KETOASIDOSIS DIABETIK
Untuk memenuh tugasi mata kuliah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Non-
Trauma
Yang dibina oleh Ibu Sulastiyawati,S.Kep, Ns, M.Kep
Oleh Kelompok 6 :
1. Cintia Tri Wulandari (1601470055)
2. Nino Kharisma Wildan (1601470056)
3. Muhammad Gusti Agung M. (1601470059)
4. Rizky Sulton Najib (1601470072)
5. Nurul Istiqomah (1601470086)
Bismillahhirrahmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
kepada penulis khususnya dan umumnya kepada kita semua, karena berkat rahmad
dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini , shalawat serta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang
telah membimbing didalam penyusunan makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN KETOASIDOSIS DIABETIK“.
Materi ini bersumber dari berbagai sumber dari bacaan yang insyaallah tersusun
dengan sistematis dan ringkas, sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah ............................................................................ 1
2.1 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
3.1 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 1
BAB IV : Pembahasan
Pembahasan
BAB V : Penutup
5.1 Kesimpulan .............................................................................................
5.2 5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relative. KAD adalah komplikasi
akut metabolic diabetes mellitus yang paling serius dan mengancam jiwa.
Keadaa tersebut dapat terjadi pada Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dan tipe 2,
akan tetapi KAD sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin merupakan
manifestasi awal dari DM tipe1 ataumungkin merupakan akibat dari peningkatan
kebutuhan insulin padaDM tipe1 pada keadaan infeksi,trauma,infark miokard,
atau kelainan lainnya. Ketoasidosis diabetic (KAD) adalah suatu kondisi gawat
darurat yang merupakan komplikasi dari diabetis mellitus dengan tanda
hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa
insiden KAD sebesar 8/1000 pasien DM pertahun untuk semua kelompok umur,
sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000
pasien DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 –
8/1000 pasien DM pertahun. 4,5 KAD dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih
dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data
komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak
sebanyak di Negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah.
Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan
terutama pada pasien DM tipe2.
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada
banyak senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5 – 10%. 2 – 10%⁵ atau 9 –
10%. Sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut
angka kematian dapat mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi
pada beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark
miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang
tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien
KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan
yang tepat dan rasional sesuai dengan patofisiologinya. Pada pasien kelompok
usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh factor penyakit
dasarnya.
KAD ditandai oleh adanya hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
peningkatan konsentrasi keton yang beredar dalam sirkulasi. Ketoasidosis
merupakan akibat dari kekurangan atau inefektiftas insulin yang terjadi
bersamaan dengan peningkatan hormone kontra regulator (glukagon,
katekolamin, kortisol, dan growth hormon). Kedua hal tersebut mengakibatkan
perubahan produksi dan pengeluaran glukosa dan meningkatkan lipolisis dan
produksi benda keton. Selanjutnya keadaan hiperglikemia dan kadar keton yang
tinggi menyebabkan diuresis osmotic yang akan mengakibatkan hipovolemia
dan penurunan glomerular filtration rate. Keadaan yang terakhir akan
memperburuk hiperglikemia.
KAD dapat terjadi beberapa kali pada pasien diabetes atau yang disebut
sebagai KAD berulang. Kejadian KAD akan selalu memiliki kemungkinan untuk
terjadiya komplikasi, baik komplikasi akibat KAD maupun terapi untuk KAD.
Komplikasi akan menambah beban penyakit pasien lebih lanjut. KAD yang
berulang juga akan menambah jumlah perawatan yang memperberat biaya
yang harus dikeluarkan.
Mengingat pentingnya penatalaksanaan, pengobatan rasional dan tepat
untuk menghindari kematian pada pasien KAD, maka tulisan ini akan
membicarakan tentang penatalaksanaan KAD disertai dengan komplikasi
akibat penatalaksanaannya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
lain dibidang keperawatan tentang komplikasi serta resiko dari Ketoasidosis diabetik
(KAD).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ketoasidosis Diabetik
KAD adalah suatu keadaan darurat akibat berkurangnya insulin absolut atau
relatif yang disertai dengan meningkatnya kadar hormonhormon counter
regulatory (katekolamin, glukagon, kortisol dan hormon pertumbuhan). Adapun
tanda- tanda dari KAD adalah hiperglikemia dengan gula darah > 200mg/dl, PH
< 7,3, bikarbonat < 15 mmol/l, disertai dengan adanya ketonemia dan ketonuria.
(Soewondo, 2006 dan Gotera, 2011).
Penderita KAD membutuhkan rehidrasi yang sesuai dan pemberian
insulin drip untuk mengoreksi asidosis dan menghilangkan ketosis.
Keterlambatan atau kesalahan dalam penatalaksanaan pasien KAD bisa
mengakibatkan terjadinya edema serebri yang kalau tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan terjadinya kematian.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes melitus
yang serius, suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi. KAD
memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat, mengingat angka kematiannya
yang tinggi. Pencegahan merupakan upaya penting untuk menghindari
terjadinya KAD.
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
2.2Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat
proses autoimun. Sedangkan non insulin dependen diabetik melitus (NIDDM)
atau diabetes melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B
dan resistensi insulin. Resistensu insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
perangsangan sekresi insulin, berarti sel B pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa.
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
1. Infeksi
2. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong
peningkatan proses katabolik . Menolak terapi insulin
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Assosiation (1997) sesuai anjuran
perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah :
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel B ), umumnya menjurus ke definisi insulin
absolut :
Autoimun
Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan risestensi insulin
disertai definisi insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin)
3. Diabetes tipe lain
a. Defek generik fungsi sel B
Maturity Onset Diabetes Of The Young (MODY) 1,2,3
DNA mitokondria
b. Defek generik kerja insulin
c. Penyakit eksoskrin pankreas
Pankreastitis
Tumor / pankreatektomi
Pankreatopati fibrokalkulus
d. Endokrinopati : Akromegali, Syndrom Cushing, Feokromositoma dan
hipertiroidisme.
e. Karena obat / zat kimia.
Vacor, pentamidin, asam nikotinat
Glukokortikoid, hormon tiroid
Tiazid, dilatin, interferon α, dll.
f. Infeksi : Rubela kongenital, sitomegalovirus.
g. Penyebab imunologi yang jarang ; antibodi ; antiinsulin.
h. Syndrom generik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom Down,
Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, dll.
i. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
2.4 Insidensi
Secara umum di dunia terdapat 15 ka-sus per 100.000 individu pertahun
yang men-derita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada
umur 20 tahun nantinya. Insiden DM tipe 1 pa-da anak-anak di dunia tentunya
berbeda. Terdapat 0.61 kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4 kasus per
100.000 anak di Finlandia. Angka ini sangat ber-variasi, terutama tergantung
pada ling-kungan tempat tinggal. Ada kecenderung-an semakin jauh dari
khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum ditemukan
angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya cenderung le-bih rendah
dibanding di negara-negara eropa.
Lingkungan memang mempengaruhi ter-jadinya IDDM, namun berbagai
ras da-lam satu lingkungan belum tentu memi-liki perbedaan. Orang-orang kulit
putih cende-rung memiliki insiden paling tinggi, se-dangkan orang-orang cina
paling rendah. Orang-orang yang berasal dari daerah de-ngan insiden rendah
cenderung akan le-bih berisiko terkena IDDM jika bermigrasi ke daerah
penduduk dengan insiden yang lebih tinggi. Penderita laki-laki lebih ba-nyak
pada daerah dengan insiden yang ting-gi, sedangkan perempuan akan lebih
be-risiko pada daerah dengan insiden yang rendah.
Secara umum insiden IDDM akan me-ningkat sejak bayi hingga mendekati
pu-bertas, namun semakin kecil setelah pu-bertas. Terdapat dua puncak masa
kejadian IDDM yang paling tinggi, yakni usia 4-6 tahun serta usia 10-14 tahun.
Ka-dang-kadang IDDM juga dapat terjadi pa-da tahun-tahun pertama
kehidupan, mes-ki-pun kejadiannya sangat langka. Diag-no-sis yang telat
tentunya akan menimbul-kan kematian dini. Gejala bayi dengan IDDM ialah
napkin rash, malaise yang ti-dak jelas penyebabnya, penurunan berat ba-dan,
senantiasa haus, mun-tah, dan de-hidrasi.
Insulin merupakan kom-ponen vital da-lam metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. In-su-lin menurunkan kadar glu-ko-sa darah dengan ca-ra
memfasilitasi ma-suk-nya glukosa ke dalam sel, terutama otot serta
mengkonversi glukosa menjadi glikogen (glikoge-nesis) sebagai cadangan
energi. Insulin juga menghambat pe-le-pas-an glukosa dari glikogen hepar
(gli-ko-ge-nolisis) dan memperlambat pemecah-an lemak menjadi tri-gliserida,
asam lemak be-bas, dan keton. Selain itu, insulin juga menghambat
pe-mecahan protein dan le-mak untuk memproduksi glukosa (glukoneogenesis)
di he-par dan ginjal. Bisa di-ba-yangkan betapa vitalnya peran insulin da-lam
metabolisme.
Defisiensi insulin yang dibiarkan akan menyebabkan tertumpuknya
glukosa di da-rah dan terjadinya glukoneogenesis te-rus-menerus sehingga
menyebabkan ka-dar gula darah sewaktu (GDS) meningkat drastis. Batas nilai
GDS yang sudah di-ka-te-gorikan sebagai diabetes mellitus ialah 200 mg/dl atau
11 mmol/l. Kurang dari itu dikategorikan normal, sedangkan ang-ka yang lebih
dari itu dites dulu dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk
me-nentukan benar-benar IDDM atau ka-tegori yang tidak toleran terhadap
glu-kosa oral.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
meningkat dibawah kondisi stress.
Gula darah puasa normal atau diatas normal.
Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila
penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya
terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya
tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik
akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain
itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada
lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan
kebutaan.
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita
bisa stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat
dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai
komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung
akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan
penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan
segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul
mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah
takanan darah.
2.10 Tata Laksana
Syok+dehidrasi berat
Dehidrasi >5%
Penurunan kesadaran -krisis sedang
Asidosis(hiperventilas
i) -bisa
Syok makan/min
Resusitasi: muntah um
-Airway/nasogastric tube
IVFD: -Berikan
-Berikan oksigen masker
-Tentukan kebutuhan
100% insulin sc
cairan+deficit
-Terapi syok: NS -Koreksi deficit dalam 48 jam -Rehidrasi oral
20ml/kg(bisa diulang) -Menggunakan normal salin
-EKG Tidak ada
-Tambahan KCL 40 mmol/L
perbaikan
cairan