yang dilatih daya tahan biasanya menunjukkan bradikardia.
Mengukur Tekanan Darah

Dalam penggunaan klinis, istilah tekanan darah biasanya mengacu pada tekanan di arteri yang
dihasilkan oleh ventrikel kiri selama sistol dan tekanan yang tersisa di arteri saat ventrikel dalam diastol .
Tekanan darah biasanya diukur di arteri brakialis di lengan kiri . Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah adalah sfigmomanometer (sphygmo- = denyut nadi; -manometer = alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan). Ini terdiri dari manset karet yang terhubung ke bola karet yang digunakan
untuk mengembang manset dan meteran yang mencatat tekanan dalam manset. Dengan lengan diletakkan
di atas meja sehingga hampir sama tingginya dengan jantung, manset sfigmomanometer dililitkan pada
lengan yang terbuka. Manset mengembang dengan meremas bola lampu sampai arteri brakialis
dikompresi dan aliran darah berhenti, sekitar 30 mmHg lebih tinggi dari tekanan sistolik orang tersebut.
Teknisi menempatkan stetoskop di bawah manset pada arteri brakialis, dan perlahan mengempiskan
manset. Ketika manset dikempiskan cukup untuk memungkinkan arteri terbuka, semburan darah
melewatinya, menghasilkan suara pertama yang terdengar melalui stetoskop. Suara ini sesuai dengan
tekanan darah sistolik (SBP), kekuatan tekanan darah pada dinding arteri tepat setelah kontraksi ventrikel.
Saat manset dikempiskan lebih jauh, suara tiba-tiba menjadi terlalu redup untuk didengar melalui
stetoskop. Tingkat ini, yang disebut tekanan darah diastolik (DBP), mewakili kekuatan yang diberikan
oleh darah yang tersisa di arteri selama relaksasi ventrikel. Pada tekanan di bawah tekanan darah
diastolik, suara menghilang sama sekali.

Tekanan darah normal pria dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg. Misalnya, “110 di atas 70” (ditulis sebagai 110/70) adalah tekanan darah normal. Pada wanita
dewasa muda, tekanannya 8 sampai 10 mmHg lebih rendah. Orang yang berolahraga secara teratur dan
dalam kondisi fisik yang baik mungkin memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Dengan demikian,
tekanan darah yang sedikit lebih rendah dari 120/80 mungkin merupakan tanda kesehatan dan kebugaran
yang baik.

Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Tekanan ini, biasanya sekitar
40 mmHg, memberikan informasi tentang kondisi sistem kardiovaskular. Misalnya, kondisi seperti
aterosklerosis dan duktus arteriosus paten (terbuka) sangat meningkatkan tekanan nadi. Rasio normal
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik terhadap tekanan nadi adalah sekitar 3:2:1.reaksi alergi—
misalnya, sengatan lebah—melepaskan histamin dan mediator lain yang menyebabkan vasodilatasi. Pada
syok neurogenik, vasodilatasi dapat terjadi setelah trauma kepala yang menyebabkan malfungsi pusat
kardiovaskular di medula. Syok yang berasal dari racun bakteri tertentu yang menghasilkan vasodilatasi
disebut syok septik. Di Amerika Serikat, syok septik menyebabkan lebih dari 100, 000 kematian per
tahun dan merupakan penyebab kematian paling umum di unit perawatan kritis rumah sakit. Syok
obstruktif terjadi ketika aliran darah melalui sebagian sirkulasi tersumbat. Penyebab paling umum adalah
emboli paru, gumpalan darah yang bersarang di pembuluh darah paru-paru.

Tanda dan Gejala Syok

Meskipun tanda dan gejala syok bervariasi menurut tingkat keparahannya dari kondisi tersebut, sebagian
besar dapat diprediksi berdasarkan tanggapannya dihasilkan oleh sistem umpan balik negatif yang
mencoba untuk memperbaiki masalah. Di antara tanda dan gejala syok adalah sebagai berikut:
1) Tekanan darah sistolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2) MAP < 65 = Syok

3) Denyut jantung saat istirahat cepat karena stimulasi simpatis dan

peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah.

4) Nadi lemah dan cepat karena penurunan curah jantung dan detak jantung yang cepat.

5) Kulit dingin, pucat, dan lembap karena konstriksi simpatis

pembuluh darah kulit dan stimulasi simpatis berkeringat.

6) Keadaan mental berubah karena berkurangnya suplai oksigen ke otak.

7) Pembentukan urin berkurang karena peningkatan kadar aldosteron

dan hormon antidiuretik (ADH).

8) Orang tersebut haus karena kehilangan cairan ekstraseluler.

9) PH darah rendah (asidosis) karena penumpukan asam laktat.

10) Orang tersebut mungkin mengalami mual karena gangguan aliran darah ke organ pencernaan dari
vasokonstriksi simpatis.

Referensi: 1)Tortora, Derrickson. 2017. Principles of Anatomy and Physiology 15th ed. 
2)Guyton, Hall. Medical Physiology 13 ed. 2019
th

Anda mungkin juga menyukai